Anda di halaman 1dari 17

MODUL PRAKTIKUM

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN KESELAMATAN PASIEN


(KPD201)

MANAJEMEN HAZARD

Disusun oleh:
Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep.,Ns.,M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Petunjuk Bagi Mahasiswa

Untuk memperoleh prestasi belajar secara maksimal, maka langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan dalam modul ini antara lain:
1. Bacalah dan pahami materi yang ada pada setiap kegiatan belajar. Bila ada materi yang
belum jelas, mahasiswa dapat bertanya pada dosen.
2. Kerjakan setiap tugas diskusi terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap kegiatan
belajar.
3. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar
sebelumnya atau bertanyalah kepada dosen
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Ajar


Mata ajar ini membahas tentang prinsip dasar dalam mengatur lingkungan pelayanan keperawatan
dalam memberikan Asuhan Keperawatan yang aman dari hazard, risiko kesehatan di tempat kerja
baik baik di dalam maupun diluar gedung serta keselamatan pasien. Konsep dasar kesehatan kerja
ditetapkam dalam setiap tahap proses keperawatan sejak pengkajian hingga evaluasi. Pembahasan
ditekankan pada upaya mengenali hazard dan risiko serta berbagai upaya meminimalkannya pada
setiap tahap proses keperawatan.

B. Capaian Pembelajaran Lulusan


1. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,moral, dan
etika (S2)
2. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan; (S6)
3. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; (S7)
4. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;(S9)
5. Menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk skripsi atau laporan
tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman perguruan tinggi; (KU 4)
6. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada dibawah
tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri; (KU8)
7. Menguasai teknik keselamatan pasien (patient safety) (KK4)

C. Kemampuan Akhir yang Diharapkan


Mahasiswa mampu melakukan manajemen hazard dalam setiap tahap pemberian asuhan
keperawatan
D. Kegiatan Belajar
1. Waktu dalam kegiatan praktikum ini 170 menit dengan rincian kegiatan belajar sebagai
berikut: Pembelajaran praktikum dilaksanakan untuk memahami materi tentang manajemen
hazard dalam setiap tahap asuhan keperawatan.
2.Mahasiswa aktif berdiskusi dan melakukan analisis berdasarkan studi kasus yang ada.
BAB 2
TOPIK / MATERI PEMBELAJARAN
MANAJEMEN HAZARD

A. Pengertian
1. Identifikasi Bahaya.
Adalah tahapan dari manajemen resiko yang dilakukan untuk mengetahui jenis bahaya yang
ada dalam suatu kegiatan tertentu.
2. Analisa Bahaya.
Adalah tahapan dari manajemen resiko yang dilakukan untuk mengetahui jenis resiko yang
dapat terjadi dari bahaya yang sudah teridentifikasi.
3. Evaluasi Resiko.
Adalah tahapan dari manajemen resiko yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari resiko
terhadap manusia, alat dan lingkungan.
a. Pengendalian Resiko.
Adalah suatu tahapan dari manajemen resiko yang dilakukan untuk mengendalikan resiko
yang ada sehingga tidak menimbulkan kerugian.
b. Monitoring dan Evaluasi.
Adalah tahapan dari manajemen resiko yang dilakukan secara periodic untuk memantau
efektifitas tindakan pengendalian yang dilakukan

B. Tujuan
Sebagai pedoman dalam melakukan Manajemen Resiko di tempat kerja sehingga
diharapkan dapat :
1. Mencegah atau mengurangi :
a) Cidera pada pekerja.
b) Gangguan pada kesehatan
c) Polusi dan hazard.
d) Penghentian aktifitas perusahaan.
e) Kecelakaan kerja.
2. Membuat dan mengevaluasi tentang:
a) Kebijakan K3.
b) Kepatuhan terhadap perundangan dan peraturan K3.
c) Evaluasi dan analisa semua kecelakaan.
d) Good houskeeping.
e) Kontrol bahaya kesehatan.
f) Pelayanan kesehatan kerja.
g) Penyediaan alat pelindung diri bagi pekerja.
h) Keberadaan tenaga ahli K3.
i) Penggunaan dan pelaksanaan pedoman dan manual K3.
j) Peraturan K3 bagi kontraktor dan pelaksanaannya.

C. Hazard Psiko-sosial
Hazard psikososial merupakan faktor dan situasi yang berkaitan dengan tempat kerja yang
dapat memicu stress, ketegangan emosional, dan masalah interpersonal. Hal-hal yang
berpotensi yang dapat membahayakan pekerja dari hazard psikososial ini diantaranya
seperti jam kerja yang panjang dan tidak adanya rotasi shift kerja, tekanan di tempat kerja,
penyalahgunaan narkoba dan alkohol, gangguan seksual, dan lain-lain.

Bahaya Psiko-sosial yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-
aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian
seperti:
1. Penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,]
temperamen atau pendidikannya.
2. Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai
3. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh
4. Hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
5. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar produktivitas
kerja dapat tetap terjaga
Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik
dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini
dengan baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan
mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta menurunkan produktivitas kerja keryawan.
Gejala stress :
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancer
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

E. BAHAYA-BAHAYA POTENSIAL (POTENTIAL HAZARDS) DI RUMAH


SAKIT

1. faktor biologi (virus, bakteri, dan jamur)


2. faktor kimia (antiseptik, gas anestesi,dll)
3. faktor ergonomi (cara kerja yang salah dll)
4. faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi, dan lain-lain)
5. factor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama pekerja/atasan, dan lain-lain)

Potensi bahaya di rumah sakit dapat dikelompokkan, dalam tabel berikut ini.
Bahaya Fisik Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu dingin, bising, getaran,
pencahayaan
Bahaya Kimia Ethylene Oxide, formaldehyde, glutaraldehyde, Obat Ca, gas, Anestesi, mercury,
chlorine.
Bahaya Biologi Virus, Hepatitis B, C, HIV, SARS, Bakteri, Jamur dan Parasit
Bahaya Ergonomi Posisi statis, mengangkat, membungkuk, mendorong.
Bahaya Psikososial Kerja shift, stres.
Bahaya Mekanik Berasal dari mesin al; terjepit, terpotong, terpukul, tergulung,
Bakaya Listrik Sengatan listrik, hubungan arus pendek dll
Limbah Rumah Sakit Limbah Medis (Jarum suntik, vial bat dll), limbah non medis , limbah cairan tubuh
manusia( droplet, liur, sputum)
E. Prosedur
1. Lakukan Identifikasi Bahaya dengan langkah sebagai berikut:
a) Lakukan identifikasi terhadap bahaya apa yang dapat timbul dari suatu kegiatan yang
dilakukan.
b) Kelompokan bahaya tersebut ke dalam kelompok :
1) Bahaya yang bersifat Fisik.
2) Bahaya yang bersifat Kimia.
3) Bahaya yang bersifat Ergonomik.
4) Bahaya yang bersifat Psikologik.
c) Rumuskan mengapa dan bagaimana bahaya tersebut dapat terjadi.
d) Pendekatan yang dilakukan untuk melakukan identifikasi bahaya ini dapat dengan cara
menggunakan checklist, menetapkan langsung berdasarkan pengetahuan dan pengalaman,
analisa sistem atau melalui brain storming dengan pelaksana kegiatan tersebut dilapangan.
2. Lakukan Analisa Bahaya.
Tujuan dari analisa bahaya ini adalah untuk memisahkan resiko yang dapat
diterima dan resiko yang memerlukan tindak lanjut berupa
a) Pengamanan/pengendalian.
b) Menetapkan kemungkinan kejadian/probability dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan dari
bahaya yang ada.
c) Untuk menghindari bias dalam menentukan probability dan konsekuensi harus memperhatikan
beberapa sumber informasi yang dapat membantu, diantaranya: catatan kejadian terdahulu,
literatur terkait, laporan hasil penelitian ahli.
Menggunakan tehnik analisa secara kualitatif untuk menentukan level
bahaya yang ada.
3. Lakukan pengukuran Tingkat Kemungkinan Kejadian dengan pengelompokan
sebagai berikut:
Level Kualifikasi Keterangan
A Almost Certain Suatu kejadian selalu tejadi pada segala situasi.
B Likely Suatu kejadian kemungkinan besar akan terjadi pada segala situasi.
C Moderate Suatu kejadian akan terjadi pada waktu tertentu.
D Unlikely Suatu kejadian dapat tejadi pada waktu tertentu.
E Rare Suatu kejadian mungkin hanya dapat terjadi pada kondisi diluar
perhitungan.
4. Lakukan pengukuran Tingkat Konsekuensi Yang Dapat timbul dengan klasifikasi
sebagai berikut:
Level Kualifikasi Keterangan
1 Insignificant Tidak terjadi cedera, kehilangan biaya rendah (1,4 jt)
2 Minor Hanya membutuhkan pertolongan pertama, dapat kembali
bekerja, kehilangan biaya sedang (1,5 – 2,9 jt ).
3 Moderat Membutuhkan tindakan medis, untuk sementara tidak bisa
bekerja, kehilangan biaya tinggi (3 – 4,9 jt).
4 Major Cedera cukup parah, hilang kemampuan untuk kembali
produktif, kehilangan biaya sangat tinggi (5 – 9,9 jt).
5 Catastrophic Mengakibatkan kematian, membahayakan lingkungan sekitar,
kehilangan biaya sangat tinggi dan mengancam kelangsungan
pelayanan Rumah Sakit ( 10 jt).

5. Tentukan tingkatan resiko dengan pengelompokan sebagai berikut:


Kemungkinan Konsekuensi
Terjadi Insignificant Minor Moderate Major Catastrphic
1 2 3 4 5
A (almost certain) S S H H H
B (likely) M S S H H
C (moderate) L M S H H
D (unlikely) L L M S H
E (rare) L L M S S

Keterangan :
Tingkatan Resiko :
Pengendalian :
H = High Risk I
S = Significant Risk II
M = Moderate Risk III
L = Low Risk IV

Prioritas tindakan pengendalian dilihat berdasarkan keterlibatan tanggung jawab dalam


penanganannya :
I = Dilakukan penelitian secara mendetail oleh Komite K3 dan unit terkait
mengenai kejadian tersebut sebelum dilakukan tindakan pengendalian.
= Membutuhkan perancanaan manajemen yang melibatkan pejabat pada tingkat atas untuk
tindakan lebih lanjut. (Kepala pelayanan / kepala rumah sakit).
II = Setelah tindakan pengendalian membutuhkan perhatian lebih lanjut dari
manajemen tingkat atas untuk koordinasi dengan Komite K3.
III = Melibatkan tanggung jawab dari pihak manajemen unit yang bersangkutan (Ka
Ruangan/Supervisor) untuk koordinasi dengan Komite K3.
IV = Dilakukan pemantauan dan evaluasi secara rutin oleh Komite K3.
6. Lakukan evaluasi resiko dengan cara sebagai berikut:
6.1. Buatlah daftar resiko menurut tingkat kemungkinan terjadi dan konsekuensinya.
6.1 Tentukan skala prioritas dari daftar resiko yang sudah ada dengan memperhatikan
tingkat akibat yang ditimbulkan terhadap manusia, alat dan lingkungan.
6.2. Jika terdapat resiko yang termasuk dalam batas toleransi dapat diterima, maka tindakan
selanjutnya harus tetap dilakukan monitoring secara periodik untuk memastikan resiko
tersebut tetap pada keadaan dapat diterima.
6.3. Segera menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk pengendalian jika ditemukan
resiko dalam kategori yang tidak dapat diterima.
7. Lakukan pengendalian resiko dengan cara sebagai berikut:
7.1. Lakukan Identifikasi alternatif tindakan pengendalian.
Ditentukan jenis tindakan pengendalian yang dapat menimbulkan :
a. Pengurangan kemungkinan kejadian bahaya (likelihood).
b. Pengurangan konsekuensi yang dapat ditimbulkan.
c. Memindahkan sebagian atau seluruhnya bahaya yang ada.
d. Menghilangkan bahaya.
7.2.. Lakukan evaluasi alternatif tindakan pengendalian.
Langkah-langkah dalam memilih alternatif pengendalian:
a. Dalam memilih jenis tindakan pengendalian yang akan diambil harus
mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaannya, biaya dan manfaatnya,
dan tingkatan dari bahaya yang akan dikendalikan.
b. Buat usulan strategi tindakan pengendalian kepada unit terkait.
c. Lakukan pemilihan jenis strategi pengendalian yang akan dipakai yang cocok untuk
bahaya tersebut.
7.3. Tentukan rencana tindakan pengendalian yang dilakukan.
Dalam rencana tindakan pengendalian yang telah dipilih harus dibuat dokumentasi
sebagai alat kontrol manajemen yang didalamnya memuat informasi:
• Orang yang bertanggung jawab terhadap tindakan pengendalian tersebut.
• Apa bahan/alat yang dipergunakan.
• Alokasi dana yang dibutuhkan.
• Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan.
• Mekanisme proses pengendalian dan frekuensi evaluasi/peninjauan ulang efektifitas
pengendalian tersebut.
• Rencana pengendalian yang dipilih harus dapat mengurangi resiko, memindahkan
atau menghilangkan resiko, memerlukan biaya yang tidak terlalu mahal.
7.4. Melaksanakan pengendalian dengan cara:
a. Untuk menjamin keberhasilan tindakan pengendalian dibutuhkan tanggung jawab
dari pihak terkait, kemampuan individu untuk melakukan tindakan tersebut, sistim
manajemen K3 yang efektif dan tindakan monitoring.
b. Jika setelah dilakukan tindakan pengendalian ternyata masih terdapat resiko yang
tersisa, maka harus dicari penyebabnya dan jika perlu dilakukan kembali
identifikasi tindakan pengendalian ulang.
7.5. Setiap unit harus memberikan laporan mengenai efektifitas tindakan pengendalian
yang telah dilakukan.
7.6. Dibuat daftar resiko secara keseluruhan dari suatu unit kerja dan tehnik pengendalian
yang dilakukan.
7.7. Penanganan resiko yang ada dapat dilakukan dengan cara:
a. Eliminasi bahaya.
Bila dimungkinkan mengubah proses atau prosedur dan kebijakan untuk
mengurangi bahaya yang lebih buruk tanpa mengubah efisiensi dan
produktifitas sehingga resiko dapat dihilangkan/dikurangi.
b. Substitusi bahaya.
Mengganti materi, zat atau proses dengan yang tidak atau kurang berbahaya.
c. Pemisahan bahaya.
Dengan cara menyingkirkan bahaya dari orang-orang dengan memberi
perlindungan, menyimpan di suatu tempat di ruang atau waktu terpisah.
d. Administrasi.
Menyesuaikan waktu dan kondisi dengan proses administrasi atau transfer
resiko ke pihak lain.
e. Pelatihan Para Karyawan.
Memberi pelatihan yang memadai untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guna mengurangi resiko
f. Alat Pelindung Diri.
Digunakan sebagai upaya terakhir dengan cara menyediakan alat pelindung
diri yang sesuai dan memadai bagi semua karyawan guna mengurangi resiko.
8. Lakukan Monitoring dan Evaluasi sebagaimana berikut:.
8.1. Dalam monitoring dan evaluasi hal – hal yang harus diperhatikan dan dilakukan
adalah:
8.1.1. Memonitor resiko bahaya yang ada.
8.1.2. Efektifitas pengendalian resiko yang sedang dilakukan.
8.1.3. Efektifitas sistim manajemen dan strategi yang dilakukan dalam
pengendalian resiko.
8.2. Perhatikan faktor – faktor yang dapat menambah atau mengurangi probability dan
konsekuensi resiko yang ada.
8.3. Bila dari hasil monitoring dan evaluasi terdapat ketidaksesuaian maka dilakukan lagi
manajemen resiko mulai dari tahap identifikasi bahaya.
8.4. Bila dari hasil monitoring dan evaluasi ternyata tindakan pengendalian masih sesuai
dengan resiko yang ada, maka keadaan tersebut terus dipelihara dan dipertahankan
melalui monitoring berkelanjutan, dan dilakukan kembali manajemen resiko mulai dari
tahap identifikasi bahaya setelah 6 bulan.
8.5. Jadwal pelaksanaan monitoring dilakukan dua bulan sekali untuk setiap jenis kegiatan
di unit kerja dan mencakup seluruh unit kerja. Petugas yang melakukan monitoriong
dan evaluasi adalah masing-masing sub komite berdasarkan bidang kerja di sub
komitenya

Risiko dan Hazard dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan
perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Standar asuhan keperawatan ini
tercantum dalam standar praktik klinis keperawatan yang terdiri dari lima fase asuhan
keperawatan. Lima (5) fase tersebut yaitu: Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi
dan Evaluasi. Asuhan keperawatan memiliki manfaat untuk meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan dalam bidang keperawatan.

A. Risiko dan Hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan


Risiko melekat dari tindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini pada saat melakukan
pengkajian asuhan keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini yang diukur adalah upaya
yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat saja bisa terjadi adalah:

a. Kurangnya informasi atau data yang diberikan oleh keluarga pasien atau Pasien itu sendiri
atau dalam kata lain menyembunyikan suatu hal, sehingga dalam proses pengkajian kurang
lengkap. Akibatnya perawat ataupun dokter akan salah dalam memberikan perawatan
sehingga berbahaya terhadap pasien.
b. Pada saat melakukan pengkajian dapat juga terjadi di kejadian tertularnya penyakit dalam hal
ini seperti kontak fisik maupun udara titik pada saat perawat melakukan perawatan ataupun
pengkajian kepada pasien maka perawat mempunyai resiko tertular penyakit dari pasien
tersebut.
c. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian ataupun pada proses
wawancara. Ketika perawat menanyakan data atau informasi pasien namun, keluarga pasien
menyembunyikannya. Sehingga demi keselamatan pasien perawat tetap menanyakan
sehingga pasien atau keluarga kurang menyukainya dan akhirnya mendapatkan cacian atau
perlakuan tidak baik.
d. Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan perawat bisa saja mendapatkan kekerasan
fisik dari pasien ataupun keluarga pasien. Misalnya pasien ataupun keluarga yang tidak
menyukai proses perawatan atau pengkajian dapat saja melakukan kekerasan fisik terhadap
perawat.

B. Risiko dan Hazard dalam pelaksanaan asuhan keperawatan .


Kesalahan saat merencanakan pengkajian dapat saja terjadi, jika perawat salah dalam mengkaji
maka Perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan atau pengobatan yang pada
akhirnya akan mengakibatkan kesehatan pasien Malah semakin terganggu. Kemudian dapat
saja terjadi jika perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan maka perawat juga
akan mendapatkan bahaya seperti tertularnya penyakit dari pasien karena kurangnya
perlindungan diri terhadap perawat.
C. Risiko dan Hazard dalam implementasi keperawatan
Menurut Putri, T.E.R,2017, kesalahan saat melakukan implementasi atau pelaksanaan
tindakan keperawatan yaitu merupakan kesalahan yang sangat fatal. Kesalahan ini dapat
mengakibatkan kecelakaan pada pasien atau perawat, misalnya kesalahan dalam pemberian
obat kepada pasien, dikarenakan perawat lupa membaca instruktur atau catatan an-nur
dokumen rekam medik dari pasien tersebut.
D. Risiko dan Hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan
Kesalahan pada saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dapat
mengakibatkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan yang kurang data yang sudah
dilakukan oleh perawat. Terkadang perawat lupa mengkonfirmasi ke dalam dokumentasi
asuhan keperawatan, sehingga yang tertulis atau yang telah dilaksanakan oleh perawat kepada
pasiennya tidak ada dalam dokumentasi asuhan keperawatan.

E. Upaya mencegah dan meminimalkan Risiko dan Hazard pada asuhan keperawatan
1. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada pengkajian asuhan
keperawatan
a) Perawat harus memperkenalkan identitas diri baik kepada pasien maupun kepada
keluarganya
b) Perawat hendak tidak menyinggung perasaan klien saat pengkajian dilakukan, Misalnya
menggunakan masker yang sebenarnya tidak perlu dipakai
c) Perawat juga dapat membangun kepercayaan kepada pasien
d) Dalam merawat pasien, perawat harus memperlakukan setiap pasien dengan sama
e) Pada saat melakukan wawancara dengan pasien, perawat harus menjadi pendengar yang
baik, perawat harus mampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik
mungkin dan diharapkan menggunakan bahasa serta tutur kata yang sopan
f) Ketika pasien terlihat dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk didekati, maka
perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarganya terlebih dahulu
g) Saat melakukan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan dari klien terlebih
dahulu
h) Perawat harus menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan fisik pada klien
i) Perawat juga harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun
kepada pihak rumah sakit
j) Perawat juga harus menghindari memegang benda yang mungkin telah terkontaminasi
k) Sebelum menuju klien hendaknya perawat mencuci tangan

2. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam tahap perencanaan
asuhan keperawatan
a) Identifikasi sumber bahaya yang mungkin dapat terjadi saat menyusun rencana
keperawatan
b) Lakukan penilaian faktor risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang
menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja saat menyusun perencanaan
keperawatan
c) Kendalikan faktor risiko yang mungkin terjadi saat menyusun rencana Tindakan
keperawatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan bahaya, mengganti sumber
risiko dengan sarana atau peralatan lain yang lebih memiliki tingkat risiko yang lebih
rendah
d) Ketika menyusun rencana keperawatan perawat hendak berpedoman pada pedoman
rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ada
e) Perawat juga diharapkan untuk mampu mempertimbangkan alokasi waktu pencapaian
dari rencana keperawatan yang disusun untuk menjadi indikator evaluasi keperawatan.

3. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi
asuhan keperawatan
a) Perawat harus menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik seperti
mencuci tangan, memakai APD lengkap, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan
steril
b) Perawat harus mematuhi SOP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan tidak terburu-
buru dalam melakukan tindakan
c) Perawat hendak memperhatikan cara menutup jarum suntik yang benar susunan sel
hidung kamu banyak diharapkan perawat dapat menghindari kontak langsung dengan
segala macam cairan klien, apabila dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun atau
tidak menggunakan APD
d) Perawat sebaiknya menerapkan perilaku hidup bersih dan juga sehat serta menerapkan
pola hidup yang sehat pula
e) Perawat harus menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan ketenangan
saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang beresiko kepada pasien
f) Perawat dituntut untuk belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh
pihak rumah sakit dengan tujuan mengurangi risiko cedera baik bagi klien maupun bagi
perawat sendiri.

4. Upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada evaluasi asuhan
keperawatan.
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai sejauh mana intervensi dan implementasi
yang diberikan berhasil dalam perkembangan kesembuhan pasien ada beberapa cara
untuk mencegah dan mengurangi resiko hazard. Cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah risiko dan hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan yaitu
A) Identifikasi sumber bahaya yang mungkin terjadi saat menyusun evaluasi keperawatan,
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat
menimbulkan potensi bahaya baik pada klien maupun kepada diri perawat sendiri
B) Memperhatikan setiap perkembangan atau respon yang ditampakkan atau ditimbulkan
oleh klien setelah selesai melakukan tindakan keperawatan.
Daftar Pustaka

Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 Tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Kementrian Tenaga
Kerja Republik Indonesia.

WHO.2011. WHO patient safety curriculum guide: multi-professional edition

J.B Herington F.S Gill,(2005), Buku Saku Kesehatan (terjemahan), edisi 3, EGC, Jakarta

Aditama, T.Y.,Hastuti, T., ( 2002), Health induatrial higienne safety medicine industrial
works environment, Universitas Indonesia, Jakarta

Indragiri, Suzana.,Triesda Yuttya.2018.Manajemen Risiko K3 Menggunakan Hazard Identification


Risk Assement and Risk Control (HIRARC).Jurnal Kesehatan Vol 9 (1)

Irawan,Shandy.,dkk.2015.Penyusunan Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control


(HIRARC). Di PT. X.Jurnal Titra Vol 3 (1)

Mahdarsari,Mayanti.,dkk2016. Peningkatan Keselamatan Diri Perawat Melalui Optimalisasi Fungsi


Manajemen.Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 19 (3) hal 176-183

Mantiri, Ezra Zimri Ruben Abiam.,dkk.2020. Faktor Psikologi dan Perilaku dengan Penerapan
Manajemen Keselamatan Kerja Rumah Sakit.

Prasetyo, Erwan Henri.,dkk.2018. Analisis Hira (Hazard identification and risk assessment) pada
instansi x di Semarang.Jurnal Kesehatan masyarakat Vol 6 (5)

Putri, Oktaviana Zahratul.,dkk.2017. Analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada petugas
kesehatan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit akademik UGM.Jurnal Kesehatan Vol 10 (1)

Anda mungkin juga menyukai