Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN STUDI KLINIK

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN TERMOREGULASI


PADA KASUS Tn. D DENGAN DIAGNOSA HIPERTERMI
DI RUANG SERLY RSU MUHAMMADIYAH MALANG

Dosen Pembimbing : Dr. Joeliati Koesrini , M.Kep


Clinical Instructure : Limufita Cahya M., S.Kep. Ns

DISUSUN OLEH :

1. ANANDA SAGITA MAHARANI (2211150)


2. IVAN ALFA MAULANA (2211089)
3. LEYRA FIRNAWATI (2211149)
4. ARDISA PRATIWI (2211206)

PROGRAM STUDI S1
ILMU KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS dr. SOEPRAOEN KESDAM V/BRAWIJAYA MALANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Studi Klinik


Pemenuhan Kebutuhan Dasar Gangguan Termoregulasi
Pada Kasus Tn. D dengan Diagnosa Hipertermi
Di Ruang Serly RSU Muhammaddiyah Malang

Telah dikonsultasikan dan disetujui pada tanggal

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Dr. Joeliati Koesrini, M. Kep) (Limufita Cahya M., S.Kep. Ns)

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat yang melimpah dan kesehatan, sehingga penulis bisa menyelesaikan
laporan study klinik ini dengan judul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Studi
Klinik Pemenuhan Kebutuhan Dasar Gangguan Termoregulasi Pada Kasus Tn. D dengan
Diagnosa Keperawatan Hipertermi di Ruang Serly RSU Muhammadiyah Malang”, sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan Study Klinik.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, laporan
ini tidak akan bisa diselesakan tepat pad awaktunya. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penulisan laporan study klinik ini, yaitu kepada :

1. Ibu Dr. Joeliati Koesrini, M. Kep, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis
2. Limufita Cahya M., S.Kep. Ns, selaku Clinical Instructure Ruangan Serly RSU
Universitas Muhammadiyah Malang
3. Seluruh staff RSU Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah membantu dalam
pelaksanaan study klinik.

Perlu disadari bahwa dengan segala keterbatasan, laporan study klinik ini masih jauh
dari sempurna. Sehingga kritikan dan masukan yang membangun sangat penulis harapkan
demi sempurnanya laporan ini kedepan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi semua pihak yang berkepentingan.

Malang, 26 Januari 2024

Penulis

3
BAB 1

4
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Studi tentang termoregulasi manusia adalah salah satu bidang study


modern yang paling berkembang. Hal ini dikarenakan peran penting suhu dalam
kondisi normal dan patologis. Secara langsung atau tidak langsung hampir semua
sistem dan organ terlibat dalam mempertahankan suhu dalam tubuh, karena
fungsi normalnya adalah terkait erat dengan suhu lingkungan internal
(homeostasis suhu).
Termoregulasi adalah proses yang mempertahankan suhu tubuh dalam
kisaran normal, yang dicapai dengan mempertahankan keseimbangan antara
panas yang dihasilkan dalam tubuh dan panas yang dikeluarkan (Brooker, 2008).
Suhu tubuh normal seseorang bisa berubah – ubah tergantung kondisi
tubuh individu, namun pada umumnya suhu tubuh normal berada pada rentang
antara 36,5°C - 37,2°C. Oleh karena itu, prinsip-prinsip kontrol termoregulasi
juga memiliki implikasi klinis yang penting. Infeksi dapat menyebabkan suhu
tubuh meningkat secara internal dan beberapa penyakit dapat menyebabkan
disfungsi mekanisme termoregulasi.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas maupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk menyeimbangkan produksi panas yang berlebihan sampai
terjadi peningkatan suhu tubuh. Salah satu kasus yang didapatkan adalah kasus
thypoid fever dengan diagnosa keperawatan hipertermi yang merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhi.

Menurut World Health Organization (WHO) jumlah kasus demam yang


terjadi di Amerika dilaporkan 0,2 kasus per tahun/populasi <100.000 kasus
demam, yang juga terjadi di Eropa Barat dan Jepang. WHO memperkirakan
setidaknya 12,5 juta kasus terjadi setiap tahun diseluruh dunia. Terdapat 37.687
kasus demam di Afrika dan 1,2 juta kasus demam terjadi di Samudeara Pasifik
bagian Barat. Saat ini Indonesia memiliki 55.098 kasus demam, dengan
angka kematian sebanyak 2,06% dari jumlah penderita, sehingga penyakit demam
menempati urutan ketiga dari 10 penyakit teratas di Indonesia (Berutu,

5
2019).Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
berdasarkan kesehatan dasar yang dilakukan Depkes tahun 2019 ditemukan
prevelensi penderita demam sebesar 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian
tiap tahunnya, banyaknya penderita demamdi Indonesia lebih tinggi dibanding
angka kejadian febris di negara lain sekitar 80-90% ( Depkes, 2019).
Menurut data SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon) ,
sepanjang tahun 2016 di Jawa tengah tercatat sebagai provinsi dengan kasus
penyakit suspek demam typoid tertinggi yaitu sebanyak 244.071 kasus yang
tersebar di seluruh kabupaten/kota, dari data tersebut diperoleh kabupaten Tegal
menduduki peringkat ke-5 dengan suspek demam typoid tertinggi sebanyak
11.387 kasus yang tersebar di seluruh kecamatan mengalami kenaikan kasus dari
tahun 2015 yaitu 165 kasus.
Demam tinggi yang terjadi dapat membahayakan kondisi kesehatan
dan bahkan mengancam jiwa. Oleh karena itu, demam yang ditangani dengan
cepat dan tepat akan meminimalkan terjadinya dampak yang membahayakan
kondisi kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Hipertermi?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologis dari Hipertermi?
3. Bagaimana etiologi Hipertermi?
4. Bagaimana patofisiologis dari Hipertermi?
5. Apa saja tanda dan gejala Hipertermi?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Hipertermi?
7. Bagaimana penatalaksanaan Hipertermi?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Hipertermi?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang definisi Hipertermi
2. Penulis dan pembaca dapat mengetahui anatomi dan fisiologi dari Hipertermi
3. Penulis dan pembaca dapat mengetahui etiologic dari Hipertermi
4. Penulis dan pembaca dapat mengetahui patofisiologi dari Hipertermi
5. Penulis dan pembaca dapat mengetahui tanda dan gejala dari Hipertermi
6. Penulis dan pembaca dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari
Hipertermi

6
7. Penulis dan pembaca dapat mengetahui penatalaksanaan Hipertermi
8. Penulis dan pembaca dapat mengetahui asuhan keperawatan Hipertermi

BAB 2

PEMBAHASAN

7
2.1 Definisi

Normalnya suhu tubuh berkisar 36º-37ºC. Kulit merupakan organ tubuh yang
bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan
mekanisme tertentu.

Hipertrmi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas. Hipertermi dapat disebabkan oleh gangguan hormonal,
gangguanmetabolisme, penggunaanobat-obatan, atau peningkatan suhulingkungan/
berhubungan denganpaparan panas dari luar yangmenyebabkan
ketidakseimbanganpembentukan suhu tubuh dankehilangan panas. Demam adalah
proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh saat
suhu tubuh melebihi normal (>37,5°C). Demam merupakan suatu kondisi suhu tubuh
lebih tinggi dari biasanya yang merupakan gejala penyakit. Demam biasanya
dianggap sebagai penyakit yang sepele, namun dalam kondisi tertentu demam dapat
menyebabkan dehidrasi dan kejang bahkan berisiko mengakibatkan penyakit yang
lebih serius (Irlianti et al., 2021)

2.2 Anatomi dan Fisiologis

Pusat pengaturan suhu tubuh manusia terdapat di hipotalamus melalui


reseptor yang peka terhadap sirkulasi darah dan melewati otak (suhu inti).
Hipotalamus mengontrol suhu tubuh melalui stimulasi saraf otonom kelenjar
keringat ketika suhu eksternal naik ataupun turun. Bagian otak yang berperan
dalam pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus
posterior. Hipotalamus anterior memiliki peran meningkatkan panas ketika
suhu menurun, vasodilatasi serta mengeluarkan keringat. Sedangkan
hipotalamus posterior berperan dalam penyimpanan dan produksi panas,
penurunan aliran darah, merangsang tubuh untuk menimbulkan respons
menggigil. Suhu permukaan kulit yang meningkat dan menurun dipengaruhi
oleh perubahan suhu lingkungan, sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh
hipotalamus.

Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C.
Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu

8
panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan
balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh
manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh
menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam
keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu
inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti
kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Selain itu, ada suhu permukaan
(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan,
dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 30°C sampai 40°C.

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi pada gangguan termoregulası yaitu

 Proses infeksi
 Aktivitas yang berlebihan,
 Berat badan ekstrem (berdasarkan Indeks massa tubuh (IMT)
kurus = <18,5 dan obesitas =>40).
 Dehidrası
 Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan
 Peningkatan kebutuhan oksigen
 Perubahan laju metabolism
 Sepsis
 Suhu lingkungan ekstrim
 Usia ekstrem (bayı premature dan lansia)
 Kerusakan hipotalamus
 Trauma

Menurut Potter dan Perry (2010), faktor-faktor yang


mempengaruhi suhu tubuh antara lain:

1. Usia

9
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan
mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan
suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Regulasi suhu
tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal
akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Mereka lebih
sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan
mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor
(vasokonstriksi dan vasodilatasi) yang buruk berkurangnya
jaringan subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar keringat ,
dan metabolisme menurun.

2. Olahraga

Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta


peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai
bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat
meningkatkan produksi panas terjadi peningkatan suhu tubuh.

3. Kadar Hormon

Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang


lebih besar. Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus
menstruasi . Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasi . Variasi suhu imi dapat membantu mendeteksi
masa subur seorang wanita . Perubahan suhu tubuh juga terjadi
pada wanita saat menapause. Mereka biasanya mengalami
periode panas tubuh yang intens dan persoirasi selama 30 detik
sampai 5 menit . Pada periode ini terjadi peningkatan suhu
tubuh sementara sebanyak 4∘C, yang sering disebut hot
flashes .Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan
vasmotor .

4. Irama Sirkadian

Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C


selama periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1
sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh meningkat dan

10
mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun lagi
sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan
pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang
hari.

5. Stress

Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh


melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini
meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi
panas.

6. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa


mekanisme kompensasi yang tepat suhu tubuh manusia akan
berubah mengikuti suhu tubuh lingkungan.

2.4 Patofisiologis

Saat terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme
homeostasis yang membantu produksi panas melalui mekanisme umpan balik
negatif dengan meningkatkan suhu tubuh sampai batas normal. Termoreseptor
di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls saraf ke area preoptik dan pusat
peningkatan panas di posterior hipotalamus serta sel neurosekretorik.
Hipotalamus yang menghasilkan hormon Thyrotropin Releasing Hormon
(TRH). Hipotalamus mengirimkan impuls saraf dan menyekresi TRH, yang
merangsang tirotropin di kelenjar pituitari anterior untuk melepaskan Thyroid
Stimulating Hormone (TSH). Impuls saraf di hipotalamus dan TSH kemudian
mengaktifkan beberapa organ efektor. Berbagai organ efektor meningkatkan
suhu tubuh agar mencapai nilai normal. Jika suhu tubuh meningkat di atas
normal maka putaran mekanisme umpan balik negatif berlawanan dengan yang
telah disebutkan diatas. Impuls saraf dari pusat penurun panas menyebabkan
dilatasi pembuluh darah di kulit, sehingga kulit menjadi hangat dan kelebihan
panas yang kemudian akan dikeluarkan.

11
2.5 Pathway

Infeksi atau cedera fisik

Inflamasi

Akumulasi monosit, makrofag, sel T , fibrosa

Pelepasan pyrogen endogen ( sitogen )

Menstimulus saraf otak

Sinyal ,encapai system saraf pusat

Menstimulus hipotalamus meningkatkan

titik patookan suhu ( set point )

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermi

2.6 Tanda Gejala

Tanda dan gejala Hipertemia :

1. Suhu diatas 37°C

12
2. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah)

3. Takipnea (nafas lebih dari 24 x/menit)

4. Takikardi (nadi lebih dari 100x/menit)

5. Kulit kemerahan

6. Kulit terasa hangat

7. Kejang

8. Gelisah

2.7 Komplikasi
Pada seseorang yang terkena hipertermi yang parah, komplikasi yang
biasanya terjadi seperti hiperkalemia, asidosis pada pernafasan dan metabolik dan
hipokalasemia, rhabdomyolysis dengan adanya peningakatan kreatinin kinase dan
mioglobinemia dapat terjadi. Seperti halnya pada kelainan koagulasi intravascular
diseminata (DIC). Pada klien lansia dan klien dengan komorditas, DIC dapat
meningkatkan resiko kematian (Tanen, 2017).

Dampak Ketika suhu tubuh sangat tinggi sampai 40° C dapat menyebabkan
kejang demam. Saat fase demam mulai berkurang dan klien tampak seakan
sembuh, hal ini perlu diwaspadai sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari
ketiga dari demam. Syok dapat terjadi dalam waktu yang sangat singkat, klien
dapat meninggal dalam waktu 12-24 jam (Desmawati, 2013). Temuan patologis
pada orang yang meninggal karena demam/hiperpireksia adalah perdarahan lokal
dan degenerasi parenkimatosa sel di seluruh tubuh, terutama di otak. Sekali sel
neuron mengalami kerusakan, sel tersebut tidak dapat digantikan. Demikian juga,
kerusakan hati, ginjal, dan organ tubuh lainnya sering kali dapat cukup
berat,sehingga kegagalan satu atau lebih dari organ-organ ini akhirnya
menyebabkan kematian, kadang tidak sampai beberapa hari setelah heatstroke
(Guyton & Hall, 2014).

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertermia :

13
a. Menghentikan aktivitas fisik dan berisitrahat di tempat yang sejuk dengan
ventilasi yang baik
b. Membuka pakaian yang tebal
c. Meminum cairan yang sedikit asin untuk menggantikan elektrolit yang
hilang, misalnya meminum cairan isotonis atau air yang ditambahkan
dengan beberapa sendok teh garam.
d. Hindari minuman berkafein
e. Menggunakan kompres dingin pada kulit Anda
f. Menjaga kulit yang iritasi agar tetap kering untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat ruam
g. Lakukan peregangan lembut pada otot yang mengalami kram

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Pemerikssaan penunjang yang dilaksanakan pada pasien dengan diagnose
hipertermi antara lain :

a. Pemeriksaan darah lengkap , untuk mengidentifikasi kemungkinan


terjadinya risiko infeksi
b. Pemeriksaan Urin
c. Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl
d. Pemeriksaan SGOT ( Serum glutamat Oksaloasetat Transaminase ) dan
SGPT ( Serum Glutamat Piruvat Transaminase) SGOT SGPT sering
meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya demam, kenaikan
SGOT SGPT tidak memerlukan pembatasan pengobatan .

14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Klien

Nomer Rekam Medik :1956xx


Nama Pasien : Tn. D
NIK (KTP) : 35072xxxx
Umur : 35 Tahun
Tempat/Tgl Lahir : 03-01-1989
Kelamin : Laki-Laki
Suku : Jawa
Tanggal masuk RS : 08-01-2024
Jam : 06.30 WI
Tanggal pengkajian : 09-01-2024
Alamat : Dau
Sumber Informasi : Klien

3.1.2 Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama : Demam
Saat Masuk Rumah Sakit : Klien mengeluh seluruh tubuhnya demam

Saat Pengkajian : Klien mengatakan tubuhnya terasa demam. Setelah


dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital, didapatkan
hasil suhu tubuh 38,8°C.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan tubuhnya demam disertai nyeri kepala sejak 4 hari


yang lalu. Pasien juga merasakan perutnya mual namun tidak muntah,
tubuhnya pun terasa lemas. ada tanggal 08 Januari 2024 pukul 12 malam,
Pasien mengatakan tidak bisa tidur semalaman. Akhirnya klien dibawa ke
rumah sakit untuk diberikan perawatan. Pada saat dirumah sakit pasien
dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital dengan hasil nilai suhu 38,8°C,
tekanan darah 110 / 70 mmHg, nadi 92 x/ menit, respiratory rate 21 x /
menit. Selain itu, pasien juga dillakukan pemeriksaan laboratorium.klien
mengeluh nyeri kepala dibagian belakang,samping kanan kiri dengan skala
4,nyeri hilang timbul dengan lama nyeri sekitar 5menit,untuk faktor
pencetusnya karena aktivitas fisik yang berlebihan.
c. Diagnosa Medik

15
1. Thypoid Fever Tanggal: 08 januari 2024
2. Cephalgia Tanggal : 08 januari 2024

16
d. Riwayat Kesehatan Masa
Lalu
Penyakit yang pernah dialami ; tidak ada riwayat penyakit
Alergi : tidak ada alergi
Imunisasi : klien tidak mengetahui riwayat imunisasi
Kebiasaan :
Merokok : klien mengatakan merokok Lamanya : 7 tahun
Alkohol : klien tidak mengonsumsi alkohol Lamanya : -
Kopi : klien mengonsumsi kopi Lamanya : setiap pagi selama
5 tahun
Obat : Jenis Obat : mirasic , ibuprofen Lamanya: 4 hari

3.1.3 Riwayat Keluarga


Genogram (3 generasi)

Keterangan:

: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien
3.1.4 RIWAYAT LINGKUNGAN
a. Kebersihan : Lingkungan tampakbersih
b. Bahaya : Tidak ada bahaya
c. Polusi : Tidak ada polusi

3.1.5 ASPEK PSIKOSOSIAL


a. Pola pikir dan persepsi
Alat Bantu yang digunakan : tidak ada
( ) kaca mata
( ) alat bantu pendengaran
( ) lain-lain : sebutkan

Kesulitan yang dialami : tidak ada


( )sering pusing, mulai kapan :
( )menurunnya sensitifitas thd sakit, kapan :
( )menurunnya sensitifitas thd panas/dingin
( )membaca/menulis

17
b. Persepsi diri
1. Hal yang dipikirkan saat ini : Ingin cepat sembuh agar dapat beraktivitas seperti biasanya

2. Harapan yang dijalani stlh perawatan : Dapat pulih kembali sehat dan normal menjalani
aktivitas

3. Perubahan yang dirasakan setelah sakit : Aktivitas dan pekerjaan terganggu.

c. Suasana hati :
Rentang perhatian (thd masalah) : Saat dilakukan pengkajian Tn. D tampak tenang

Hubungan / komunikasi
Bicara
( √ ) jelas Bahasa utama : Indonesia
(√ ) relevan Bahasa daerah : Jawa
(√ ) mampu mengekspresikan
( ) mampu mengerti orang lain

Tempat Tinggal
( ) sendiri
(√ ) bersama orang lain, yaitu : Istri dan Anak

Kehidupan keluarga
1. Adat yang dianut: Jawa
2. Pembuat keputusan dalam keluarga : Ya
3. Pola komunikasi : klien dapatb menjawab pertanyaan dengan jelas
4. Keuangan : (√ ) memadai( ) Kurang
5. Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada kesulitan dalam keluarga
(-) hubungan orang tua
(-) hubungan sanak saudara
(-) hubungan perkawinan

Kebiasan seksual :
Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut : Tidak Ada
gangguan dalam berhubungan seksual
(-) fertilitas
(-) libido
(-) ereksi
(-) menstruasi
(-) kehamilan
18
(- ) lain-lain, sebutkan :

19
Pertahanan koping
1. Pengambilan keputusan
(√ ) sendiri
( ) dibantu orang lain, sebutkan :

2. Yang disukai dari kehidupan :Bersyukur dan berinteraksi dengan banyak orang

3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : klien mengatakan ingin meningkatkan kesehatannya
4. Yang dilakukan jika stress
(√ ) pemecahan masalah
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
( ) lain-lain (mis : marah/diam, dll) sebutkan :
5. Apa yang anda ingin perawat lakukan agar anda merasa nyaman dan aman: Memberikan
pelayanan yang baik selama proses pemulihan

6. Sistem nilai – kepercayaan :


a. Siapa atau apa sumber kekuatan: Allah SWT
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda (√ ) ya ( ) tidak, alasannya:

c. Kegiatan agama atau kepercayana yang dilakukan (macam dan frekuensi), sebutkan : Sholat 5
Waktu

d. Kegiatan agama dan kepercayaan yg ingin dilakukan selama di RS,sebutkan : Beribadah,


berdo’a agar diberikan kesehatan

3.1.6 Pola Kesehatan


Kebutuhan Sebelum MRS Setelah MRS
1. Pola Nutrisi
Frekuensi makan Nafsu 2 x1 sehari 3 x sehari
makan Baik / Tidak Nafsu Baik / Tidak Nafsu
Jenis makanan rumah Nasi + protein + Nasi + protein + sayur
sayur + buah

Makanan yang tidak disukai Tidak Ada Alergi Tidak Ada Alergi
/ alergi Makanan
Pantangan
Tidak ada Tidak ada Pantangan
Pantangan

20
2. Pola Eliminasi
BAK 4-5 Kali / Hari 4-5 Kali / Hari
Frekuensi Kuning pucat Kuning pucat
Warna Bau amonia Bau amonia
Bau Keluhan Tidak Ada keluhan Tidak Ada keluhan
Keluhan

BAB
Frekuensi 1 Kali / Hari 1 Kali / Hari
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Bau Tidak terlalu Tidak terlalu
menyengat menyengat
Sedikit keras Sedikit keras
Konsistensi
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Keluhan

3. Pola Personal Hygiene


Mandi
Frekuensi Sabun 2 Kali / Hari 1 Kali / Hari
Ya / Tidak Ya / Tidak

Oral hygiene
2 Kali / Hari 2 Kali / Hari
Frekuensi Waktu
(√ ) Pagi (√ ) Pagi
(√ ) Sore (√ ) Sore
( ) Setelah Makan ( ) Setelah Makan
Cuci rambut
Frekuensi Shampo 2 Kali / Seminggu Selama masuk
Ya / Tidak rumah sakit klien
belum mencuci
rambut
4. Pola Istirahat Tidur
Waktu tidur Pagi hari Siang hari
Lama tidur ± 4 Jam ± 4 Jam
Kebiasaan sebelum tidur Tidak Ada Tidak Ada
Kesulitan dalam hal tidur (√ ) menjelang tidur (√ ) menjelang tidur
( ) sering/mudah ( ) sering/mudah
terbangun terbangun
( ) merasa tidak ( ) merasa tidak puas
puas setelah setelah bangun
bangun
5. Pola Aktivitas
Kegiatan dalam pekerjaan

Waktu bekerja : (√ ) pagi, ( ) sore, ( ) malam


Olahraga : ( ) ya, (√ ) tidak, Jenisnya : ………………………………
Frekuensi……………………
Kegiatan waktu luang:
................................................................................................................................................
Keluhan dalam Aktivitas: tidak ada keluhan dalam beraktivitas

21
3.1.7 PENGKAJIAN FISIK

Kepala Mata Telinga Hidung


Ukuran/kontur : Alis : Daun telinga : Sekret :
(√ ) normosefalik (√ ) melengkung (√ ) Utuh (√ ) tdk ada
( ) Hidrosefalik sepanjang tonjolan ( ) tdk utuh ( ) ada, jelaskan :
( ) Mikrosefalik tulang, diatas ……………………..
( ) asimetris orbita (simetris) Sekret :
( ) asimetris (√ ) tdk ada Septum :
Kulit kepala : ( ) ada, jelaskan : (√ ) utuh/lurus
(√ ) Licin, tidak Kelopak mata : …………………….. ( ) deviasi, peforasi
nyeri tekan (√ ) kelopak atas
( ) bersisik, bermasa, menutupi iris 2-3 Mukosa :
nyeri tekan mm (√ ) merah muda
( ) tertutup rapat ( ) Infeksi
seluruh solera
pada saat terpejam
Rambut ( ) edema

( ) radang
Tekstur : ( ) lain –lain,sebutkan :
(√ )bervariasi
Normal Konjung tiva :
( ) rapuh, kasar, ( ) tdk anemis
kering (√ ) ) anemis

Sklera :
Jumlah :
(√ ) tdk ikterik
(√ ) bervariasi,Normal
( ) ikterik
( ) jarang
Bola mata :
(√ ) Simetris
Distribusi : ( ) Strabismus
(√ ) tersebar baik ( ) eksoftamus
( ) Alopesia ( ) enoftalmus

Hygiene : Ukuran Pupil :


(√ ) bersih ………….. mm
( ) ketombe (√ ) isokor
, kotor, bau ( ) anisokor

Reaksi thd cahaya:


Positif

Akomodasi :
..................................

Tanda inflamasi :

22
Tidak ada

Mulut Tenggorokan Leher Kuku


Mukosa bibir : Nyeri menelan : Kelenjar tiroid : Ketebalan :
( ) lembab (√ )Tdk ada (√ ) Normal (√ ) tdk menebal
(√ ) kering ( ) ada ( ) membesar,jelaskan: ( )menebal
( ) Ada lesi ……………………. (biasanya
( )Sianosis Suara serak : menandakan jamur)
(√ ) Tidak ada Kel. Getah bening: (√ ) bersih
Gigi : ( ) ada (√ ) Normal ( ) kotor
(√ ) lengkap ( )membesar, ( ) sianosis
( )Tdk lengkap Tonsil : ( )Nyeri tekan ( ) tdk sianosis
( ) Karies gigi (√ ) Normal jelaskan:
( ) ada gigi palsu ( )membesar ……………………. Capillary refill :
( ) Nyeri tekan < 2 dtk

Lidah :
(√ )lembab Faring : Distensi vena jugularis
( ) kering (√ ) normal : < 3 cm
( ) kotor/coated ( ) hiperemis

Respirasi Kardiovaskuler Neurologi Genitourinari


Bentuk dada: ( ) nyeri dada ( Kesadaran: Distensi kandung
(√ ) normal chest ) palpitasi (√ ) compos mentis kemih:
( ) clubbing finger ( ) Ada
( ) barrelchest ( )apatis
(√ ) tidak ada
( ) pigeon chest ( )somnolen
( ) funnel chest Nadi perifer : ( ) sopor Nyeri saat berkemih:
( ) lainnya,…. 96 x/mnt ( ) koma ( ) Ada
( ) gelisah (√ ) tidak ada
Irama :
Pola nafas :
(√ ) regular Sekret Alat Kelamin:
(√ ) teratur GCS:
( ) ireguler ( ) Ada,sebutkan
( ) tidak teratur E :4 V:5 M:6
frekuensi : (√ ) tidak ada
Ictus cordis:
20 x/menit Sensibilitas :
Teraba di…………..
(√ ) normal Hygiene Alat
Pergerakan dinding Suara jantung: ( ) Tdk normal, Kelamin:
dada: (√ ) S1-S2 tunggal jelaskan : ………... (√ ) bersih
(√ ) simetris ( ) S3 …………………… ( ) kotor
( ) tidak simetris ( ) S4
Kaku kuduk : Alat Bantu:
( ) murmur (√ ) tidak ada
Retraksi dinding ( ) gallop (√ ) tdk ada
( ) ada ( ) kateter, tgl
dada: dipasang:…………..
( ) ada Ukuran…………….
(√ ) tidak ada

Penggunaan otot
bantu nafas:
( ) ada
(√ ) tidak ada

23
Nyeri Tekan:
( ) ada, sebutkan……

(√ ) tidak ada

Vokal Fremitus:
(√ ) simetris
( ) tidak simetris

Perkusi:
(√ ) Resonan
( ) hiperesonan (
) redup

Suara paru :
(√ ) vesikuler
( ) wheezing ka/ki
( ) ronchi basah
Ka/ki
( ) ronchi kering Ka/ki
Muskolosketal Integument Gastrointestinal
Nyeri: Warna: Mual: Abdomen
( ) ada, sebutkan…… (√ ) normal (√ ) Ada (√ )supel
( ) tidak ada ( )tegang
( ) sianosis Muntah ( )membuncit
(√ ) tidak ada ( )hiperemi ( ) Ada,
jelaskan…………… Massa
( ) ikterik ……………………. ( ) Ada,
Edema ( ) tidak ada jelaskan……………
( ) ada, sebutkan…… Kelembaban: …………………….
(√ ) normal Nyeri perut (√ ) tidak ada
(√ ) tidak ada ( ) kering ( ) Ada,
( ) diaphoresis jelaskan…………… Bising Usus
Otot ……………………. Frekuensi:
Turgor: (√ ) tidak ada 19 x/menit
(√ ) mampu
menahan Gerakan (√ ) elastis
pasif ( ) tidak elastis,
( ) atrofi, ……….. detik
lokasi……………..
( ) paralisis, Lesi:
sebutkan…………… ( ) Ada,
jelaskan……………
…………………….
Kekuatan Otot (√ ) tidak ada
5 5

5 5

24
Reproduksi
Kehamilan : Tidak Terkaji Tidak Terkaji
Payudara :
Perdarahan:
Pap smear:
Informasi Lain yang Ditemukan
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………..

3.1.8 PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Tanggal Pemeriksaan: 22 Januari 2024
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan Interpretasi
Hematologi (Darah)

Hemoglobin 12,3 gr/dl L:13-17 gr/dl Rendah

Eritrosit 4.990.000 L:4.700.000-6.300.000 Normal

Hematokrit 36,8 % L:40-51 % Rendah

MCV 73,8 fL L:73-91 fL Normal

MCH 24,8 pg L:24-31 pg Normal

MCHC 33,6 g/dl L:32-36 g/dl Normal

Lekosit 9200 uL L:5.000-11.000 uL Normal

Hitung Eosinofil 0,1 % 0,7-5,4% Rendah

Hitung Basofil 0,2 % 0-1 % Normal

Hitung Neutrofil 63,6 % 42,5-71% Normal

Hitung Limfosit 25,6 % 20,4-44.6% Normal

Hitung Monosit 10,5 % 3,6-9,9% Tinggi

Laju endap darah 34 mm/jam 0 - 20 mm/jam Tinggi

Trombosit 300.000 uL L:185.000-400.000 uL Normal

Neutrofil limfosit 2,49 % 3.13% Rendah

Ratio (NLR)

25
SGOT 36 U/L L<35 U/L Tinggi

SGPT 52 U/L L<41 U/L Tinggi

Kreatinin 0,8 mg/dl 0,7 – 1,7 mg/dl Normal

Ureum 24,2 mg/dl 20 - 35 mg/L Normal

Imunoserologi 79,66 mg/L < 10 mg/L Tinggi

(Darah)

IgM Salmonella Positif lemah , skala 4 Skala : 2 Negatif Positif lemah

3 Borderline

4-5 Positif lemah

>6 Positif Kuat

3.1.9 PEMERIKSAAN RADIOLOGI


Tanggal Pemeriksaan: 08-01-2024
Jenis Pemeriksaan : Thorax PA / peemriksaan rontgen polos
Hasil Pemeriksaan:
Cor : Besar dan bentuk normal
Pulmo : broncho vascular pattern meningkat
Tak tampak infiltrat
Kedua sinus normal

26
3.1.10 PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Obat / Cairan Dosis Fungsi

Ketorolac (iv) 1x 30 mg Untuk meringankan nyeri sedang hingga berat

Getidin (iv) 1x 30 mg Untuk meringankan nyeri sedang hingga berat

Vitamin C (po) 3x 1 tablet Memenuhi kebutuhhan vitamin C

Ceftriaxone (iv) 1x 10 mg Mengatasi infeksi bakteri gram negatif dan

positif

Omeprazole (iv) 1x 40 mg Menurunkan peningkatan asam lambug

Lagesil (po) 3x 10 ml Menetralkan asam lambung, dan menyerap gas

berlebihan dalam lambung

Zyfort (iv) 1x 1 mg Mengurangi nyeri kepala

NaCl (iv) 20 tpm Mengganti cairan ekstraseluler

27
3.2 Analisa Data

Nama Pasien: Tn. D No. RM : 19565xx


Jenis Kelamin: Laki-Laki Ruang : Serly
Usia : 35 Tahun

No Data Etiologi Masalah/Problem


(Menggunakan Peta Konsep) (Aktual/Resiko/Potensial)
1
Data subjektif :
Agen pencedera fisik Nyeri akut berhubungan
- Klien mengeluh nyeri
kepala dengan agen pencedera
fisik (mengangkat berat)
Data objektif : Cedera pada jaringan

- Klien tampak D.0077


meringis kesakitan
Pelepasan impuls nyeri
merasakan nyeri
P : Aktivitas fisik
yang berat
Pelepasan respon nyeri
Q : Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : Kepala bagian Respon nyeri
belakang,samping
kanan kiri
Nyeri akut
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang
timbul,lama nyeri
sekitar 5 menit

- Klien tidak bisa


tidur semalaman

28
2.
Data subjektif :
Salmonella thypi
Hipertermia berhubungan
Klien mengeluh tubuhnya dengan proses penyakit
terasa demam Makanan terkontaminasi thypi (infeksi)

Data objektif : D.0130


Masuk kesaluran pencernaan
- Suhu 38.8ºC
- IgM Saalmonella :
skala 4, positif lemah Menuju organ RES

Replikasi kuman yang tidak


difagosit

Kuman mengeluarkan endotoksin

Menstimulus pelepasan zat

pyrogen

Menstimulus pusat

termoregulator di hipotalamus

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermi

29
3.3 Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien: Tn. D No. RM : 19565xx


Jenis Kelamin: Laki-Laki Ruang : Serly
Usia : 35 Tahun

No Diagnosa Keperawatan Tgl Muncul Tgl Teratasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen 08 januari 2024 11` januari 2024
pencedera fisik (mengangkat berat)

2 Hipertermia berhubungan dengan proses


penyakit (infeksi) 08 januari 2024 10 januari 2024

30
3.4 Rencana Keperawatan

Nama Pasien: Tn. D No. RM : 19565xx


Jenis Kelamin: Laki-Laki Ruang : Serly
Usia : 35 Tahun

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria
Hasil
1 Nyeri Akut Tingkat nyeri Managemen nyeri
(L.08066) ( I.08238 )

Setelah 3.1.10.a.1 Observasi


a) Mengetahui lokasi
dilakukan a) Identifikasi lokasi
tindakan nyeri
keperawatan nyeri
b) Mengetahui tingkat
selama 1 x 24 b) Identifikasi sakala
nyeri
jam diharapkan nyeri
nyeri menurun, c) Mengetahui faktor
dengan kriteria c) Identifikasi faktor
yang memperberat
hasil ; yang memperberat
dan meringankan
dan meringankan
Keluhan nyeri nyeri
menurun nyeri
d) Untuk mengurangi
Meringis menurun d) identifikasi faktor
rasa nyeri
Kesulitan tidur yang memperberat
menurun e) Untuk menurunkan
Tekanan darah dan meringankan
tingkat nyeri
normal nyeri
e) identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
f) monitor efek samping
analgetik

3.1.10.a.2 Terapeutik
a) Berikan Teknik non
a) Untuk mengurangi
farmakologis untuk
nyeri
mengurangi rasa nyeri
b) Memberikan rasa
b) Control lingkungan
aman dan nyaman
yang memperberat
nyeri
c) Fasilitasi istirahat dan
tidur

31
3.1.10.a.3 Edukasi
a) Jelaskan penyebab, a) Mengetahui
penyebab, periode,
periode, pemicu nyeri
pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi
b) Mengetahui
meredakan nyeri
strategi meredakan
c) Anjurkan memonitor nyeri
nyeri secara mandiri
c) Mampu
d) Anjurkan memonitor nyeri
menggunakan
d) menggunakan
analgetik secara tepat analgetik secara
tepat
e) Anjurkan ternik non
farmakologi untuk e) mengurangi rasa
nyeri
mengurangi nyeri

3.1.10.a.4 Kolaborasi
a) Kolaborasai
pemberian analgetik,
jika perlu

32
2. Hipertermia
Setelah dilakukan Managemen hipertermia a) mengetahui
asuhan keperawatan penyebab hipertermi
selama 1 x 24 jam, 1. Observasi b) untuk memonitor
diharapkan hasil a. identifikasi penyebab
termoregulasi hipertermia suhu tubuh
adekuat b. monitor suhu tubuh c) merncanakan
c. monitor kadar elektrolit intervensi yang
d. monitor kadar elektrolit
diperlukan
e. monitor komplikasi
akibat hipertermi

2. Terapeutik a) Kompres dapat


a. sediakan lingkunagn meningkatkan
yang dingin
b. longgarkan dan penguapan dan
lepaskan pakaian mempercepat
c. basahi dan kipasi penurunan suhu tubuh
permukaan
b) Pakaian tipis
d. berikan cairan oral
e. berikan oksigen, bila membantu
perlu mempercepat proses
f. lakukan pendinginan
evaporasi dan
eksternal / kompres
dingin membuat klien lebih
nyaman
3. Edukasi
c) Pemberian cairan
a. anjurkan tirah baring
dapat membantu
4. kolaborasi menggantikan cairan
a. kolaborasi pemberian tubuh yang hilang
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

33
3.5 Implementasi Keperawatan

34
No Tgl Jam Implementasi Evaluasi
DK
D.0077 09/01/24 20:30 1. Observasi S: Klien mengatakan nyeri dikepala
a) Identifikasi lokasi nyeri bagian belakang, samping kiri dan
kanan
b) Identifikasi sakala nyeri
c) Identifikasi faktor yang - Nyeri seperti ditusuk,nyeri hilang
memperberat dan timbul, lama nyeri sekitar 5 menit
- Nyeri memberat saat terkena
meringankan nyeri
cahaya
d) Identifikasi faktor yang
memperberat dan O: - Skala nyeri 4
meringankan nyeri
- Klien tampak meringis kesakitan
e) Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas - Nyeri berkurang setelah cahaya
diredupkan
hidup
f) Monitor efek samping - Klien tampak beristirahat dengan
analgetik tenang

2. Terapeutik A: Masalah belum teratasi


a) Berikan Teknik non
P: lanjutkan intervensi
farmakologis untuk
1. (e,f,g,h)
mengurangi rasa nyeri 2. (a,d)
b) Control lingkungan 3. (a,b,c,d,e)
yang memperberat 4. (a)

nyeri
c) Fasilitasi istirahat dan
tidur

3. Edukasi
a) Jelaskan penyebab,
periode, pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

10/01/24 16:00 S : Px mengatakan nyeri kepala


d) Anjurkan menggunakan masih terasa
analgetik secara tepat
e) Anjurkan ternik non O : - Klien tampak lebih tenang
farmakologi untuk dengan lingkungannya
mengurangi nyeri - Klien mampu memahami
35
penyebab pemicu nyeri
4. Kolaborasi - Klien mampu memahami
a) Kolaborasai pemberian strategi meredakan nyeri
BAB 4
JURNAL PICO
4.1 Jurnal 1

PENERAPAN TERAPI KOMPRES ALOE VERA UNTUK MENURUNKAN


SUHU TUBUH PADA PASIEN HIPERTERMI

Pendahuluan: Menurut WHO tahun 2018 terdapat 65 juta kejadian kasus demam
pada anak dengan jenis penyakit yang berbeda serta 62% jumlah kasus penyakit yang
disertai gejala demam, dengan tingkat presentasi kematian 33% dan kasus
terbanyakterdapat di Asia Tenggara juga Asia Selatan.
Tujuan: Untuk membuat laporan asuhan keperawatan keluarga dengan penerapan
terapi kompres aloe vera untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien hipertermi.
Metode: Penulisan ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan 2 responden. Instrumen yang digunakan yakni SOP
penerapan terapi kompres aloe vera untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien
hipertermi, lembar observasi , dan alat pengukur suhu tubuh. Penelitian dilakukan dari 8
mei hingga 10 mei 2023 dengan metode penerapan penerapan terapi kompres aloe
vera untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien hipertermi.
Hasil: suhu tubuh sebelum diberkan intervensi 38,5o C, setelah diberikan intervensi suhu
tubuh menurun menjadi 37,5o C.
Simpulan: Hasil evaluasi penerapan kompres aloevera pada pasien An. F dan An.
H dengan demam dalam kurun waktu 3 hari mendapat hasil: Hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit teratasi.

No Kriteria Jawa Pembenaran dan critical thinking


. b
1 Problem Ya Penerapan terapi kompres aloe vera untuk menurunkan
suhu tubuh pada pasien hipertermi.
2 Population Ya Objek penelitian ini terdapat 2 responden. Kriteria inklusi
responden Anak usia 1-5 tahun dengan demam (37,5-
38,5oC), Setuju menjadi Responden. penelitian
dilaksanakan di desa wonosari Provinsi Lampung.
3 Intervention Ya Tindakan kompres aloevera dilakukan selama 15 menit
dalam satu hari saat anak tertidur dan di
36
laksanakan selama 3 hari.
Caranya yaitu dengan meletakkan lidah buaya di bagian
axila, dahi ataupun lipatan paha lalu tutup dengan kain
dan tunggu selama 15 menit.

4 Comparison Ya Aloevera mengandung sebanyak 95% air yang dapat


menurunkan demam melewati mekanisme penyerapan
panas dari tubuh ke molekul air sehingga dapat
menurunkan suhu tubuh. Selain itu aloevera terdapat
kandungan saponin sehingga dapat mempercepat kerja
lignin yang memiliki kemampuan penyerapan tinggi
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori-
pori.
5 Outcome Ya Hasil sebelum dilakukan intervensi suhu tubuh diatas
nilai normal (hipertermi) dengan hasil rata-rata suhu
tubuh 37,7oC dibandingkan dengan sesudah dilakukan
intervensi terjadi penurunan suhu tubuh dengan
rata-rata 37,3oC.B erdasarkan intervensi An. F dan An.
H nilai suhu tubuh sebelum dan sesudah di lakukan
intervensi didapatkan rata-rata selisih 0,5oC yang berarti
terdapat pengaruh pemberian kompres aloe vera
untuk menurunkan suhu tubuh.

37
1.2 jurnal 2

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES


ALOE VERA TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM
DI PUSKESMAS DELI TUA KEC. DELI TUA KAB. DELI SERDANG TAHUN
2020

Pendahuluan : Demam adalah kondisi yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari,
Setiap orang pernah mengalami demam, terutama pada anak-anak yang
Tubuh masih rentan terhadap penyakit. Data di Puskesmas Deli Tua Kec.
Deli Tua Kab. Deli Serdang dari Januari hingga November 2019,Ada 2.758
penyakit dengan gejala awal demam seperti: typoid, Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA), dan Demam Berdarah (DH).

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan Efektivitas kompres


air hangat dan lidah buaya

No. Kriteria Jawa Pembenaran dan critical thinking


b
1 Problem Ya keefektifitasan kompres air hangat dan kompres
aloevera terhadap penurunan suhu tubuh pada anakl
demam di puskesmas deli tua.
2 Population Ya 30 anak anak yang mengalami demam di Puskesmas
Deli Tua
3 Intervention Ya Pada penelitian ini, pengompresan penderita demam
dilaksanakan dengan menggunakan air hangat dan aloe
vera. Pengompresan ini dilakukan dengan cara
meletakkan media kompres di atas dahi penderita
demam.
4 Comparison Ya Pengompresan dengan menggunakan air hangat
menunjukkan bahwa tindakan ini memiliki efektivitas
untuk menurunkan suhu tubuh penderita febris terutama
anak-anak. Hal tersebut disebabkan dengan

38
mengompres permukaan tubuh maka pembuluh darah
akan mengalami pelebaran dan vasodilatasi, dengan
begitu pori-pori kulit semakin membuka, adapun panas
tubuh akan dikeluarkan melalui pori-pori tersebut.

Begitu pula mekanisme pengeluaran panas tubuh


dengan menggunakan kompres lidah buaya yang dapat
terjadi secara konduksi. Pada saat dilakukan kompres
tubuh dengan menggunakan aloe vera, maka panas
tubuh akan ditransmisikan ke luar tubuh, yaitu dari
pebuluh darah keluar tubuh menuju aloe vera sehingga
terjadi penurunan suhu.
5 Outcome Ya Hasil ini menunjukkan terdapat adanya perbandingan
efektifitas antara dengan menggunakan kompres air
hangat dengan aloe vera untuk menurunkan suhu tubuh
anak penderita demam di Puskesmas Deli Tua, yang
ditunjukkan nilai p-value 0,001<0,05.

39
1.3 jurrnal 3

PENERAPAN KOMPRES TEPID WATER SPONGE (TWS) TERHADAP


PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK YANG MENGALAMI HIPERTERMI
DI RUANG ANGGREK RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

Pendahuluan : Hipertermi/Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan


infeksi yang masuk ke dalam tubuh saat suhu tubuh melebihi normal (>37,5°C).
Tujuan : Mengetahui pengaruh penerapan kompres tepid water spongeterhadap
penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermi.
Metode : Penerapan dilakukan 2 hari berturut-turut dengan frekuensi 2 kali dalam
sehari.
Hasil penerapan : Berdasarkan penerapan yang telah dilakukan menunjukkan
penurunan suhu pada anak setelah pemberian kompres tepid water sponge. Terdapat
pengaruh suhu tubuh anak sebelum dan sesudah dilakukan pemberian kompres
tepid water spongeterhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami
hipertermi/demam.
Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan terdapat pengaruh suhu
tubuh setelah dilakukan kompres tepid water spongeselama 15-20 menit dalam 2
kali perlakuan pada anak yang mengalami hipertermi.

No. Kriteria Jawab Pembenaran Dan Critical Thinking


1 Problem Ya Penerapan kompres tepid water spongeterhadap
penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami
hipertermi
2 Population Ya 15 anak yang mengalami hipertermi / demam yang
dirawat di ruangan Anggrek RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen
3 Intervention Ya Tepid sponge merupakan kombinasi teknik blok dan
seka. Dengan teknik kompres blok ini, tidak hanya
dilakukan pada satu tempat saja, tetapi langsung
di beberapa tempat dengan pembuluh darah besar.
Kompres tapid water sponge selama 15-20 menit

40
dalam 2 kali
4 Compariso Ya perawatan pasien menjadi lebih komplek
n dibandingkan dengan teknik lain, karena masih ada
perlakuan tambahan yaitu dengan memberikan seka
dibeberapa lokasi tubuh sehingga perlakuan yang
diberikan kepada klien ini akan semakin komplek
dan rumit dibandingkan dengan teknik yang lain.
Namun dengan melakukan kompres blok langsung di
lokasi ini akan memfasilitasi pengiriman sinyal ke
hipotalamus lebih kuat. Selain itu pemberian
seka akan mempercepat pelebaran pembuluh
darah perifer yang mendorong perpindahan panas
dari tubuh ke lingkungan yang selanjutnya
mempercepat penurunan suhu tubuh (Lestari et al.,
2019) untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh saat suhu tubuh melebihi normal (>37,5°C).
5 Outcome Ya pengaruh suhu tubuh setelah dilakukan kompres
tapid water spongeselama 15-20 menit dalam 2
kali perlakuan pada pasien yang mengalami
hipertermi. Diketahui hasil penerapan dengan ke
dua subyek yang mengalami demam sebelum
dilakukan kompres tapid water sponge dengan suhu
pada subyek I yaitu dengan suhu 38,5°C, subyek II
yaitu dengan suhu 39°C, sementara setelah dilakukan
kompres tapid water sponge pada kedua subyek
tersebut maka terdapat penurunan suhu yaitu pada
subyek I turun menjadi 36,8°C, subyek II turun
menjadi 37°C. Hal ini membuktikan bahwa
kompres tapid water sponge ada pengaruh untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak dengan
diagnose keperawatan hipertermi.

41
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan

Kebutuhan termoregulasi merupakan proses penting bagi organisme hidup


untuk mempertahankan suhu tubuh yang stabil dalam kisaran yang sesuai,Tubuh
membutuhkan termoregulasi karena suhu tubuh yang stabil sangat penting untuk
menjaga fungsi fisiologis yang optimal.
Hipertermi atau peningkatan suhu tubuh yang berlebihan merupakan salah
satu kebutuhan termoregulasi.suhu tubuh yang normal adalah yang berada sekitar
36-37 derajat Celsius untuk dewasa. Ketika suhu tubuh naik di atas kisaran
normal ini, termoregulasi akan diaktifkan untuk mendinginkan tubuh dan
mengembalikan suhu tubuh ke tingkat normal.
Dalam kasus yang kami ambil pasien mengalami hipertermi yang
disebabkan oleh infeksi salmonella dengan suhu di 38,8’C ,setelah dilakukan
perawatan selama 1 x 24jam suhu tubuh menurun dengan Assesment Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) teratasi menggunakan intervensi
yang sesuai.
Terdadpat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
suhunpada hipertermi. Diantaranya yaitu dengan kompres aloe vera dan kompres
tepid water.

42
DAFTAR PUSTAKA

Afsani Mahda dkk. 2023. Penerapan terapi kompres aloevera untuk menurunkan suhu tubuh
pada pasien hipertermi. Journal Of Mother and Child Health Concerns, Volume 3, No. 1,
June, 2023: 29-34

Astuti Ida dkk. 2020. Penerapan Kompres Tepid Water Sponge(TWS) Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Hipertermi Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen. Universitas ‘Aisyiyah Surakarta

Depkes RI, (2019). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
KesehatanKementrian Kesehatan R

Irlianti,E.,Immawati,&Nurhayati,S.(2021).The Application Of Tepid Sponge To Hypertermi


Nursing Problems In Patients Children Of Toddler Age.Jurnal Cendikia Muda,1(3)

Siagian Nurul Aini dkk. 2021. Perbandingan Efektifitas Kompres Air Hangat Dan Kompres
Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Di Puskesmas Deli Tua Kec.
Deli Tua Kab. Deli Serdang Tahun 2020. Jurnal Penelitian Kebidanan & Kespro. Vol. 3 No.2

43

Anda mungkin juga menyukai