Anda di halaman 1dari 8

MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Oleh:

KELOMPOK 2

Sri Astuti 70300117004

Nur Ainah Abni Abdullah 70300117007

Fina Ekawati 70300117009

Arianti 70300117011

Sri Windayanti 70300117013

Nofianti Rahman 70300117021

Abdul Malik R. Hi Tasaka 70300117027

Israwati 70300117036

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020/2021
A. Metode Penugasan yang Baik Diterapkan dalam Menjalankan
Praktik Keperawatan Profesional
Menurut kelompok kami, 2 metode atau model penugasan yang baik
diterapkan dalam menjalankan praktik keperawatan professional adalah:
1. Model Kasus
Di mana pada metode kasus setiap perawat ditugaskan untuk melayani
seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti
isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari
filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu.
2. Model Tim
Di mana pada metode tim seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Model tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Metode ini
menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari tenaga professional,
tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
B. Alasan Untung Rugi dari Pemilihan Model yang Dipilih
1. Model Kasus
a. Keuntungan
1) BHSP dapat terjalin dengan baik antar pasien dan perawat
2) Kebutuhan pasien terpenuhi
3) Pasien merasa puas
Terkait dengan pemberian pelayanan keperawatan untuk
meningkatkan kepua-san pasien di rumah sakit, Allah SWT ber-
firman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 90 yang terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia mem-beri
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”
4) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat
5) Perawat fokus pada 1 pasien saja sehingga pelayanan yang
diberikan terhadap pasien dapat lebih optimal
6) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
7) Perawat lebih memahami kasus per kasus
8) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda
b. Kerugian
1) Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan siswa perawat yang
terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara
menyeluruh
2) Membutuhkan banyak tenaga
3) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penaggung jawab klien bertugas
2. Model Tim
a. Keuntungan
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah
di atasi dan memberikan kepuasaan pada anggota tim
4) Saling memberi pengalaman antar sesama tim
5) Pasien dilayani secara komprehensif
6) Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
7) Tercipta kerja sama yang baik
8) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
9) Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif
b. Kerugian
1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya
2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu
atau ketua tim.
4) Akuntabilitas dalam tim kabur
C. Struktur Pengorganisasian Kerja Pelayanan Keperawatan
Berdasarkan 2 Model Penugasan yang Dipilih
1. Model Kasus

2. Model Tim

D. Peran Masing-masing Berdasarkan Struktur Organisasi Kerja yang


Telah Dibuat
1. Model Kasus
a. Peran kepala ruangan:
1) Mampu memberikan umpan balik yang membangun, memberikan
pendelegasian yang efektif
2) Memberikan kesempatan pada staf untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan
3) Mampu mendiskusikan kekurangan staf dan solusi yang dapat di
ambil untuk mempebaiki kekurang tersebut
4) Mampu menilai kinerja staf
5) Menciptakan layanan yang bermutu dan aman sehingga dapat
meningkatkan kinerja staf
6) Menjadi role model dan memberikan dukungan yang positif
terhadap setiap hal yang dilakukan oleh perawat
7) Mempunyai wewenang langsung kepada perawat yang
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
b. Peran staf perawat:
1) Mengendalikan infeksi sebab perawat merupakan praktisi
kesehatan yang berhubungan langsung dengan klien dan bahan
infeksius diruang perawatan
2. Model Tim
a. Peran Kepala Ruangan dalam tahap:
1) Pengkajian:
Mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajamen
2) Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan
a) Menunjuk ketua tim
b) Mengikuti serah terima klien
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Merencanakan logistik ruangan/fasilitas ruangan
g) Melakukan pendokumentasian
3) Implementasi:
Fungsi pengorganisasian:
a) Merumuskan system penugasan
b) Menjelaskan rincian tugas ketua tim
c) Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
d) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang
rawat
e) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan/fasilitas
ruangan
f) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
g) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
Fungsi pengarahan:
a) Memberikan pengarahan kepada ketua tim
b) Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap anggota tim
c) Memberi pujian kepada anggo tatim yang melaksanakan
tugas dengan baik
d) Membimbing bawahan
e) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
f) Melakukan supervise
g) Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kepala diruangan
h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4) Evaluasi
Fungsi pengendalian:
a) Mengevaluasi kinerja ketua tim
b) Memberikan umpan balik pada kinerja ketua tim
c) Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tindak
lanjut
d) Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
e) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Peran Ketua Tim dalam tahap:
1) Pengkajian: mengumpukan data kesehatan klien
2) Perencanaan:
Fungsiperencanaan dan ketenagaan:
a) Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
b) Bersama Karu melaksanakan pembagian tugas
c) Menyusun rencanaasuhankeperawatan
d) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
e) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
f) Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
g) Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
3) Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
b) Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
c) Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
d) Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan
bersama tim kesehatan lain
e) Mengatur waktu istirahat anggota tim
f) Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
g) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
Fungsi pengarahan:
a) Memberikan pengarahan kepada anggota tim
b) Memberikan bimbingan pada anggota tim
c) Memberikan infromasi yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan
d) Mengawasi proses pemberian asuhan keperawatan
e) Melibatkan anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
f) Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
g) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
4) Evaluasi:
Fungsipengendalian:
a) Mengevaluasi asuhan keperawatan
b) Memberikan umpan balik pada pelaksana
c) Memperhatikan aspek legal dan etik
d) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
c. Peran pelaksanaan dalam tahap:
1) Pengkajian: mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk
melaksanakan asuhan keperawatan.
2) Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
a) Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
b) Menerima pembagian tugas dari ketua tim
c) Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan
d) Mengikuti ronde keperawatan
e) Menerima klien baru
3) Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
a) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
b) Menerima pembagian tugas
c) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketuatim
d) Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
e) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
f) Melaksanakan asuhan keperawatan
g) Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang
dilaksanakan
Fungsi pengarahan:
a) Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim
b) Menerima informasi yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan dan melaksanakan askep dengan etik dan legal
c) Memahami pemahaman yang telah dicapai
d) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
4) Evaluasi
Fungsi pengendalian:
a) Menyiapkan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk
proses evaluasi serta ikut mengevaluasi kondisi pasien
E. Faktor-faktor Pendukung atau Penghambat dalam Penerapan
MPKP
1. Beban Kerja
Beban kerja perawat juga menjadi salah satu penghambat dalam
memaksimalkan pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Kurangnya
sumber daya tenaga perawat di rumah sakit dapat mempengaruhi beban
kerja sebagai perawat. Perawat jadi kewalahan untuk mengatasi dan
mengelola dari pasien satu ke pasien yang lain, selain itu pula perubahan
lingkungan keperawatan dapat memengaruhi beban kerja sebagai perawat.
2. Kemampuan (Ability)
Salah satu faktor penghambat dalam memberikan pelayanan
keperawatan ialah kemampuan perawat baik kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor dengan cara melalui pendidikan formal maupun non formal
untuk memahami model tim dan primer dalam mencapai kinerja yang baik.
3. Sistem Reward
Penghargaan merupakan stimulus bagi perawat untuk meningkatkan
kinerjanya. Penghargaan berupa motivasi ini pula harus meliputi segala
kebutuhan ia sehari-hari untuk mendorong kesemangatan ia bekerja lebih
tinggi Pengakuan terhadap perawat berkaitan dengan kebutuhan psikologis
instrinsik untuk lebih diberikan apresiasi, perhatian, umpan balik, ucapan
terimakasih, atas kinerja seseorang karena ia mengupayakan jasa nya
dalam meningkatkan kualitas mutu layanan ditempat ia bekerja. Pada tahap
ini, selain pengakuan dan penghargaan juga meliputi pengembangan
profesional, kepemimpinan yang suportif, kompensasi, tunjangan finansial
dan konten kerja.
4. Kerjasama (Teamwork)
Kerjasama dalam tim saat melakukan pekerjaan merupakan suatu
kegiatan yang sangat berpengaruh. Kerja sama antar tim atau antar profesi
dapat mempengaruhi serta memperbaiki hasil dari keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Kerja sama tim professional merupakan proses
dimana para petugas kesehatan yang professional memikirkan dan
mengembangkan cara melaksanakan pemenuhan kebutuhan pasien dan
individu. Kegiatan ini sudah harus diberlakukan guna meningkatkan asuhan
keperawatan yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai