Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA

MAKALAH HAZARD ERGONOMI KERJA

Disusun
oleh :
Tingkat II Reguler 3/
Kelompok 4 :
Epi Paramita (1814401101)
Irni Savera (1814401121)
Endang Natalia S (1814401126)
Widdatul Milati (1814401140)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG
KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

i
Alhamdulillahi Robbil alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, yang Maha Menciptakan,
Menghidupkan dan Mematikan, yang Rahmat-Nya meliputi langit dan bumi,
dunia dan akhirat dan kepada-Nyalah semua akan kembali. Shalawat semoga
tercurah keharibaan Rasulullah SAW atas do’a, teladan, perjuangan, kesabaran,
yang telah diajarkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
Tugasmakalah ini.
Tugas ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang luas
kepada pembaca dan lebih mengerti mengenai pokok bahasan yang terdapat di
dalam makalah ini.kami memahami, bahwa memiliki banyak kekurangan dalam
pengerjaannya, maka dari itu diharapkan kemaklumannya dan pemberian kritik
maupun saran yang dapat membangun dan lebih menyempurnakan Tugas ini.
Wassalam .

Bandar Lampung, 26 Juli 2020

Kelompok 4

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................2
C. Tujuan penulisan.......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hazard ....................................................................3
2.2 Pengertian Hazard Ergonomic ................................................4
2.3 Ruang Lingkup Ergonomic Kerja ...........................................4
2.4 TujuanDan Prinsip Ergonomic Kerja ......................................5
2.5 Metode-metode Ergonomis Ditempat Kerja ............................6
2.6 Faktor Resiko Ergonomi ..........................................................6
2.7 Masalah Ergonomi Ditempat Kerja..........................................7
2.8 Penerapan Ergonomi ...............................................................7
2.9 Pengendalian Bahaya Ergonomi ..............................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................12
B. Saran .........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan
sudah menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya
peralatan dan teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting
dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan.
Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya
dapat di cegah dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lin
kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan
kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan
kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomic.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang
ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek
pembangunan. Ergonomic yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian
kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun
obyek.  Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan
aspek ergonomic bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan
para pekerja itu sendiri.
Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector
kegiatan ekonomi.Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure
hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini
kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh khususnya pada
pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat
perintisan.Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas
pemerintah.Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi
pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan

1
penerapannya.Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-
kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan
masyarakat untuk menerima ergonomic dan penerapannya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kiranya dapat di susun dalam makalah ini
antara lain:
1. Apa Pengertian Hazard ?
2. Apa Pengertian Hazard Ergonomic?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Ergonomic kerja ?
4. Apa Saja Tujuan Dan Prinsip Ergonomic Kerja ?
5. Apa Saja Metode-metode Ergonomis Ditempat Kerja ?
6. Apa Saja Faktor Resiko Ergonomi?
7. Bagaimana Masalah Ergonomi Ditempat Kerja?
8. Bagaimana Penerapan Ergonomi?
9. Bagaimana Cara Pengendalian Bahaya Ergonomi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa Pengertian Hazard
2. Untuk mengetahui Apa Pengertian Hazard Ergonomic
3. Untuk mengetahui Bagaimana Ruang Lingkup Ergonomic kerja
4. Untuk mengetahui Apa Saja Tujuan Dan Prinsip Ergonomic Kerja
5. Untuk mengetahui Apa Saja Metode-metode Ergonomis Ditempat
Kerja
6. Untuk mengetahui Apa Saja Faktor Resiko Ergonomi
7. Untuk mengetahui Bagaimana Masalah Ergonomi Ditempat Kerja
8. Untuk mengetahui Bagaimana Penerapan Ergonomi
9. Untuk mengetahui Bagaimana Cara Pengendalian Bahaya Ergonomi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hazard
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang
menpunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda,
lingkungan, maupun manusia (Budiono, 2003).
Menurut Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi
menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan
atau aspek lainnya dari lingkungan kerja.
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan
cidera (injury) atau kerusakan (damage) baik manusia, properti dan Setiap
kegiatan yang dilakukan tidak ada satupun yang bebas dari resiko yang
ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan yang dilakukan di industri
yang dalam proses produksinya menggunakan proses kimia. Proses kimia
pada industri memberikan potensi bahaya yang besar, potensi bahaya yang
ditimbulkan disebabkan antara lain: penggunaan bahan baku, tingkat
reaktivitas dan toksitas tinggi, reaksi kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi,
dan jumlah dari bahan yang digunakan. Potensi bahaya yang ditimbulkan
diperlukan upaya untuk meminimalkan terhadap risiko yang diterima apabila
terjadi kecelakaan (Baktiyar, 2009).
Jenis-Jenis Hazard Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan
oleh suatu jenis bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2
yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya
Kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi dan bahaya
berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan
kerja, misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu lama dan
pada konsentrasi rendah, Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada

3
keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi.
Dampak safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas
untuk terjadi rendah.

2.2 Pengertian Hazard Ergonomic


Bahaya ergonomis adalah kondisi fisik yang dapat menimbulkan risiko
cedera pada sistem muskuloskeletal, seperti otot atau ligamen pada punggung
bagian bawah, tendon atau saraf tangan/pergelangan tangan atau tulang di
sekitar lutut yang mengakibatkan gangguan muskuloskeletal.(MSD). 
Bahaya ergonomis termasuk postur canggung, postur statis, kekuatan
besar, gerakan berulang , atau interval pendek antara aktivitas.  Risiko MSD
sering diperbesar ketika beberapa faktor hadir atau ketika getaran seluruh
tubuh atau tangan / lengan, pencahayaan yang buruk, atau alat, peralatan, atau
workstation yang dirancang dengan buruk menghasilkan interaksi negatif
tambahan dengan pekerja / pengguna. Bahaya ergonomis terjadi di lingkungan
kerja dan non-kerja seperti di bengkel, bangunan, kantor, rumah, sekolah, atau
ruang dan fasilitas publik.

2.3 Ruang Lingkup Ergonomi Kerja


Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dengan dan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang
mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu
sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya. Ergonomi
memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan,
produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan secara
harmonis sesuai dengan kebutuhan,kempuan dan keterbatasan manusia
(international ergonomic assosiation, 2002).
Ergonomibisa dibagi menjadi beberapa bagian untuk lebih
memudahkan pemahamannya. Ruang lingkup ergonomi adalah:
1. Ergonomi fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia,
antropometri, karakteristik fisiologi dan biomekanika.

4
2. Ergonomi kognitif : berkaitan dengan proses mental manusia,
termasuk didalamnya ; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat
dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen system.
3. Ergonomi organisasi : berkaitan dengan optimasi system sosioleknik,
termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses.
4. Ergonomi lingkungan : berkaitan dengan pencahayaan, temperature,
kebisingan dan getaran.

2.4 Tujuan Dan Prinsip Ergonomi Kerja


Dari beberapa pengertian diatas, ergonomi bisa dikatakan sebagai
satu ilmu terapan dalam mencapai keselamatan dan kesehatan kerja.Ilmu
ini digunakan untuk membuat pekerja merasa nyaman dalam melakukan
pekerjaannya.
Tujuan penerapan ergonomi adalah:
1. Angka cedera dan kesakitan dalam melakukan pekerjaan tidak
ada/terkurangi.
2. Biaya terhadap penanganan kecelakaan atau kesakitan menjadi
berkurang.
3. Kunjungan untuk berobat bisa berkurang.
4. Tingkat absentisme/ketidakhadiran bisa berkurang.
5. Produktivitas /kualitas dan keselamatan kerja meningkat.
6. Pekerja merasa nyaman dalam bekerja.

Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di


tempat kerja. Menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12
prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut:

1. Bekerja dalam posisi atau postur normal.


2. Mengurangi beban berlebihan.
3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.

5
5. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
6. Minimalisasi gerakan statis.
7. Minimalisasikan titik beban.
8. Mencakup jarak ruang.
9. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
10. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
11. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.

2.5 Metode-metode Ergonomi di Tempat Kerja


Metode-metode penerapan ergonomi di tempat kerja.
1. Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,
inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,
ergonomic checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
2. Treatment
Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar
pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
mebel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai.Membeli furniture
sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif
misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit,
nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara
obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi
sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

2.6 Faktor Resiko Ergonomi


 Desain lokasi kerja yang buruk
 Persyaratan penanganan material berlebihan

6
 Penanganan material terlalu berlebihan
 Desain peralatan dan alat kerja yang buruk
 Beban tanggung jawab yang berlebihan
 Pekerjaan yang mengharuskan perpindahan bolak-balik
 Ketidakserasian jam kerja dengan istirahat
 Pengaturan shift yang jelek

2.7 Masalah Ergonomi di Tempat Kerja


Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pekerjaan
dapat dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses
kerja dan posisi kerjanya. Contoh masalah ergonomi yang dapat timbul
akibat ketidaksesuaian antara pekerja dan pekerjaannya :
 Ketidaktepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu,
pinggang, bokong, lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha.
 Kelelahan yang sumbernya adalah mata
 Adanya kebisingan yang menyebabkan gangguan komunikasi dan
salah pengertian

Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan


masalah ; tahap awal adalah identifikasi masalah yang sedang dihadapi
dengan cara dilakukan pengumpulan sebanyak mungkin informasi.
Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah, masalah yang
paling mencolok harus ditangani lebih dahulu. Setelah analisis dikerjakan,
maka satu atau dua alternatif intervensi harus diusulkan. Pada
pengenalan/rekognisi ada 3 hal yang harus diperhatikan, ketiganya
berinteraksi dalam penerapan ergonomi dengan fokus utama pada sumber
daya manusia.

2.8 Penerapan Ergonomi

7
Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja. Penerapan
ergonomi antara lain dapat dilakukan pada :
1. Pengorganisasian kerja
1) Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus
dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari
sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit
kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.
2) Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke
samping harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan
seperti itu sangat mengurangi ketepatan kerjadan ketrampilan aktivitas
tangan.
3)  Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja dengan
kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
4) Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang
berlawanan. Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka
otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan
memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat terhadap kegiatan
pekerjaan tangan.

2. Tata Letak Tempat Kerja


Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah
penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-
syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut :
1) Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan
mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran
benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
2) Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus
ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan
yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
3) Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian
penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan
tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi
pemakainya.
3. Sikap  kerja

8
1) Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja
dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami penekanan-
penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah.
2) Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan
sikap tubuh pada saat bekerja.
3) Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari
tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke
kiri.
4. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan
ukuran anthropometri barat dan timur.
5. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan
daripada kata-kata.
6. Cara Mengangkat Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yaitu, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang
berlebihan. Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode
kinetik dari Pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada 2
prinsip:
1) Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
2) Untuk memulai gerakan maka digunakan momentum berat badan.

         Metode ini termasuk 5 faktor dasar :


1) Posisi kaki yang benar
2) Punggung kuat dan kekar

9
3) Posisi lengan dekat dengan tubuh
4) Mengangkat dengan benar
5) Menggunakan berat badan

7. Menjinjing Beban

Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO


sebagai
berikut:

- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg

8. Supervisi Medis

Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis


teratur
dengan cara:
1) Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban
kerjanya.
2) Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai
dengan  pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
3) Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya
pada wanita muda dan yang sudah berumur.

2.9 Pengendalian Bahaya Ergonomi

- Eliminasi/penghilangan
- Substansi/mengganti material yang lebih aman
- Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan

10
-Enginering/disain/baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu,
pemisahan lokasi pekerja dengan pekerjaan
- Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja, membuat aturan-aturan,
standar prosedur untuk angkat-angkut, dan cara kerja lainnya.
-Pelatihan
-Pemberian alat pelindung diri/ APD : misalnya pemberian sepatu yg
sesuai dengan alas yang tidak licin

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan
dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik Penerapan Ergonomi di
tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan
sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.
3.2 Saran
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan
dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap
kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya

12
DAFTAR PUSTAKA

Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan . Universitas Chicago. Diarsipkan dari 


yang asli pada 2016-07-22 . Diperoleh 2016-07-26 .
Harrington, J.M.2003. Buku Saku Kesehatan Kerja-Ed. 3. Jakarta: EGC
http://www.ergoweb.com/news/SubscribeNewsletter.cfm
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/tugas-ergonomi-3/
http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF
http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/
https://en.wikipedia.org/wiki/Ergonomic_hazard
http://www.agungfirdausi.my.id/2012/10/metode-dalam-ergonomi.html
http://www.agungfirdausi.my.id/2012/10/metode-dalam-ergonomi.html

13

Anda mungkin juga menyukai