Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PDA (Persistent Ductus Arteriosus)

KELOMPOK I

RAHMATIA PAKAYA (2118004)


FATRA TAIB (2118016)
YANTI (2118017)
ADELISYA PUTRI MAARUF (2118015)
NAHDATUL UMMIYATI (2118029)
FADIL ASHARI EKA SAPUTRA (2118028)
MAXI MILIANUS UMBU PATI (2118041)
NURFITLAINA (2118026)
ALPIN MARHABA (2118019)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil‘alamin, dengan segala kerendahan hati, kami panjatkan puji dan
syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PDA (Patent Ductus Arteriosus) ” dan teman-teman
yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku penulis berharap semoga kelak makalah ini dapat berguna dan juga
bermanfaat serta menambah wawasan tentang pengetahuan kita semua tentang pentingnya
Mempelajari Kesehatan Komunitas. Dalam pembuatan makalah ini kami sangat menyadari
masih sangat banyak terdapat kekurangan di sana sini dan masih butuh saran untuk
perbaikannya.

 Akhir kata, semoga makalah yang sederhana bisa dengan mudah di mengerti dan
dapat di pahami maknanya. Kami minta maaf bila ada kesalahan kata dalam penulisan
makalah ini, serta bila ada kalimat yang kurang berkenan di hati pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................
B. Rumusan masalah.................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi....................................................................................................
B. Anatomi..................................................................................................
C. Patofisiologi............................................................................................
D. Etiologi...................................................................................................
E. Manifestasi klinis...................................................................................
F. Pemeriksaan diagnostik........................................................................
G. Penatalaksaan........................................................................................
H. Komplikasi.............................................................................................
BAB III konsep dasar asuhan keperawatan
A. Pengkajian.............................................................................................
B. Diagnosa.................................................................................................
C. Perencanaan...........................................................................................
D. Intervensi dan implementsi..................................................................
E. Evaluasi..................................................................................................
F. Discharge planning...............................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak
menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yg menghubngkn aorta & arteri
pulmonalis) dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada
pembuluh darah yang terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan
yg > rendah di arteri pulmonal à menyebabkan Left to Right Shunt. Penyakit jantung
kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur
jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.Penyakit jantung
bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak
dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi.
Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah
mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Agar dapat memberikan asuhan
keperawatan sebaik-baiknya, perlu mengetahui gejala-gejala dini penyebab serta
permasalahannya. Kita ketahui bahwa peran perawat yang paling utama adalah
melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan pada system sirkulasi,
sehingga dalam hal ini masyarakat perlu diberikan pendidikan kesehatan yang efektif
guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalaha.
a. Bagaimana anatomi dari PDA(Patent Ductus Arterious)?
b. Apa pengertian dari penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
c. Apa saja etiologi dari penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
d. Bagaimana patofisiologi dari penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)?
e. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)
f. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk penyakit PDA(Patent Ductus
Arterious)?
g. Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit PDA(Patent Ductus Arterious)
C. Tujuan  
a.Mengetahui dan memahami anatomi PDA(Patent Ductus Arterious).
b.Mengetahui dan memahami definisi PDA(Patent Ductus Arterious).
c.Mengetahui dan memahami etiologi PDA(Patent Ductus Arterious).
d.Mengetahui dan memahami pathofisiologi PDA(Patent Ductus Arterious).
e.Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis PDA(Patent Ductus Arterious).
f.Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada PDA(Patent Ductus
Arterious).
g.Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan PDA(Patent Ductus
Arterious).
h.Mengetahui dan memahami komplikasi dari PDA(Patent Ductus Arterious).
i.Mengetahui dan memahami prognosis PDA(Patent Ductus Arterious).
j.Mengetahui dan memahami pencegahan PDA(Patent Ductus Arterious).
k.Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan PDA(Patent Ductus Arterious).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10-15 jam setelah lahir dan secara
anatomis menjadi ligamentum arteriosus pada usia 2-3 minggu. Bila tidak menutup
disebut Duktus Arteriosus Persistent.(Buku ajar kardiologi FKUI, 2001).
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235). Patent
Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002)
Duktus Arteriosus Persisten (DAP) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka
setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7 % dari seluruh penyakit jantung bawaan.
Duktus Arteriosus Persisten sering dijumpai pada bayi prematur. Insiden bertambah
dengan berkurangnya masa gestasi.
PDA merupakan kelainan dimana terdapat kegagalan ductus arterious utuk
menutup setelah lahir sehingga terdapat hubungan langsung antara aorta dengan erteri
pulmunalis.
Duktus Arteriosus Paten (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka
setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh PJB. duktus arteriosus
patent sering dijumpai pada bayi premature,insidennya bertambah dengan
berkurangnya masa gestasi.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Patent Ductus
Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan jantung
kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus
yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan
pasca kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam
waktu 2 bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai
ligamentum arteriosum.
B. Anatomi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah
pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta) dalam masa kehamilan
(fetus). Hubungan ini (shunt) diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang
belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan
bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian
masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali
ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian yang diteruskan ke
paru. Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin
yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal
duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara
anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Dinding duktus
arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang tersusun spiral.
Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang
berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan
tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif
terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah
persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah
eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan
meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam
waktu 2 minggu.
C. Pathofisiologi
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke
kanan ini menyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin
banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri.
Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini
menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yangprogresif.
Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler
pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan
penurunan difusi oksigen dan hipoksia dan terjadi konstriksi arteriol paru yang
progresif. Akan terjadi hiperte nsi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini
tidak dikoreksi melalui terapi medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung
pada respons kontriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor
lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah kerja prostaglandin, tahapan
pulmoner dan sistemik, besarnya duktus dan keadaan si bayi (prematur atau cukup
bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurangdapat ditoleransi
karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirau kiri ke
kanan itu cenderung lebih besar.
D. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaanbelum diketahui pasti,tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan.
1. Faktor Pre natal : Ibu menderita penyakit infeksi :
a. Rubella semasa trimester.
b. Ibu alkoholisme dan merokok
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit diabetes melitu (DM) yang memerlukan insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
f. Prematur

2. Faktor Genetika
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah/ibu menderita penyakit jantung bawaan
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down
d. Lahir dengan kelainan bawaanyang lain
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas).
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir.
Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) diantaranya :
1. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.
2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas).
3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-
loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).
4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik.
5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
6. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah.
7. Apnea dan Tachypnea.
8. Nasal flaring dan Retraksi dada.
9. Hipoksemia
10. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).

Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar
akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa :
1. Tidak mau menyusu
2. Berat badannya tidak bertambah
3. Berkeringat.
4. Kesulitan dalam bernafas
5. Denyut jantung yang cepat.

Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung


kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur. Manifestasi klinis menurut
Kapita Selekta Kedokteran: DAP KGejala tampak berat sejak minggu-minggu
pertama kehidupan. Pasien sulit makan dan minum hingga berat badannya tidak
bertambah dengan memuaskan, tampak dispneu atau takikpneu dan banyak
berkeringat bila minum. Pada pemeriksaan tidak teraba getaran bising sistolik dan
pada auskultasi terdengar bising kontinu atau hanya bising sistolik. Bising
middiastolik terdengar di apeks Karena aliran darah berlebihan melalui katub nitral
(stenosis mitral relatif). Bunyi jantung II tunggal dank eras. Gagal jntung mungkin
terjadi dan biasanya di dahului infeksi saluran nafas bagian bawah. DAP Besar
dengan hipertensi pulmonal. Pasien duktus arteriosus besar apabila tidak di obati
akan berkembang menjadi hipertensi pulmonal akibat penyakit vaskuler paru, yakni
suatu komplikasi yang di takuti. Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari
1th namun jauh lebih sering terjadi pada tahun ke 2 atau ke 3. Komplikasi ini
berkembang secara progesif, sehingga akhirnya ireversibel, dan pada tahap tersebut
operasi koreksi tidak dapat di lakukan.
Gejala : Proses infeksi, kemoterapi radiasi. Adanya perawatn gigi
Tanda : Perawatan gigi / mulut 3.Gangguan Tumbuh Kembang Anak Pada bayi PDA
ini bisa dikenali dari sejumlah gejala, misalnya lekas letih, sering panas dan batuk, ada
gangguan atau sering berhenti saat menyusu ibunya untuk bernapas. Gejala khas
lainnya adalah biru pada ujung kuku-kuku dan lidah. Dengan gejala tersebut dapat
menganggu tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan mestinya

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis gas darah arteri
a. Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru overcirculation.
b. Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan hypoxemia dari
CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis atau intra-alveolar cairan /
pulmonary edema).
c. Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus sirkulasi
janin); kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah, aliran darah paru berkurang
dengan dihasilkannya hypoxemia, sianosis, dan mungkin acidemia hadir.
2. Foto thorak:
Atrium ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran
vaskuler paru meningkat.
3. Ekokardiografi: Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri) sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna: digunakan untuk mengevaluasi aliran
darah dan arahnya.
5. Elektrokardiografi (EKG): Bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil
tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
6. Kateterisasi jantung: Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan efek tambahan
lainnya.7.Magnetic Resonance Imaging (MRI).

G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Penatalaksanaan konservatif: Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan:
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan
diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskuler. Pemberian
indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan
duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis
bakterial.
b. .Pembedahan: pemotongan atau pengikatan duktus.
c. Non pembedahan: penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung

2. Keperawatan
Pasien PDA baru dirawat di rumah sakit bila sedang mendapat infeksi
saluran napas, karena biasanya sangat dipsnea dan sianosis sehingga pasien
terlihat payah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya terjadinya
gagal jantung, resiko terjadinya infeksi saluran napas, kebutuhan nutrisi,
gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
a. Bahaya terjadinya gagal jantung
Dengan adanya pirau kiri dari kiri ke kanan darah yang mengalir ke bilik
kanan menjadi lebih banyak. Ini berarti beban arteri pulmonalis dan otot bilik
kanan yang ototnya tidak setebal bilik kiri akan menjadi lebih berat
danakibatnya akan terjadi gagal jantung. Bayi memerlukan perawatan yang
baik dan pengawasan medis yang teratur agar bila terjadi sesuatu lekas
dapatdiambil tindakan, karena itu bayi harus secara teratur kontrol di bagian
kardiologi atay dokter yang menanganinya.
b. Resiko Infeksi
Saluran PernapasanPasien dengan pirau kiri ke kanan mudah mendapat
infeksi saluran napas karena darah di dalam paru-paru lebih banyak sehingga
pertukaranoksigen tidak adekuat. Dalam perawatan perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Ruangan harus cukup ventilasi, tetapi boleh terlalu dingin
2. Baringkan dengan kepala lebih tinggi (semi fowler)
3. Jika banyak lendir baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan
memberi ganjal di bawah bahunya (untuk memudahkan lendir keluar).
4. Sering isap lendirnya, bila terlihat banyak lendir di dalam mulut, bila akan
memberi minum, atau bila akan mengubah sikap berbaringnya
5. Ubah sikap berbaringnya setiap 2 jam. Lap dengan air hangat bagian yang
tertekan dan diberi bedak
6. Bila dipnea sekali diberikan oksigen 2-4 L per menit. Lebih baik periksa
astrup dahulu untuk menentukan kebutuhan oksigen yang sebenarnya
sesuai dengan kebutuhan.
7. Observasi tanda vital.

c. Kebutuhan nutirisi
Karena bayi susah makan/minum susu maka masukan nutrisi tidak
mencukupi kebutuhannya untuk pertumbuhan. Kecukupan makanan sangat
diperlukan untuk mempertahankan kesehatan bayi sebelum dioperasi.
Makanan yang terbaik adalah ASI, jika tidak ada ASI diganti dengan susu
formula yang cocok. Berikan makanan tambahan yang sesuai dengan umurnya
misalnya buah, biskuit, bubur susu atau tim saring.Bayi yang sangat dipsnea
susah mengisap dot atau menetek, maka perlu dipasang infus untuk memenuhi
kalori dan dapat juga untuk memasukkan obat secara intravena atau untuk
koreksi asidosis. Infus biasanya diberikan cairan 3:1, yaitu glukosa 5%
dikombinasi dengan NaCL 0,9 %. Perhatikan tetesan tidak boleh terlalu cepat
karena memnambah bebankerja jantung.
d. Gangguan rasa aman dan nyaman

1) Baringkan semifowler untuk menghindari isi rongga perut mendesak


paru.
2) Berikan oksigen sesuai dengan keadaan sianosisnya (rumus 1-2
L/menit)
3) Ubah posisi tidur setiap 2-3 jam, lap tubuhnya supaya kering,
kemudian dibedaki, hati-hati debu bedak terhirup yang
menyebabkan pasien batuk.
4) Selimuti pasien agar tidak kedinginan tetapi tidak boleh
mengganggu pernapasan.
5) Hati-hati jika menghisap lendir, jangan memacu mundurnya kateter.
6) Jika bekas infis terjadi hematoma, oleskan jel thrombophob atau
kompres dengan alkohol.
7) Jika orang tua tidak menunggui harus lebih diperhatikan, ajak
berbicara walaupun pasien seorang bayi.
8) Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakitOrang tua pasien
perlu dibertahu bahwa pengobatan anaknya hanya dengan jalan
operasi. Selama operasi belum dilakukan anak akan selalu menderita
infeksi saluran pernapasan berulang, sedangkan untuk operasi
diperlukan kesehatan tubuh yang baik karenanya anak perlu
perawatan yang cermat.

H. Komplikasi
Sebuah ductus arteriosus paten kecil mungkin tidak menimbulkan
komplikasi. Namun cacat yang lebih besar yang tidak diobati dapat berakibat buruk,
antara lain :
1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal). Bila terlalu banyak
darah terus beredar melalui jantung arteri utama melalui patent ductus
arteriosus, dapat menyebabkan hipertensi pulmonal. Pulmonary hypertension
can cause permanent lung damage. Hipertensi paru dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru permanen. Sebuah ductus arteriosus paten yang besar dapat
menyebabkan Eisenmenger’s syndrome, suatu jenis ireversibel hipertensi paru.
2. Gagal jantung. Sebuah paten ductus arteriosus pada akhirnya dapat
menyebabkan otot jantung melemah, menyebabkan gagal jantung. Gagal
jantung adalah suatu kondisi kronis di mana jantung tidak dapat memompa
secara efektif.
3. Infeksi jantung (endokarditis). Orang-orang dengan masalah jantung struktural,
seperti patent ductus arteriosus, berada pada risiko tinggi infeksi endokarditis
daripada populasi umum. Endokarditis infeksi adalah suatu peradangan pada
lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
4. Detak jantung tidak teratur (aritmia). Pembesaran hati karena ductus arteriosus
paten meningkatkan resiko aritmia. Ini biasanya terjadi peningkatan risiko
hanya dengan ductus arteriosus paten yang besar.
5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
8. Enterokolitis nekrosis
9. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasi
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data. Pengkajian keperawatan
ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
1. Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau
kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory
distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan
hiposekmia.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi
dari rubella.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku
anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak,
koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit
anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
2. Pengkajian Keperawatan

a. Aktivitas / istirahat, Gejala : Kelemahan, kelelahan. Pusing, rasa


berdenyut. Gangguan tidur.Tanda : Takikardi, gangguan pada TD,
Dispnea.
b. Sirkulasi, Gejala : Riwayat kondisi pencetus, contoh demam rematik,
hipertensi, kondisi kongenital (kerusakan atrial-septal ). Riwayat murmur
jantung, palpitasi. Batuk dengan / tanpa produksi sputumTanda : Sistolik
TD menurun. Tekanan nadi : penyempitan (SA); luas (IA). Nadi karotid :
lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan pulsasi arteri
terlihat (IA). Nadi apikal : PMI kauat dan terletak di bawah kanan dan kiri
(IM);secara lateral kuat dan perpindahan tempat (IA). Murmur : murmur
sistolik pada area pulmonik (IP). Bunyi renadah, murmur diastolik gaduh
(SM). Murmur sitolik terdengar baik pada apek (MR ). Murmur sistolik
terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher ( SA ).
c. Integritas Ego
Gejala : Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus
menyempit, gemetar.
d. Makanan / cairan, Gejala : Disfagia ( IM kronis ). Perubahan bb.
Penggunaan deuretikTanda : Edema umum. Hepatomegali dan ascites.
Hangat, kemerahan dan kulit lemabab. Pernafasan payah dan bising
dengan terdengar krekles dan mengi.
e. Neurosensori. Gejala : Pusing / pingsan karena aktivitas yang berlebihan
f. Nyeri / kenyamanan, Gejala : Nyeri dada, angina. Nyeri dada nion angina /
tidak khas
g. Pernapasan, Gejala : Dispnae. Batuk menetapTanda : Takipnae. Bunyi
napas mengih. Sputum banyak dan bercak darah ( edema pulmunal ).
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini menggunakan pemeriksaan persistem dari B1-B6
a. Pernafasan, B1 (Breath) Nafas cepat, sesak nafas, bunyi tambahan (marchinery
murmur), adanya otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
b. Kardiovaskuler, B2 (Blood) Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri,
peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
c. Persyarafan, B3 (Brain) Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan
kesadaran.
d. Perkemihan, B4 (Bladder) Produksi urin menurun (oliguria).
e. Pencernaan , B5 (Bowel) Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan
tidak habis.
f. Muskuloskeletal/integument, B6 (Bone)Kemampuan pergerakan sendi
terbatas, kelelahan

B. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung


b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmona
d. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan

C. Intervensi dan Implementasi

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung


Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, proksismal nokturnal dispnea,
peningkatan cvp
2. Monitor tanda dan gejala sekunder penuruna curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Monitor EKG 12 sadapan posisikan pasien semifowler atau foeler
dengan kaki kebawah atau posisi nyaman berikan daya jantung yang
sesuai (batasi misannya asupan kavein, vasi natrium kolestrol dsn
makanan tinggi lemak anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap,
anjurkan berhenti merokok kolaborasi pemberian antiaripmia
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Intervensi :

1. Indetifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


2. Memonitor kelelahan fisik dan emosional
3. Memonitor pola jam tidur
4. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
5. Fasilitasi duduk disisi di tempat tidur
6. Anjurkan tirah baring
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal


Intervensi :
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

d. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan

Intervensi :

1. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi


2. Identifikasi kontra indikasi pemberian imunisasi
3. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan kepelayanan kesehatan
4. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
5. Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya.Tujuan dari evaluasi ini adalah
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau
tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 1989).Evaluasi yang
diharapkan pada penyakit PDA pada anak adalah:
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru
3. Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adukuat
4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
5. Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman

E. Discharge Planning
1. Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
2. Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan
kondisi penyakit
3. Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
a. Teknik pemberian obat
b. Teknik pemberian makanan
c. Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda
komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah
kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi)
duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal
setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi. Biasanya duktus arteriosus akan menutup
secara normal dalam waktu 2 bulan dan meninggalkan suatu jaringan ikat yang
dikenal sebagai ligamentum arteriosum.
B. Saran
1. Bagi Ibu dan Keluarga Penderitaa.Setelah mengetahui mengetahui PDA, ibu dan
keluarga penderita diharap bisa memberikan perawatan yang optimal bagi anaknya,
senantiasa menjaga kesehatan anak, serta senantiasa optimis bahwa penyakit
anaknya dapat disembuhkan.b.Bagi ibu yang sedang hamil, diharap memeriksakan
kehamilannya secara rutin mengingat bahwa penyakit PDA dapat disebabkan oleh
infeksi virus rubella ketika prenatal.
2. Bagi Tenaga KesehatanTenaga kesehatan yang merawat penderita PDA diharap
bisa memberikan perawatan terbaik untuk mengobati dan merawat penderita.3.Bagi
MasyarakatMasyarakat diharap mampu memberikan dukungan secara psikologis
untuk membantu proses penyembuhan penderita PDA serta mensuport keluarga
penderita.4.Bagi MahasiswaDiharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada penderita PDA dengan baik untuk mengurangi komplikasi yang
lebih buruk
DAFTAR PUSTAKA\

Wayan.2013.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Cardiovaskuler.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Terry. 2011. Asuhan Keperawatan klien dengan PDA.
http://terrylay.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-klien-dengan-pda-html
. Diakses Rabu 11 Juni 2014 pukul 21.17
Kasron.2012.Gangguan Sistem Kardiovaskuler.Yogyakarta : Muha MedikaMuttaqin
Anonym. Penyakit Jantung Bawaan. http://www.penyakitjantung.net/penyakit-jantung-
bawaaan . Diakses Rabu 11 Juni 2014 pukul 21.22Anonym

Anda mungkin juga menyukai