Anda di halaman 1dari 4

Peran Perawat dalam Setiap Tahapan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan komponen terpenting dalam praktik keperawatan


(Kozier, 2010). Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) promosi kesehatan adalah upaya
memberdayakan perorangan kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan
melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta
mengembangkan iklim yang mendukung, dilakukan, dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai
dengan faktor budaya setempat. Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa promosi
kesehatan sangat penting untuk dilakukan guna meningkatkan pengetahuan dan kemauan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya.
Promosi kesehatan harus dilakukan oleh para ahli yang kompeten, salah satunya yaitu
perawat. Tujuan utama perawat dalam memberikan promosi kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan klien (Potter&Perry, 2009). Dalam proses pemberian promosi
kesehatan terhadap klien, terdapat beberapa tahap yang mana tahapan tersebut sama seperti
tahapan asuhan keperawatan namun menitikberatkan penyuluhan kesehatan terhadap klien.
Tahapan promosi kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada klien yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dalam seluruh tindakan
promosi kesehatan, perawat menjalin hubungan kolaboratif yang baik dengan klien dan
dokter. Peran perawat adalah bekerja dengan individu, bukan untuk individu- yaitu, bertindak
sebagai fasilitator proses pengkajian, evaluasi, dan pemahaman kesehatan. Perawat juga bisa
bertindak sebagai advokat, konsultan, guru, atau kordinator layanan (Kozier, et al., 2010).
Tahapan promosi kesehatan yang pertama yaitu pengkajian. Pada langkah pertama ini
dimulai perawat dengan menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan
data tentang klien (Potter&Perry, 2005) yaitu mengumpulkan berbagai informasi penting
yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk promosi kesehatan yang akan diberikan
kepada klien. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat memiliki beberapa komponen
pengkajian meliputi, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, pengkajian kebugaran fisik,
pengkajian gaya hidup, pengkajian kesehatan spiritual, pengkajian dukungan sosial,
pengkajian risiko kesehatan, pengkajian kepercayaan kesehatan, pengkajian tekanan hidup
(Kozier, et al.,2010). Setelah mengumpulkan data, perawat dan klien perlu meninjau,
memvalidasi, dan merangkum informasi. Selama proses validasi data, perawat secara herbal
meninjau praktik dan sikap klien saat ini. Hal ini memungkinkan validasi oleh klien dan
dapat meningkatkan kepedulian terhadap kebutuhan untuk mengubah perilaku.
Dalam tahapan pengkajian pada promosi kesehatan, perawat merupakan pendidik
sebagai kolaborator dan organisator. Perawat sebagai pendidik secara bersamaan berperan
sebagai kolaborator dan organisator dalam tahap pengkajian. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, bahwa perawat disini berkolaborasi dengan klien untuk mendapatkan data-data
yang sesuai dan diperlukan oleh perawat, yang nantinya data-data ini akan membantu
perawat dalam membuat diagnosis.
Tahapan selanjutnya adalah diagnosis. Pada tahap ini perawat menentukan diagnosis
yang tepat berdasarkan hasil data pengkajian sebelumnya. Diagnosis keperawatan
memberikan dasar untuk pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung
gugat perawat (Potter&Perry, 2005). Pada proses diagnosis, perawat dapat menggunakan
diagnosis sejahtera NANDA dalam menentukan diagnosis klien. Perawat dalam tahap ini
berperan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang melibatkan klien dan keluarganya
dan untuk memberikan arah asuhan keperawatan yang sesuai dengan klien.
Dalam tahapan diagnosis pada promosi kesehatan, perawat berperan sebagai
Fasilitator perubahan. Ketika perawat dan klien menyimpulkan bahwa klien memiliki fungsi
positif dalam pola area tertentu, seperti nutrisi yang adekuat atau koping yang efektif,
perawat dapat menggunakan informasi tersebut untuk membantu dan memfasilitasi klien
mencapai tingkat perubahan fungsi yang lebih tinggi (Kozier, et al., 2010). Dalam
memfasilitasi perubahan didalam situasi pembelajaran, cara yang efektif untuk dilakukan
adalah melalui penjelasan, analisis, pembagian keterampilan yang kompleks, demonstrasi,
terapik, pengajuan pertanyaan dan pemberian kesimpulan.
Tahapan selanjutnya adalah tahap perencanaan. Peran perawat disini yaitu menyusun
langkah-langkah promosi kesehatan yang akan diterapkan kepada klien, dan tidak lupa untuk
menentukan tujuan, intervensi, dan kriteria hasil yang diharapkan. Pada tahap ini perawat
bertindak sebagai narasumber, bukan sebagai penasihat ataupun konselor. Perawat
memberikan informasi ketika diminta, menekankan pentingnya langkah kecil dalam
perubahan perilaku, dan meninjau tujuan dan rencana klien untuk memastikan bahwa tujuan
dan rencana tersebut realistis, dapat diukur, dan dapat diterima klien (Kozier, et al.,2010).
Dalam tahapan perencanaan pada promosi kesehatan, salah satu peran perawat yaitu
sebagai kontraktor. Perawat disini dapat memfasilitasi pembuatan kontrak informal maupun
formal yang dapat menggambarkan dan mempromosikan objektif pembelajaran (Bastable,
2002). Proses pembuatan kontrak dalam promosi kesehatan juga serupa dengan proses
pembuatan kontrak dalam proses keperawatan dimana perawat memerlukan pembentukan
pernyataan mengenai tujuan bersama yang akan dicapai, merancang rencana tindakan yang
disetujui, membuat evaluasi terhadap rencana dan mencari alternatif. Pembuatan kontrak
merupakan kunci bagi pembuatan keputusan. Dalam sistem hubungan pengajar-peserta didik
harus terbangun hubungan yang penuh kepercayaan dimana peserta didik yakin bahwa
perawat sebagai pendidik mempunyai pengetahuan teoritis yang baik dan dapat diaplikasikan
secara klinis, dan sebaliknya perawat juga harus yakin bahwa klien memiliki keinginan untuk
membuat kesepakatan dan akan menunjukkan perilaku yang mempromosikan kesehatan.
Perawat disini juga berperan sebagai model perilaku dan sikap gaya hidup sehat supaya
dalam pengimplementasiannya, klien mendapatkan gambaran yang baik untuk merubah gaya
hidup ke yang lebih sehat.
Tahapan selanjutnya adalah tahap implementasi. Menurut Potter dan Perry(2005)
implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatn dilakukan dan
diselesaikan. Pada tahap ini, perawat memiliki peran seperti memberi dan memfasilitasi
dukungan, mengadakan sesi konseling baik individu maupun per kelompok, memfasilitasi
dukungan sosial, memberi penyuluhan kesehatan, mendorong perubahan perilaku, serta
memberikan contoh (Kozier, et al.,2010). Pada tahap ini perawat menjalankan berbagai
bentuk intervensi keperawatan yang sebelumnya telah disusun tahap perencanaan sesuai
dengan kebutuhan klien.
Dalam tahap implementasi pada promosi kesehatan, perawat berperan sebagai
organisator dan advokator. Perawat sebagai organisator memiliki peran untuk mengatur
situasi pembelajaran yang meliputi pemanipulasian materi dan ruang, pengaturan tahapan
materi dari yang sederhana sampai yang rumit dan penentuan prioritas pokok bahasan. Materi
pembelajaran harus diatur agar rintangan terhadap pembelajaran dapat diminimalisir. Dan
tidak lupa untuk mengatur dan mengikuti seluruh perkembangan klien dalam melakukan
intervensi yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat juga bertugas
untuk mengadvokasi perubahan di komunitas yang meningkatkan lingkungan yang sehat
(Kozier, et al., 2010).
Tahapan yang terakhir adalah tahap evaluasi. Perawat melakukan pengukuran respons
klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (kozier et
al., 2010). Pada tahap ini perawat secara mandiri melakukan evaluasi dengan mencatat data
pencapaian hasil maupun perilaku yang diharapkan untuk meningkatkan kesehatan atau
mencegah penyakit.
Dalam tahap evaluasi dalam promosi kesehatan ini, peran perawat seperti pada tahap
pengkajian yaitu sebagai kolaborator. Namun perbedaannya, pada tahap ini perawat bersama
dengan klien secara kolaboratif mengevaluasi pencapaian dari promosi kesehatan yang telah
dilaksanakan. Selama evaluasi, klien dapat memutuskan untuk melanjutkan rencana,
menetapkan kembali prioritas, mengubah strategi, atau memperbaiki kontrak promosi
perlindungan kesehatan (Kozier, et al.,2010). Selain itu perawat berperan sebagai evaluator.
Perawat sebagai evaluator harus melaksanakan evaluasi hasil, evaluasi diri, evaluasi pasien,
evaluasi organisasi maupun evaluasi sejawat. Evaluasi hasil merupakan bentuk
pertanggungjawaban perawat terhadap proyek perawatan kesehatan yang diberikan kepada
peserta didik. Proses evaluatif merupakan bagian integral dalam pembelajaran. Indikator
evaluatif pembelajaran meliputi pengaplikasian pengetahuan yang meningkatkan kesehatan
seseorang, keluarga, kelompok maupun komunitas.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa promosi kesehatan merupakan salah
satu komponen terpenting dalam praktik keperawatan. Sehingga sangat dibutuhkan peran
perawat dalam memahami dan mengimplemetasikan promosi kesehatan kepada klien guna
meningkatkan pengetahuan dan kemauan klien untuk memelihara, meningkatkan, dan
melindungi kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai