Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Disusun Sebagai Tugas Praktik Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Pembimbing : Purbianto, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun Oleh :

Intan Permata Sari


P27901121019

Tingkat/Prodi : 2A/D3 Keperawatan

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
2023
A. KONSEP DASAR ANEMIA

1. Pengertian

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan


kadarhemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal. Jikakadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan
eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia.
wanita yang memiliki kadarhemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit
kurang dari 37%, maka wanita itudikatakan anemia. Anemia adalah
keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di
dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak mencukupi kebutuhan tubuh
(WHO). Menurut Kemenkes, 2019 anemia adalah suatu keadaan tubuh
dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normal atau
sedang mengalami penurunan. Anemia merupakan kondisi dimana sel
darah merah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh.

2. Klasifikasi
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni,
dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar
pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah
berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin
dalam 12 darah kurang dari 7 gr % . Secara morfologis (menurut ukuran
sel darah merah dan hemoglobin yang dikandungnya), anemia dapat
dikelompokkan menjadi :
1) Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar
sebagaimana jumlah hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah.
Anemia makrositik dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang
dikarenakan kekurangan vitamin B12, asam folat, dan gangguan sintesis
DNA, dan anemia non megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis
yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
2) Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah
yang disebabkan oleh defisiensi zat besi, gangguan sintesis globin,
profirin dan heme serta gangguan metabolisme besi lainnya.
3) Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun
terjadi kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma darah
berlebih, penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.

3. Etiologi
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar
hemoglobin dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel
darah merah berjalan dengan lancar apabila kebutuhan zat gizi yang
berguna dalam pembentukan hemoglobin terpenuhi .
Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai faktor
misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria,
mengalami perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang
meningkat, akibat mengidap penyakit kronis, dan kehilangan darah
akibat menstruasi dan infeksi parasite (cacing).
4. Patofisiologi
Patofisiologi anemia defisiensi besi (ADB) disebabkan karena
gangguan homeostasis zat besi dalam tubuh. Homeostasis zat besi dalam
tubuh diatur oleh penyerapan besi yang dipengaruhi asupan besi dan
hilangnya zat besi/iron loss. Kurangnya asupan zat besi/iron intake,
penurunan penyerapan, dan peningkatan hilangnya zat besi dapat
menyebabkan ketidakseimbangan zat besi dalam tubuh sehingga
menimbulkan anemia karena defisiensi besi. Zat besi yang diserap di
bagian proksimal usus halus dan dapat dialirkan dalam darah bersama
hemoglobin, masuk ke dalam enterosit, atau disimpan dalam bentuk
ferritin dan transferin. Terdapat 3 jalur yang berperan dalam penyerapan
besi, yaitu:
1. jalur heme
2. jalur fero (Fe2+)
3. jalur feri (Fe3+)
Zat besi tersedia dalam bentuk ion fero dan dan ion feri. Ion feri
akan memasuki sel melalui jalur integrin-mobili ferrin (IMP), sedangkan
ion fero memasuki sel dengan bantuan transporter metal divalent/divalent
15 metal transporter (DMT), Zat besi yang berhasil masuk ke dalam
enterosit akan berinteraksi dengan paraferitin untuk kemudian diabsropsi
dan digunakan dalam proses eritropioesis. Sebagain lainnya dialirkan ke
dalam plasma darah untuk reutilisasi atau disimpan dalam bentuk ferritin
maupun berikatan dengan transferin. Kompleks besi-transferrin disimpan
di dalam sel diluar sistem pencernaan atau berada di dalam darah.
Transport transferrin dalam tubuh masih belum diketahui dengan pasti.
Kapisitas dan afinitias transferin terhadap zat besi dipengaruhi oleh
homeostasis dan kebutuhan zat besi dalam tubuh. Kelebihan zat besi
lainnya kemudian dikeluarkan melalui keringat ataupun dihancurkan
bersama sel darah. Perdarahan baik makro ataupun mikro adalah
penyebab utama hilangnya zat besi. Sering kali perdarahan yang bersifat
mikro atau okulta tidak disadari dan berlangsung kronis, sehingga
menyebabkan zat besi ikut terbuang dalam darah dan lama-kelamaan
menyebabkan cadangan zat besi dalam tubuh ikut terbuang. Keadan-
keadaan seperti penyakit Celiac, postoperasi gastrointestinal yang
mengganggu mukosa dan vili pada usus, sehingga penyerapan besi
terganggu dan menyebabkan homeostasis zat besi juga terganggu.
Pathway

5. Manifestasi Klinis

WHO menyatakan bahwa hemoglobin diperlukan tubuh untuk


membawa oksigen. Akibatnya, apabila jumlah hemoglobin tidak cukup,
sel darah merah terlalu sedikit ataupun abnormal, maka akan terjadi
penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Hal 16 ini menimbulkan gejala seperti kelelahan, lemah, pusing, dan
sesak napas. Sementara itu, kadar hemoglobin optimal yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis bervariasi pada setiap individu.
Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tempat
tinggal, kebiasaan merokok dan status kehamilan. Menurut Kemenkes
RI, 2019 anemia dapat mengakibatkan gangguan ataupun hambatan
pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak. Kurangnya kadar
hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala Gejala anemia
sering disebut dengan 5L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai), disertai
dengan pusing kepala terasa berputar, mata berkunang-kunang, mudah
mengantuk, serta sulit konsentrasi karena kurangnya kadar oksigen
dalam otak.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes hitung darah lengkap
Tes hitung darah lengkap atau complete blood count (CBC) dilakukan
untuk mengetahui jumlah, ukuran, volume, dan jumlah hemoglobin
pada sel darah merah.
Untuk mendiagnosis anemia, dokter mungkin akan memeriksa kadar
sel darah merah dalam darah Anda (hematokrit) dan hemoglobin.
b. Apusan darah dan diferensial

Hasil tes tersebut dapat memberikan informasi tambahan untuk diagnosis


anemia, seperti bentuk sel darah merah dan adanya sel abnormal, yang
dapat membantu mendiagnosis dan membedakan jenis anemia

c. Hitung retikulosit

Tes ini berguna untuk mengetahui jumlah sel darah merah yang masih
muda alias belum matang dalam darah.

7. Komplikasi
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja
mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas
akibat mudah lelah. Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal
jantung. Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu
anemia juga dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti
melahirkan premature, atau bayi terlahir dengan berat badan rendah serta
resiko kematian akibat perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia
juga rentan mengalami infeksi dan akan terjadi gangguan tumbuh
kembang apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine D, 2020).

8. Penatalaksanaan

Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi,


asam folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah
darah (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan menurut Amalia A, dan
Agustyas, 2016 tatalaksana anemia ada 3 yakni :
1. Pemberian Zat besi oral
2. Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila
respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
3. Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya
resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah
yang diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

b. Identitas pasien, meliputi : Nama, Usia dan Tanggal Lahir : yang sering terkena
anemia yaitu orang dewasa.

c. Jenis Kelamin : yang sering dominan terkena Anemia adalah perempuan.

d. Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, No. RM,


Diagnosa Medis.

e. Penanggung jawab meliputi : Nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,


hubungan dengan pasien.
f. Alasan masuk : Klien mengeluh pusing, lemah, gemetaran, pucat, akral dingin.

g. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang Keletihan, kelemahan, pusing, gemetaran,


kemampuan beraktivitas menurun.

2) Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian riwayat kesehatan dahulu yang mendukung dengan melakukan


serangkaian pertanyan, meliputi :

a) Apakah sebelumnya klien pernah mengalami anemia.

b) Apakah meminum obat tertentu dalam waktu jangka panjang.

c) Apakah pernah mengalami keganasan yang tersebar seperti kanker payudara,


leukemia, dan multiple myeloma.

d) Riwayat kesehatan keluarga Pengkajian riwayat keluarga yang mendukung


dengan melakukan serangkaian pertanyaan, meliputi :

1) Apakah dalam keluarga ada yang mengalami anemia

2) Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit kronis atau menahun (diabetes,
darah tinggi, kanker dll)

3) Apakah dalam keluarga mengkonsumsi obat – obatan dalam waktu panjang.


h. Hasil pengkajian

Kesadaran : compos mentis

GCS : 15 ( E : 4 V: 5 M: 6 )

TTV : Meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan

Pemeriksaan Fisik, meliputi :

a) Kepala Bagaimana kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, rambut


kering, mudah pupus, menitip, sakit kepala, pusing.

b) Mata Sclera tidak iklerik, konjungtiva anemis, pupil isokor

c) Telinga Kesimetrisan telinga, dungsi pendengaran, kebersihan pada telinga

d) Hidung Kesimetrisan, fungsi penciuman, kebersihan, adanya perdarahan pada


hidung atau tidak.

e) Mulut Keadaan mukosa mulut, bibir pucat, stomatitis

f) Leher Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid/tidak, adanya


pembesaran kelenjar getah bening.
g) Thorax Paru–paru : Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dispnea
(kesulitan bernafas), nafas pendek, cepat lelah ketika beraktivitas yang
merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.

P : taktil premitus simestris

P : sonor

A : bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya. Jantung

I : jantung berdebar – debar, Takhikardi dan bising jantung yang menggambarkan


suatu beban pada jantung dan curah jantung mengalami peningkatan.

P : tidak teraba adanya massa

P : pekak

A : bunyi jantung murmur sistolik.

h) Abdomen

I :Kesimetrisan, diare, hematemesis, muntah.

A : suara bising usus

P : terdapat bunyi timpani.

P : terabanya pembesaran hepar/tidak, terdapat nyeri tekan tidak


i) Genetalia Normal/abnormal

j) Integumen Mukosa pucat, kering dan kulit keriput

k) Ekstremitas Kelemahan dalam beraktivitas, terdapat pucat pada membrane


mukosa dan 17 dasar kuku, kuku mudah patah

l) Punggung Kesimetrisan punggung warna kulit dan kebersihan punggung


(Poerwati, 2011).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas (D.0077)
b. Perfusi Perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
(D.0009)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional


Keperawatan
.
1. D.0077 Tujuan Umum: I.05178 1. Observasi
Manajemen energi a. Untuk mengetahui
Intoleransi L.05047
1. Obsevasi gangguan fungsi tubuh
aktivitas b.d
a. identifikasi b. Untuk mengetahui pola
Setelah dilakukan
dengan
gangguan fungsi dan jam
tindakan keperawatan
imobilitas
tubuh yang c. tidur
selama 3x24 jam
mengakibatkan 2. Terapeutik
diharapkan dapat
kelelahan
meningkatkan respon a. Pemberian aktivitas
b. monitor pola dan
fisiologis dengan kriteria distraksi dapat
jam tidur
hasil : membantu
2. Terapeutik
menenangkan klien
- Kemudahan aktivitas a. berikan aktivitas
3. Edukasi
sehari-hari (5) distraksi yang
a. Menganjurkan
menenangkan
melakukan aktivitas
- kekuatan tubuh bagian 3. Edukasi
secara perlahan dapat
atas (5)
a. anjurkan
membantu klien
melakukan
-perasaan lemah (5) melakukan aktivitas
aktivitas secara
secara mandiri
perlahan
4. Kolaborasi
4. Kolaborasi
b. Pemberian asupan
a. Kolaborasi
makanan dapat
dengan ahli gizi
meningkatkan
tentang cara
kesembuhan klien
meningkatkan
asupan makanan

2. D.0009 Tujuan Umum: I.02060 1. Observasi


Pemantauan tanda
Perfusi Perifer L.02011 a. untuk mengetahui tekanan
vital
tidak efektif darah pasien
1. Observasi
Setelah dilakukan
b.d penurunan
a. monitor tekanan
tindakan keperawatan b. untuk mengetahui frekuensi
konsentrasi
darah
selama 3x24 jam pernapasan pasien
hemoglobin
b. monitor
diharapkan dapat
pernapasan c. untuk mengetahui suhu tubuh
meningkatkan respon
(frekuensi, pasien
fisiologis dengan kriteria
kedalaman)
hasil :
d. untuk mengetahui frekuensi
c. monitor suhu
nadi pasien
- Warna kulit pucat (5) tubuh
d. monitor nadi
2. Terapeutik
- Tekanan darah sistolik
(frekuensi,
(5) kekuatan, irama) a. untuk mengetahui hasil tanda-
tanda vital
2. Terapeutik
- Tekanan darah diastolik a. dokumentasikan 3. Edukasi
(5) hasil pemantauan
a. agar pasien atau keluarga
3. Edukasi
pasien dapat mengetahui
a. informasikan hasil
hasil dari tanda-tanda vital
pemantauan, jika
pasien
perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria basil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah membandingkan secara sistematik dan
terencana, tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan
kenyataan yang ada pada pasien. Evaluasi keperawatan ini merupakan tahap akhir
dari rangkaian proses keperawatan yang berguna, apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain,
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal. 2020 Pengertian anemia. Diakses pada tanggal 4 April 2023


http://repository.unissula.ac.id

Fajarina, nurin. 2018. Tes penunjang diangnosis anemia. Diakses pada tanggal 4
April 2023

https://hellosehat.com/kelainan-darah/anemia/diagnosis-anemia/

Jurnal. Patofisiologis anemia. Diakses pada tanggal 4 April 2023

http://eprints.umpo.ac.id

Anda mungkin juga menyukai