KELOMPOK V
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan Makalah “RESIKO HAZARD DALAM TAHAP IMPLEMENTASI
ASUHAN KEPERWATAN”.Tak lupa pula shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Kami mengucapkan Terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna oleh karena itu,kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A.LATAR BELAKANG...............................................................................................................
B.RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................
C.TUJUAN PENULISAN............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam
dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan,
dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’,
dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung
arti sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain
mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan
tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu
ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program
didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya
(hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian
lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko
kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ).
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan
suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar
namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya. Kehilangan
sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah
satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap tahun
di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja,
kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia
menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu
kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar.
Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal
yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh
sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia
usaha.(DK3N,2007).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk
mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh
tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,
sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya,
asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan
dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009: 233) Beban
Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerja yang
sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita
gangguan atau penyakit akibat kerja.
Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia, biologik,
ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja (misalnya, panas, bising,
berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-
beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan
gangguan atau penyakit akibat kerja. Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan
tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi
antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal
(effendi, Ferry. 2009: 233).
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi
tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh
faktor-faktor pelayanan kesehata kerja, perilaku kerja, serta faktor lainnya (effendi,
Ferry. 2009: 233)
Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi pada
gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada property, area
atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun
kerusakan – kerusakan lainnya. Firence (1978) mendefinisikan hazard sebagai suatu
material atau kondisi yang berpotensi ditempat kerja dimana dengan atau tanpa
interaksi dengan variabel lain dapat menyebabkan kematian, cedera, atau kerugian lain.
C. Jenis-Jenis Hazard
Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka
jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi
dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan
kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja. Sedangkan, bahaya keselamatan
(safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan,
dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas
untuk terjadi rendah. Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak
cidera, kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat
kerja. Biasanya efek dari bahaya keselamatan dapat langsung terlihat pada saat terjadi.
Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
1. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.
2. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
3. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat
yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif
Pengendalian Hazard
Hazard atau bahaya dapat dihindari ataupun dampak dari hazard tersebut dapat
diminimalkan. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu:
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk
mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan hanya
digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan demikian
perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif.
E. Risiko
Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti pemberian.
Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian cedera,
keadaan yang merugikan atau perusakan (Risk is Possibility of loss, injury,disadventage
or destruction). MenurutInternational Labour Organization (ILO), risiko adalah
kemungkinan adanya peristiwa atau kecelakaan yang tidak diharapkan dan dapat terjadi
dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sumber lain menyatakan bahwa risiko adalah adalah ukuran kemungkinan kerugian
yang timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi, dengan kata lain risiko
adalah probabilitas kerusakan atau kerugian dari hazard yang melekat pada spesifik
individu atau kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut. Risiko merupakan
akumulasi dari potensi hazard, konsekuensi yang diakibatkannya, durasi pemaparan dan
probabilitas yang ditimbulkannya. Risiko merupakan gambaran kuantitatif dari
kemungkinan kerugian yang mempertimbangkan kemungkinan suatu hazard yang akan
mengakibatkan suatu peristiwa tersebut (DOE, USA, 1996). Menurut Kolluru (1996) ada
5 macam tipe risiko, yaitu :
1. Risiko Keselamatan
2. Risiko Kesehatan
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian
properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus
risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.
Menurut AS/NZS 4360 : 2004 manajemen risiko adalah suatu kumpulan dari berbagai
tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko – risiko keselamatan dan
kesehatan dalam suatu aktivitas kegiatan.
H. Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola, mencari tahu jenis hazard
apa saja yang mungkin menimbulkan risiko, bagaimana dan mengapa risiko tersebut
muncul.
I. Analisis risiko
J. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses analisis risiko dengan kriteria
evaluasi yang digunakan, menentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak.
K. Pengendalian risiko
Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai berikut (Rachman.
1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):
Fungsi perawat :
Tugas perawat :
.
N. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap Implementasi
Asuhan Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
Upaya pencegahan keccelakaan kerja melalui pengendalian bahaya yang di tempat kerja
yaitu dengan pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman di tempat kerja.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan pelatihan dan
pendidikan,konseling dan konsultasi,pengembangan sumber daya atau teknologi
terhadap tenaga kerja tentang penerapan k3.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen prosedur dan aturan
k3, penyediaan sarana dan prasarana k3 dan pendukungnya, penghargaan dan sanksi
terhadap penerapan k3 di tempat kerja.
Terdapat Juga Beberapa Upaya Pencegahan Lain,Antara Lain :
Contoh Kasus :
Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui positf difteri pasca
menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.
CIREBON – seorang perawat di RSUD Gunung Jati,kota Cirebon, diketahui positif difteri
pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan informasi, perawat tersebut diduga
tertular pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri
tersebut, perawat terkena diffteri berinisal Ru dan bertugas di ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. Ru diketahui merupakan perawat pertama difteri yang
masuk rumah sakit tersebut.
Analisa Kasus 1
Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca menangani dan
melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.
RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan scout dll.
Alasan : meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit / infeksi yang dapat terjadi
terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai perlindungan diri dengan
kasus di atas dapat di hindari jika perawat menggunakan APD lengkap mengingat cara
penularan difteri melalui terpaparnya cairan ke pasien.
Menyediakan sarana untuk mencui tangan atau alkohol gliserin untuk perawat.
Alasan : cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur terpapar
cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan. Cuci tangan
merupakan tindakan aseptic awalawal sebelum ke pasien maupun setelah ke pasien.
Alasan : bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan baik akan
menimbulkan penyebaran penyakit.
Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti mencuci
tangan, memakai APD, dan menggunakan alat kesehatan dalam keadaan
Alasan : agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani meskipun
pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari pendekatan ilmiah
dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk)
terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi.
Hazardadalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi pada gangguan
kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada property, area atau tempat
kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun kerusakan –
kerusakan lainnya. Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis
bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan
bahaya keselamatan kerja
Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari sumber bahaya
(hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu: risiko
keselamatan, risiko kesehatan, risiko lingkungan dan ekologi, risiko finansial, danrisiko
terhadap masyarakat.
B. Saran