Anda di halaman 1dari 19

UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RISIKO DAN HAZARD

PADA TAHAP IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN


Dosen : Melisa Frisilia, M.Kes., M.Kes

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

Bella Azsaria 2018.C.10a.0960


Lala Veronica 2018.C.10a.0974
Leonardo 2018.C.10a.0975
Octavia Maretanse 2018.C.10a.0979
Oktaviona 2018.C.10a.0980
Rivaldo Setyo P. 2018.C.10a.0982
Sapta 2018.C.10a.0994
Trisia Vironika 2018.C.10a.0990
Windy Widiya 2018.C.10a.0991

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan

berkat, rahmat, karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dengan judul “Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan

Hazard Pada Tahap Implementasi Asuhan Keperawatan “.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Dan kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi teman teman semua, untuk kedepannya dapat memeperbaiki

bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman

yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para

pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini dalam pengembangan dunia keperawatan dimasa

depan.

Palangka Raya, 09 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.....................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………………..……....…………......1

1.2 Rumusan masalah…………………………………..……....…………2

1.3 Tujuan…………………………………..……....…………......………2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Faktor Resiko Hazard Di Tempat Kerja……………..……....……3

2.2 Hazard dan Pengendaliannnya………….…………………………3

2.3 Jenis-Jenis Hazard………………………………………………….9

2.4 Pengendalian Hazard……………………………………………...11

2.5 Risiko……………………………………………………………….14

2.6 Manajemen Risiko…………………………………………………

2.7 Penerapan Keperawatan Kesehatan Kerja………………………

2.8 Fungsi Dan Tugas Perawat Dalam K3……………………………

2.9 Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada

Tahap Implementasi Asuhan Keperawatan………………

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………..……....………….....20

3.2 Saran…………………………………..……....…………......…….20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya
korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia ini
merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Setiap tahun di
dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat
kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD.
Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode
2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat
tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian
dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai
peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor
formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia
usaha.(DK3N,2007).

Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja


dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada
waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya
perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman,
sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas
kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya
dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah
korban manusia. Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan
dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci
keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik sebagai subyek
maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya risiko
yang diperoleh.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat


disimpulkan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana factor hazard dan resiko di tempat kerja?

2. Bagaimana cara mengendalikan Hazard ?

3. Bagimana Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard ?

4. Bagaimana peran perawat dalam K3?

5. Bagaimana upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada


tahap implementasi asuhan keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Bertitik tolak dari rumusan masalah diatas, rumusan tujuan yang dapat
kami simpulkan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui factor hazard dan resiko di tempat kerja.

2. Untuk mengetahui cara mengendalikan Hazard.

3. Untuk mengetahui Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard.

4. Untuk mengetahui peran perawat dalam K3.

5. Untuk mengetahui upaya pencegah dan meminimalkan risiko dan hazard


pada tahap implementasi asuhan keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor Resiko Hazard Di Tempat Kerja

Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi


bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.

Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang


potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian
yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi
bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko”
tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan
dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat
dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009: 233):

1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,


kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja
yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal
seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi
awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi
kerja, dll.

3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja
(misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.

Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama


dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi,
Ferry. 2009: 233).

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang


berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat
pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan
lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata kerja, perilaku
kerja, serta faktor lainnya (effendi, Ferry. 2009: 233)

2.2 Hazard dan Pengendaliannnya

Berdasarkan National Safety Council mengatakan bahwa hazard adalah


faktor faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan
mempunyai potensi menimbulkan efek kesehatan maupun keselamatan pekerja
serta lingkungan yang memberikan dampak buruk.

Sedangkan menurut Miles Nedved hazard adalah suatu aktivitas atau sifat
alamiah yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Pengertian berdasarkan Frank
Bird Jr, hazard adalah suatu kondisi atau tindakan yang dapat berpotensial
menimbulkan kecelakaan dan kerugian (AS/NZS, 1999).

Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi


pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada
property, area atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses
produksi ataupun kerusakan – kerusakan lainnya.

Firence (1978) mendefinisikan hazard sebagai suatu material atau kondisi


yang berpotensi ditempat kerja dimana dengan atau tanpa interaksi dengan
variabel lain dapat menyebabkan kematian, cedera, atau kerugian lain.
Komponen Bahaya :

1. Karakteristik material.

2. Bentuk material.

3. Hubungan pekerjaan dan efek.

4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.

5. Tingkah laku pekerja.

2.3 Jenis-Jenis Hazard

Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis


bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan
kerja dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya
fisisk, kimia, biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada
kesehatan dan kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja. Sedangkan,
bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang terlibat
dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut,
konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.

Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera,


kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat
kerja. Biasanya efek dari bahaya keselamatan dapat langsung terlihat pada saat
terjadi.

Jenis-jenis safety hazard, antara lain :

1. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang
bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit,
tergores, terbentur, dan lain-lain.

2. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.

3. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat
yang
4. Mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.

2.4 Pengendalian Hazard

Hazard atau bahaya dapat dihindari ataupun dampak dari hazard tersebut
dapat diminimalkan. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam
metode, yaitu:

1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,


ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).

2. Pendidikan dan pelatihan.

3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,


penghargaan, dan motivasi diri.

4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.

5. Penegakan hukum.

6. Pemberian alat pelindung diri/ APD

7. Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk
mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan hanya
digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan
demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif.

2.5 Risiko

Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti
pemberian. Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya
kerugian cedera, keadaan yang merugikan atau perusakan (Risk is Possibility of
loss, injury, disadventage or destruction). Menurut International Labour
Organization (ILO), risiko adalah kemungkinan adanya peristiwa atau kecelakaan
yang tidak diharapkan dan dapat terjadi dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sumber lain menyatakan bahwa risiko adalah adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi, dengan
kata lain risiko adalah probabilitas kerusakan atau kerugian dari hazard yang
melekat pada spesifik individu atau kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut.
Risiko merupakan akumulasi dari potensi hazard, konsekuensi yang
diakibatkannya, durasi pemaparan dan probabilitas yang ditimbulkannya. Risiko
merupakan gambaran kuantitatif dari kemungkinan kerugian yang
mempertimbangkan kemungkinan suatu hazard yang akan mengakibatkan suatu
peristiwa tersebut (DOE, USA, 1996). Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe
risiko, yaitu :

 Risiko Keselamatan

Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan


konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat
efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus
pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.

 Risiko Kesehatan

Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi


rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih
berfokus pada kesehatan manusia.

 Risiko Lingkungan dan Ekologi

Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara


populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak
yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.

 Risiko Finansial

Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian
properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus
risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.

 Risiko Terhadap Masyarakat


Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap
kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat
terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.

2.6 Manajemen Risiko

Menurut AS/NZS 4360 : 2004 manajemen risiko adalah suatu kumpulan


dari berbagai tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko – risiko
keselamatan dan kesehatan dalam suatu aktivitas kegiatan.

Manfaat dilakukannya manajemen risiko adalah (AS/NZS 4360 : 2004) :

1. Mengurangi kejadian yang tidak dapat terduga

2. Mencari kesempatan atau peluang

3. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektifitas

4. Meningkatkan keuntungan ekonomis dan efisiensi

5. Meningkatkan informasi sebagai masukan sebagai proses pengambilan


keputusan

6. Meningkatkan reputasi organisasi atau perusahaan

7. Sebagai komitmen direksi untuk melindungi pekerja

8. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas, kepercayaan,


dan governance.

9. Meningkatkan kesejahteraan kesehatan personal dan pekerja lainnya.

Tahapan proses manajemen risiko (AS/NZS 4360 : 2004), yaitu :

 Penetapan ruang lingkup

Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan, metode atau cara pelaksanaan


manajemen risiko, serta pencapaian yang ditargetkan oleh perusahaan.

 Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola, mencari tahu
jenis hazard apa saja yang mungkin menimbulkan risiko, bagaimana dan mengapa
risiko tersebut muncul.

 Analisis risiko

Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan faktor probabilitas


atau likelihood dan konsekuensi, dengan mempertimbangkan upaya pengendalian
risiko yang telah dilakukan.

 Evaluasi risiko

Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses analisis risiko dengan
kriteria evaluasi yang digunakan, menentukan apakah suatu risiko dapat diterima
atau tidak.

 Pengendalian risiko

Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko, terutama risiko dengan


tingkat tinggi dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi

 Monitoring dan review

Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat risiko, serta


efektifitas program, penanganan risiko yang telah dilakukan agar selanjutnya
dapat ditentukan tindakan koreksi dan perbaikan yang perlu dilakukan.

 Komunikasi dan konsultasi

Melakukan komunikasi dua arah antara pihak manajemen dan pekerja untuk
mendapatkan masukan mengenai implementasi pengelolaan risiko di tempat kerja
guna perbaikan system pengelolaan risiko tersebut.

2.7 Penerapan Keperawatan Kesehatan Kerja

Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan


tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai
berikut (Rachman. 1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat

2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya


hambatan.

2.8 Fungsi Dan Tugas Perawat Dalam K3

Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):

1. Fungsi perawat.

2. Mengkaji masalah kesehatan.

3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja.

4. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja.

5. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan

6. Tugas perawat

7. Mengawasi lingkungan pekerja

8. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan

9. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja

10. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja

11. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di


rumah kepada

12. pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

13. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja

14. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja

15. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan


keluarganya
16. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja

17. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

2.9 Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Implementasi Asuhan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di
harapkan (Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997 )

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang


telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko Implementasi Keperawatan :

1. membantu dalam aktifitas sehari-hari

2. konseling

3. memberikan asuhan keperawatan langsung.

4. Kompensasi untun reaksi yang merugikan.

5. Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien utnuk


prosedur.

6. Mencapai tujuan perawatan mengawasi dan menggevaluasi kerja dari


anggota staf lain.

Tiga prinsip pedoman implementasi asuhan keperawatan :

1. Mempertahankan keamanan klien

2. Memberikan asuhan yang efektif

3. Memberikan asuhan yang seefisien mungkin

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Sama Secara Umum


1. Upaya pencegahan keccelakaan kerja melalui pengendalian bahaya yang
di tempat kerja yaitu dengan pemantauan dan pengendalian kondisi tidak
aman di tempat kerja.

2. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan


pelatihan dan pendidikan,konseling dan konsultasi,pengembangan sumber
daya atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan k3.

3. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui sistem manajemen prosedur


dan aturan k3, penyediaan sarana dan prasarana k3 dan pendukungnya,
penghargaan dan sanksi terhadap penerapan k3 di tempat kerja.

Terdapat Juga Beberapa Upaya Pencegahan Lain,Antara Lain :

Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna,terdiri dari


pelayanan promotif,prefentif,kuratif dan rehabilitative yang di laksanakan dalam
suau system yang terpadu.

Contoh Kasus

“Seorang perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri”

Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, kota Cirebon, diketahui positf


difteri pasca menangani pasien yang menderita penyakit yang sama.

CIREBON – seorang perawat di RSUD Gunung Jati,kota Cirebon,


diketahui positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan informasi,
perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakan awal
pada pasien positif difteri tersebut, perawat terkena diffteri berinisal Ru dan
bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. Ru diketahui
merupakan perawat pertama difteri yang masuk rumah sakit tersebut.

Analisa Kasus 1

Hazard yang ada di kasus :

Hazard biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca
menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.
Upaya pencegahan kasus 1

 Upaya pencegahan dari rumah sakit /tempat kerja

 RS menyediakan APD yang lengkap sepeti masker, handskoon, dan scout


dll.

Alasan : meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit / infeksi yang dapat


terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai perlindungan
diri dengan kasus di atas dapat di hindari jika perawat menggunakan APD lengkap
mengingat cara penularan difteri melalui terpaparnya cairan ke pasien.

 Menyediakan sarana untuk mencui tangan atau alkohol gliserin untuk


perawat.

Alasan : cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur
terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan.
Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awalawal sebelum ke pasien maupun
setelah ke pasien.

 RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.

Alasan : bila sampah medis dan non medis tercampur dan di kelola dengan baik
akan menimbulkan penyebaran penyakit.

 RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.

Alasan : agar petugas/perawat menjaga konsisten dan tingkat kinerja


petugas/perawat atau timdalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan ( chek list
) dalam pelaksanaan kegiaan tertentu bagi sesama pekerja. Supervisor dan lain-
lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter dalam meningkatkan
mutu pelayanan.

 Upaya pecegahan pada perawat :

 Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic


seperti mencuci tangan, memakai APD, dan menggunakan alat
kesehatan dalam keadaan
Alasan : agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani meskipun
pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS.

 Perawat mematuhi standar Operatinal Prosedure yang sudah ada RS dan


berhati-hati atau jangan berburu-buru dalam melakukan tindakan.

Alasan : meskipun pasien di ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan
ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan tempat kerja supaya
dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya penyakit dari pasien dan pasien
juga merasa aman.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari


pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya
(hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-
kerugian lainya yang mungkin terjadi. Hazardadalah sesuatu yang menimbulkan
kerugian, kerugian ini meliputi pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya
waktu kerja, kerusakan pada property, area atau tempat kerja, produk atau
lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun kerusakan – kerusakan
lainnya. Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis
bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan
kerja dan bahaya keselamatan kerja

Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari


sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5
macam tipe risiko, yaitu: risiko keselamatan, risiko kesehatan, risiko lingkungan
dan ekologi, risiko finansial, danrisiko terhadap masyarakat.

3.2 Saran

Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus benar-benar


memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi. Hal ini bertujuan
untuk mencegah dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja, seperti terinfeksi
penyakit, mendapatkan kekerasan fisik/verbal saat mengkaji pasien, dan
mendapatkan informasi yang tidak sesuai dari pasien. Salah satu cara untuk
menghindari dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja, maka disarankan untuk
menggunakan APD yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai