DISUSUN OLEH :
PROGRAM STUDI S1
ILMU KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS dr. SOEPRAOEN KESDAM V/BRAWIJAYA MALANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat yang melimpah dan kesehatan, sehingga penulis bisa menyelesaikan
laporan study klinik ini dengan judul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Studi
Klinik Pemenuhan Kebutuhan Dasar Gangguan Termoregulasi Pada Kasus Tn. D dengan
Diagnosa Keperawatan Hipertermi di Ruang Serly RSU Muhammadiyah Malang”, sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan Study Klinik.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, laporan
ini tidak akan bisa diselesakan tepat pad awaktunya. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penulisan laporan study klinik ini, yaitu kepada :
1. Ibu Dr. Joeliati Koesrini, M. Kep, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis
2. Limufita Cahya M., S.Kep. Ns, selaku Clinical Instructure Ruangan Serly RSU
Universitas Muhammadiyah Malang
3. Seluruh staff RSU Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah membantu dalam
pelaksanaan study klinik.
Perlu disadari bahwa dengan segala keterbatasan, laporan study klinik ini masih jauh
dari sempurna. Sehingga kritikan dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan
demi sempurnanya laporan ini kedepan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
3
BAB 1
4
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
5
2019).Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
berdasarkan kesehatan dasar yang dilakukan Depkes tahun 2019 ditemukan
prevelensi penderita demam sebesar 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian
tiap tahunnya, banyaknya penderita demamdi Indonesia lebih tinggi dibanding
angka kejadian febris di negara lain sekitar 80-90% ( Depkes, 2019).
Menurut data SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon) ,
sepanjang tahun 2016 di Jawa tengah tercatat sebagai provinsi dengan kasus
penyakit suspek demam typoid tertinggi yaitu sebanyak 244.071 kasus yang
tersebar di seluruh kabupaten/kota, dari data tersebut diperoleh kabupaten Tegal
menduduki peringkat ke-5 dengan suspek demam typoid tertinggi sebanyak
11.387 kasus yang tersebar di seluruh kecamatan mengalami kenaikan kasus dari
tahun 2015 yaitu 165 kasus.
Demam tinggi yang terjadi dapat membahayakan kondisi kesehatan
dan bahkan mengancam jiwa. Oleh karena itu, demam yang ditangani dengan
cepat dan tepat akan meminimalkan terjadinya dampak yang membahayakan
kondisi kesehatan.
6
7. Penulis dan pembaca dapat mengetahui penatalaksanaan Hipertermi
8. Penulis dan pembaca dapat mengetahui asuhan keperawatan Hipertermi
BAB 2
PEMBAHASAN
7
2.1 Definisi
Normalnya suhu tubuh berkisar 36º-37ºC. Kulit merupakan organ tubuh yang
bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan
mekanisme tertentu.
Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C.
Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu
8
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan
balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh
manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh
menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam
keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu
inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti
kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Selain itu, ada suhu permukaan
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan,
dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 30°C sampai 40°C.
Proses infeksi
Aktivitas yang berlebihan,
Berat badan ekstrem (berdasarkan Indeks massa tubuh (IMT)
kurus = <18,5 dan obesitas =>40).
Dehidrası
Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan
Peningkatan kebutuhan oksigen
Perubahan laju metabolism
Sepsis
Suhu lingkungan ekstrim
Usia ekstrem (bayı premature dan lansia)
Kerusakan hipotalamus
Trauma
1. Usia
9
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan
mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan
suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Regulasi suhu
tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal
akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Mereka lebih
sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan
mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor
(vasokonstriksi dan vasodilatasi) yang buruk berkurangnya
jaringan subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar keringat ,
dan metabolisme menurun.
2. Olahraga
3. Kadar Hormon
4. Irama Sirkadian
10
mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun lagi
sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan
pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang
hari.
5. Stress
6. Lingkungan
2.4 Patofisiologis
Saat terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme
homeostasis yang membantu produksi panas melalui mekanisme umpan balik
negatif dengan meningkatkan suhu tubuh sampai batas normal. Termoreseptor
di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls saraf ke area preoptik dan pusat
peningkatan panas di posterior hipotalamus serta sel neurosekretorik.
Hipotalamus yang menghasilkan hormon Thyrotropin Releasing Hormon
(TRH). Hipotalamus mengirimkan impuls saraf dan menyekresi TRH, yang
merangsang tirotropin di kelenjar pituitari anterior untuk melepaskan Thyroid
Stimulating Hormone (TSH). Impuls saraf di hipotalamus dan TSH kemudian
mengaktifkan beberapa organ efektor. Berbagai organ efektor meningkatkan
suhu tubuh agar mencapai nilai normal. Jika suhu tubuh meningkat di atas
normal maka putaran mekanisme umpan balik negatif berlawanan dengan yang
telah disebutkan diatas. Impuls saraf dari pusat penurun panas menyebabkan
dilatasi pembuluh darah di kulit, sehingga kulit menjadi hangat dan kelebihan
panas yang kemudian akan dikeluarkan.
11
2.5 Pathway
Inflamasi
Hipertermi
12
2. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah)
5. Kulit kemerahan
7. Kejang
8. Gelisah
2.7 Komplikasi
Pada seseorang yang terkena hipertermi yang parah, komplikasi yang
biasanya terjadi seperti hiperkalemia, asidosis pada pernafasan dan metabolik dan
hipokalasemia, rhabdomyolysis dengan adanya peningakatan kreatinin kinase dan
mioglobinemia dapat terjadi. Seperti halnya pada kelainan koagulasi intravascular
diseminata (DIC). Pada klien lansia dan klien dengan komorditas, DIC dapat
meningkatkan resiko kematian (Tanen, 2017).
Dampak Ketika suhu tubuh sangat tinggi sampai 40° C dapat menyebabkan
kejang demam. Saat fase demam mulai berkurang dan klien tampak seakan
sembuh, hal ini perlu diwaspadai sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari
ketiga dari demam. Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat, klien
dapat meninggal dalam waktu 12-24 jam (Desmawati, 2013). Temuan patologis
pada orang yang meninggal karena demam/hiperpireksia adalah perdarahan lokal
dan degenerasi parenkimatosa sel di seluruh tubuh, terutama di otak. Sekali sel
neuron mengalami kerusakan, sel tersebut tidak dapat digantikan. Demikian juga,
kerusakan hati, ginjal, dan organ tubuh lainnya sering kali dapat cukup
berat,sehingga kegagalan satu atau lebih dari organ-organ ini akhirnya
menyebabkan kematian, kadang tidak sampai beberapa hari setelah heatstroke
(Guyton & Hall, 2014).
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertermia :
13
a. Menghentikan aktivitas fisik dan berisitrahat di tempat yang sejuk dengan
ventilasi yang baik
b. Membuka pakaian yang tebal
c. Meminum cairan yang sedikit asin untuk menggantikan elektrolit yang
hilang, misalnya meminum cairan isotonis atau air yang ditambahkan
dengan beberapa sendok teh garam.
d. Hindari minuman berkafein
e. Menggunakan kompres dingin pada kulit Anda
f. Menjaga kulit yang iritasi agar tetap kering untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat ruam
g. Lakukan peregangan lembut pada otot yang mengalami kram
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
15
1. Thypoid Fever Tanggal: 08 januari 2024
2. Cephalgia Tanggal : 08 januari 2024
16
d. Riwayat Kesehatan Masa
Lalu
Penyakit yang pernah dialami ; tidak ada riwayat penyakit
Alergi : tidak ada alergi
Imunisasi : klien tidak mengetahui riwayat imunisasi
Kebiasaan :
Merokok : klien mengatakan merokok Lamanya : 7 tahun
Alkohol : klien tidak mengonsumsi alkohol Lamanya : -
Kopi : klien mengonsumsi kopi Lamanya : setiap pagi selama
5 tahun
Obat : Jenis Obat : mirasic , ibuprofen Lamanya: 4 hari
Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
3.1.4 RIWAYAT LINGKUNGAN
a. Kebersihan : Lingkungan tampakbersih
b. Bahaya : Tidak ada bahaya
c. Polusi : Tidak ada polusi
17
b. Persepsi diri
1. Hal yang dipikirkan saat ini : Ingin cepat sembuh agar dapat beraktivitas seperti biasanya
2. Harapan yang dijalani stlh perawatan : Dapat pulih kembali sehat dan normal menjalani
aktivitas
c. Suasana hati :
Rentang perhatian (thd masalah) : Saat dilakukan pengkajian Tn. D tampak tenang
Hubungan / komunikasi
Bicara
( √ ) jelas Bahasa utama : Indonesia
(√ ) relevan Bahasa daerah : Jawa
(√ ) mampu mengekspresikan
( ) mampu mengerti orang lain
Tempat Tinggal
( ) sendiri
(√ ) bersama orang lain, yaitu : Istri dan Anak
Kehidupan keluarga
1. Adat yang dianut: Jawa
2. Pembuat keputusan dalam keluarga : Ya
3. Pola komunikasi : klien dapatb menjawab pertanyaan dengan jelas
4. Keuangan : (√ ) memadai( ) Kurang
5. Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada kesulitan dalam keluarga
(-) hubungan orang tua
(-) hubungan sanak saudara
(-) hubungan perkawinan
Kebiasan seksual :
Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut : Tidak Ada
gangguan dalam berhubungan seksual
(-) fertilitas
(-) libido
(-) ereksi
(-) menstruasi
(-) kehamilan
18
(- ) lain-lain, sebutkan :
19
Pertahanan koping
1. Pengambilan keputusan
(√ ) sendiri
( ) dibantu orang lain, sebutkan :
2. Yang disukai dari kehidupan :Bersyukur dan berinteraksi dengan banyak orang
3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : klien mengatakan ingin meningkatkan kesehatannya
4. Yang dilakukan jika stress
(√ ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
( ) lain-lain (mis : marah/diam, dll) sebutkan :
5. Apa yang anda ingin perawat lakukan agar anda merasa nyaman dan aman: Memberikan
pelayanan yang baik selama proses pemulihan
c. Kegiatan agama atau kepercayana yang dilakukan (macam dan frekuensi), sebutkan : Sholat 5
Waktu
Makanan yang tidak disukai Tidak Ada Alergi Tidak Ada Alergi
/ alergi Makanan
Pantangan
Tidak ada Tidak ada Pantangan
Pantangan
20
2. Pola Eliminasi
BAK 4-5 Kali / Hari 4-5 Kali / Hari
Frekuensi Kuning pucat Kuning pucat
Warna Bau amonia Bau amonia
Bau Keluhan Tidak Ada keluhan Tidak Ada keluhan
Keluhan
BAB
Frekuensi 1 Kali / Hari 1 Kali / Hari
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Bau Tidak terlalu Tidak terlalu
menyengat menyengat
Sedikit keras Sedikit keras
Konsistensi
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Keluhan
Oral hygiene
2 Kali / Hari 2 Kali / Hari
Frekuensi Waktu
(√ ) Pagi (√ ) Pagi
(√ ) Sore (√ ) Sore
( ) Setelah Makan ( ) Setelah Makan
Cuci rambut
Frekuensi Shampo 2 Kali / Seminggu Selama masuk
Ya / Tidak rumah sakit klien
belum mencuci
rambut
4. Pola Istirahat Tidur
Waktu tidur Pagi hari Siang hari
Lama tidur ± 4 Jam ± 4 Jam
Kebiasaan sebelum tidur Tidak Ada Tidak Ada
Kesulitan dalam hal tidur (√ ) menjelang tidur (√ ) menjelang tidur
( ) sering/mudah ( ) sering/mudah
terbangun terbangun
( ) merasa tidak ( ) merasa tidak puas
puas setelah setelah bangun
bangun
5. Pola Aktivitas
Kegiatan dalam pekerjaan
21
3.1.7 PENGKAJIAN FISIK
( ) radang
Tekstur : ( ) lain –lain,sebutkan :
(√ )bervariasi
Normal Konjung tiva :
( ) rapuh, kasar, ( ) tdk anemis
kering (√ ) ) anemis
Sklera :
Jumlah :
(√ ) tdk ikterik
(√ ) bervariasi,Normal
( ) ikterik
( ) jarang
Bola mata :
(√ ) Simetris
Distribusi : ( ) Strabismus
(√ ) tersebar baik ( ) eksoftamus
( ) Alopesia ( ) enoftalmus
Akomodasi :
..................................
Tanda inflamasi :
22
Tidak ada
Lidah :
(√ )lembab Faring : Distensi vena jugularis
( ) kering (√ ) normal : < 3 cm
( ) kotor/coated ( ) hiperemis
Penggunaan otot
bantu nafas:
( ) ada
(√ ) tidak ada
23
Nyeri Tekan:
( ) ada, sebutkan……
(√ ) tidak ada
Vokal Fremitus:
(√ ) simetris
( ) tidak simetris
Perkusi:
(√ ) Resonan
( ) hiperesonan (
) redup
Suara paru :
(√ ) vesikuler
( ) wheezing ka/ki
( ) ronchi basah
Ka/ki
( ) ronchi kering Ka/ki
Muskolosketal Integument Gastrointestinal
Nyeri: Warna: Mual: Abdomen
( ) ada, sebutkan…… (√ ) normal (√ ) Ada (√ )supel
( ) tidak ada ( )tegang
( ) sianosis Muntah ( )membuncit
(√ ) tidak ada ( )hiperemi ( ) Ada,
jelaskan…………… Massa
( ) ikterik ……………………. ( ) Ada,
Edema ( ) tidak ada jelaskan……………
( ) ada, sebutkan…… Kelembaban: …………………….
(√ ) normal Nyeri perut (√ ) tidak ada
(√ ) tidak ada ( ) kering ( ) Ada,
( ) diaphoresis jelaskan…………… Bising Usus
Otot ……………………. Frekuensi:
Turgor: (√ ) tidak ada 19 x/menit
(√ ) mampu
menahan Gerakan (√ ) elastis
pasif ( ) tidak elastis,
( ) atrofi, ……….. detik
lokasi……………..
( ) paralisis, Lesi:
sebutkan…………… ( ) Ada,
jelaskan……………
…………………….
Kekuatan Otot (√ ) tidak ada
5 5
5 5
24
Reproduksi
Kehamilan : Tidak Terkaji Tidak Terkaji
Payudara :
Perdarahan:
Pap smear:
Informasi Lain yang Ditemukan
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
Ratio (NLR)
25
SGOT 36 U/L L<35 U/L Tinggi
(Darah)
3 Borderline
26
3.1.10 PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Obat / Cairan Dosis Fungsi
positif
27
3.2 Analisa Data
28
2.
Data subjektif :
Salmonella thypi
Hipertermia berhubungan
Klien mengeluh tubuhnya dengan proses penyakit
terasa demam Makanan terkontaminasi thypi (infeksi)
pyrogen
Menstimulus pusat
termoregulator di hipotalamus
Hipertermi
29
3.3 Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen 08 januari 2024 11` januari 2024
pencedera fisik (mengangkat berat)
30
3.4 Rencana Keperawatan
3.1.10.a.2 Terapeutik
a) Berikan Teknik non
a) Untuk mengurangi
farmakologis untuk
nyeri
mengurangi rasa nyeri
b) Memberikan rasa
b) Control lingkungan
aman dan nyaman
yang memperberat
nyeri
c) Fasilitasi istirahat dan
tidur
31
3.1.10.a.3 Edukasi
a) Jelaskan penyebab, a) Mengetahui
penyebab, periode,
periode, pemicu nyeri
pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi
b) Mengetahui
meredakan nyeri
strategi meredakan
c) Anjurkan memonitor nyeri
nyeri secara mandiri
c) Mampu
d) Anjurkan memonitor nyeri
menggunakan
d) menggunakan
analgetik secara tepat analgetik secara
tepat
e) Anjurkan ternik non
farmakologi untuk e) mengurangi rasa
nyeri
mengurangi nyeri
3.1.10.a.4 Kolaborasi
a) Kolaborasai
pemberian analgetik,
jika perlu
32
2. Hipertermia
Setelah dilakukan Managemen hipertermia a) mengetahui
asuhan keperawatan penyebab hipertermi
selama 1 x 24 jam, 1. Observasi b) untuk memonitor
diharapkan hasil a. identifikasi penyebab
termoregulasi hipertermia suhu tubuh
adekuat b. monitor suhu tubuh c) merncanakan
c. monitor kadar elektrolit intervensi yang
d. monitor kadar elektrolit
diperlukan
e. monitor komplikasi
akibat hipertermi
33
3.5 Implementasi Keperawatan
34
No Tgl Jam Implementasi Evaluasi
DK
D.0077 09/01/24 20:30 1. Observasi S: Klien mengatakan nyeri dikepala
a) Identifikasi lokasi nyeri bagian belakang, samping kiri dan
kanan
b) Identifikasi sakala nyeri
c) Identifikasi faktor yang - Nyeri seperti ditusuk,nyeri hilang
memperberat dan timbul, lama nyeri sekitar 5 menit
- Nyeri memberat saat terkena
meringankan nyeri
cahaya
d) Identifikasi faktor yang
memperberat dan O: - Skala nyeri 4
meringankan nyeri
- Klien tampak meringis kesakitan
e) Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas - Nyeri berkurang setelah cahaya
diredupkan
hidup
f) Monitor efek samping - Klien tampak beristirahat dengan
analgetik tenang
nyeri
c) Fasilitasi istirahat dan
tidur
3. Edukasi
a) Jelaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Pendahuluan: Menurut WHO tahun 2018 terdapat 65 juta kejadian kasus demam
pada anak dengan jenis penyakit yang berbeda serta 62% jumlah kasus penyakit yang
disertai gejala demam, dengan tingkat presentasi kematian 33% dan kasus
terbanyakterdapat di Asia Tenggara juga Asia Selatan.
Tujuan: Untuk membuat laporan asuhan keperawatan keluarga dengan penerapan
terapi kompres aloe vera untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien hipertermi.
Metode: Penulisan ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan 2 responden. Instrumen yang digunakan yakni SOP
penerapan terapi kompres aloe vera untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien
hipertermi, lembar observasi , dan alat pengukur suhu tubuh. Penelitian dilakukan dari 8
mei hingga 10 mei 2023 dengan metode penerapan penerapan terapi kompres aloe
vera untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien hipertermi.
Hasil: suhu tubuh sebelum diberkan intervensi 38,5o C, setelah diberikan intervensi suhu
tubuh menurun menjadi 37,5o C.
Simpulan: Hasil evaluasi penerapan kompres aloevera pada pasien An. F dan An.
H dengan demam dalam kurun waktu 3 hari mendapat hasil: Hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit teratasi.
37
1.2 jurnal 2
Pendahuluan : Demam adalah kondisi yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari,
Setiap orang pernah mengalami demam, terutama pada anak-anak yang
Tubuh masih rentan terhadap penyakit. Data di Puskesmas Deli Tua Kec.
Deli Tua Kab. Deli Serdang dari Januari hingga November 2019,Ada 2.758
penyakit dengan gejala awal demam seperti: typoid, Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA), dan Demam Berdarah (DH).
38
mengompres permukaan tubuh maka pembuluh darah
akan mengalami pelebaran dan vasodilatasi, dengan
begitu pori-pori kulit semakin membuka, adapun panas
tubuh akan dikeluarkan melalui pori-pori tersebut.
39
1.3 jurrnal 3
40
dalam 2 kali
4 Compariso Ya perawatan pasien menjadi lebih komplek
n dibandingkan dengan teknik lain, karena masih ada
perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan seka
dibeberapa lokasi tubuh sehingga perlakuan yang
diberikan kepada klien ini akan semakin komplek
dan rumit dibandingkan dengan teknik yang lain.
Namun dengan melakukan kompres blok langsung di
lokasi ini akan memfasilitasi pengiriman sinyal ke
hipotalamus lebih kuat. Selain itu pemberian
seka akan mempercepat pelebaran pembuluh
darah perifer yang mendorong perpindahan panas
dari tubuh ke lingkungan yang selanjutnya
mempercepat penurunan suhu tubuh (Lestari et al.,
2019) untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh saat suhu tubuh melebihi normal (>37,5°C).
5 Outcome Ya pengaruh suhu tubuh setelah dilakukan kompres
tapid water spongeselama 15-20 menit dalam 2
kali perlakuan pada pasien yang mengalami
hipertermi. Diketahui hasil penerapan dengan ke
dua subyek yang mengalami demam sebelum
dilakukan kompres tapid water sponge dengan suhu
pada subyek I yaitu dengan suhu 38,5°C, subyek II
yaitu dengan suhu 39°C, sementara setelah dilakukan
kompres tapid water sponge pada kedua subyek
tersebut maka terdapat penurunan suhu yaitu pada
subyek I turun menjadi 36,8°C, subyek II turun
menjadi 37°C. Hal ini membuktikan bahwa
kompres tapid water sponge ada pengaruh untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak dengan
diagnose keperawatan hipertermi.
41
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
42
DAFTAR PUSTAKA
Afsani Mahda dkk. 2023. Penerapan terapi kompres aloevera untuk menurunkan suhu tubuh
pada pasien hipertermi. Journal Of Mother and Child Health Concerns, Volume 3, No. 1,
June, 2023: 29-34
Astuti Ida dkk. 2020. Penerapan Kompres Tepid Water Sponge(TWS) Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Hipertermi Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen. Universitas ‘Aisyiyah Surakarta
Depkes RI, (2019). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
KesehatanKementrian Kesehatan R
Siagian Nurul Aini dkk. 2021. Perbandingan Efektifitas Kompres Air Hangat Dan Kompres
Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Di Puskesmas Deli Tua Kec.
Deli Tua Kab. Deli Serdang Tahun 2020. Jurnal Penelitian Kebidanan & Kespro. Vol. 3 No.2
43