Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

A. Pembahasan Kasus
1. Pengkajian

Pada laporan ini kelompok melakukan pengkajian di RSUP Wahidin Sudirohusodo di


Ruang perawatan THT. Pengkajian dilakukan pada Tn.Y di kamar 4 bed 1 dengan diagnosa
medis Sindrom nefrotik, Pengkajian dillakukan pada tanggal 18 Oktober 2021 dengan keluhan
utama bengkak seluruh badan, dan keluhan saat ini adalah nyeri pada kedua kaki dan sudah
dialami sejak 2 bulan yang lalu, nyeri pada perut, dan kedua kaki tampak bengkak. Dari
pengkajian didapatkan bahwa klien mengalami gangguan pada kebutuhan rasa nyaman nyeri,
nutrisi, cairan, aktivitas dan latihan, eliminasi, serta keamanan dan proteksi.

2. Diagnosis

Berdasarkan analisis kelompok kami berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian,
maka ada beberapa diagnosa yang bisa ditegakkan dengan prioritas masalahnya seperti berikut
ini:

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia)


b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
c. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan
d. Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen
e. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi
f. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
3. Intervensi

Berdasarkan beberapa diagnosis keperawatan yang telah ditegakkan, maka dibuatlah


perencanaannya yaitu sebagai berikut

a. Untuk diagnosis nyeri akut pada Tn.Y diberikan manajemen nyeri


b. Untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik diberikan dukungan mobilisasi
c. Untuk diagnosis hipervolemia diberikan pemantauan cairan
d. Untuk diagnosis konstipasi diberikan manajemen konstipasi
e. Untuk diagnosis gangguan integritas kulit/jaringan diberikan perawatan luka
f. Untuk diagnosis defisit nutrisi diberikan manajemen nutrisi
4. Implementasi

Implementasi pada Tn.Y diberikan dalam 2x12 jam pada tanggal 18 Oktober 2021
dengan melaksanakan intervensi yang telah disusun dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
Tindakan yang dilakukan dimulai pada pukul 08:00 pagi dan dilanjutkan kembali pada pukul
14:00. Implementasi dilaksaakan selama 1 hari perawatan di Ruang perawatan THT kamar 4
bed 1. Tindakan utama yang diimpelemtasikan oleh kelompok kami adalah kompres air hangat
untuk meredakan nyeri dan mengurangi pembengkakan serta relaksasi napas dalam.

5. Evaluasi
a. Setelah dilakukan tindakan manajemen nyeri, skala nyeri pasien menurun di mana awalnya
skala nyeri pasien 6 NRS (sedang) menjadi 3 NRS (rendah)
b. Setelah dilakukan tindakan dukungan mobilisasi, klien masih belum bisa beraktivitas dan
nyeri ketika bergerak, sehingga intervensi tetap dilanjutkan
c. Setelah dilakukan tindakan pemantauan cairan, klien masih mengeluh bengkak pada kedua
kaki sehingga intervensi tetap dilanjutkan
d. Setelah dilakukan manajemen konstipasi, klien mengatakan nyeri perut berkurang
e. Setelah dilakukan perawatan luka, istri klien bahwa luka klien berdarah sehingga intervensi
tetap dilanjutkan
f. Setelah dilakukan manajemen nutrisi, klien masih mual dan tidak nafsu makan sehingga
intervensi tetap dilanjutkan
B. Integrasi Keislaman

Mengingat bahwa Tn.Y beragama Kristen tapi tak mempengaruhi proses asuhan
keperawatan kita pada pasien. Allah memerintahkan kita untuk tolong menolong, seperti dalam
firmannya dalam surah Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
Terjemahnya: “Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka
menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksaan-Nya”.

Ayat ini memerintahkan kepada umat Islam agar mereka selalu berlaku adil kepada
siapapun dan dimanapun mereka berada, sebab siapapun berhak mendapatkan keadilan, baik
muslim maupun non muslim. Karena itu, ayat ini melarang umat Islam memiliki dendam dan
mengumbar kebencian kepada orang lain. Sifat benci dan dendam akan menghalangi seseorang
untuk berbuat adil. Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah (3/13) ayat ini merupakan
bukti nyata betapa Al-Qur’an menekankan keadilan. Walaupun umat Islam membenci musuh
hingga mencapai puncak kebenciannya lantaran musuh itu menghalang-halangi pelaksanaan
tuntunan agama, tapi musuh itu masih harus diperlakukan secara adil, apalagi musuh yang
dibenci belum sampai ke puncak kebencian dan oleh sebab lain yang lebih ringan. Umat Islam
dituntut agar mereka dapat mengendalikan jiwa sehingga mencapai tingkatan toleransi hati.
Umat Islam memiliki tanggung jawab untuk mengesampingkan kepentingan pribadi dan
melupakan deritanya di masa lalu agar mereka dapat mencapai tingkatan ini. Dengan demikian,
mereka akan selalu berperilaku baik dan adil kepada semua orang. Perilaku inilah yang dapat
menarik dan menjadikan hati manusia cinta kepada Islam.

Perintah berbuat adil kepada siapapun ini kemudian dihubungkan dengan perintah untuk
saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Al-Qurtubi menukil pendapat dari al-
Mawardi dalam kitab Al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an (6/47) bahwa perintah tolong menolong
dalam ayat ini yang dihubungkan dengan taqwa mengandung isyarat bahwa dengan bertaqwa,
seseorang akan mendapatkan ridha/kerelaan Allah, dan dengan tolong menolong dalam
kebaikan, seseorang akan mendapatkan ridha/kerelaan dari manusia. Siapapun yang
mendapatkan kedua ridha ini, maka ia akan memperoleh kebahagiaaan dan kenikmatan yang
sempurna. Dengan demikian, perintah dalam ayat ini merupakan prinsip dasar dalam menjalin
kerjasama dan saling bahu membahu dengan siapa pun, baik muslim maupun non muslim selama
tujuannya adalah kebajikan, ketakwaan dan kemaslahatan bersama.

C. Jurnal Pendukung
Intervensi keperawatan yang diberikan pada Tn.Y meliputi observasi, terapeutik, edukasi,
dan kolaborasi. Untuk diagnosis nyeri akut pada Tn.Y diberikan manajemen nyeri, gangguan
mobilitas fisik diberikan dukungan mobilisasi, hipervolemia diberikan pemantauan cairan,
konstipasi diberikan manajemen konstipasi, gangguan integritas kulit atau jaringan diberikan
perawatan luka, defisit nutrisi diberikan manajemen nutrisi. Salah satu intervensi yang diberikan
kepada Tn.Y dalam mengatasi nyeri yaitu kompres hangat dan relaksasi napas dalam.

Kompres hangat adalah upaya yang mudah dan murah, sehingga diharapkan dapat
mengatasi atau menurunkan keluhan nyeri. Menurut penelitian yang dilakukan Wahyuningsih
tahun 2013, menghasilkan kesimpulan, setelah dilakukan hasil kompres hangat lebih efektif
untuk menurunkan nyeri pada penderita asam urat (Mellynda, 2016). Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh Faiza & Zahroh (2018), menunjukkan bahwa adanya pengaruh kompres hangat
terhadap penurunan nyeri pada penderita penyakit artritis gout. Hal tersebut senada dengan
penelitian Rezky, 2013 dan Rizka, 2014 yang menyatakan kompres hanyat dapat menurunkan
nyeri penderita gout artritis. Kompres hangat meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot,
merangsang nyeri, menyebabkan vasodalatasi dan peningkatan aliran darah. Pem-buluh darah
akan melebar sehingga memperbaiki peredaran darah dalam jaringan tersebut. Manfaat-nya
dapat memfokuskan perhatian pada sesuatu selain nyeri, atau dapat tindakan pengalihan sese-
orang tidak terfokus pada nyeri lagi, dan dapat relak-sasi. Menurut Steven (2014), dengan
pemberian kompres hangat, pembuluh-pembuluh darah akan melebar sehingga memperbaiki
peredaran darah di dalam jaringan tersebut.

Selain kompres hangat, manajemen nyeri yang diimplementasikan pada Tn.Y adalah
relaksasi napas dalam. Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada
klien yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa
jenuh dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri. (Ns.Eni
Kusyati,S,Kep,Dkk hal 198, 2006). Tujuan relaksasi nafas dalam adalah untuk mencapai
ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja bernafas, meningkatkan
inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, menyingkirkan
pola aktifitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan
frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernapas.
Dalam menerapkan intervensi ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
nafas dalam, nafas dalam (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan
nafas secara perlahan. Penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2018), menunjukkan terdapat
pengaruh yang kuat pemberian metode teknik relaksasi nafas dalam dalam mengurangi rasa nyeri
pada pasien gastritis yang dirawat inap di Klinik Mboga, Sukoharjo dengan nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0.397 yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel
bebas( setelah latihan relaksasi nafas dalam) terhadap variabel terikat sebelum latihan relaksasi
nafas dalam adalah sebesar 39.7%. Penelitian Waluyo ini berfokus pada perubahan skala nyeri
sedang, hal ini sesuai dengan tingkat nyeri Tn.Y dengan skala 6 NRS. Relaksasi napas dalam
juga efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien fraktur. Penelitian yang dilakukan oleh Reskita
& Aini (2018) menunjukkan bahwa pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam mengalami penurunan, dimana diperoleh tingkat nyeri sedang menjadi ringan,
tingkat nyeri sedang dengan sikap responden yang meringis, menyeringai dapat menujukkan
lokasi nyeri, dapat medeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah dengan baik, sedangkan
intensitas nyeri ringan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam secara objektif dapat
berkomunikasi dengan baik, aktif, tersenyum, bercanda dan ceria serta pasien terlihat tampak
lebih rileks dari sebelumnya.
BAB V

A. Kesimpulan
1. Pengkajian dillakukan pada tanggal 18 Oktober 2021 dengan keluhan utama bengkak
seluruh badan, dan keluhan saat ini adalah nyeri pada kedua kaki dan sudah dialami sejak
2 bulan yang lalu, nyeri pada perut, dan kedua kaki tampak bengkak. Dari pengkajian
didapatkan bahwa klien mengalami gangguan pada kebutuhan rasa nyaman nyeri, nutrisi,
cairan, aktivitas dan latihan, eliminasi, serta keamanan dan proteksi.
2. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian, diagnosa yang ditegakkan adalah Nyeri
akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia), Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri,
Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan, Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen,
Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi serta Defisit nutrisi b.d
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient.
3. Untuk diagnosis nyeri akut pada Tn.Y diberikan manajemen nyeri, gangguan mobilitas
fisik diberikan dukungan mobilisasi, hipervolemia diberikan pemantauan cairan,
konstipasi diberikan manajemen konstipasi, gangguan integritas kulit atau jaringan
diberikan perawatan luka, defisit nutrisi diberikan manajemen nutrisi. Salah satu
intervensi yang diberikan kepada Tn.Y dalam mengatasi nyeri yaitu kompres hangat dan
relaksasi napas dalam.
4. Implementasi pada Tn.Y diberikan dalam 2x12 jam pada tanggal 18 Oktober 2021
dengan melaksanakan intervensi yang telah disusun dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
Implementasi dilaksaakan selama 1 hari perawatan di Ruang perawatan THT kamar 4
bed 1. Tindakan utama yang diimpelemtasikan oleh kelompok kami adalah kompres air
hangat untuk meredakan nyeri dan mengurangi pembengkakan serta relaksasi napas
dalam.
5. Evaluasi pada Tn.Y belum teratasi karena masalah gangguan kebutuhan klien yang
kompleks dan pasien keburu dipindahkan ke ruang perawatan lain.
Dapus

Waluyo, Sunaryo J. (2018). “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Perubahan
Skala Nyeri Sedang pada Pasien Gastritis di Klinik Mboga Sukoharjo”. 2018, Vol.6 No.1.

Faiza, K. & Zahroh, C. (2018). “Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri pada
Penderita Artritis Gout”. 2018, Vol.5 No.3.

Reskita, R. & Aini L. (2018). “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan
Nyeri pada pasien Fraktur”. 2018, Vol.9 No.2.

Anda mungkin juga menyukai