Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PERAWAT ASSOCIATE
D RUANG MURAI C RSKJ SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU
Kamis, 3 Desember 2015

DISUSUN OLEH :

SEPTI LIANA SARI, S.Kep


NPM. 1526050011

PERCEPTOR AKADEMIK PERCEPTOR KLINIK

(Ns. IDA RAHMAWATI, S.Kep) (Ns. JAJANG SURYANA, S.Kep)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Ketua tim (perawat profesional) adalah perawat yang bertanggung jawab dalam
perencanaan kelancaran dan evaluasi dalam asuhan keperawatan untuk semua pasien yang
dilakukan oleh tim dibawah tanggung jawabnya disamping itu ketua tim juga mempunyai
tugas untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam melakukan implementasi
dan tindakan keperawatan (Kuntoro, 2010). Ketua tim adalah seorang perawat yang
bertanggung jawab mengetahui keadaan dan kebutuhan semua pasien yang termasuk dalam
tim dan merencanakan asuhan individual (Marquis, 2010). Perawat ruangan dibagi menjadi
2-3 tim yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok
kecil yang saling membantu (Nursalam, 2011).

B. Tujuan Pembagian Metode Tim


Adapun pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan memiliki tujuan yang
bervariasi, diantaranya memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan objektif pasien
sehingga dapat meningkatkan tingkat kebutuhan pasien, meningkatkan kerjasama dan
koordinasi antar perawat sehingga transfer ilmu dan pengalaman dapat terlaksana, dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta motivasi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Berbeda dengan metode fungsional metode tim lebih banyak
memberikan tanggung jawab, otoritas, dan tanggung gugat kepada anggota tim, tugas
perawat menjadi lebih lebih kompleks, anggota tim terlibat dalam perencanaan dan evaluasi.
Jika kerja tim berhasil, maka pelaksana (khususnya anggota tim) akan menerima pengalaman
dan wawasan kerja.

C. Keuntungan dan Kerugian Metode Tim


1. Keuntungan metode tim
a. Memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat
b. Perawat dapat mengenal pasien secara individual karena menangani pasien dalam
jumlah yang sedikit, sehingga pelayanan dapat diberikan secara komperhensif dan
melihat pasien secara kolektif
c. Perawat akan bekerja lebih produktif dalam hal kerjasama dan komunikasi dalam
tim. Ini dapat mempermudah anggota tim dalam mengenal satu sama lain jika
dimanfaatkan secara optimal
2. Kerugian metode tim
a. Pengaturan tidak sesuai dapat mengurangi keefektifan dari metode ini
b. Metode tim menuntut banyak terhadap peran perawat non profesional dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
c. Ketua tim perlu diberikan rentang waktu yang lebih panjang dalam menyelesaikan
tugas manegernya seperti mengkaji, mendengarkan, dan mengontrol kerja
kelompok
d. Ketua tim dapat mengalami kebingungan karena tugas yang disampaikan oleh
beberapa anggota apalagi dengan komposisi anggota tim yang sering berubah
(Marquis, 2010)
3. Konsep metode tim
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuit rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
jika didukung oleh kepala ruang.

D. Tugas Perawat Primer (Ketua Tim)


1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif
2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin
lain maupun perawat lain.
5. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi terhadap pelaksanaan asuahan
keperawatan
6. Menerima dan menyesuaikan rencana
7. Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan pasien
8. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, dengan cara kontak dengan lembaga sosial
di masyarakat.
9. Membuat jadwal perjanjian klinik
10. Mengembangkan kemampuan anggota dalam memberikan asuhan keperawatan
11. Mengadakan diskusi dengan pelaksana keperawatan
E. Fungsi Managerial
1. Perencanaan
a. Melaksanakan timbang terima dengan petugas dinas sebelumnya tentang kondisi,
jumlah, serta perawatan lanjutan klien bersama kepala ruangan
b. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien terhadap perawat, pemeriksaan,
diagnosis, dan terapi
c. Memberi masalah keperawatan berdasarkan tanggung jawab masing-masing
d. Memberi penugasan kepada anggota tim/perawat asosiet
e. Menyusun rencana tindakan dan mendiskusikan dengan kepala ruangan tentang
masalah klien berdasarkan hasil observasi dan catatan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan
f. Mengikuti ronde keperawatan yang dilakukan oleh kepala ruangan
g. Menggalang kerjasama antar anggota tim
h. Melakukan penilaian hasil kerja anggota tim sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun
i. Mengikuti visite dokter
j. Menciptakan kerjasama yang baik antar anggota tim
k. Melakukan tindak lanjut dan revisi rencana kerja sesuai dengan kondisi klien
l. Melakukan timbang terima dengan petugas kesehatan

2. Pengorganisasian
a. Tujuan
1) Memberikan gambaran tentang peran dan fungsi perawat
2) Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan berkelanjutan,
berkesinambungan demi menjamin kerjasama yang baik antar anggota tim
b. Metode
Berdasarkan jumlah anggota yang ada dan tingkat ketergantungan klien, maka
ditetapkan untuk menggunakan metode tim karena :
1) Metode tim dapat digunakan pada sekelompok perawat dengan pengetahuan
dan pengalaman yang beragam
2) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan yang optimal
3) Memberikan kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
4) Memberikan tanggung jawab dan motivasi yang tinggi, sehingga kualitas
asuhan keperawatan dapat ditingkatkan

Tugas perawat primer :


1) Bersama kepala ruangan melakukan serah terima pergantian dinas/tugas
2) Melakukan pembagian tugas pada Perawat Asosiet (PA)
3) Menyiapkan keperluan untuk askep dan pendokumentasian
4) Mengikuti visit dokter
5) Membuat laporan klien
6) Mengevaluasi asuhan keperawatan dan pendokumentasian

3. Pengarahan
a. Pembagian tanggung jawab Perawat Asosiet (PA) diarahkan sesuai dengan tingkat
ketergantungan klien dan jumlah perawat
b. Pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
institusi
c. Perawat Asosiet diharapkan mengikuti arahan Perawat Primer
d. Anggota tim diharapkan menggalang kerjasama yang baik antar sesama anggota
tim kesehatan lainnya
e. Memberi motivasi pada anggota tim
f. Memberi pengalaman pada perawat asosiet tentang asuhan keperawatan dan
pendokumentasian yang masih memerlukan tambahan
g. Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir

4. Pengawasan
Komponen evaluasi
a. Pelaksanaan kinerja Perawat Asosiet (PA) sesuai dengan standar operasional
prosedur
b. Pencapaian hasil asuhan keperawatan sesuai dengan kriteria evaluasi
c. Pelaporan hasil evaluasi, rekomendasi untuk perubahan/revisi
d. Melakukan revisi terhadap perencanaan bila diperlukan

Evaluasi dilakukan setiap saat selama jam dinas :


a. Komunikasi langsung
Dengan menggunakan pertanyaan tentang anggota tim dan mengawasi secara
langsung proses pemberian asuhan keperawatan
b. Revisi supervisi
Pengawasan terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh Perawat
Asosiet dan pendokumentasian asuhan keperawatan

5. Pendelegasian
a. Primary Nurse (PN)/perawat primer
1. Jika PN berhalangan hadir, maka pendelegasian diberikan kepada salah satu
anggota tim
2. Selama jadwal istirahat maka wewenang PN didelegasikan kepada salah satu
anggota tim

6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kembali hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Strategi evaluasi yaitu :
a. Komunikasi langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada anggota tim
b. Supervisi dan pengawasan asuhan keperawatan yang telah dilakukan

F. Struktur Organisasi
Tugas diuraikan berdasarkan tingkat ketergantungan dan jumlah perawat yang
tersedia, tingkat ketergantungan pasien meliputi :
1. Minimal care
Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
a. Mampu naik- turun tempat tidur
b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu makan dan minum sendiri
d. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
e. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
f. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
g. Status psikologis stabil
h. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik

2. Partial care
Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
a. Membutuhkan batuan 1 orang untuk naik- turun tempat tidur
b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
c. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d. Membutuhkan bantuan untuk makan/ disuap
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/ kamar mandi)
h. Observasi tanda- tanda vital setiap 4 jam

3. Total care
Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang
lebih lama.
a. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong
atau kursi roda
b. Membutuhkan latihan pasif
c. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
d. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
e. Dimandikan perawat
f. Dalam keadaan inkontinensia
g. Pasien tidak sadar
h. Keadaan pasien tidak stabil
i. Observasi TTV setip kurang dari jam
j. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi
DAFTAR PUSTAKA

Kuntoro, A. 2010. Buku Ajar Managemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika


Marques B & huston. 2010. Kepemimpinan dan Managemen Keperawatan Teori dan
Aplikasi Edisi 4. Jakarta : EGC
Nursalam. 2011. Managemen Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai