Anda di halaman 1dari 15

SEKURALISME, PLURALISME DAN LIBERALISME

DALAM PANDANGAN ISLAM


Dosen Pengampu : Dra. Sri Susanti, MA.

Disusun Oleh :

Kelompok 8
No. Nama NIM
1. Eka Permata Sari 18631707
2. Nofita Lailatul Mukaromah 18671687
3. Selly Putri Octavia 18631717

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Penyusun mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SEKURALISME, PLURALISME DAN LIBERALISME DALAM PANDANGAN
ISLAM”untuk memenuhi tugas mata kuliah Kemuhammadiyahan dengan baik. Kami
mengucapkan terima kasih kepada kepada teman teman mahasiswa yang telah
berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penyusun pada khususnya. seperti pepatah yang mengungkapkan bahwa “Tiada
gading yang tak retak" demikian pula dengan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan untuk itu kami selaku mahasisiwa mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca terutama Dosen Pembimbing mata kuliah
Kemuhammadiyahan, akhir kata kami mengucapkan terimakasih.

Ponorogo, 11 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………………. i

Kata Pengantar………………………………………………………………...…… ii

Daftar Isi………………………………………………………………………...….. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………...………1

1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………..………2

1.3. Tujuan………………………………………………………………...…………..2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1.Pengertian SIPILIS……………………………………………………...…………3

2.2 Latar Belakang Lahirnya Fatwa MUI No. 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang
Pluralisme, Liberalisme Dan Sekularisme Agama………………………..……….8

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan…………………………………………………………………...………10

Saran…………………………………………………………………………...……..10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...……………..12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekulerisme, pluralisme dan liberalisme, ketiga kata tersebut berakhiran


dengan “isme” yang artinya menandakan suatu paham atau ajaranatau
kepercayaan. Umat islam di Indonesia merasakana bahwa dewasa ini telah di
dihadapkan pada perang non fisik yang biasa disebut dengan ghazwul fikr
(perang pemikiran), sebagaimana yang terdapat dalam suatu buku Sekulerisme,
Pluralisme dan Liberalisme adalah suatu perusakan yang dilakukan oleh musuh
– musuh islam yang berfokus pada pemikiran islam pada kaum muslim.
Pemikiran kaum muslin yang telah Berjaya berabad – abad kini telah hilang
dang rusak digerogoti dengan pemikiran sesaat yang dilancarkan oleh negara
Barat yang dapat merusak aqidah dan akhlaq kaum muslim.

Sehingga pada tahun 2005 MUI (Majelis Ulama Indonesia)


dalam Musyawarah Nasional MUI VII telah mengeluarkan keputusan fatwa
mengenai Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama. Diantara ketentuan
hukum dari fatwa tersebut isinya melarang umat Islam untuk mengikuti paham
tersebut. Alasan yang dikemukakan bahwa Pluralisme, Sekularisme dan
Liberalisme agama merupakan paham yang bertentangan dengan ajaran agama
Islam. MUI menjelaskan bahwa dewasa ini umat Islam tengah dihadapkan pada
perang non fisik atau boleh dibilang perang pemikiran (ghazwul fikr). MUI
telah memutuskan bahwa aliran pemikiran yang datang dari Barat, yaitu paham
Sekularisme dan Liberalisme Agama telah menyimpang dari sendi-sendi ajaran
Islam serta merusak keyakinan dan pemahaman agama masyarakat terhadap
ajaran agama Islam. Bukan hanya itu saja, Sekularisme dan Liberalisme agama
menimbulkan keraguan terhadap akidah dan syariat Islam. Beberapa contoh
yang dijelaskan oleh MUI diantaranya pemikiran tentang relativisme agama,
sinkretisme agama, penafian serta pengingkaran terhadap hukum syariat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud paham liberalisme dan apa dampak serta contoh
dalam kehidupan sehari – hari ?
2. Bagaiaman Latar Belakang Lahirnya Fatwa MUI No. 7/MUNAS
VII/MUI/11/2005 Tentang Pluralisme, Liberalisme Dan Sekularisme
Agama

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud paham liberalisme dan apa dampak
serta contoh dalam kehidupan sehari – hari.
2. Untuk mengetahui Bagaiaman Latar Belakang Lahirnya Fatwa MUI No.
7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang Pluralisme, Liberalisme Dan
Sekularisme Agama

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian Sekulerisme

Sekuler berasal dari Bahasa latin “seculum” yang berarti “masa”,


karena itu sekular berarti “berorientasi pada masa sekarang”. Sekulerisme
adalah sebuah doktrin, semangat atau kesadarang yang menjujunng tinggi
prinsip kekinian mengenai ide, sikap, keyakinan, serta kepentingan individu
yang mendapat momentumnya di abad pertengahan ketika munculnya
penemuan ilmu pengetahuan dan tehknologi yang menyudutkan pihak gereja
katolik dan memicu bangkitnya gereja reformis yang dipimpin oleh Martin
Luter.

Sabda Rasulullah berikut ini sangat tepat dilabelkan kepada seorang


sekuler, “Artinya : Celakalah budak dinar, budak dirham dan budak
khamishah (sejenis pakaian terbuat dari sutera atau wol, berwarna hitam dan
bertanda); jika diberi, dia rela dan jika tidak diberi, dia mendongkol. Celaka
dan merugilah (sia-sialah) dia dan bila duri mengenainya, maka dia tidak
mengeluarkannya” [Al-Bukhari, al-Jihad (2883)]

Sekularisme, dalam karakteristiknya seperti yang ada di Barat, adalah


formulasi ide yang menegaskan bahwa antara agama dan negara merupakan
dua entitas yang berbeda dan terpisah. Pengertian ini berdasarkan pada
pengakuan bahwa ”Agama merupakan sebuah keyakinan yang dipegang teguh
manusia meskipun dalam pandangan yang berbeda.” Orang bisa saja berbeda
tentang agama tetapi mereka bisa menjadi warga dari sebuah negara yang
sama, dan mereka bias seperti ini dengan lebih nyaman apabila negara tidak
ikut campur dalam urusan agama. Oleh karena itu, sekularisme tidak hanya
sekedar konsep politik, tetapi juga sebuah filsafat hidup dan cita - citanya
adalah kemajuan dalam kehidupan manusia di dunia ini, tanpa memandang
agama, aliran, maupun warna kulit seseorang. Sedangkan sekularisasi adalah
transformasi dari seseorang, lembaga, atau hal-hal yang bersifat spritual ke
dalam keduniaan. Hal ini menarik perhatian sebagaian orang karena adanya
anggapan yang keliru bahwa materi lebih memberi pemenuhan kehidupan,

3
harga diri dan prestise ketimbang menjadi seorang idealis sebagaimana yang
ada pada doktrin-dokrtin keagamaan.

Sebagai sebuah proses sosial, yang terjadi dibawah kontrol


seseorang, sekularisasi berusaha menyingkirkan perang otoritas keagamaan
dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebuah masyarakat menjadi
sekular ketika agama termarjinalkan dalam kehidupan individu maupun
masyarakat. Dalam kaitan ini, sekularis adalah orang yang percaya bahwa
persoalan-persoalan social kemasyarakatan harus terbebas dari semua aturan
agama dan dogma. Jadi secara umum sekularisme adalah paham yang
berpandangan bahwa agama tidak berurusan dengan persoalan ke duniaan
yaitu persoalan politik dan sosial budaya. Agama cukup bergelut dengan ritual
keagamaan an sich. Dengan mendasarkan standar etika dan tingkah laku pada
referensi kehidupan sekarang dan kesejahteraan sosial tanpa merujuk pada
agama. Atas dasar itu islam menentang sekularisasi karena islam tidak
memiliki potensi sama sekali terjadinya proses sekularisasi. Pernyataan ini
didukung oleh para ilmuwan islam yang tergabung di dalamnya para teolog.

Berikut merupakan beberapa contoh dalam adanya sekularisme dalam kehidupan


sehari-hari, yakni:

1. Larangan penggunaan jilbab di area kerja.


2. Negara memungkinkan pernikahan dari agama yang berbeda.
3. Jangan mengacaukan masalah perdagangan dengan masalah agama.
4. Hukum yang tidak memihak agama.
5. Pergaulan bebas seks bebas sudah lazim di kalangan remaja.
6. Jangan repot-repot dengan masalah agama dalam masalah organisasi.
7. Penggunaan sistem ekonomi kapitalis sebagai mesin perekonomian Negara.

2.1.2 Pengertian Pluralisme


Pluralisme adalah deskripsi realitas bahwa disana ada keanekaragaman
agama (kenyataan, tak bermasalah). Pluralisme menjadi fenomena yang
spesifik hingga saat ini , karena pluralisme menjanjikan kehidupan yang damai
dan rukun antar sesama masyarakat majsemuk seperti Indonesia yang
wilayahnya sangat luas dengan beragam suku dan agama, namun masyarakat
4
masih hidup di tengah pluralitas tersebut. Seperti yang tehah disampaikan
diatas pluralisme yang tumbuh di masyarakat sebenarnya hanya sebatas
toleransi yang dapat membuat kehidupan menjadi rukun dan damai. Namun,
banyak persepsi yang menafsirkan lain dari pluralisme, banyak tafsiran –
tafsiran lain yang berkaitan dengan pluralisme seperti pluralisme agama.
Gagasan kesetaraan agama atau biasa disebut dengan pluralisme agama dalam
perjalanan waktu menimbulkan berbagai macam persepsi. Fenomena klaim
terhadap kebenaran agama masing - masing sudah merupakan problem
sejarah umat manusia sejak dahulu sampai sekarang dan itulah tantangan baru
bagi masyarakat modern yang harus meluruskan persepsi dan asumsi
masyarakat yang salah.

Pluralisme Agama adalah suatu suatu paham yang mengajarkan bahwa


semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah
relative, oleh sebab itu setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa
hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme
juga mengajarkan bahwa pemeluk agama akan masuk dan hidup
berdampingan di surga. (Keputusan Fatwa MUI, No : 7/ Munas
VII/MUI/11/2005 Tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekulerisme Agama).
Asal – usul pluralisme sebenarnya bukan dari islam tetapi dari orang Barat
yang mengalami trauma dan perang antar agama katholik dan protestan. Jadi,
paham pluralisme agama tidak memiliki akar sosio historis asli dari sejarah
dan tradisai islam, tetapi di inpor dan di setting dari sosio historis kaum
Kristen di Eropa dan AS.

Pluralisme agama adalah perspektif / pendirian filosofi tertentu


menyikapi realitas keanekaragaman agama yang ada.(sebuah pemahaman,
bermasalah). Pluralisme agama bertentangan secara total dengan aqidah islam.
Sebab menurut pluralisme, semua agama itu benar, Yahudi benar, Kristen
benar, Islam benar dan semua agamapun juga benar. Sedangkan sudah jelas –
jelas dalam islam dikatakan bahwa agama yang diterima disisi Allah adalah
islam, selain islam maka agamanya tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Seperti yang tertera di Al-Qur’an surah Ali Imron :19 & 85.

5
‫ٱْلس َٰإلم ۗ وما إ‬
‫ٱختلف ٱلذِين أوتوا إٱل ِك َٰتب ِإّل ِمن ب إع ِد ما جآءهم‬ ِ ‫ٱّلل إ‬
ِ ‫ِإن ٱلدِين ِعند‬
ِ ‫ٱّلل فإِن ٱّلل س ِريع إٱل ِحسا‬
‫ب‬ ِ ‫ت‬ ِ ‫إٱل ِع إلم ب إغيا بيإنه إم ۗ ومن ي إكف إر ِبـ َٰاي‬

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.


Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya”. (Qs. Ali Imron : 19)

‫اخرةِ ِمن إٱل َٰخس ِِرين‬ ‫ٱْلس َٰإل ِم دِينا فلن ي إقبل ِم إنه وهو فِى إ‬
ِ ‫ٱلء‬ ِ ‫ومن يبإت ِغ غيإر إ‬

Artinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali


tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi”. (Qs. Ali Imron : 85)

2.1.3 Pengertian Liberalisme


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Liberal berarti bebas (Luas
dan terbuka). Sedangkan liberalisme berarti aliran ketatanegaraan dan ekonomi
yang menghendaki demokrasi dan kebebasan pribadi untuk berusaha dan
berniaga (pemerintah tidak campur tangan) atau usaha menuju kebebasan.
Dalam fatwa MUI tentang pluralism, liberalisme dan sekularisme agama di
sebutkan bahwa liberalism adalah memahami nash-nash agama ( Al Qur;an
dan Sunah ) dengan menggunakan akal fikiran yang bebas dan hanya
menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal fikiran semata.
Kata-kata liberal sulit dicari dalam kamus bahasa Arab karena kata
tersebutberasal dari barat yang kemudian diserap kedalam bahasa lain.
Menurut Abdurrahim bin Syamayil As-silmi, memang sulit mendefinisikan
liberalisme secara singkat dan padat. Tetapi ada pemikiran mendasar yang di
sepakati oleh orang-orang liberal, yaitu gerakan yang menjadikan kebebasan
sebagai landasan, tujuan,motivasi, dan target yang hendak di gulirkan dalam
kehidupan manusia.

6
Liberal Dalam Pandangan Hukum Islam Liberalisme adalah pemikiran
asing yang masuk ke dalam Islam. Pemikiran ini menafikan adanya hubungan
kehidupan dengan agama sama sekali. Pemikiran ini menganggap agama
sebagai rantai pengikat kebebasan hingga harus dibuang jauh-jauh. Para
perintis dan pemikir liberal yang menyusun pokok-pokok ajarannya
membentuk liberal berada diluar garis seluruh agama yang ada dan tidak
seorangpun dari mereka yang mengklaim adanya hubungan dengan satu agama
tertentu walaupun yang menyimpang. Sehingga Liberalisme sangat
bertentangan dengan Islam. Secara politis liberalisme adalah ideologi politik
yang berpusat pada individu, dianggap sebagai memiliki hak dalam
pemerintahan, termasuk persamaan hak dihormati, hak berekspresi dan
bertindak serta bebas dari ikatan-ikatan agama dan ideologi.
Allah ‘azza wa jalla berfirman,

ِ َّ ‫ِإنَّ َما َي ۡس ۡت َ ِذنُكَ ٱلَّذِينَ ََل ي ُۡؤ ِمنُونَ ِب‬


‫ٱَّلل َو ۡٱل َي ۡو ِم ۡٱۡل ٓ ِخ ِر َو ۡٱرت َا َب ۡت قُلُو ُب ُه ۡم فَ ُه ۡم ِفي َر ۡي ِب ِه ۡم‬
٤٥ َ‫يَت ََردَّدُون‬

Artinya : “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang –


orang yang tidak beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian dan hati
mereka ragu – ragu karena itu mereka selalu bimbang dan resah” (Qs. At –
Taubah : 45)

Oleh karena itu, iman tidak akan benar selama masih ada keraguan. Di sisi
lain, keyakinan merupakan syarat sahnya iman. Dalam ayat disebutkan,

ِ َّ ‫ِإنَّ َما ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِب‬


ْ‫ٱَّلل َو َرسُو ِلِۦه ثُ َّم لَ ۡم يَ ۡرتَابُوا‬

Artinya : “Sesungguhnya orang – orang yang beriman hanyalah orang – orang


yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu
- ragu”. (Qs. Al – Hujarat : 15)

Demikian pula sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu


Hurairah radhiallahu ‘anhu,

7
ُ‫ش ْره‬ ِّ ِ ‫َل هللاُ ُم ْستَ ْي ِقنًا ِب َها قَ ْل ُبهُ فَ َب‬
َّ ‫اء َهذَا ْال َحا ِئ ِط َي ْش َهدُ أَ ْن َلَ ِإلَ َه ِإ‬
ِ ‫فَ َم ْن لَقِيتَ ِم ْن َو َر‬
‫ِب ْال َجنَّ ِة‬

Artinya : “Barang siapa yang kamu jumpai di belakang kebun ini bersaksi
bahwa tiada sesembahan yang benar kecuali Allah ‘azza wa jalla dengan
kalbunya yakin dengan kalimat itu, maka berikan kabar gembira kepadanya
bahwa ia akan masuk surga”. (HR. Muslim)

Seorang liberalis sejati dengan prinsip kebebasan berpendapat tidak


akan sampai pada keyakinan yang mantap bahwa yang dia yakini adalah benar
dan yang diyakini orang lain adalah salah, termasuk dalam hal keagamaan
seseorang. Dia akan menganggap apa yang diyakini orang lain bisa saja benar
dan dia tidak boleh memastikan bahwa orang lain salah, sebagaimana dia tidak
boleh meyakini bahwa yang benar hanya yang dia yakini.

2.2 Latar Belakang Lahirnya Fatwa MUI No. 7/MUNAS VII/MUI/11/2005


Tentang Pluralisme, Liberalisme Dan Sekularisme Agama

MUI mengemukakan bahwa sepilis telah membelokkan ajaran Islam


sedemikian rupa sehingga menyebabkan timbulnya keraguan umat terhadap
akidah dan syari‟at Islam.
Contohnya:pemikiran tentang relativisme agama, penafian dan pengingkaran
terhadap hukum Allah (syari‟at) serta menggantikannya dengan hukum-
hukum hasil pemikiran akal semata. Agama ditafsirkan secara bebas dan tanpa
kaidah penuntun sehingga melahirkan paham Ibahiyah, yaitu menghalalkan
segala tindakan terhadap etika dan agama serta dampak lainnya. Perkembangan
paham sekularisme dan liberalism agama juga diiringi dengan berkembangnya
paham pluralisme agama. MUI menjelaskan bahwa pluralisme agama tidak lagi
dimaknai adanya kemajemukan agama. Dalam pandangan pluralisme agama,
semua agama adalah sama. Karena menganggap semua agama diartikan sama,
maka timbullah relativisme agama yang berdampak dapat mendangkalkan

8
keyakinan akidah. MUI memaparkan hasil dialog antar umat beragama di
Indonesia yang digagas oleh Prof. Dr. H. A. Mukti Ali, pada tahun 1970-an.
Hasilnya, paham pluralisme dengan pengertian setuju untuk berbeda (agree in
disagreement) serta mengakui adanya klaim kebenaran masing- masing agama
telah dibelokkan kepada paham sinkretisme, yaitu paham yang mengajarkan
penyampuradukan ajaran agama, bahwa semua agama dianggap sama benar
dan baik serta hidup beragama dinisbatkan seperti memakai baju dan boleh
berganti – ganti. Kemudian, paham pluralisme agama ini telah disebarkan
secara aktif ke tengah umat dan telah dipahami oleh masyarakat sebagaimana
dimaksud para penganjurnya tanpa banyak mendapat perhatian dari para ulama
dan tokoh umat. Paham ini juga telah menyelinap jauh ke pusat-pusat/ lembaga
pendidikan umat. Penyebab Majelis Ulama Indonesia pada Munas
VII mengeluarkan fatwa tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme
Agama .

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Agama Islam menegaskan pengharaman bagi umat Islam untuk mengikuti


paham Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme. menyadarkan kepada umat Islam
bahwa sesungguhnya paham Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama
bukanlah paham yang memberikan manfaat bagi umat Islam, melainkan hanya
menambah kesesatan bagi yang mengikutinya. Faham ini memberikan pencerahan
kepada umat Islam bahwa sesungguhnya perang pemikiran atau perang non
fisik cenderung lebih berbahaya dibanding perang fisik. Hal ini karena umat
Islam diharuskan lebih memfilter dirinya dari bahaya perkembangan dan pengaruh
pemikiran Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama serta pemikiran yang
terkait dengannya. Fatwa MUI tersebut juga memberikan solusi kepada umat
Islam bahwa sesungguhnya toleransi umat beragama tidaklah harus ditumbuhkan
dengan mengakui kebenaran yang dibawa agama lain. Sebab kalau harus
mengakui kebenaran agama lain, maka konsekuensinya kebenaran akidah umat
Islam harus dicampuri dengan kebenaran akidah umat agama lain dan ini sangat
tercela. Namun, prinsipnya saling menghargai mewujudkan kedamaian antar
pemeluk agama satu sama lain. Fatwa MUI tersebut memberikan prinsip
kebenaran bagi umat Islam bahwa hanya dengan berpegang teguh kepada al-
Qur’an dan Sunnah dapat menghindarkan umat Islam dari bahaya kesesatan
pemikiran khususnya terkait dengan paham Pluralisme, Liberalisme dan
Sekularisme Agama

3.1 Saran
1. Kepada pemerintah Indonesia dalam hal ini khususnya Kementerian
Agama Republik Indonesia, supaya mencegah berkembangnya paham
Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama terhadap ajaran agama
Islam. Caranya bisa dengan gencar mensosialisasikan Fatwa MUI
tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama kepada umat
Islam, memberikan pemahaman kepada umat Islam tentang bahaya
paham Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama, serta mengajak

10
umat Islam untuk mempertebal keyakinan dan kecintaannya terhadap
ajaran agama Islam.
2. Kepada para ulama, supaya selalu memberikan bimbingan kepada umat
Islam tentang pentingnya berpegang teguh pada akidah dan syari’at
agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, sehingga umat Islam
tidak mudah untuk terpengaruh oleh paham-paham menyesatkan dari
luar agama Islam, khususnya paham Pluralisme, Liberalisme dan
Sekularisme Agama.
3. Kepada para akademisi, supaya menyeleksi setiap buku-buku atau tulisan
tentang paham Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama yang
dipastikan dapat memberikan dampak negatif terhadap pemahaman umat
Islam atas ajaran agama Islam yang diajarkan oleh setiap institusi
pendidikan agar tidak ditularkan paham-paham tersebut kepada setiap
peserta didik,
4. Kepada masyarakat dalam hal ini khususnya umat Islam. Mengenai
permasalahan perbedaan pemikiran yang sering timbul dikalangan umat
Islam, sebaiknya umat Islam menyelesaikannya dengan cara dialog
terlebih dahulu. Dengan demikian, umat Islam dapat membedakan dan
menyeleksi mana pemikiran yang benar-benar sesuai dengan ajaran
agama Islam serta mana yang bukan atau malah bertentangan dengan
ajaran agama Islam. Dalam hal ini paham Pluralisme, Liberalisme dan
Sekularisme Agama yang telah beredar di masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syafii Maarif, Al-Qur’an, Realitas Sosial Dan Limbo Sejarah (Sebuah
Repleksi), (Bandung : Pustaka, 1404 H/1985 M), hal 39.

Departemen Pendidikan Nasional.2001.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai


Pustaka. Internet
Gray, John.The Two Faces of Liberalism, (New Pr., 2000)
Keputusan Fatwa MUI, No : 7/ Munas VII/MUI/11/2005 Tentang Pluralisme,
Liberalisme dan Sekulerisme Agama.

Munawar, Budhy. 2010. Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme. Jakarta : Grasindo.

M. Rasyidi , koreksi terhadap sekularisasi Nur Kholis Majid (Jakarta ; bulan bintang,
1972), hal 14-15

Yunus, M. Firdaus.(2014).Agama Dan Pluralisme. Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA,


Vol. 13. No 2, Februari 2014, 213 – 229.

12

Anda mungkin juga menyukai