Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN AUTISME

Dosen Pengampu:

Elmie Muftiana, S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Eka Permata Sari (18631)

Sheima Firdihan A. (18631696)

Nofita Laila (18631)

Intan (18631)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020/2021
1. PENGERTIAN
Menurut Veskariyanti (2008 : 17) dalam bahasa Yunani dikenal kata autis,
“auto” berarti sendiri ditunjukkan pada seseorang ketika menunjukkan gejala hidup
dalam duniaya sendiri atau mempunyai duia sendiri. Mnurut sastra (2011 : 133)
autsime adalah gangguan perkembangan otak pada anak yang berakibat tidak dapat
berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya,
sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu.

Autisme adalah gangguan perkembangan pervasive yang ditandai dengan


adanya abnormalitas atau adanya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun
dan anak mempunyai fungsi abnormal dalam 3 bidang yaitu: interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku yang terbatas dan berulang (Assyari, 2006). Autisme adalah
kumpulan kondisi kelainan perkembangan yang ditadai dengan kesulitan berinteraksi
social, masalah komuikasi verbal dan nonverbal, disertai dengan pengulangan tingkah
laku dan ketertarikan yang dangkal dan obsesif.

2. ETIOLOGI
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan hanya
terbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai autisme
semakin maju dan menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist
yang sangat kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi
faktor genetik dan lingkungan seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan
otak. Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh negatif selama masa perkembangan
otak, antara lain; penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma,
keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan maupun
setelah dilahirkan, gangguan imunologis, gangguan absorpsi protein tertentu akibat
kelainan di usus (Suriviana, 2005).
Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat
disebabkan karena beberapa hal antara lain:
a. Genetis ,abnormalitas genetic dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel-sel
saraf dan sel otak
b. Keracunan logam seperti mercury yang banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau
pada makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu hamil ,misalnya ikan dengan
kandungan logam berat yang tinggi.sehingga para peneliti membuktikan bahwa
didalam tubuh anak atisme terkandung timah hitam dan mercury dalam kadar yang
relative tinggi.
c. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam
pertumbuhan otak tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam
lambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena factor ekonomi.
d. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan tubuhnya
sendiri.imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri penyakit,sedangkan
autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh tubuh penderita itu sendiri yang
justru kebal terhadap zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya.

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama
mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat
perkembanganya yakni yang terdapat pada penderita autism dengan membedakan usia
anak.Tanda dan gejala dapat dilihat sejak bayi dan harus diwaspadai:
 Usia o-6 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
b. Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusik
c. Tidak ditemukan senyum social diatas 10 minggu
d. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
e. Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normal
 Usia 6-12 bulan:
a. Bayi tampak terlalu tenang
b. Terlalu sensitive
c. Sulit di gendong
d. Tidak ditemukan senyum sosial
e. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
 Usia 1-2 tahun:
a. Kaku bila di gendong
b. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba,da...da)
c. Tidak mengeluarkan kata
d. Tidak tertarik pada boneka
e. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan halus
 Usia 2-3 tahun:
a. Tidak bias bicara
b. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya)
c. Hiperaktif
d. Kontak mata kurang
 Usia 3-5 tahun:
a. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
b. Mengeluarkan suara yang aneh(nada tinggi ataupun datar)
c. Marah bila rutinitasyang seharus berubah
d. Menyakiti diri sendiri (membentur kepala)

4. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan implus
listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrite).Sel saraf terdapat
pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).akson di bungkus selaput bernama
myelin terletak di bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat
sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada trimester
ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan akson,dendrite dan
sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
Setelah anak lahir,terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan
berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara genetic
melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor dan proses belajar
anak.
Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan akson,dendrite dan
sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.Bagian otak yang digunakan
dalam belajarmenunjukan pertamabhan akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak
yang tak digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan
sinaps.Kelaina genetis,keracuna logam berat,dan nutrisi yang tidak adekuatdapat
menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga akan menyebabkan
abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
5. PATHWAY
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Neutrologis
 Test neupsikologis
 Test pendengaran
 MRI(Magnetic resonance imaging)
 EEG(elektro encepalogram)
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan urine

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada autism harus secara terpadu, meliputi semua disilin ilmu yang
terkait enaga medis dan non medis. Tujuan terapi pada autis adalah untuk mengurangi
masalah perilaku dan meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya terutama
dalam penguasaan bahasa. Manajemen multidisiplin dibagi menjadi dua yaitu :
 Non Medikasimentosa
a. Terapi edukasi
b. Terapi perilaku
c. Terapi wacana
d. Terapi fisik
e. Sensori integrasi
f. Intervensi keluarga
 Medikamentosa
a. Jika perilaku repetitive menjadi target terapi, neuroleptik dan SSRI dapat
dipakai untuk mengatasi perilaku stereotipik seperti melukai diri sendiri.
b. Jika inatensi menjadi target terapi, Methylphenidate (Ritalin, Concerta)
dapat meningkatkan ateni dan mengurangi destruksibilitas.
c. Jika insomnia menjadi target terapi, Dyphenhidramine (Benadryl) dan
neuroleptik (Tioridazin) dapat mengatasi keluhan ini.

Anda mungkin juga menyukai