Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MARASMUS

OLEH:
KELOMPOK III
ASRI 2118044
FATRA TAIB 2118016
FAUZIA UL-HAQ GANI 2118009
ALAN YUSUF 2118020
DIRA SEPTA KAMUDI 2118012
SOFIA SARTI BILI 2118013
ISABELLA 2118036
RAHMAT SAPII 2118032
NAHDATUL UMMIYATI 2118029
RIBI ANANDA 2118005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2018

1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “MARISMUS”dengan tepat waktu. Dalam menyelesaikan
makalah ini, kami banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan saran dari
berbagai pihak
Kami menyadari didalam penyusunan dan penulisan makalah ini banyak
kekurangannya dari segi teknik dan metode penulisan yang jauh dari sempurna.
Merupakan suatu penghargaan bagi kami apabila ada saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN................................................................

A. LATAR BELAKANG....................................................................

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................

C. TUJUAN.........................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN..................................................................

A. Pengertian marasmus.......................................................................................

B. Etiologi marasmus............................................................................................

C. Patofisiologi marasmus.....................................................................................

D. Skema patofisiologi marasmus.........................................................................

E. Manisfestasi klinik marasmus...........................................................................

F. Pemeriksaan diagnostik pada marasmus...........................................................

G. Penatalaksanaan pada marasmus......................................................................

H. Cara pencegahan pada marasmus.....................................................................

I. Komplikasi marasmus........................................................................................

BAB III: PENUTUP............................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurang kalori protein (KKP) merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang
utama diIndonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah dilaksanakan
melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan
masyarakat. Namun, dilihat dari contoh kasus kurang gizi di Indonesia, masih banyak anak-
anak yang menderita penyakit akibat KKP yang sangat memprihatinkan, salah satunya adalah
marasmus. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan
kepadatan penduduk, adanya infeksi, konsumsi kalori yang tidak memadai yang
mengakibatkan kekurangan protein dan mikronutrisi, cedera atau penyakit menahun, dan
higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun, serta terjadinya krisis
ekonomi di lndonesia. Marasmus adalah permasalahan gizi serius yang terjadi di negara-
negara berkembang. Menurut data WHO sekitar 49% dari 10,4 juta kematian di negara
berkembang pada anak-anak dibawah usia 5 tahun berkaitan dengan defisiensi energi dan
protein. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006 angka kejadian gizi
buruk pada anak balita 1,72 juta jiwa dan gizi kurang sebanyak 11,4 juta jiwa terjadi di
Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian marasmus?

2. Etiologi marasmus?

3. Patofisiologi marasmus?

4. Skema patofisiologi marasmus?

5. Manisfestasi klinik marasmus?

6. Pemeriksaan diagnostik pada marasmus?

7. Penatalaksanaan pada marasmus?

8. Cara pencegahan pada marasmus?

5
9. Komplikasi marasmus?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian marasmus.

2. Untuk mengetahui etiologi marasmus.

3. Untuk mengetahui proses patofisiologi marasmus.

4. Untuk mengetahui bagaimana skema patofisiologi marasmus.

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis marasmus.

6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik marasmus.

7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan marasmus.

8. Untuk mengetahui cara pencegahan marasmus.

9. Untuk mengetahui komplikasi pada marasmus.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan kalori protein.
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan
tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis
yang menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat
gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam
makanan yang kita konsumsi.
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu
pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang
penting bagi tubuh untuk :
1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
2. Sebagai cadangan protein tubuh.
3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin. Dalam darah ada
3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

KLASIFIKASI
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan
dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema: gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema: kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% standar tanpa edema: marasmus (MEP berat)

7
4. Berat badan <60% standar dengan edema: marasmik kwashiorkor. (Ngastiyah, 1997)

B. ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena:
diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan
orangtua-anak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
(Nelson,1999).
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1. Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak: misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.

2. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.

3. Kelainan struktur bawaan


Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis
pancreas.

4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates


Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang.

5. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi
yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi,
kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,
penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.

8
C. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

D. SKEMA PATOFISIOLOGI

Sosial ekonomi Malabsorbsi, infeksi Kegagalan melakukan


rendah anoreksia sintesis protein dan kalori

Intake kurang dari kebutuhan


defisiensi protein dan kalori

Hilangnya lemak Daya tahan tubuh Asam amino esensial dan Kurang
dibantalan kulit menurun produksi albumin ↓ pengetahuan

Turgor kulit ↓ dan Keadaan umum Atrofi atau pengecilan


keriput lemah otot

Kerusakan Risiko infeksi Keterlambatan pertumbuhan


integritas kulit dan perkembangan
Keadaan umum
lemah

Keadaan umum Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


lemah kebutuhan tubuh

9
E. MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberapa waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal,
nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu
makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe
kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orang tua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaringan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
10. Wajah seperti orang tua
11. Cengeng, rewel
12. Perut cekung
13. Iga gambang
14. Sering disertai :
a. Penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
b. Diare kronik atau konstipasi/susah buang air

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB
(dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep)
ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur,

10
biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit
banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada
laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LILA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
b. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
c. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
d. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan,
kaji tanda-tanda vital.
2. Penatalaksanan Diet
Tujuan Diet : Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaan
pasien untuk mencapai keadaan gizi optimal.

3. Pemberian Cairan/Makanan
a. Tahapan pemberian cairan/makanan :
1) Tahapan Stabilisasi (Initial)
Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan
untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau
asidosis dengan pemberian cairan intravena.
2) Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose
5%.
3) Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB
pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam
berikutnya.
b. Tahapan Transisi (Penyesuaian)
Tujuan : memberi bentuk, jenis, dan cara pemberian makanan yg sesuai dg
kemampuan digesti dan absorbsi penderita.

11
1) Porsi kecil tapi sering ( 6-12x pemberian sehari)
2) Umur < 1 tahun / BB < 7 kg : Cair- semi solid spt mkn bayi, ASI diteruskan bila
masih ada dan diperlukan pada saat setelah makan atau mau tidur.
3) Umur > 1 tahun / BB > 7 kg : Semi solid-solid berupa makanan anak 1 th bentuk
cair kemudian lunak dan makanan padat, cairan 150-200 ml/kg BB/hari.
4) Kalori yang diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan protein 2 g/ kgBB/ hari
5) Susu formula / rendah laktosa
6) Bila tak minum susu formula diberi makanan yang yang tak mengandung protein
susu sapi dan bebas laktosa ( preda = formula bubur- tempe)

c. Tahap Rehabilitasi
1) Intake kalori 100- 175 kalori/kgBB/hari. Bentuk jenis dan cara pemberian
disesuaikan dengan makin meningkatnya kemampuan digesti dan absorbsi.
2) Jenis makanan diupayakan disesuaikan dengan apa yang mungkin dapat diberikan
di rumah.
d. Tahapan Pembinaan
Bimbingan pada orang tua untuk memberikan makanan sesuai dengan
kebutuhan, dapat dimulai setiap tahap, dalam bentuk dan jenis makanan yang dapat
disediakan oleh mereka dirumah
Tujuan : ibu dapat merawat anak KEP dan menghindari berulangnya KEP
1) Intake 100-120 kalori / kgBB/hari, protein 2-3 g/kgBB/hari
2) Anak dengan Gizi Buruk boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira
90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan
penyakit infeksi telah teratasi.
3) Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat
makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari.

12
H. PENCEGAHAN
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 bulan ke
atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program KB untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan
usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis
kurang gizi, dengan cara penimbangan BB tiap bulan.

I. KOMPLIKASI
1. Infeksi tuberculosis
2. Parasitosis, disentri
3. Malnutrisi kronik
4. Gangguan tumbuh kembang.
5. Hipoglikemia
6. Hipotermia
7. Dehidrasi
8. Gangguan fungsi vital
9. Gangguan keseimbangan elektrolit

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status, agama, alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai,
sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan
gizi.

b. Riwayat Keperawatan Sekarang


Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi
dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif
lama).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.

d. Pola-pola fungsi kesehatan meliputi;


1) Pola nutrisi : Pada penderita marasmus biasanya mengalami penurunan nafsu
makan dan mual muntah.
2) Pola Eliminasi : Penderita marasmus biasanya sering disertai dengan diare.
3) Pola aktivitas : Penderita marasmus biasanya mengalami gangguan dengan
aktifitasnya karena mengalami kelemahan tubuh yang disebabkan adanya
gangguan metabolisme.

14
4) Pola istirahat dan tidur : Anak dengan marasmus biasanya sering rewel karena
selalu merasa lapar meskipun sudah diberi susu sehingga sering terbangun di
malam hari.

e. Pengkajian fisik
1) Keadaan umum yang meliputi: kesadaran Composmentis, lemah, rewel, kebersihan
kurang, berat badan, tinggi badan, nadi, suhu, dan pernapasan.
2) Kepala : Lingkar kepala biasanya lebih kecil dari ukuran normal, warna
rambut kusam.
3) Muka : Tampak seperti wajah orang tua
Mata : Pada penderita marasmus biasanya konjungtifa anemis
Hidung : Pada penderita marasmus biasanya terpasang sonde untuk memenuhi
intake nutrisi, terdapat secret
Mulut : Biasanya terdapat lesi dan mukosa bibir kering.
4) Leher : Biasanya leher mengalami kaku kuduk.
5) Torax : Ada tarikan dinding dada, wheezing, ronchi.
6) Abdomen : Ada acites, bising usus meningkat, suara hipertympani.
7) Extremitas :
Atas : Lingkar lengan atas standar normal, akral hangat
Bawah : Edema tungkai
8) Kulit : Keadaan turgor kulit menurun, kapilary refill lebih dari 3 detik, kulit
keriput.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang).
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi.

15
C. RENCANA PERAWATAN

N No dx
Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
O kep
1. I Tujuan: Pasien mendapat 1. Dapatkan riwayat 1. Untuk
nutrisi yang adekuat diet mengetahui asupan
Kriteria hasil : 2. Dorong orangtua kalori
Meningkatkan masukan atau anggota 2. Untuk
oral keluarga lain untuk meningkatkan
menyuapi anak atau selera makan
ada disaat makan 3. Meningkatkan
3. Sajikan makan asupan nutrisi
sedikit tapi sering 4. Proses
4. Sajikan porsi kecil penyembuhan pada
makanan dan anak
berikan setiap porsi
secara terpisah
2. II Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor tanda-tanda 1. Mengetahui
dehidrasi vital dan tanda-tanda keadaan umum
Kriteria hasil : Mukosa dehidrasi 2. Mengetahui intake
bibir lembab, tidak 2. Monitor jumlah dan dan output cairan
terjadi peningkatan suhu, tipe masukan cairan dalam tubuh
turgor kulit baik. 3. Ukur haluaran urine 3. Mengetahui output
dengan akurat cairan dalam tubuh

16
3. III Tujuan : Tidak terjadi 1. Monitor kemerahan, 1. Mengetahui
gangguan integritas kulit pucat,ekskoriasi keadaan umum
Kriteria hasil : Kulit 2. Dorong mandi 2x 2. Untuk
tidak kering, tidak sehari dan gunakan meningkatkan
bersisik, elastisitas lotion setelah mandi personal hygiene
normal 3. Massage kulit 3. Mempelancar
Kriteria hasil peredaran darah
ususnya diatas
penonjolan tulang
4. IV Tujuan : Pasien tidak 1. Mencuci tangan 1. Meningkatkan
menunjukkan tanda- sebelum dan sesudah kebersihan
tanda infeksi melakukan tindakan personal
Kriteria hasil : suhu 2. Pastikan semua alat 2. Mencegah
tubuh normal 36,6 C- yang kontak dengan terjadinya infeksi
37,7 C,lekosit dalam pasien bersih/steril 3. Meningkatkan
batas normal 3. Instruksikan pekerja pengetahuan pada
perawatan kesehatan keluarga
dan keluarga dalam 4. Sesuai dengan
prosedur control program
infeksi
4. Antibiotik sesuai
program

17
5. V Tujuan : pengetahuan 1. Tentukan tingkat 1. Agar keluarga
pasien dan keluarga pengetahuan pasien
bertambah orangtua pasien mengetahui
Kriteria hasil : 2. Mengkaji kebutuhan kesehatan lebih
Menyatakan kesadaran diet dan jawab lanjut
dan perubahan pola pertanyaan sesuai 2. Program
hidup,mengidentifikasi indikasi kesehatan
hubungan tanda dan 3. Dorong konsumsi 3. Proses pemulihan
gejala. makanan tinggi serat penyakit
dan masukan cairan 4. Meningkatkan
adekuat pengetahuan
4. Berikan informasi orang tua
tertulis untuk
orangtua pasien

D. EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah dikatakan teratasi apabila Pasien mendapat nutrisi yang adekuat dan mampu
meningkatkan masukan oral.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
·       Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
·       Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi,
2001:196).

B. SARAN
Untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya
berharap bagi pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah
ini.Terima kasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. 2016. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC


Johnson, Marion dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby
Lubis, N. U. 2018. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.     
Mansjoer,Arif. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media
Aescullapius.
Markum, A, H. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby

NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &


Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2016. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai