Anda di halaman 1dari 106

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROSES

BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

DASAR INTERAKTIF HIJAU DAUN KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2020/2021

SKRIPSI

Oleh :

ANGGA DAMARA

NIM : X.03/18.19/T/02.1448

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
(IIM)
2022

i
ABSTRAK

ANGGA DAMARA, Skripsi, Problematika Guru Pendidikan Agama Islam Dalam


Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Interaktif
Hijau Daun Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2020/2021,
Fakultas Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Institut Islam Mambaul
Ulum Surakarta, 2022.

Kata Kunci : Problematika Guru, Proses Belajar Mengajar, PAI.


Proses belajar mengajar merupakan proses perubahan pengetahuan dan nilai
yang di dalamnya terdapat hubungan antara pendidik dan peserta didik. Di dalam
hubungan tersebut pendidik dan peserta didik memiliki kedudukan dan perasaan
yang berbeda. Tetapi, keduanya memiliki daya yang sama, yaitu saling
mempengaruhi guna terlaksananya proses pendidikan (transformasi pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan yang tertuju kepada tujuan yang
diinginkan). Problematika sering terjadi manakala pembelajaran berlangsung, tidak
hanya dari guru tetapi juga faktor dari siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pendekatan fenomenologis.
yang berlokasi di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah Data
Reduction (Reduksi Data), Data Display (Penyajian Data), Conclusion
Drawing/Verification (Penyimpulan data). Pemeriksaan keabsahan data
menggunakan derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability).
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini: Problematika yang dihadapi Guru
Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Interaktif
Hijau Daun ada 2 faktor. a) Faktor peserta didik: belum lancar membaca dan
menulis, tidak bisa mengatur waktu, malas. b) Faktor eksternal (orang tua dan
lingkungan masyarakat). Upaya mengatasi problematika Guru Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar Interaktif yaitu memberikan privat, memberikan tugas
khusus, memberi motivasi pada siswa.

ii
ABSTRACT

ANGGA DAMARA, Thesis, Problems of Islamic Religious Education Teachers in


the Teaching and Learning Process of Islamic Religious Education at the Hijau Daun
Elementary School, Tengaran, Semarang, 2020/2021, Faculty of Tarbiyah, Islamic
Religious Education Study Program, Mambaul Ulum Islamic Institute Surakarta,
2022.
Keywords: Teacher Problems, Teaching and Learning Process, PAI.
The teaching and learning process is a process of changing knowledge and values in
which there is a relationship between teachers and students. In this relationship,
teachers and students e different positions and feelings. However, both have the same
power, namely influencing each other for the implementation of the educational
process (transformation of knowledge, values, and skills aimed at the desired goal).
Problems often occur when learning takes place, not only from teachers but also
factors from students.
This research is a qualitative research with a phenomenological approach. Located at
the Hijau Daun Elementary School, Tengaran, Semarang. Data collection techniques
used are interviews, observation and documentation. The data analysis used is Data
Reduction, Data Display, Conclusion Drawing/Verification. Check the validity of the
data using the degree of confidence (credibility), dependability (dependability), and
certainty (confirmability).
The results obtained in this study: The problems faced by Islamic Religious
Education Teachers in the teaching and learning process at the Hijau Daun
Elementary School are 2 factors. a) Student factors: not yet fluent in reading and
writing, unable to manage time, lazy. b) External factors (parents and the community
environment). The teacher's solution to overcome the problem of Islamic Religious
Education Teachers in Hijau Daun Elementary Schools are providing private
services, giving special assignments, and motivating students.

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :


Nama : Angga Damara
NIM : X.03/18.19/T/02.1448
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Problematika Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Proses Belajar

Mengajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2020/2021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya susun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana dari Institut Islam Mamba’ul ‘Ulum (IIM) Surakarta
seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah
dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruhnya atau sebagian Skripsi ini bukan asli
karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian - bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi
lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Surakarta,
Yang Menyatakan,

Angga Damara
X.03/18.19/T/02.1448

iv
MOTTO

“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.”

“Engkau tidak harus hebat untuk memulai sesuatu. Tetapi segeralah memulai agar
kau menjadi hebat.”

.........

v
PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini untuk :

 Ibuku tercinta yang selalu mengiringi do’a

 Sahabat-sahabatku seperjuangan di Pondok

Ngruki Alumni 2017

 Almamater IIM Surakarta

vi
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan

hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Problematika Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Proses Belajar Mengajar

Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2020/2021”. Skripsi ini disusun untuk

menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Agama Islam

(PAI), Fakultas Tarbiyah Institut Islam Mamba’ul Ulum Surakarta.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan tenaga, pikiran, waktu, dan

sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. M. Kurniawan B.W., S.Ag., S.H., M.H. selaku rektor IIM

Surakarta.

2. Ibu Dra. Hj. Nur Hidayah, MSI selaku Dekan Fakultas Tarbiyah.

3. Bapak H.M.J. Nashir, S.Ag., M.Ag selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah.

4. Bapak Dr. H. Isfihani, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan banyak perhatian dan bimbingan selama penulis menyelesaikan

skripsi.

vii
5. Bapak Edy Muslimin, S.Ag., MSI selaku Dosen Pembimbing II yang juga

telah memberikan banyak perhatian dan bimbingan selama penulis

menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Dr. Amir Mahmud, M.Pd selaku Dosen Metodologi Penelitian yang

telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis.

7. Dosen-dosen Fakultas Tarbiyah IIM Surakarta yang telah memberikan bekal

ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

8. Ibu dan Alm. Bapak atas doa, cinta, dan pengorbanan yang tak pernah ada

habisnya.

9. Teman-teman angkatan 2018 yang telah memberikan keceriaan kepada

penulis selama menempuh studi di Fakultas Tarbiyah IIM Surakarta.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 21 September 2022

Angga Damara
X.03/18.19/T/02.1448

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

ABSTRAK............................................................................................................ ii

NOTA PEMBIMBING....................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................. v

MOTTO................................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR.........................................................................................viii

DAFTAR ISI........................................................................................................ ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah.................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah................................................................... 6

D. Rumusan Masalah....................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian......................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian....................................................................... 7

BAB II : KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori................................................................................. 8

1. Problematika.......................................................................... 8

2. Guru Pendidikan Agam Islam............................................... 12

3. Belajar Mengajar................................................................... 25

ix
B. Kajian Penelitian Yang Relevan.................................................. 43

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian.................................................................. 48

B. Seting Penelitian.......................................................................... 48

C. Subjek dan Informan................................................................... 49

D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 50

E. Pemeriksaan Keabsahan Data...................................................... 53

F. Teknik Analisis Data................................................................... 53

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Data..............................................................................55

B. Diskripsi Seting Penelitian..........................................................57

C. Diskripsi Hasil Penelitian............................................................66

D. Interpretasi Data..........................................................................68

E. Keterbatasan Penelitian...............................................................74

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan......................................................................................76

B. Implikasi......................................................................................77

C. Saran-Saran..................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar merupakan proses perubahan pengetahuan

dan nilai yang di dalamnya terdapat hubungan antara pendidik dan peserta

didik. Di dalam hubungan tersebut pendidik dan peserta didik memiliki

kedudukan dan persamaan yang berbeda. Tetapi, keduanya memiliki daya

yang sama, yaitu saling mempengaruhi guna terlaksananya proses

pendidikan (transformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-

keterampilan yang tertuju kepada tujuan yang diinginkan).

Pendidikan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan

pembentukan diri secara utuh. Maksudnya pengembangan segenap potensi

dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai individu,

sekaligus sebagai makhluk sosial dan makhluk Tuhan1. Secara umum

Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang dikembangkan

dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam. Ajaran-ajaran

tersebut terdapat dalam al-qur’an dan al-hadits2. Untuk kepentingan

pendidikan, dengan melalui proses ijtihad para ulama mengembangkan

materi Pendidikan Agama Islam pada tingkat yang lebih rinci. Mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengantarkan peserta didik

untuk menguasai berbagai ajaran Islam. Tetapi yang terpenting adalah

1
Suwarno, Wiji, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : AR-RUZZ, 2006, hal. 199

2
Maslikhah, Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Multikulturalisme. Attarbiyah, No. 2
Tahun XV/ Juli- Desember, 2004, hal. 199

1
bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran- ajaran itu dalam

kehidupan sehari-hari.

Pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup

kompleks, banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor

tersebut di antaranya adalah guru. Guru merupakan komponen pengajaran

yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses

belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi

dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru

dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi

antara guru dengan siswanya. Ke tidak lancaran komunikasi membawa

akibat terhadap pesan yang disampaikan guru.

Guru merupakan pendidik yang mempunyai peran penting dalam

mendidik dan membentuk karakter peserta didik. Guru sering disebut

sebagai pemimpin masyarakat (Social Leader) dan pekerja sosial (Sosial

Worker), khususnya dalam masyarakat paguyuban. Dalam masyarakat

pedesaan, sebagai misal, guru sering didudukan pada status sebagai sumber

pengetahuan ketika media informasi masih amat terbatas. Guru sering

menduduki posisi sebagai tokoh yang diteladani oleh warga masyarakat, ia

menjadi satu-satunya sumber informasi dan sumber ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, guru dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan

ditiru. Dalam masyarakat paguyuban seperti inilah terlahir pepatah dan

petitih bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari, karena apa yang

2
dilakukan seorang guru akan menjadi contoh bagi warga disekitarnya3.

Guru pendidikan Islam memegang peranan yang cukup penting

dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Seorang guru Pendidikan

Agama Islam harus mampu menjadi teladan dalam pembentukan watak dan

kepribadian siswanya. Selain, dalam berinteraksi dengan masyarakat guru

juga dianggap sebagai orang yang serba bisa. Melalui Pendidikan Agama

Islam, guru mampu menanamkan nilai sosial yang hidup dan dipertahankan

dalam kehidupan bermasyarakat.

Pengajaran agama berkaitan dengan proses pendidikan dalam

lembaga pendidikan formal dan nonformal, dengan jelas telah diatur di

dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Pasal 12 ayat (1a) dengan jelas menyebutkan bahwa pengajaran

agama (di dalam Undang-undang tersebut disebutkan pendidikan agama)

harus diberikan disemua satuan pendidikan baik formal maupun nonformal.

Bahkan di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah asing

harus memberikan pelajaran agama dari pengajar yang seagama dengan

pesertadidik. Pengajaran agama sebagai suatu bentuk dari kebudayaan

tentunya harus sejalan dengan pendidikan keagamaan dalam suatu

masyarakat. Kedua-duanya mengenal hegemoni nilai-nilai agama di dalam

kehidupan bersama. Apabila pelajaran agama ditekankan kepada bentuk-

bentuk yang normatif, prosedural, obyektif dalam pelaksanaan ajaran dan

nilai-nilai agama tertentu, maka pendidikan keagamaan sifatnya sangat

penting dan memiliki kedudukan yang tinggi.


3
Suparlan, Manjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publising, 2005, hal.21-22

3
Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran

yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama

Islam. Ajaran-ajaran tersebut terdapat dalam al-qur’an dan al-hadits4.

Untuk kepentingan pendidikan, dengan melalui proses ijtihad para ulama

mengembangkan materi Pendidikan Agama Islam pada tingkat yang lebih

rinci. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengantarkan

peserta didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam. Tetapi yang

terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-

ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan agama Islam merupakan progam pengajaran pada

lembaga pendidikan serta usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap

siswa dalam memahami ,menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam.

Sehingga siswa dapat menjadi manusia yang bertaqwa serta memiliki budi

pekerti luhur, sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam. Seperti yang

dikatakan Djamarah, pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan

utama dalam pendidikan Islam5.

Secara substansial tujuan pendidikan agama Islam adalah mengasuh,

membimbing, mendorong, mengusahakan, menumbuh kembangkan

manusia takwa. Takwa merupakan derajat yang menunjukkan kualitas

manusia bukan saja dihadapan sesama manusia, tetapi juga di hadapan

Allah. Ketakwaan merupakan “high concept” dalam arti memiliki banyak

4
Maslikhah, Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Multikulturalisme. Attarbiyah, No. 2
Tahun XV/ Juli- Desember, 2004, hal.199

5
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak dalam Keluarga. Jakarta :
PT.Rineka Cipta, 2004, hal.29

4
dimensi dan merupakan suatu kondisi yang pencapaiannya membutuhkan

upaya yang keras melewati dan melampaui tahap demi tahap.

Pencapaiannya mempersyaratkan bukan saja dimilikinya sejumlah

pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga penghayatan dan

pengejawantahannya dalam perilaku nyata.

Tentunya dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam

sering ditemui banyak problematika. Dari hal-hal itulah yang menginspirasi

penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul “Problematika Guru

Pendidikan Agama Islam Dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan

Agama Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2020/2021”. Diharapkan dengan

adanya penelitian ini akan ditemukan permasalahan-permasalahan yang

terjadi dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam sehingga

muncul solusi pembelajaran yang efektif untuk murid-murid.

B. Identifkasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasi

permasalahan yang ada, antara lain:

1. Permasalahan yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam dalam

proses belajar mengajar.

2. Faktor yang mempengaruhi permasalahan guru Pendidikan Agama

Islam dalam proses belajar mengajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan dan

5
identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka dalam penelitian ini

membatasi pada masalah Problematika Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Interaktif Hijau Daun Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun

Ajaran 2020/2021

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan maka

rumusan masalah dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Apa sajakah problematika Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Dasar Interaktif Hijau Daun?

2. Bagaimanakah upaya dalam mengatasi problematika Guru Pendidikan

Agama Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi antara lain :

a. Untuk mengetahui problematika Guru Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun.

b. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi problematika Guru

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan skripsi ini antara lain :

a. Manfaat teoritis

1) Dapat Mengetahui problematika yang dihadapi guru Pendidikan

6
Agama Islam dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar

Interaktif Hijau Daun.

2) Dapat memecahkan problematika Guru Pendidikan Agama Islam

dalam belajar mengajar di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Guru Pendidikan Agama Islam, sebagai pembelajaran untuk

lebih meningkatkan proses belajar mengajar di dalam kelas setelah

memecahkan problematika yang dihadapi.

2) Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi

peneliti lain di bidang terkait.

7
BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Problematika
Problematika berasal dari bahasa Inggris “problematic” yang berarti

masalah atau persoalan.6 Problematika berasal dari kata problem yang

dapat diartikan permasalahan atau masalah. Adapun masalah itu

sendiri adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan

dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan

dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang

maksimal. Terdapat juga di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

Problematika berarti masih menimbulkan masalah; hal-hal yang masih

menimbulkan suatu masalah yang masih belum dapat dipecahkan. 7

Jadi, yang dimaksud dengan problematika adalah kendala atau

permasalahan yang masih belum dapat dipecahkan sehingga untuk

mencapai suatu tujuan menjadi terhambat dan tidak maksimal.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka yang

dimaksud dengan problematika dalam penelitian ini adalah suatu

masalah yang memerlukan pemecahan masalah tersebut atau jalan

6
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta : Gramedia, 2004,
hal. 440

7
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2005,
hal. 896

8
keluar8.

Problematika adalah persoalan yang belum terungkap sampai

diadakan penyelidikan ilmiah dan metode yang tepat. Sehingga

problematika itu merupakan suatu masalah yang terjadi dan menuntut

adanya perubahan dan perbaikan, serta belum dapat dipecahkan.

Problematika bermakna sesuatu yang masih menimbulkan masalah;

masih belum dapat terpecahkan; permasalahan. Sedangkan masalah

dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian antara apa yang terlaksana.

a. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam

Pada setiap kehidupan pasti selalu terdapat problematika,

tidak terkecuali dalam proses pendidikan agama Islam. Setiap

kendala yang ada, pasti memiliki solusinya masing-masing.

Apabila bisa menemukan solusinya, maka akan mempermudah

pembelajaran dan dapat menghasilkan hasil yang lebih maksimal.

Menurut Abdul Majid9 menjelaskan ada dua problem yang

dihadapi yaitu:

1) Problematika yang dihadapi guru yang bersumber dari

murid/siswa adalah:

a. Tingkat kecerdasan rendah

b. Alat penglihatan dan pendengaran kurang baik

8
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 2007, hal. 896

9
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Kopetensi Guru, Bandung :
Remaja RoSekolah Dasarakarya, 2008, hal. 32

9
c. Kesehatan sering terganggu

d. Gangguan alat perseptual

e. Tidak menguasai cara-cara belajar dengan baik

2) Problematika yang dihadapi siswa yang bersumber dari

lingkungan sekolah/ guru.

a. Kurikulum kurang sesuai

b. Guru kurang menguasai bahan pelajaran

c. Metode mengajar kurang sesuai

d. Alat-alat dan media pembelajaran kurang memadai

Secara umum problem yang dialami guru dalam pembelajaran

dapat dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan eksternal10.

1) Faktor Internal

Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya

berkisar pada kompetensi profesional yang dimilikinya,

diantaranya:

a. Penguasaan bahan/materi

Menguasai materi harus dimulai dengan merancang dan

menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan

faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dari guru kepada anak didiknya. Agar proses

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, rancangan

10
Agung, Iskandar, Meningkatkan kreativitas pembelajaran bagi guru, Jakarta : Bestari
Buana Murni, 2010, hal. 54

10
dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik dan

sistematis. Seringkali sebelum pembelajaran dimulai

guru belum menyiapkan rencana pembelajaran.

b. Mencintai profesi keguruan

Guru merupakan profesi seorang pendidik yang

notabennya mendidik, membimbing dan mengasuh anak

didik. Guru harus memiliki perilaku dan kemampuan

yang memadai dalam mengembangkan peserta didik

secara utuh. Namun masih banyak guru yang punya

anggapan bahwa mengajar hanyalah pekerjaan sambilan,

padahal guru merupakan faktor dominan dalam

pendidikan formal.

c. Keterampilan mengajar

Guru harus memiliki beberapa komponen keterampilan

mengajar agar proses pembelajaran dapat tercapai, di

antaranya; menguasai bahan,

mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas,

penggunaan media atau sumber, mengelola interaksi

belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk

kepentingan pengajaran, mengenal fungsi layanan

bimbingan dan penyuluhan, mengenal

menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami

11
prinsip-prinsip, menafsirkan hasil penelitian pendidikan

guru untuk keperluan pengajaran11.

d. Menilai hasil belajar siswa

Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahui tingkat

kemajuan yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin

mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa atau

peserta didik yang telah dicapai. Pelaksanaan evaluasi

dilakukan oleh guru dengan memakai instrument

penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes

lisan12.

2) Faktor Eksternal

Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri

guru itu sendiri, diantaranya;

a. Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana

belajar, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.

b. Karakteristik sekolah, seperti disiplin sekolah,

perpustakaan yang ada di sekolah, memberikan

perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan teratur.

2. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian guru

Guru dalam bahasa arab dikenal dengan sebutan “al mu’alim


11
Mulyasa, Menjadi guru profesional, Bandung : PT. RoSekolah Dasara Karya, 2006, hal.
4-5

12
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan anak didik, Jakarta : Rineka Cipta, 2005, hal. 20

12
atau al ustadz” yang bertugas memberikan ilmu pada majelis ta’lim

(tempat memperoleh ilmu). Dalam hal ini al mu’alim atau al ustadz

juga mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk

membangun aspek spiritualitas manusia13.

Dalam UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya,

profesinya) mengajar14. Zuhairini mengatakan bahwa guru agama

adalah orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap

pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Agama Islam

dan bertanggung jawab kepada Allah15. Nurdin menguraikan bahwa

guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan

anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi

efektif, potensi kognitif, maupun potensi potensi psikomotorik.

Dengan begitu pengertian guru agama Islam, adalah seorang

pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak

didik ke arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian


13
Suparlan, Manjadi Guru Efektif, Yogyakarta : Hikayat Publising, 2005, hal.12

14
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 2007, hal.377

15
Zuhairini Dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta : Usaha Nasional, 2004,
hal.54

13
muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan

di dunia dan akhirat16.

Diantara peran guru seperti yang dikutip dari Mulyasa ialah

sebagai berikut :

1) Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi kokoh, panutan, dan

identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh

karena itu guru harus memiliki standar kualitas yang mencakup

tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

2) Guru sebagai pengajar

Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan

pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas yang

pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang

berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,

membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang

dipelajari.

3) Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab

atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan

tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga menyangkut perjalanan

mental,emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih

16
Nurdin,Muhammad, Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta : AR.Ruzz Media
Group, 2010, hal.128

14
dalam dan kompleks.

4) Guru sebagai pelatih

Protes pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan

keterampilan baik intelektual maupun motorik, sehingga

menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.

5) Guru sebagai penasihat

Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik bahkan bagi

orang tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai

penasihat. Dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk

menasihati orang.

6) Guru sebagai inovator

Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut untuk

menjembatani kesenjangan ini. Guru harus bertindak sebagai

pembaharuan yang dapat memperkecil perbedaan antara

pelaksanaan pendidikan dan kemajuan masyarakat. Untuk itu

guru harus selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta

keterampilannya agar dapat menciptakan hal-hal baru guna

peningkatan mutu pendidikan sehingga sejalan dengan

perkembangan masyarakat.

7) Guru sebagai model dan teladan.

Perilaku guru disekokah selalu menjadi figur dan menjadikan

dalil bagi para siswanya untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini

wajar karena peserta didik dalam proses pembelajaran kadang

15
melakukan modelling untuk mengubah tingkah lakunya. Sebagai

teladan bagi peserta didik dan orang- orang di sekitarnya,

mengharuskan guru melaksanakan kode etik keguruan yang

menjadi dasar berperilaku. Baik dalam interaksinya dengan

kepala sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta didik, dan

masyarakat pada umumnya.

8) Guru sebagai pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan,

guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang

pendidik. Karena, seorang guru merupakan salah satu panutan

bagi masyarakat. Guru dituntut untuk meningkatkan

pengetahuannya, selalu mengontrol emosinya, berbaur dengan

masyarakat sekitarnya, serta selalu melaksanakan ajaran-ajaran

agamanya.

9) Guru sebagai peneliti.

Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda.

Manusia yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh

orang lain. Namun, mereka juga memiliki kelemahan yang tidak

dimiliki yang lainnya. Demikian pula dengan peserta didik,

mereka memiliki keunikan yang beraneka ragam dari waktu ke

waktu. Karenanya guru tidak bisa memperlakukan mereka dengan

cara yang sama untuk semua peserta didik dan untuk zaman yang

berbeda. Hal ini menuntut guru mencari suatu sistem

16
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, tingkat

perkembangan, serta kebutuhan peserta didik tersebut.

10) Guru sebagai pendorong kreativitas.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak

memiliki motivasi belajar, apalagi menciptakan hal-hal baru yang

dapat meningkatkan kompetensinya. Sebagai motivator , guru

berkewajiban meningkatkan dorongan peserta didik untuk kreatif

dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan

sungguh-sungguh belajar apabila memiliki motivasi yang tinggi.

11) Guru sebagai pembangkit pandangan.

Guru harus menanamkan pandangan yang positif terhadap

martabat manusia kedalam pribadi peserta didik. Sebagai seorang

guru tentunya tidak ingin peserta didik menjadi orang yang akan

memperbudak orang lain, melainkan menjadi orang yang

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Sehingga terjadi

kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

12) Guru sebagai pekerja rutin

Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan rutin yang amat

diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut

tidak dilakukan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak

keefektifan guru pada semua peranannya17.

17
Mulyasa, Menjadi guru profesional, Bandung : PT. RoSekolah Dasara Karya, 2005,
hal.37-64

17
Guru merupakan pemegang peranan sentral proses belajar

mengajar, dalam pelaksanaan proses pembelajaran di Sekolah

guru dihadapkan pada siswa yang memiliki berbagai macam

karakteristik dan juga dihadapkan pada problem pembelajaran

yang terjadi. Seorang guru harus mau dan berusaha mencari

penyelesaian berbagai kesulitan itu18.

b. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang SiSekolah

Dasariknas, 2009:3). Menurut Muhaimin bahwa pendidikan adalah

upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorag atau

sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup

(bagaimana orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan

kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang

bersifat manual (petunjuk praktis), maupun mental dan sosial19.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa

18
Daradjat, Zakiah, Metodolodi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2001,
hal.99

19
Muhaimin, Paradigma Pendidika Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Islam di
Sekolah. Bandung: Remaja RoSekolah Dasara karya, 2001, hal.37

18
dalam rangka menanamkan, membina, dan mengembangkan potensi

anak didik agar menjadi manusia utama yang berakhlak mulia yang

terwujud dalam berfikir, bertindak, bersikap dan mempunyai

keterampilan yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana

untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati,

dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan latihan20. Pendidikan Agama Islam adalah suatu

mata pelajaran yang diajarkan di setiap lembaga pendidikan baik

pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tingi baik negeri

maupun swasta. Adapun tujuan diberikannya materi Pendidikan

Agama Islam adalah untuk memperkuat iman, ketakwaan terhadap

tuhan Yang Maha Esa sesuai yang dianut oleh peserta didik yang

bertakwa.

Menurut Zakiah Daradjat21 pengertian Pendidikan Agama Islam

sebagai berikut :

1) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama

Islam serta menjadikannya sebagai pendangan hidup.

2) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan

20
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik, dan
Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Yogyakarta : Teras, 2007, hal.12

21
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008, hal. 15

19
berdasarkan ajaran Islam.

3) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui

ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari

pendidikannya, ia dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara

menyeluruh serta menjadikannya sebagai suatu pandangan

hidupnya, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia

maupun di akhirat kelak.

Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan “usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik

untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama

Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan

yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan”22.

Pendidikan agama Islam merupakan komponen yang tak

terpisahkan dari sistem pendidikan Islam yang jangkauan serta

sasarannya lebih luas, namun berfungsi sangat strategik untuk

mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam berbagai disiplin ilmu

yang dipelajari oleh subjek didik. Pendidikan agama Islam

sebagai sebuah progam pembelajaran yang diarahkan untuk:

1) Menjaga akidah dan ketakwaan peserta didik,


22
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis
Kompetensi:Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung : Remaja RoSekolah
Dasarakarya, 2004, hal. 132

20
2) Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari dan

mendalami ilmu-ilmu agama,

3) Mendorong peserta didik untuk lebih kritis, kreatif, dan

inovatif.

4) Menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari

dimasyarakat.

Dengan demikan bukan hanya mengerjakan pengetahuan secara

teori semata tetapi juga untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam

kehidupan sehari- hari membangun etika sosial.

c. Peran guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya peranan guru Pendidikan Agama Islam dan

guru umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk

memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak

didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui

ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Akan tetapi peranan guru

Pendidikan Agama Islam selain berusaha memindahkan ilmu,

juga harus menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada anak

didiknya agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran agama dan

ilmu pengetahuan umum.

d. Syarat guru Pendidikan Agama Islam

Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit

ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang

21
tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah,

sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab

pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula

bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada

sembarang guru atau sekolah karena tidak sembarang orang

dapat menjabat guru.

Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk

menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya

bertakwa kepada Allah, berilmu sehat jasmaniahnya, baik

akhlaknya, bertanggung jawab dan berjiwa nasional.

1) Takwa

Guru, sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak

mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia

sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan

bagi muridnya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi

teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu

memberi teladan baik kepada murid-muridnya sejauh itu

pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar

menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

2) Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu

bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan

22
dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu

jabatan.

Gurupun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan

mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah

murid sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada

mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara,

yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam

keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan

guru makin baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin

tinggi pula derajat masyarakat.

3) Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat

bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang

mengidap penyakit menular umpamanya sangat

membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu, Guru

yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal

ucapan “Mens sana in corpore sano”, yang artinya dalam

tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun

pepatah itu tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa

kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja.

Adalah jelas guru yang sakit-sakit kerapkali terpaksa absen

dan tentunya merugikan anak-anak.

4) Berkelakuan baik

23
Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak

murid. Guru harus menjadi suru teladan, karena anak-anak

bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan ialah

membentuk akhalak baik pada anak dan ini hanya mungkin

jika guru itu berakhlak baik pula. Guru yang tidak berakhlak

baik tidak mungkin dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang

dimaksud dengan akhlak baik dalam Ilmu Pendidikan Islam

adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persyaratan menjadi

seorang guru memang tidak mudah. Banyak tuntutan yang

harus dipenuhi serta memiliki tanggung jawab yang besar.

Akan tetapi dibalik itu semua terdapat nilai-nilai amalan yang

akan menjadikan manfaat bagi seorang guru, baik manfaat

didunia maupun di akhirat.

e. Tugas dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik dengan

mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didik,

baik aspek kognitif, efektif maupun psikomotoriknya. Potensi

peserta didik ini harus dikembangkan secara seimbang sampai

ketingkat keilmuan tertinggi dan mengintegrasi dalam diri

peserta didik. Upaya pengembangan potensi peserta didik

tersebut dilakukan dengan penyucian jiwa dan mental,

penguatan metode berfikir , penyelesaian masalah kehidupan,

24
mentransfer pengetahuan dan keterampilannya melalui teknik

mengajar, motivasi, memberi contoh, memuji, dan

mentradisikan keilmuan. Maka tugas pendidik dalam proses

pembelajaran secara berurutan adalah:

1) Menguasai mata pelajaran

2) Menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik

mudah menerima dan memahami pelajaran

3) Melakukan evaluasi pendidikan yang dilakukan, dan

4) Menindak lanjuti hasil evaluasinya.

3. Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto23 pengertian belajar secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah

laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut

akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian

belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.”

23
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta,
2010, hal. 2

25
Menurut Makmun Khairani24 Belajar adalah suatu kegiatan

interaksi antar individu dengan lingkungannya yang bertujuan

untuk mengadakan perubahan dalam diri seseorang mencakup

perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,

keterampilan, dan sebagainya yang bersifat konstan .

b. Teori-teori Belajar

Menurut Slameto25 bahwa ada beberapa teori-teori belajar sebagai

berikut :

1) Teori belajar menurut konsepsi ahli-ahli Ilmu Jiwa Daya

Disebut juga Vermogons-psychologie atau The Faculty

Psychology dalam Slameto jiwa manusia mempunyai daya-

daya, misalnya: daya mengenal, daya mengingat, daya

berpikir, daya fantasi dan sebagainya. Daya-daya itu supaya

menjadi tajam harus dilatih: daya berpikir meningkat kalau

dilatih untuk memecahkan soal, daya ingatan lebih tinggi kalau

digunakan untuk mengingat. Belajar hanyalah melatih daya-

daya tersebut. Akibat teori ini untuk mendapatkan pengetahuan

dengan hafalan saja seperti menghafal tahun, diberi soal-soal

yang semuanya tidak bernilai praktis.

2) Teori Tanggapan

Yang mengemukakan teori ini ialah Herbart, yang menentang

teori ilmu Jiwa Daya karena dianggap tidak ilmiah, sebab


24
Makmun Khairani, Psikologi Belajar, Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2014, hal. 5
25
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta,
2010, hal. 8-12

26
psikologi daya tak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Herbart

menghendaki supaya psikologi mampu menerangkan

kehidupan jiwa, untuk itu ia ngemukakan Teori Tanggapan,

yaitu unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.

Menurut Herbart orang pandai adalah orang yang mempunyai

banyak tanggapan yang tersimpan dalam otaknya. Jadi belajar

adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya,

berulang-ulang dan sejelas-jelasnya. Maka inti belajar ialah

juga ulangan.

3) Teori Thorndike

S = Stimulus, R = Respons, Bond = dihubungkan. Percobaan

dilakukan pada anjing herder yang karena kebiasaan

mengeluarkan air liur kalau melihat lampu warna merah.

Dalam hal ini sinar merah stimulusnya dan air liur adalah

response nya. Mengajar menurut Thorndike dengan

mengadakan suatu perbuatan emosional menimbulkan

response pada anak, jadi perbuatan ini kalau sering diulang

menjadi suatu proses yang otomatis, belajar adalah dressure

belaka.

4) Teori Medan dari Lewin

Seorang yang menghadapi masalah, kalau ingin memecahkan,

maka orang akan meletakkan persoalan itu pada suatu medan

context sehingga dapat menghubungkan antara persoalan

27
dengan contextnya sehingga terpecahkan masalahnya.

5) Teori Behaviorisme

Teori ini dikemukakan oleh Waston. Menurut pendapatnya:

pengetahuan harus bersifat positif sehingga obyeknya harus

dapat diamati, yaitu berupa tingkah laku. Tingkah laku ialah

reaksi organisme sebagai keseluruhan terahadap perangsang

dari luar. Belajar adalah melatih reaksi- reaksi itu terhadap

prangsang yang sudah tertentu. Dalam hal ini reaksi itu harus

dapat diamati dan diukur.

6) Teori Gestalt

Teori ini dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman.

Bahwa belajar menurut teori Gestalt ialah :

1) Belajar berdasarkan keseluruhan

Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan

pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Mata pelajaran yang

bulat lebih mudah dimengerti daripada bagian-bagiannya.

2) Belajar adalah suatu proses perkembangan

Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila

ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu.

Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang,

kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh

kematangan jiwa batiniah, tetapi jufa perkembangan anak

karena lingkungan dan pengalaman.

28
3) Siswa sebagai organisme keseluruhan

Siswa belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga

emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern

guru di samping mengajar, juga mendidik untuk

membentuk pribadi siswa.

4) Terjadi transfer

Belajar pada pokoknya yang terpenting pengyesuaian

pertama ialah memperoleh response yang tepat. Mudah atau

sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan,

bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul

maka dapat dipindahkan untuk kemampuannya yang lain.

5) Belajar harus dengan insight

Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mana

seorang melihat pengertian tentang sangkut-paut dan

hubungan-hubungan tertentu dalam unsur yang

mengandung suatu problem.

c. Prinsip-prinsip belajar

Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu diikuti

untuk melakukan kegiatan belajar. Ada banyak sekali teori dan

prinsip belajar yang dikemukaan para ahli yang satu dengan

yang lain. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat prinsip

yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar

dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu

29
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam

meningkatkan cara mengajarnya. Perbuatan belajar yang

dilakukan oleh siswa merupakan reaksi atau hasil kegiatan

belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru. Siswa akan berhasil

belajar jika guru mengajar secara efisien dan efektif. Itu

sebabnya, guru perlu mengenal prinsip-prinsip belajar agar para

siswa belajar aktif dan berhasil.Adapun prinsip-prinsip belajar

sebagai berikut:26

1) Pengalaman dasar

Pengalaman dasar berfungsi mempermudah siswa

memperoleh pengalaman baru. Siswa merasa sulit

memahami suatu generalisasi jika ia belum mempunyai

suatu konsep sebagai pengalaman dasar. Pengalaman dasar

ini dapat diperoleh melalui kegiatan-kegiatan membaca,

mendengar, cerita, observasi, acara televisi dan radio,

karyawisata, dan sebagainya.

2) Motivasi belajar

Siswa akan melakukan perbuatan belajar untuk

memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.

Jika memilih motivasi belajar, dorongan motivasi ini

berguna tidak hanya mendorong mereka belajar secara

aktif, tetapi juga berfungsi sebagai pemberi arah dan

penggerak dalam belajar. Motivasi belajar dapat tumbuh


26
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2002, hal.68

30
dari dalam diri sendiri, yang disebut motivasi intrinsik.

Motivasi belajar juga dapat timbul berkat dorongan dari

luar seperti pemberian angka, kerja kelompok, hadiah, atau

teguran yang disebut motivasi ekstrinsik. Kedua jenis

motivasi ini berguna bagi siswa untuk belajar secara aktif.

3) Penguatan (latihan dan ulangan) belajar.

Hasil belajar yang telah diperoleh oleh siswa perlu

dimantapkan agar tercipta penguasaan tuntas. Guru

hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengulang dan melatih hal-hal yang telah dipelajari oleh

mereka. Caranya antara lain dengan resitasi dan aplikasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa

penyusunan dan pelaksanaan program belajar-mengajar

hendaknya memperhatikan beberapa prinsip belajar sehingga

siswa belajar secara aktif.

d. Teori-teori Mengajar

1) Menurut Prof. Dr. DeQueliy27

Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada

seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Dalam

hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting.

Guru kurang memperhatikan bahwa di antara siswa ada

perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan

27
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta,
2010, hal. 31

31
yang berbeda-beda. Bila semua siswa dianggap sama

kemampuan dan kemajuannya, maka bahan pelajaran

yang diberikan pun akan sama pula. Hal itu

bertentangan dengan kenyataan.

2) Menurut Kilpatrik28

Menunjukkan definisi mengajar yang tegas, dengan

dasar pemikiran pada gambaran perjuangan hidup umat

manusia. Definisi Kilpatrik tersebut ialah dengan

menggunakan metode “problem sloving” anak, siswa

dapat mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya.

Disini mengajar ialah bagaimana usaha guru

menempatkan anak/siswa untuk menghadapi kesulitan

dan berusaha memecahkannya atau mencari jalan

keluar.

3) Menurut Alvin W. Howard29

Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba

menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,

merubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals

(cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowlegde.

Dalam pengertian ini guru harus berusaha membawa

perubahan tingkah laku yang baik atau

28
Ibid., hal. 32

29
Ibid., hal. 33

32
berkecenderungan langsung untuk merubah tingkah

laku siswanya.

4) Menurut A. Morrison D.Mc Intyre dari buku30

Mengajar adalah aktivitas personal yang unik. Dalam

mengajar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan

umum yang tidak berguna, keberhasilan dan

kejatuhannya samar-samar, dan sukar diketahui juga

kelangsungannya teknik belajar yang tidak tepat untuk

dijelaskan. Kemungkinan lain yang dapat diamati ialah

memberikan model teori dan teknik assesmen yang

sesuai, dan banyak aspek mengajar yang dilukiskan

dengan cara yang di bimbing oleh hal-hal yang praktis,

pribadi guru banyak berbicara.

5) Menurut John R. Pancella31

Mengajar adalah sebagai berikut : Mengajar dapat

dilukiskan sebagai membuat keputusan (decision

malking) dalam interaksi, dan hasil dari keputusan guru

adalah jawaban siswa atau sekelompok siswa, kepada

siapa guru berinteraksi.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran

Faktor pengajaran dalam proses kegiatan belajar-

mengajar memang sangat berpengaruh sekali terhadap


30
Ibid., hal. 34
31
Ibid., hal. 34

33
motivasi pembelajaran, meski memang ada juga siswa yang

mandir, yang tidak berpengaruh terhadap faktor pengajar

karena dia mau belajar sendiri. Akan tetapi menurut

Slameto32 dalam sebuah pembelajaran, secara umum ada 2

faktor yang mempengaruhi :

a) Faktor Internal yaitu faktor intern terdiri dari :

1) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat

tubuh/Fisiologis)

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik individu33.

Kondisi fisik peserta didik dalam hal ini kesehatan,

baik kesehatan jasmani maupun rohani mempunyai

peran yang sangat penting bagi proses pembelajaran.

Kondisi fisik seseorang yang terganggu

kesehatannya akan mengakibatkan orang tersebut

tidak dapat belajar secara maksimal. Misalnya,

Pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah

akan menghambat penyerapan informasi yang

bersifat gambar dan citra. Akibatnya, proses

pengaksesan informasi yang dilakukan oleh sistem

memori siswa tersebut tidak dapat berjalan lancar.

Berbeda dengan siswa yang pendengaran dan


32
Ibid., hal. 56-72
33
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta : Ar
Ruzz Media, 2010, hal. 19

34
penglihatan sehat, ia akan mudah menyerap

informasi yang bersifat gambar dan citra.

Rasulullah mengajak umatnya untuk selalu

menjaga kesehatan, sebagaimana dalam hadits:

ِ ‫َع ْن َأبِ ْي هُ َري َْرةَ َر‬


َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬
: ‫ال‬RR

: ‫لَّم‬R‫ ِه َو َس‬R‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي‬


َ ِ‫قَ َل َرس ُْو ُل هللا‬

ِ ‫ـويُّ َخـ ْي ٌر َوَأ َحبُّ ِإلَـى‬


‫هللا‬ ِ َ‫ن ْالق‬Rُ ‫اَ ْلـ ُمْؤ ِم‬

ٍّ‫ـي ُكـل‬
ْ ِ‫ َوف‬،‫ْف‬ َّ ‫ِم َن ْالـ ُمْؤ ِم ِن‬
ِ ‫ ِعي‬RR‫الض‬

َ ‫ا يَـ ْنـفَـع‬RR‫ـرصْ َعـلَـى َم‬


‫ُـك‬ ِ ْ‫ اِح‬، ‫َخـيْـ ٌر‬
ْ
‫ َوِإ ْن‬، ‫ـز‬ َ ‫تَ ِع ْن ِباهللِ َواَل تَـع‬RRRRRR‫اس‬
‫ْج‬ ْ ‫َو‬

‫و َأنِ ّـ ْي‬R
ْ Rَ‫ ل‬: ْ‫ل‬RRُ‫ـي ٌء فَـاَل تَق‬
ْ ‫ك َش‬ َ ‫َأ‬
َ َ‫اب‬R ‫ص‬

: ْ‫ل‬RRُ‫ َولَـ ِك ْن ق‬، R‫ َذا َو َكـ َذا‬R‫ان َك‬R ُ ‫فَ َع ْل‬


َ R‫ت َك‬

‫ فَِإ َّن لَ ْو تَـ ْفـتَـ ُح‬،‫قَـ َد ُر هللاِ َو َما َشا َء فَ َع َل‬

ِ َ‫َع َم َل ال َّش ْيط‬


‫ان‬
Artinya: “Dari abi Hurairah ia berkata,

Rasulullah saw bersabda: Seorang mu'min yang

kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada

35
seorang mu'min yang lemah dalam hal kebaikan.

Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu

dan mohonlah pertolongan Allah dan jangan lemah

semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah

janganlah berkata: andai kata tadinya aku

melakukaan itu tentu berakibat begini dan begitu.

Tetapi katakalah: ini takdir Allah dan apa yang

dikehendakinya pasti dikerjakannya. Ketahuilah

bahwa sesungguhnya ucapan “andai kata” dan

“jikalau” itu membuka peluang bagi setan”.(H.R.

Muslim).

Maksud kuat dalam hadits di atas adalah

keteguhan hati dan jiwa untuk melakukan amalan

ukhrawi, sehingga orang yang memiliki keteguhan

seperti ini akan menjadi sosok terdepan dalam

berjihad, tercepat saat berangkat untuk menghadapi

musuh dan mengejarnya. Ia juga akan menjadi orang

yang kuat pendiriannya dalam melakukan amar

ma’ruf nahi munkar, sabar dalam menghadapi

gangguan pada semua itu, dan mampu menanggung

beban berat di jalan Allah. Lebih dari itu, ia akan

menjadi sosok yang menyenangi, bersemangat dan

memelihara shalat, puasa, dzikir dan berbagai ibadah

36
lainnya34.

2) Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat,

bakat, kematangan dan kesiapan)

a) Inteligensi

Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya mendefinisikan

intelegensi sebagaimana yang dirumuskan oleh

J.P Chaplin adalah:

(1) The ability to meet and adapt to novel

situasions quikly and effectively

(2) The ability to utilize abstract concepts

effectively

(3) The ability to grasp relationships and to

learn quickly.

Jadi inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari

tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan

cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-

konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui

relasi dan mempelajari dengan cepat.

Muhibbin Syah mengartikan intelegensi sebagai

kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan

atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan


34
Imam An Nawawi, Syarah Shahih Muslim, Jakarta: Pustaka Azzam, 2011, hal. 160-161

37
cara yang tepat. Inteligensi sebenarnya bukan

persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-

organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus

diakui bahwa peran otak dalam hubungannya

dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada

peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak

merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh

aktivitas manusia35.

Jadi, inteligensi merupakan suatu faktor yang

paling penting dalam proses belajar siswa. Jika

siswa mempunyai kecerdasan yang tinggi, maka

akan dapat dengan mudah menerima dan memahami

pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga

peluang untuk meraih kesuksesan dalam belajar

menjadi tinggi. Sebaliknya siswa yang

inteligensinya rendah maka peluang untuk meraih

kesuksesan dalam belajar sangat kecil.

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan peningkatan

kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan

dalam pemusatannya kepada barang sesuatu,

baik yang di dalam maupun yang di luar

35
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja
RoSekolah Dasarakarya, 2009, hal. 131

38
individu. Perhatian merupakan kegiatan yang

dilakukan seseorang dalam hubungannya

dengan pemilihan rangsangan yang datang dari

lingkungannya36.

c) Minat

Minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal/aktifitas tanpa ada

yang menyuruh37. Secara sederhana, minat

(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Umpamanya, seorang siswa yang

menaruh minat besar terhadap mata pelajaran

matematika akan banyak memusatkan

perhatiannya pada mata pelajaran matematika

daripada mata pelajaran lainnya.

d) Bakat

Bakat atau atitude menurut Hilgard adalah “the

capacity to learn”. Dengan kata lain bakat

adalah kemampuan untuk belajar. Menurut

Syatha Al-Dimyathi yang dikutip oleh Mahmud

dalam bukunya yang berjudul psikologi

36
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta,
2010, hal. 105
37
Noer Rahmah, Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Teras, 2012,
hal. 196

39
pendidikan,

Setiap orang memiliki bakat (maziyyah)

masing-masing yang tidak dimiliki oleh orang

lain. Manusia berpotensi untuk mencapai

prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai

dengan kapasitas masing- masing38.

Jadi bakat merupakan kemampuan seseorang

yang tidak dimiliki oleh orang lain. Misalnya

seseorang yang mempunyai bakat mengetik,

maka ia dapat mengetik dengan lancar dan

cepat dibandingkan dengan orang yang kurang

atau tidak mempunyai bakat mengetik. Al

Qur’an menyebut bakat dengan istilah Syakilah

terdapat dalam Q.S Al Isra’ ayat 84:

‫ربُّ ُك ْم َأ ْعلَ ُم‬R


َ Rَ‫ا ِكلَتِ ِهۦ ف‬R‫ ُل َعلَ ٰى َش‬R‫قُلْ ُكلٌّ يَ ْع َم‬
‫بِ َم ْن هُ َوَأ ْه َد ٰى َسبِياًل‬
Artinya: “Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat

menurut keadaannya masing-masing. Maka

Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih

benar jalanNya.” (Q.S Al Isra’/17:84)39

e) Kematangan dan kesiapan

38
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2010, hal. 97
39
Departemen Agama RI, Al Qur’an al Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia, Kudus:
Menara Kudus, 2010, hal : 290

40
Kematangan adalah tingkat perkembangan pada

individu atau organ-organnya sehingga

berfungsi sebagaimana mestinya. Proses

pembentukannya melewati setiap fase

perkembangan, yang didukung oleh faktor

eksternal maupun faktor internal individu.

b. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu. Faktor

ekstern terdiri dari:

1) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi

antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan

ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar

belakang kebudayaan). Faktor keluarga (orang tua)

sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan

siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan

orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau

kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua,

akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan

anak-anaknya, semua itu turut mempengaruhi

pencapaian hasil belajar anak. Orang tua yang

kurang memperhatikan pendidikan anaknya,

menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam

belajarnya.

2) Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum,

41
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standart belajar diatas ukuran, keadaan gedung,

metode belajar dan tugas rumah. Keadaan sekolah

tempat belajar turut memengaruhi tingkat

keberhasilan mengajar. Kualitas guru, metode

mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan anak, keadaan fasilitas atau

perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah

murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah,

semua ini turut memengaruhi keberhasilan belajar

anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata

tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang

mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka

tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah

maupun di rumah

3) Faktor masyarakat (Kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk

kehidupan masyarakat). Lingkungan masyarakat

yang kumuh, banyak pengangguran dan anak

terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar

siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika

memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam

42
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

Selain itu, kadang juga menimbulkan sifat malas

belajar dalam diri siswa ketika ia berada di

lingkungan yang kumuh. Bila di sekitar tempat

tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-

orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya

rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal

ini akan mendorong anak lebih giat belajar.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Bob Zeussa, 2016, tentang Problematika Proses Belajar Mengajar

Tahfidz Al Qur’an di Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Qur’an An Nida

Salatiga, yaitu : Pembelajaran tahfidz Al Qur’an di Sekolah Dasar PTQ An

Nida sejauh ini sudah baik. Ini dapat diketahui dari prestasi yang dicapai

dan proses kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru yang selalau

membimbing dan mendidik kepada para siswa agar sesuai dengan tujuan

Sekolah Dasar PTQ An Nida. Selain itu jadwal kegiatan yang ada

disekolah ini memang berkonsentrasi pada hafalan Al Qur’an, jadi jam

untuk muroja’ah sudah cukup. Dari pagi sebelum memulai pelajaran, setiap

akan shalat, dan sebelum pulang pun, selalu ada muroja’ah untuk menjaga

hafalan siswa-siswa. Kendala dan masalah dalam pembelajaran tahfizhul

Qur’an di Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga, yaitu: a)

Faktor peserta didik: Usia yang belum matang untuk dimasukkan ke

43
Sekolah Dasar, daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda,

faktor kemauan dari anak yang kurang, belum bisa baca tulis Al Qur’an

atau kurang lancar dalam membaca Al Qur’an, bahkan ada yang masih

tahap membaca buku Iqro’, belum mengetahui cara menghafal yang baik

dan benar, tidak bisa mengatur waktu ketika menghafal dirumah, sifat

malas yang ada pada siswa, ketika dirumah sering bergaul dengan anak-

anak yang malas terutama malas dalam menghafal Al Qur’an. b) Faktor

tenaga pendidik yang kurang, c) Faktor eksternal (orang tua dan

lingkungan rumah). Solusi dari kendala dan problem yang diberikan oleh

penulis adalah : a) Faktor peserta didik: 1. Melakukan seleksi penerimaan

siswa baru berdasarkan umur yang telah ditentukan, 2. menambah tenaga

pendidik untuk memberikan bimbingan ke siswa yang membutuhkan, 3.

Dirumah orang tua juga harus memotivasi anak, 4. Guru membimbing

bacaan siswa sebelum menghafal dengan memperhatikan tajwid dan

makhroj hurufnya dan siswa hendaknya sering membaca Al Qur’an, 5.

Guru hendaknya menanamkan pada diri anak akan pahala yang Allah

berikan kepada penghafal Al Qur’an, 6. Guru dan orang tua menumbuhkan

cinta anak terhadap Al Qur’an dengan memberikan tauladan yang baik,7.

Siswa dapat bergabung dengan kelompok penghafal Al Qur’an supaya

saling membantu dan memberi motivasi40.

Anas Misbakhudin, 2011, tentang Problematika Pembelajaran

Aqidah Akhlak di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang Tahun Ajaran
40
Bob Zeussa, Skripsi: “Problematika Proses Belajar Mengajar Tahfidz Al Qur’an di
SEKOLAH DASAR Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga” (Salatiga: IAIN Salatiga, 2016), hal.
66-67

44
2010/2011. Dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di kelas VIII-

B MTs NU Nurul Huda Mangkang muncul beberapa problematika.

Pertama, problematika yang berhubungan dengan guru aqidah akhlak

meliputi: metode pengajaran yang digunakan kurang variatif, kurangnya

penguasaan dan pengembangan materi oleh guru, keteladanan dari para

guru, dan adanya kecenderungan orang tua siswa menyerahkan sepenuhnya

pendidikan anakanaknya kepada madrasah (guru). Serta kurang adanya

kekompakan diantara para guru dalam memantau perkembangan perilaku

siswa. Kedua, problematika yang berhubungan dengan siswa meliput:

kurangnya sopan santun pada diri siswa baik dalam perbuatan maupun

perkataan, masih adanya siswa yang kurang disiplin atau kurang mematuhi

peraturan madrasah baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan

rentannya siswa terhadap pengaruh teman yang kurang baik akhlaknya.

Ketiga, problem yang berhubungan dengan sarana-prasarana yakni: Masih

terbatasnya sarana-prasarana madrasah. Dalam menghadapi problematika

yang berhubungan dengan guru, MTs NU Nurul Huda Mangkang

melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, menggunakan dan

memodifikasi metode mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan gaya

belajar (learning style) masing-masing siswa, cara lain dilakukan dengan

cara membentuk kelompok dalam belajar, bisa kelompok belajar dan

kelompok diskusi, mencari bahan bandingan sebagai sumber pembelajaran

dan mengembangkan materi sedemikian rupa, seakan materi itu bukan

paket dari kurikulum, berusaha semaksimal mungkin memperbaiki proses

45
pembelajaran dengan memberikan pengertian terhadap siswa baik dari sisi

materi pendidikan maupun sisi keteladanan, melakukan koordinasi dan

menyamakan visi dalam pendidikan akhlak antara Madrasah, keluarga, dan

masyarakat sekitar, dan menjalin kekompakan diantara para guru yaitu

dengan diadakannya rapat koordinasi diantara para guru di bawah

koordinasi kepala madrasah. Sedangkan langkah-langkah yang

berhubungan dengan problem dari siswa: MTs NU Nurul Huda Mangkang,

memberikan sangsi berupa kredit point bagi siswa yang melanggarnya,

mensosialisasikan arti disiplin dan pentingnya mematuhi peraturan

madrasah baik di dalam kelas maupun di luar, serta mengarahkan untuk

menghindari lingkungan pergaulan yang kurang baik dan berusaha memilih

teman yang baik. Sedangkan solusi yang berhubungan dengan sarana-

prasarana yakni, berusaha melengkapi sarana dan prasarana madrasah41.

Fahrul Razi, 2013, tentang problematika pembelajaran guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa di MIN

Kampung Durian Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian

ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode diskriptif analitis

menggunakan perspektif fenomenologis. Hasil penelitian ini mendapatkan

solusi dalam mengatasi problematika guru PAI memberikan perhatian lebih

kepada siswa 7 yang tidak serius dan malas dalam belajar. Serta

meningkatkan pengajaran terhadap siswa untuk lebih memahami ilmu

pengetahuan agama Islam serta memberi tugas-tugas tambahan kepada


41
Anas Misbakhudin, Skripsi: “Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di Kelas VIII-B
MTs Nurul Huda Mangkang Tahun Ajaran 2010/2011” (Semarang: IAIN Walisongo), hal.65-66

46
siswa agar siswa selalu giat dalam belajar baik di sekolah maupun di

rumah42.

Berdasarkan kajian penelitian di atas, terdapat persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, persamaannya

membahas tentang problematika Guru Pendidikan Agama Islam,

sedangkan perbedaannya terdapat pada subjek penelitian yang di teliti

merupakan guru Pendidikan Agama Islam, sedangkan objek dalam

penelitian ini ditujukan pada guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Dasar Interaktif Hijau Daun.

BAB III
METODE PENELITIAN

42
Fahrul Razi, Skripsi: “Problematika Pembelajaran Guru PAI Dalam Meningkatkan
Pemahaman Siswa Di MIN Kampung Durian Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang”
(Langsa: STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, 2013), hal.67

47
A. Pendekatan Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban dengan ungkapan lain metodologi
adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.
Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris: research yang berarti
usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu
metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap
permasalahan sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab
problemnya.
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif
yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud yang
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya
dimanfaatkan adalah wawancara,pengamatan dan pemanfaatan dokumen.
Dalam penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah,metode alamiah dan
dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah 43. Jadi penelitian
kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan data diskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang- orang atau perilaku yang diamati. Penelitian
kualitatif dalam pengumpulan datanya secara fundamental sangat tergantung
pada proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri.

B. Setting Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat peneliti melakukan penelitian

problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam belajar mengajar. Dalam

43
Moleong , Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja RoSekolah
Dasara Karya, 2015, hal. 5

48
hal ini peneliti melakukan penelitian di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun,

yang terletak di Dusun Kemloko RT 04/02, Desa Butuh, Kecamatan

Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

C. Subjek dan Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah guru Pendikan Agama Islam Sekolah

Dasar Interaktif Hijau Daun dan Waka Kurikulum serta dapat ditambah sesuai

dengan kebutuhan penelitian. Penentuan sampling ini didasarkan dengan apa

yang dikatakan Moleong "untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari

berbagai sumber dan bangunannya. (constructions)". Tujuannya untuk

merincikan kekhususan yang ada ke dalam konteks yang unik. Selain itu untuk

menggali informasi yang akan manjadi dasar dari rancangan dan teori yang

muncul. Oleh karena itu sample dalam penelitian kualitatif adalah sample

bertujuan (purposive sampling) dan bukan sample acak44. Peneliti melibatkan

guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun karena

peneliti akan mengumpulkan data secara alamiah dengan teknik observasi

dengan terjun ke lapangan dan wawancara yang dianggap langsung sebagaai

sumber data serta mengadakan dokumentasi tertulis. Penelitian ini bertujuan


44
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja RoSekolah
Dasarakarya,
cetakan keduapuluh dua, 2006, hal. 224

49
mengurai tentang problematika guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Dasar Interaktif Hijau Daun dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama

Islam. Data-data yang akan dikaji adalah data mengenai realita sosial yang

konkrit secara alamiah.

Subyek penelitian yaitu siswa Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun.

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata wawancara dimaknai

sebagai tanya jawab peneliti dengan nara sumber 45. Wawancara adalah

bentuk komunikasi antara dua orang ,melibatkan seseorang yang ingin

memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu46.

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka

dan terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui bahwa

mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara.

Wawancara akan dilakukan kepada narasumber yaitu diantaranya adalah

guru Pendidikan Agama Islam, dan waka kukikulum. Peneliti

menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait problematika guru

45
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka, 2007, hal.1270

46
Mulyana, Deddy, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja RoSekolah
Dasarakarya, 2008, hal.180

50
Pendidikan Agama Islam, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dan sejauh mana siswa dalam memahami Pendidikan Agama

Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun. Kegiatan penelitian ini

akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan berstruktur karena

informan atau narasumber mengetahui bahwa mereka sedang

diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat

wawancara, peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-

pertanyaan yang tersusun secara sistematis. Adapun sumber data yang

akan penulis jadikan sebagai sumber wawancara adalah :

1. Guru Agama Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun.

2. Waka Kurikulum Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun.

b. Observasi

Metode Observasi yaitu dengan pengamatan dan pencatatan suatu

objek dengan sistematika fenomena yang akan diselidiki47. Dan

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis48. Jadi metode

observasi yang dimaksud adalah suatu proses pengamatan secara

langsung dengan panca indera sendiri. Metode ini peneliti gunakan

untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan :

1. Letak dan keadaan geografis.

2. Keadaan lingkungan belajar mengajar.

47
Rumidi, Sukandar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Gajah Mada University prees,
2004, hal.67

48
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung : Penerbit
Alfabeta, 2008, hal.144

51
3. Proses belajar mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam.

c. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi sekarang ini lebih banyak dipakai sebagai alat

untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalamn

berbagai keperluan. Ada dua kategori foto atau dokumentasi yang dapat

di manfaatkan dalam penelitian kualitatif yaitu foto yang dihasilkan

orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri 49. Dalam hal ini

peneliti akan mengambil sumber dokumentasi meliputi:

1. Foto dengan Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar

Interaktif Hijau Daun.

2. Foto dengan Waka Kurikulum Sekolah Dasar Interaktif Hijau

Daun.

3. Foto gedung bangunan Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun.

E. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan

didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada tiga kriteria yang digunakan,

yaitu derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability). Masing-masing kriteria tersebut menggunakan

teknik sendiri-sendiri. Pada kriteria credibility menggunakan beberapa teknik

pemeriksaan yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan, pengamatan,dan


49
Moleong , Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja RoSekolah
Dasara Karya, 2015, hal.160

52
triangulasi. Sedangkan kriteria kebergantungan dan kepastian menggunakan

teknik auditing.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dapat diartikan sebagai proses yang menghubungkan,

memisahkan-memisahkan dan mengelompokkan data yang ada sehingga

dapat ditarik kesimpulan yang benar. Analisis data yang digunakan adalah

analisis deskriptif analitik, analisis yang diwujudkan bukan dalam bentuk

angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif. Adapun

langkah-langkah dalam menganalisis data pada penelitian kualitatif

deskriptif menurut Milles dan Huberman antara lain :

a. Data Reduction (Reduksi Data) Reduksi data adalah proses memilih,

menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, dan mengubah data

kasar ke dalam catatan lapangan.

b. Data Display (Penyajian Data) Sajian data merupakan suatu cara

merangkai data dalam suatu organisasi-organisasi yang memudahkan

untuk pembuatan kesimpulan dan atau penyimpulan data.

c. Conclusion Drawing/Verification (Penyimpulan data) Verifikasi data

merupakan penjelasan tentang mujahadah keliling dan ukhuwah

Islamiyah. Mujahadah keliling memiliki peran dalam peningkatan

ukhuwah Islamiyah karena dengan adanya mujahadah keliling jamaah

akan merasakan kebersamaan dan tumbuh rasa solidaritas antar sesama

53
serta ukhuwah akan tertanam pada jamaah yang mengikutinya50.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Sebagaimana telah diuraikan pada bab 1 bahwa tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui problematika yang dihadapi oleh guru Pendidikan

Agama Islam dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun Tahun Ajaran 2020/2021.

Peneliti menetapkan tempat penelitian di Sekolah Dasar Interaktif Hijau

Daun Tengaran karena di sekolah tersebut dekat dengan tempat tinggal dan

50
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung : Penerbit
Alfabeta, 2008, hal. 246-252

54
belum pernah diadakan penelitian yang membahas tentang problematika guru

Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama

Islam.

1. Gambaran Umum Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun

Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun merupakan salah satu sekolah

yang berlangsung cukup baru. Di dirikan pada tahun 2019, Sekolah Dasar

Interaktif Hijau Daun mulai beroperasi mulai tanggal 3 Juli 2019.

Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun, terletak di Dusun Kemloko RT

04 / 02, Desa Butuh,Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Status

tanah dan bangunan Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun ini merupakan

milik Yayasan Saung Ilmu. Pada saat ini Sekolah Dasar Interaktif

merupakan salah satu sekolah alam yang menjadi perhatian bagi

masyarakat sekitar Tengaran. karena memiliki konsep belajar yang

menarik dan memiliki ruang terbuka hijau dan arena bermain yang cukup

luas.

Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun optimis masa yang akan datang

akan lebih cerah dan mampu bersaing dibidang prestasi. Untuk itu semua

kekurangan akan diupayakan dipenuhi sedikit demi sedikit baik sarana

prasarana, kesejahteraan, kerja sama lingkungan dan promosi akademik /

pendidikan. Hal tersebut sebagai upaya agar Sekolah Dasar Interaktif

Hijau Daun menjadi salah satu sekolah yang dapat memberikan pelayanan

masyarakat yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan( SNP ).

Sekolah ini menggunakan konsep Interaktif yang artinya adalah

55
Interaksi aktif antara keluarga dengan sekolah dalam menjalanakan

kurikulum yang terbaik yang diberikan kepada Anak didik.

Dan kerjasama dengan masyarakat dalam menciptakan lingkungan

yang kondusif dan sehat untuk perkembangan social dan karakter anak.

Kemudian Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun memiliki program yang

lebih mengedepankan Tahfidzhul Qur’an, Hadits, Do’a harian dan

pembiasaan adab islami dalam menamkan karakter kepada peserta didik

(karakter building).

Kurikulum di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun menggunakan

kurikulum nasional K13, dengan menyelaraskan target pembelajaran yang

ingin kita raih. Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun menerapkan model

pembelajaran Research and Discovery, dimana setiap pembelajaran peserta

didik melakukan observasi, eksplorasi dan penemuan atau discovery, titik

akhir pembelajaran adalah berupa projek/ hasil karya. Semua proses

pembelajaran disajikan dengan metode Fun Learning dan berinteraksi

dengan alam serta penanaman kemandirian peserta didik dengan konsep

Life Skill Training.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah profil Sekolah Dasar Interaktif Hijau

Daun:

Nama sekolah : Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun

NSS :-

Status : Swasta

Akreditasi :-

56
Tahun didirikan : 2019

Tahun beroperasi : 2019

Alamat sekolah : Kemloko RT 04/02

Desa/ kelurahan : Butuh

Kecamatan : Tengaran

Kabupaten/ kota : Semarang

Kode Pos : 50775

Provinsi : Jawa Tengah

Kepemilikan tanah : Wakaf/pinjam pakai

Luas tanah : 1062 m2

Luas bangunan : 135 m2

B. Deskripsi Setting Penelitian

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil dan data penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui problematika guru Pendidikan Agama Islam

dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di

Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun. Sebagaimana yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, peneliti ini menggunakan metode kualitatif untuk melihat

kondisi alami dari suatu fenomena.

Penelitian berlangsung selama bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2022.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui teknik wawancara semi terbuka yang

dilakukan secara mendalam guna mendapatkan informasi dan data secara

langsung. Selanjutnya, peneliti juga menggunakan metode observasi dan

57
dokumentasi untuk mengetahui lebih dalam dan jelas serta mentriangulasi

mengenai data yang telah ada untuk kemudian dianalisis. Analisis itu sendiri

akan terfokus pada problematika guru Pendidikan Agama Islam dalam proses

belajar mengajar.

1. Visi dan Misi Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun

a. Visi Sekolah

“ Menjadi Lembaga pendidikan yang dapat melahirkan generasi yang

islami, berilmu, beriman dan berakhlak mulia, sebagai wujud Islam

yang rahmatan lil alamin (Generasi Rabbani)”

Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita sekolah dengan

indikator:

1) Terwujudnya siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa

2) Terwujudnya siswa yang cerdas dan berprestasi.

3) Terwujudnya siswa yanag berkarakter dan menjujung prinsip-

prinsip nasionalisme.

4) Terwujudnya siswa yang aktif, komunikatif, dan kreatif.

5) Terwujudnya siswa yang santun dan berbudaya.

b. Misi Sekolah

1) Menanamkan aqidah yang lurus kepada peserta didik

2) Menanamkan cinta membaca, menghafal dan mengkaji Al-Qur’an

3) Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis Al-Qur’an dan As-

sunah

58
4) Menggali dan mengembangkan potensi peserta didik melalui

pembelajaran yang interatif, kreatif, inovatif dan menyenangkan

dengan memanfaatkan potensi alam yang ada.

5) Memberikan pembelajaran melalui pembiasan-pembiasaan yang

islami untuk membentuk karakter peserta didik, sebagai calon

pemimpin yang berakhlaqul kharimah

2. Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun

Sarana dan prasarana sangatlah mutlak diperlukan dalam proses

belajar mengajar untuk menunjang pembelajaran. Karena sarana dan

prasarana banyak membantu dan memperlancar jalannya pendidikan serta

meningkatkan mutu dan kualitas sekolah yang bersangkutan tentu saja

digunakan sesuai dengan keadaan dan situasi sekolah yang bersangkutan.

Sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki dalam konteks ini

adalah segala sesuatu yang tersedia sebagai pelengkap aktivitas pendidikan

di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun. Sarana dan prasarana dapat dilihat

pada tabel.

Tabel Sarana dan Prasarana

Ketersediaan* Kondisi*
No. Jenis prasarana
Ada Tidak Baik Rusak

1. Ruang kelas  

2. Ruang perpustakaan  

59
3. Ruang laboratorium IPA 

4. Ruang laboratorium Bahasa 

5. Ruang laboratorium TIK 

6. Ruang Pertemuan/Aula  

7. Ruang Multimedia 

8. Ruang Ganti Pakaian Siswa  

9. Ruang Peralatan Olah Raga  

10. Rumah Penjaga sekolah 

11. Ruang Satpam 

12. Ruang pimpinan  

13. Ruang guru  

14. Ruang tata usaha  

15. Tempat beribadah  

16. Ruang Bimbingan dan 

Konseling

17. Ruang UKS  

18. Kamar Mandi  

19. Jamban  

20. Gudang  

21. Tempat  

bermain/berolahraga

60
( Sumber : Dokumentasi Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun )

3. Kegiatan Pembelajaran dan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar Interaktif

Hijau Daun

1. Kegiatan Pembelajaran

Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun berdiri pada tahun 2019,

hingga saat ini belum meluluskan angkatan pertama karena kelas

tertinggi pada Sekolah Dasar ini adalah kelas 4. Sekolah Dasar

Interaktif Hijau Daun menggunakan konsep full day school, dengan

pembagian kegiatan belajar sebagai berikut:

a. Pembelajaran di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun bersistem

full day school. Sehingga dilaksanakan pada pagi hari, yaitu

dimulai dari pukul 07.00 pagi sampai dengan pukul 15.30 wib.

b. Waktu belajar selama 5 (lima) hari dalam seminggu (Senin s/d

Jum’at), kecuali hari libur Nasional dan atau hari libur khusus

yang ditentukan sekolah.

c. Untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam mulai diajarkan dari

kelas I hingga kelas IV dan masing-masing mempunyai porsi 2

jam pelajaran setiap harinya.

d. Setiap siswa wajib menyapa/memberi salam saat bertemu Kepala

Sekolah, Guru, Pegawai dan siswa lain di dalam dan diluar

lingkungan sekolah.

e. Siswa yang berhalangan hadir wajib memberi surat ijin dari orang

61
tua/wali murid.

f. Selama jam istirahat siswa harus berada di lingkungan sekolah,

dan segera masuk kelas bila bel masuk dibunyikan.

g. Ikut menjaga sarana prasarana sekolah, kebersihan, keindahan,

ketertiban keamanan, kesehatan, dan kekeluargaan.

h. Melapor kepada kepala sekolah, guru, atau guru piket apabila

merasa atau mengetahui ada gejala/peristiwa permusuhan,

perkelahian, perusakan, pencemaran nama baik, serta gangguan

keamanan dan ketertiban lainnya.

i. Setelah bel pulang berbunyi, siswa diwajibkan langsung pulang

ke rumah masing-masing, kecuali melaksanakan piket kebersihan

atau ada kegiatan lain dari sekolah dengan sepengetahuan orang

tua, guru atau petugas sekolah.

Tabel Kegiatan Pembelajaran Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun

No. Komponen Muatan


Kurikulum

1. Mata pelajaran:
1). Bahasa Arab
2). Akidah Akhlak
3). Fiqih
4). Al Qur’an Hadits
5). Tematik
6). PJOK
7). Tahfidzul Qur’an

2. Muatan lokal:

62
1). Bhs. Jawa
2). Bhs. Inggris
3). TIK

3. Kegiatan pengembangan diri:


1) Bakat Minat
2) Kegiatan Ekstrakurikuler

4. Pengaturan beban belajar* : Kalender Pendidikan dan SK


pembagian tugas mengajar.

5. Ketuntasan belajar (KKM)**:


1).Bahasa Arab : 75
2).Akidah Akhlak : 75
3).Fiqih : 75
4).Al Qur’an Hadits : 75
5).Tematik : 75
6).PJOK : 75
7).Tahfidzul Qur’an : 75
8).Bhs. Jawa : 75
9).Bhs. Inggris : 75
10). TIK : 75

6. Kriteria kenaikan kelas:


1. Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun.
2. Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila yang bersangkutan
telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
3. Peserta didik dinyatakan harus mengulang di kelas yang sama
bila:
a. Jika peserta didik tidak menuntaskan standar kompetensi
dan kompetensi dasar lebih dari tiga mata pelajaran
sampai pada batas akhir tahun pelajaran, dan
b. Peserta didik karena alasan yang kuat, misal karena

63
gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental sehingga tidak
mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang
ditargetkan.
c. Ketidak hadiran mencapai lebih dari 15 % hari efektif
sekolah.
4. Ketika mengulang dikelas yang sama, nilai peserta didik untuk
semua indikator, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang
ketuntasan belajar minimumnya sudah dicapai, minimal sama
dengan yang dicapai pada tahun sebelumnya.

2. Kegiatan Ekstrakurikuler

Sekolah Dasar Interaktif selain menekankan pada pembelajaran

agama juga tetap memafasilitasi kegiatan yang bersifat bakat minat.

Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah ini dapat

di lihat pada tabel.

Tabel Kegiatan Ekstrakurikuler

Jenis Kegiatan Jenis Kegiatan


No. Ekstrakurikuler No. Ekstrakurikuler

A AKADEMIS B NON AKADEMIS

1 Bahasa Inggris 1 Pramuka

2 Badminton

3 Melukis

4 Karya

5 Literasi

64
6 Komputer

7 Futsal

Selain itu Ada aktivitas wajib bagi siswa dan siswi Sekolah Dasar

Interaktif Hijau Daun yang mungkin belum banyak dari sekolah-

sekolah lain lakukan sebelum pelajaran umum dimulai, yaitu Shalat

Dhuha bersama.

Shalat Dhuha bersama dilaksanakan pertama setiap hari sebelum

pelajaran lainnya dimulai. Diharapkan dengan diawalinya setiap hari

dengan shalat dhuha, ilmu yang akan dipelajari menjadi lebih berkah

dan bermanfaat.

Dalam kegiatan shalat ini diharapkan bisa menjadi sarana muroja'ah

hafalan-hafalan yang telah ada. Bukan hanya di sekolah saja,

harapannya murid-murid pun terbiasa melaksakan rutinitas dhuha

tersebut di rumahnya masing-masing

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian disusun berdasarkan hasil wawancara dan data-data

tambahan berupa hasil observasi dan dokumentasi bukti pembelajaran yang

dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Sebelum melakukan

wawancara, peneliti membuat kesepakatan jam dan hari di mana akan

dilakukan proses wawancara dengan para guru. Hasil wawancara dilakukan

kepada partisipan satu sampai partisipan dua dan satu partisipan tambahan.

Selanjutnya, peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan

65
proses penelitian baik itu untuk mendapatkan data dari metode observasi dan

metode dokumentasi di lembaga ini. Dan berikut adalah hasil penelitian serta

pembahasan hasil penelitian di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun.

1. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Interaktif Hijau Daun

Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun merupakan lembaga pendidkan

yang masih dalam taraf pengembangan, ini tentunya masih banyak

kekurangan dan problem yang dihadapi dalam proses pelaksanaan belajar

mengajar. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara serta pengamatan

yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa problematika guru

Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar Pendidikan

Agama Islam Tahun Ajaran 2020/2021 adalah sebagai berikut:

a. Faktor peserta didik

Problem-problem yang dihadapi di Sekolah Dasar Interaktif Hijau

Daun banyak yang berasal dari siswa sendiri, seperti sebagai berikut:

1) Belum lancar membaca dan menulis

2) Daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda

3) Belum bisa baca tulis Al Qur’an atau kurang lancar dalam

membaca Al Qur’an

4) Tidak bisa mengatur waktu ketika belajar di rumah

5) Sifat malas yang ada pada siswa

6) Ketika dirumah sering bergaul dengan anak-anak yang malas

(Observasi dan wawancara dengan Ustadz Miftah Wijayanto dan

66
Ustadz Azmy Fawazier sebagai guru Pendidikan Agama Islam)

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal ini berupa orang tua dan lingkungan dirumah.

Beberapa orang tua ada yang tidak begitu memperdulikan belajar

anaknya, sehingga dirumah mereka tidak memantau atau membantu

belajar anak mereka, sehingga apa yang didapat disekolah sering

terlupakan. Selain itu lingkungan dirumah yang berbeda-beda, teman

bermain si anak yang tidak berasal dari Sekolah Dasar Interaktif Hijau

Daun, sehingga tidak mendukung si anak untuk mengulang pelajaran

dirumah.

D. Interpretasi Data

1. Analisis Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Dasar Interaktif Hijau Daun

Hasil pembelajaran merupakan salah satu cara untuk mengetahui

apakah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sudah berjalan sesuai

dengan yang direncanakan dan sudah tercapai tujuan dari pembelajaran

atau belum. Hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Interaktif Hijau Daun Tahun Ajaran 2020/2021 bisa dikatakan sudah baik,

akan tetapi belum berhasil secara maksimal.

Hal ini bisa dilihat dengan beberapa problematika yang dihadapi.

Diantaranya adalah:

a. Faktor peserta didik.

67
Problem-problem yang dihadapi oleh siswa di Sekolah Dasar Interaktif

Hijau Daun dapat disebutkan sebagai berikut:

1) Belum lancar membaca dan menulis. Ada beberapa murid dari

kelas 1 sampai kelas 3 yang belum lancar membaca dan menulis,

sehingga untuk mengikuti semua kegiatan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam belum bisa maksimal. Terutama ketika

dalam ulangan harian atau ujian semester masih kesulitan dalam

memahami ataupun menuliskan jawabannya.

2) Daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda. Tidak

dapat dipungkiri jika masing-masing anak mempunyai daya

tangkap yang berbeda-beda. Jika anak itu mempunyai daya tangkap

yang bagus, pasti dengan cepat akan bisa memahami dan mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan baik. Akan tetapi berbeda dengan

anak yang mempunyai daya tangkap yang kurang, mereka

membutuhkan bimbingan khusus dari guru dan juga penyampain

materi yang berulang-ulang.

3) Belum bisa baca tulis Al Qur’an. Dalam mempelajari pendidikan

agama Islam hendaklah sudah bisa membaca tulisan Arab yang

baik, karena akan mempermudah belajar Bahasa Arab atau dalam

membaca ayat Al Qur’an dan Hadits. Tetapi di sekolah ini masih

terdapat siswa yang belum bisa baca tulis Al Qur’an terutama di

kelas 1.

4) Tidak bisa mengatur waktu ketika belajar dirumah. Sehingga

68
menyebabkan sebagian siswa bingung untuk apa waktu yang luang

tersebut. Akhirnya mereka gunakan untuk kegiatan lain yang

kurang bermanfaat.

5) Sifat malas yang ada pada siswa. Ini dapat diketahui dari siswa-

siswa yang tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran PAI atau tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan

tugas yang diberikan.

6) Ketika dirumah sering bergaul dengan anak-anak yang malas.

Teman sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian

seseorang. Jika temannya baik, maka ia akan ikut baik pula. Maka

sebaliknya jika temannya itu tidak baik atau malas ia akan

terpengaruh akan keburukan teman tersebut.

b. Faktor eksternal

Tidak dapat dipungkiri jika faktor luar juga mempunyai peran penting

dalam perkembangan anak. Bisa dilihat dari lingkungan terdekat anak

yakni orang tua mereka. Jika orang tua mereka perhatian dengan

perkembangan anak, maka sampai dirumah pun mereka akan memantau

dan memandu anak mereka dalam belajar di rumah. Seperti yang

dilakukan oleh Bu Jarwati dan Bu Mutiah, setelah shalat maghrib

mereka mendampingi anak mereka belajar dan muroja’ah hafalannya,

sehingga belajar anak mereka lebih maksimal. Akan tetapi banyak juga

orang tua yang tidak begitu memperdulikan itu, sehingga sudah sampai

69
dirumah mereka akan membebaskan anak mereka melakukan hal lain

yang kurang bermanfaat seperti menonton tv, main game, dll. Selain itu

lingkungan rumah atau teman-teman dari si anak juga akan

berpengaruh. Jika lingkungan si anak banyak teman-teman yang berasal

dari Sekolah Dasar umum yang kurang materi Pendidikan Agama

Islam, mereka akan mudah mempengaruhi untuk bermain. Sehingga

waktu yang seharusnya bisa untuk belajar terbuang untuk hal yang

kurang bermanfaat.

2. Analisis Cara Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun

Problematika yang ada di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun

senantiasa ditanggapi secara professional. Dalam hal ini kegiatan belajar

mengajar pada tahun ajaran 2020/2021 khususnya yang berkaitan dengan

pembelajaran agama, sedang dihadapkan pada beberapa permasalahan

yang membutuhkan penanganan secara serius. Adapun cara mengatasi

problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar

Interaktif Hijau Daun adalah sebagai berikut:

a. Faktor peserta didik

1) Belum lancar membaca dan menulis

Solusi yang di lakukan guru adalah yang pertama memberikan

kegiatan privat baca tulis di pagi hari, solusi ini sangat membantu

anak agar dapat keluar dari permasalahan tersebut, kegiatan ini juga

tidak menggangu atau mengurangi waktu dalam pembelajaran

70
pendidikan agama Islam di kelas. Selain itu, kegiatan diberikan

untuk semua siswa baik yang sudah lancar ataupun yang masih

mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis.

Solusi kedua adalah memberikan tugas-tugas khusus untuk

membaca dan menulis di rumah, padahal pemberian tugas terus

menerus dapat mengakibatkan kebosanan dan jika tidak ada orang

tua yang membimbing, maka bagaimanakah dia dalam

mengerjakan tugas yang diberikan sehingga solusi ini belum

memberikan jalan-jalan yang tepat.

2) Daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda

Hal ini memang tidak dapat dipungkiri, dan umur kadang tidak

melulu menjadi penentu. Ada siswa kelas 1 yang memang sudah

lancar baca tulis dan bisa mengikuti pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan baik, tapi ada juga siswa kelas 3 yang masih

belum lancar baca tulis. Solusi yang bisa diterapkan, salah satunya

guru fokus membimbing beberapa anak yang butuh bimbingan

khusus. Sehingga anak dengan daya tangkap yang lemah paling

tidak bisa mengejar ketinggalan.

3) Belum bisa baca tulis Al Qur’an atau kurang lancar dalam

membaca Al Qur’an

Solusi yang di lakukan guru sama halnya seperti yang dilakukan

bagi anak yang belum lancar membaca dan menulis yaitu

denganmemberikan kegiatan privat baca tulis Al Qur’an di pagi

71
hari secara bergantian, solusi ini sangat membantu anak agar dapat

keluar dari permasalahan tersebut, kegiatan ini juga tidak

menggangu atau mengurangi waktu dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam di kelas.

Solusi yang kedua adalah menyuruh anak agar mengikuti kegiatan

mengaji atau TPA di rumah supaya dapat membantu dalam belajar

membaca Al Qur’an.

4) Tidak bisa mengatur waktu ketika belajar di rumah

Maka dari itu orang tualah yang tau persis akan kondisi anak kapan

waktu-waktu bagi anak yang tepat untuk belajar. Oleh karena itu

guru dapat membantu memberikan waktu khusus untuk anak

belajar di rumah misalnya setelah shalat magrib sampai dengan

menjelang sholat isya’.

5) Sifat malas yang ada pada siswa

Guru yang memang berperan dalam menjaga mood anak-anak usia

dini. Guru harus pintar-pintar menarik perhatian siswa dengan cara

menghadirkan pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa

agar mau mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

baik.

6) Ketika dirumah sering bergaul dengan anak-anak yang malas

Untuk mengatasi hal ini hendaknya guru dan orang tua

mengarahkan anaknya untuk bermain dengan teman yang baik,

72
tujuannya adalah supaya saling membantu dan saling memberi

motivasi dalam hal belajar.

b. Faktor eksternal

Solusi yang diambil adalah, hendaknya orang tua juga berperan dalam

membantu anak-anak dalam menjaga belajar mereka. Dari pihak

sekolah juga sudah memberikan buku penghubung yang berguna

sebagai jembatan antara siswa dan orang tua mengetahui sejauh mana

perkembangan anak mereka. Orang tua harus memanfatkan itu guna

kebaikan anak mereka. Pihak sekolah terutama guru Pendidikan Agama

Islam bisa bertemu dengan masing-masing orang tua secara berkala

untuk menyampaikan perkembangan anak dan mengajak kerja sama

para orang tua agar memotivasi anak-anak mereka selama dirumah.

Karena kerja sama yang baik antar guru, siswa dan orang tua sangat

diperlukan demi tercipta pembelajaran yang efektif.

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna, terdapat

kelemahan, kekurangan dan keterbatasan. Peneliti merasa hal itu memang

pantas terjadi sebagai pembelajaran peneliti dan penelitian yang selanjutnya.

Dalam hal ini peneliti memaparkan kekurangan, kelemahan dan keterbatasan

yang terjadi.

Pertama adalah kurangnya eksplorasi teori yang dapat memperkaya

penelitian dan hasil dari penelitian itu sendiri. Peneliti sadar akan hal ini

karena keterbatasan waktu dan juga kesibukan lain yang menyita waktu dan

73
pikiran. Menurut peneliti, eksplorasi teori penting untuk menambah khasanah

ilmu komunikasi di Indonesia, khususnya dalam mempelajari media.

Kedua adalah kendala teknis di lapangan yang secara tidak langsung

membuat peneliti merasa penelitian ini kurang maksimal. Ketika memutuskan

untuk memakai metode penelitian kualitatif, peneliti sadar akan banyaknya

interaksi yang harus dibangun dengan subyek dan obyek penelitian. Maka

banyak waktu yang terbuang untuk menjalin interaksi ini sehingga waktu yang

semakin mendekati deadline tersebut dirasa kurang untuk membuat penelitian

ini lebih baik.

Ketiga adalah kurangnya fokus dalam mengerjakan penelitian ini, karena

peneliti masih aktif di beberapa bidang organisasi. Hal ini secara tidak

langsung membuat peneliti sadar akan totalitas dalam melakukan penelitian

dan juga hal lain yang penting dalam hidup.

74
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Problematika Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Interaktif

Hijau Daun, yaitu : a) Faktor peserta didik: belum lancar membaca dan

menulis, daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda, belum

bisa baca tulis Al Qur’an atau kurang lancar dalam membaca Al Qur’an,

tidak bisa mengatur waktu ketika belajar di rumah, sifat malas yang ada

pada siswa, ketika dirumah sering bergaul dengan anak-anak yang malas.

b) Faktor eksternal (orang tua dan lingkungan rumah)

2. Upaya dalam mengatasi Problematika Guru Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun yaitu : a) Faktor peserta didik: 1.

Memberikan privat baca tulis di pagi hari dan memberikan tugas khusus

membaca di rumah, 2. pendidik lebih fokus untuk memberikan bimbingan

ke siswa yang membutuhkan, 3. Memberikan privat baca tulis Al Qur’an

di pagi hari serta menyuruh ikut kegiatan mengaji di rumah, 4. Guru

memberikan waktu khusus anak belajar di rumah, 5. Guru hendaknya

menghadirkan pembelajaran yang menarik dan memberi motivasi pada

siswa, 6. Guru dan orang tua dapat megarahkan siswa supaya berteman

dengan teman yang baik sehingga saling membantu dan memberi motivasi

dalam belajar, b) Faktor eksternal: Orang tua harus bisa membantu

75
menjaga belajar anak di rumah dengan mengisi buku penghubung supaya

guru bisa mengetahui perkembangan belajar anak di rumah.

B. Implikasi

Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan

maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang

pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan dengan hal

tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :

a. Hasil penelitian mengenai problematika yang dihadapi oleh guru

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun, ternyata

ditentukan oleh faktor internal (siswa) dan eksternal (orang tua).

b. Berdasarkan pada hasil penelitian di atas bahwa sekolah sebaiknya

memberikan kontribusi yang berarti terhadap problematika yang dihadapi

guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun.

c. Selama ini problematika yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam

kurang mendapat perhatian yang serius baik dari pihak lembaga maupun

dari pihak orang tua siswa. Maka dalam mengatasi masalah tersebut,

diperlukan adanya usaha dan upaya dari pihak lembaga dan dari pihak

orang tua siswa, dalam rangka meningkatkan semangat belajar siswa

dengan cara mengadakan perbaikan pada sistem kegiatan belajar mengajar

Pendidikan Agama Islam dan orang tua selalu mendampingi serta

memotivasi anak-anaknya untuk selalu semangat belajar. Dengan

mengadakan perbaikan-perbaikan tersebut diharapkan kinerja guru

76
Pendidikan Agama Islam akan semakin meningkat dan siswa juga akan

antusias dalam mengikuti pembelajaran.

C. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah disajikan, maka

selanjutnya peneliti menyampaikan saran-saran yang kiranya dapat

memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang terkait atas hasil penelitian ini.

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Agar senantiasa meningkatkan profesinya dan mengefektifkan

penggunaan metode mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran.

b. Guru harus menggunakan media atau metode pembelajaran yang

menarik agar mudah dipahami siswa.

2. Bagi siswa

a. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh pelajaran yang

disampaikan guru.

b. Mengulang pembelajaran telah disampaikan di rumah.

77
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam (PAI)
Berbasis Kompetensi:Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004,
Bandung : Remaja RoSekolah Dasarakarya.
Anas Misbakhudin. 2011. Skripsi: “Problematika Pembelajaran Aqidah
Akhlak di Kelas VIII-B MTs Nurul Huda Mangkang Tahun Ajaran
2010/2011” Semarang: IAIN Walisongo.
Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan kreativitas pembelajaran bagi guru,
Jakarta : Bestari Buana Murni.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Alwasilah, Chaedar. 2008. Pokoknya Kualitatif. Jakarta : Pustaka Jaya
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran,
Jogjakarta : Ar Ruzz Media.
Bob Zeussa. 2016. Skripsi: “Problematika Proses Belajar Mengajar Tahfidz
Al Qur’an di SEKOLAH DASAR Plus Tahfizhul Qur’an An Nida
Salatiga” Salatiga: IAIN Salatiga.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak
dalam Keluarga. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah. 2001. Metodolodi Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. 2010. Al Qur’an al Karim dan Terjemah Bahasa
Indonesia, Kudus: Menara Kudus.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka
Cipta
Fahrul Razi. 2013. Skripsi: “Problematika Pembelajaran Guru PAI Dalam
Meningkatkan Pemahaman Siswa Di MIN Kampung Durian
Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang” Langsa: STAIN
Zawiyah Cot Kala Langsa.
Imam An Nawawi. 2011. Syarah Shahih Muslim, Jakarta: Pustaka Azzam.
John M. Echols dan Hassan Shadily. 2004.Kamus Inggris-Indonesia,
Jakarta: Gramedia.
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan
Kopetensi Guru, Bandung : Remaja RoSekolah Dasarakarya.
Makmun Khairani. 2014. Psikologi Belajar, Yogyakarta : Aswaja
Pressindo.
Maslikhah. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Multikulturalisme.
Attarbiyah, No. 2 Tahun XV/ Juli- Desember.
Moleong , Lexy J. 2015. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja RoSekolah Dasara Karya.
Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja RoSekolah Dasarakarya.

78
Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja RoSekolah Dasarakarya.
Mulyasa. 2006. Menjadi guru profesional, Bandung : PT. RoSekolah
Dasara Karya.
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidika Islam Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Islam di Sekolah. Bandung: Remaja RoSekolah Dasara
karya
Muhibbin Syah. 2009. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung : PT Remaja RoSekolah Dasarakarya.
Nazarudin.2007.Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep,
Karakteristik, dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum, Yogyakarta : Teras
Noer Rahmah. 2012. Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan,
Yogyakarta : Tera.
Nurdin,Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta :
AR.Ruzz Media Group.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka.
Rumidi, Sukandar. 2004. Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Gajah Mada
University prees.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,
Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung : Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
Suparlan. 2005. Manjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publising.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : AR-
RUZZ.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
V. Wiratna Sujarweni. 2014. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Zuhairini Dkk. 2004. Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta : Usaha
Nasional
Zakiah Daradjat. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana kedisiplinan siswa dalam mengikuti belajar mengajar PAI?

Mohon jelaskan!

2. Bagaimana sikap dan pemahaman siswa saat pembelajaran PAI yang anda

berikan? Mohon jelaskan!

3. Adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang anda lakukan?

Mohon jabarkan secara rinci!

4. Jika ada problematika yang anda hadapi mohon klasifikasikan problem itu

secara jelas!

5. Solusi apa yang anda temukan dan dapat menjawab sekaligus menyelesaikan

dari problema yang anda hadapi dalam proses belajar mengajar PAI?

6. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari, menemukan dan

menerapkan solusi atas problem yang anda hadapi?

PEDOMAN OBESERVASI

1. Mengamati keadaan siswa dan guru


2. Mengamati keadaan letak geografis
3. Mengamati keadaan gedung
4. Mengamati kegiatan pembelajaran

80
5. Mengamati kegiatan pembelajaran
6. Mengamati file Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Letak geografis sekolah

2. Struktur organisasi sekolah

3. Keadaan siswa dan guru

4. Kegiatan pembelajaran

FIELDNOTE

OBSERVASI
Hari/Tanggal : Rabu, 13 Juli 2022

81
Waktu : 12.30 - 14.00 WIB
Tempat : Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun
Hari ini pengamatan awal saya di Hijau Daun, ternyata untuk hari ini
siswa pulang lebih awal karena masih dalam masa MPLS bagi siswa baru.
Namun saya hanya ingin mengamati dan bertanya-tanya tentang akademik
di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun dan sosok kepala sekolahnya. Saya
bertemu dengan Waka Kurikulum dan bertanya tentang jadwal KBM dan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau
Daun. Kemudian saya bertemu dengan kepala sekolah untuk bertanya
tentang profil Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun termasuk struktur
organisasi sekolah serta keadaan guru dan siswa.
Dari hasil pengamatan dan wawancara hari ini dapat saya simpulkan
bahwa Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun merupakan sekolah full day
school dengan konsep sekolah alam yang mengutamakan pendidikan
karakter melalui pembiasaan islami. Sekolah ini juga terbilang masih
cukup muda karena kelas tertinggi sampai saat ini baru kelas IV, dan salah
satu program unggulan dari sekolah ini adalah Tahfidzul Qur’an.
Pembelajaran agama di sekolah ini cukup mendalam karena untuk mata
pelajaran PAI di bagi menjadi beberapa bagian seperti Aqidah Akhlak,
Fiqih, Al Qur’an Hadits dan Bahasa Arab.

Hari/Tanggal : Kamis, 14 Juli 2022


Waktu : 07.00 - 11.30 WIB
Tempat : Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun
Ini adalah hari kedua saya melakukan observasi di Sekolah Dasar
Interaktif Hijau Daun. Kegiatan observasi hari ini adalah mengamati
proses kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun
terkhusus di kelas 1 sekaligus wawancara dengan guru pengampu
Pendidikan Agama Islam kelas 1. Setiap siswa datang ke sekolah sebelum
pukul 07.00 WIB dan dilanjutkan dengan apel pagi lalu sholat dhuha
secara berjamaah, setelah itu diadakan privat baca & tulis bagi siswa yang

82
masih belum bisa atau belum lancar membaca, setelah privat baca berjalan
kurang lebih 30 menit siswa melanjutkan kegiatan di jam pertama yaitu
pembelajaran tahfidzul qur’an kemudian siswa istirahat pertama untuk
makan snack dan setelah itu dilanjutkan untuk pelajaran-pelajaran
selanjutnya sampai pukul 14.00 siang. Disela – sela jam istirahat saya
diberi kesempatan untuk mewawancarai guru pengampu mata pelajaran
PAI di kelas 1.
Dari hasil pengamatan dan wawancara saya hari ini dapat saya
simpulkan bahwa siswa kelas 1 masih kesulitan untuk menyiapkan pensil,
buku dan alat tulis ketika hendak mulai pelajaran. Kemudian secara
konsetrasi dan kesiapan belajar, siswa kelas 1 harus menyesuaikan dengan
mata pelajaran yang cukup banyak yang belum pernah di temui saat masih
di TK, jadi guru benar-benar harus menghadirkan pembelajaran yang
menarik supaya dapat meningkat minat belajar untuk siswa kelas 1.

Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Juli 2022


Waktu : 09.30 - 11.00 WIB
Tempat : Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun
Hari ini saya melakukan pengamatan dan wawancara dengan guru
Pendidikan Agama Islam kelas 2. Sebelum melakukan wawancara saya
dibantu dengan waka kurikulum mengamati file RPP guru Pendidikan
Agama Islam yang ada di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun. Setelah itu
saya diberi kesempatan untuk mewawancarai guru Pendidikan Agama
Islam kelas 2.
Dari hasil pengamatan dan wawancara saya hari ini, dapat saya
simpulkan bahwa secara konsetrasi dan kesiapan belajar siswa kelas 2
berbeda dengan kelas 1 karena mereka sudah terbiasa dengan
pembelajaran Pendiddikan Agama Islam di sekolah akan tetapi masih ada
beberapa siswa yang masih kesulitan dalam menulis sehingga menjadi
kendala saat pembelajaran berlangsung. Kemudian guru Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun diwajibkan

83
mengumpulkan RPP setiap satu pekan sekali untuk satu kali pertemuan.
Dan guru biasanya membuat RPP di hari sabtu saat di sekolah.

WAWANCARA
Informan : Alfiah A.Ma.
Hari/Tanggal : Rabu, 13 Juli 2022
Waktu : 12.45 - 13.15 WIB
Tempat : Teras Joglo Sekolah

Penulis : “Kurikulum apa yang digunakan untuk pembelajaran Pendidikan


Agama Islam di Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun?”
Informan : “Untuk kurikulum PAI yang digunakan di sekolah ini
menggunakan kurikulum 2013 akan tetapi ada beberapa
pelajaran yang di kembangkan sendiri contohnya seperti Akidah
Akhlak dan Al Qur’an Hadits”
Penulis : “Apakah ada pengklasifikasian mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di sekolah ini?”
Informan : “Ada, untuk mata pelajaran agama di klasifikasikan menjadi 4,
yaitu Akidah Akhlak, Fiqih, Al Qur’an Hadits dan Bahasa
Arab.”
Penulis : “Bagaimana pembagian jam pelajaran Pendidikan Agama Islam?”
Informan : “Untuk pembagian jam PAI, setiap hari ada 2 jam pelajaran untuk
mata pelajaran PAI jadi sepekan ada 8 jam untuk mata pelajaran
PAI ditambah 2 jam untuk Tahfidzul Qur’an. Sisa nya untuk
pelajaran tematik dan muatan lokal.
Penulis : “Bagaimana penerepan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun?”
Informan : “Sesuai dengan jam pelajaran yang sudah dibagi pada jadwal dan
menggunakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan”
Penulis : “Apakah kendala yang di alami guru Pendidikan Agama Islam di
sekolah ini?”

84
Informan : “Perbedaan pemahaman materi Pendidikan Agama Islam antar
guru, sehingga diperlukannya standarisasi referensi materi yang
diberikan sebagai bahan ajar.”

Informan : Miftah Wijayanto


Hari/Tanggal : Kamis, 14 Juli 2022
Waktu : 09.00-09.45 WIB
Tempat : Ruang Guru

Penulis : “Bagaimana kedisiplinan siswa dalam mengikuti belajar mengajar


PAI? Mohon jelaskan!”
Informan : “Jika dilihat dari kesiapan pembelajaran berupa buku, alat tulis
siswa membawa akan tetapi masih perlu dibantu untuk
membedakan buku tulis setiap mata pelajaran”
Penulis : “Bagaimana sikap dan pemahaman siswa saat pembelajaran PAI
yang anda berikan? Mohon jelaskan!”
Informan : “Sikapnya antusias, karena pembelajaran di kemas dengan lagu,
permainan dan gerak. Sehingga pembelajaran aktif
menyenangkan. Untuk pemahaman siswa yang berada pada
rentang (fast learner) mereka sangat mudah untuk menangkap
materi akan tetapi siswa yang (slow learner) masih
membutuhkan beberapa kali pengulangan hingga mereka
paham.”
Penulis : “Adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang
anda lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!”
Informan : “Ada, yang pertama siswa kelas 1 harus menyesuaikan materi
PAI yang ada di Sekolah Dasar, karna di jenjang sebelumnya
tidak ada materi PAI. Yang kedua kebanyakan siswa belum bisa
membaca dan menulis sehingga guru kesulitan memberikan
penilaian tertulis kepada siswa. Yang ketiga karna belum bisa
membaca dan menulis, siswa juga kesulitan dalam memahami

85
beberapa materi yang disampaikan guru. Yang terakhir, selain
itu beberapa orangtua tidak bisa mendampingi belajar membaca
atau menulis anaknya di rumah karena sibuk bekerja.”
Penulis : “Jika ada problematika yang anda hadapi mohon klasifikasikan
problem itu secara jelas!”
Informan : “Untuk klasfikasi dari problem yang saya hadapi yaitu yang
pertama penyesuaian materi dari masa transisi TK ke SD, yang
kedua membaca dan menulis, yang ketiga pemahaman siswa
yang berbeda-beda, yang keempat kesulitan belajar di rumah.
Penulis : “Solusi apa yang anda temukan dan dapat menjawab sekaligus
menyelesaikan dari problema yang anda hadapi dalam proses
belajar mengajar PAI?”
Informan : “Solusi yang saya temukan adalah pembelajaran harus dikemas
dengan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
Kemudian diadakannya privat baca tulis di pagi hari sebelum
jam pembelajaran dimulai. Guru harus mempunyai target agar
siswa dapat lancar membaca dan menulis sebagai pendukung
untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dan guru harus bisa
memberikan motivasi kepada orang tua walimurid supaya dapat
mendampingi belajarnya dirumah.
Penulis : “Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari,
menemukan dan menerapkan solusi atas problem yang anda
hadapi?”
Informan : “Faktor pendukung yaitu orang tua yang bisa diajak bekerja sama.
Adapun faktor penghambatnya berupa terbatasnya waktu efektif
untuk melakukan pembelajaran yang menyenangkan karena
guru dituntut bisa menyelesaikan target kompetensi dasar yang
harus dicapai siswa.”

Informan : Nur Azmy Fawazier


Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Juli 2022

86
Waktu : 10.00-11.00 WIB
Tempat : Ruang Guru

Penulis : “Bagaimana kedisiplinan siswa dalam mengikuti belajar mengajar


PAI? Mohon jelaskan!”
Informan : “Siswa cukup disipilin, sehingga pembelajaran berjalan kondusif akan
tetapi ada beberapa anak memiliki kelemahan terhadap fokus saat pembelajaran.”
Penulis : “Bagaimana sikap dan pemahaman siswa saat pembelajaran PAI yang
anda berikan? Mohon jelaskan!”
Informan : “Sikap anak-anak baik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran
sehingga memudahkan mereka dalam memahami materi yang disampaikan.
Penulis : “Adakah problematika dalam proses belajar mengajar PAI yang anda
lakukan? Mohon jabarkan secara rinci!”
Informan : “Ada, media dari guru terkadang kurang bervariasi, beberapa siswa
belum lancar menulis terutama dalam penulisan bahasa arab. Lalu kemampuan
membaca siswa yang belum sampai pada taraf membaca dan memahami sehingga
membuat mereka kesulitan dalam menjawab pertanyaan secara tertulis. Daya
tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda, kemudian kebanyakan siswa
pada pembelajaran PAI tidak aktif atau pasif dan tidak aktif bertanya apabila ada
materi yang tidak dipahami. Yang terakhir rasa percaya diri yang rendah saat
siswa presentasi hasil diskusi.
Penulis : “Jika ada problematika yang anda hadapi mohon klasifikasikan problem
itu secara jelas!
Informan : ”Klasifikasi nyayang pertama media pembelajaran, yang kedua
kemampuan menulis siswa, yang ketiga kemampuan dalam memahami suatu
bacaan, yang keempat perbendaharaan kata yang terbatas sehingga siswa kesulitan
untuk mengungkapkan kalimat.”
Penulis : “Solusi apa yang anda temukan dan dapat menjawab sekaligus
menyelesaikan dari problema yang anda hadapi dalam proses belajar mengajar
PAI?”

87
Informan : “Solusi yang dapat temukan yaitu bertukar pikiran antar pendidik PAI
dalam menemukan inovasi media pembelajaran PAI, lalu adanya jam khusus
untuk mengasah kemampuan menulis anak, memberikan penugasan khusus untuk
membaca di rumah dengan bacaan yang sudah ditentukan, yang terakhir
memperbanyak intensitas presentasi disetiap pembelajaran.”
Penulis : “Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mencari,
menemukan dan menerapkan solusi atas problem yang anda hadapi?”
Informan : “faktor pendukungnya membentuk kerja sama yang baik antara
pendidik dan walimurid dalam menerapkan program kegiatan yang ada di sekolah
dan untuk faktor penghambatnya yaitu guru terkadang masih sulit memahami
karakteristik setiap siswa.”

88
Sekolah Dasar Interaktif Hijau Daun

89
Struktur Organisasi Sekolah Profil dan Visi Misi Sekolah

Kegiatan Pembelajaran

90
91
92
93
94
95
Daftar Riwayat Penulis

A. KETERANGAN DIRI
1. Nama : Angga Damara
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Salatiga, 21 Agustus 1997
3. NIM : X.03/18.19/T/02.1448
4. Progran Studi : Pendidikan Agama Islam
5. Semester : VII (Ganjil)
6. Tahun Ajaran : 2020/2021
7. Jenis Kelamin : Laki-laki
8. Agama : Islam
9. Status Perkawinan : Belum Menikah
10. Pekerjaan : Guru Swasta
11. Alamat : Dsn. Bonggan RT 01/RW 09 Blotongan,
Kota Salatiga
12. Riwayat Pendidikan :
- SD Negeri Blotongan 02 Lulus 2010
- SMP Negeri 09 Salatiga Lulus 2013
- MA Al Mukmin Ngruki Lulus 2017
13. Riwayat Pekerjaan : Guru
14. Riwayat Organisasi : IST, OSIS, PRAMUKA

96

Anda mungkin juga menyukai