Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DAN LAPORAN KASUS PERAN


SEBAGAI KETUA TIM

(Pembimbing : Sr. Anita Sampe, SJMJ., Ns., MAN)

OLEH:

TRI ANGELIA
NIM: NS2014901143

PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STELLA MARIS MAKASSAR
2020

1
METODE TIM

A. PENGERTIAN

Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.

B. TUJUAN METODE TIM

1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif


2. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE TIM

1. Kelebihan

a. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif


b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan
c. konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar
d. Memberikepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal
e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
secara afektif
f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi diantara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara
keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan keperawatan yanvg diberikan
g. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggunga
jawabkan
h. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
2. Kelemahan

a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi


anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai
perawat pemimpin maupun perawat klinik

2
b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada sitiuasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu
d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu
e. Tidak efisien bila dibandingkan dengn model fungsional karena membutuhkan
tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
f. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggungjawabnya

D. Tanggung Jawab dalam Metode Tim

1. Tanggung Jawab Kepala Ruangan

a. Menetapkan standar kerja yang diharapkan sesuai denganstandar asuhan


keperawatan
b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien
c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan
d. Menjadi narasumber bagi ketua tim
e. Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode atau model
tim dalam pemberian asuhan keperawatan
f. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada diruangannya
g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada diruangannya
h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya
i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian
menindak lanjutinya
j. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemempuan melalui riset keperawatan
k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf

2. Tanggung Jawab Ketua Tim

a. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan denagn kepala ruangan

3
b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan
c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota tim
d. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik
e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens
f. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan
serta mendokumentasikannya
g. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan
h. Menyelenggarakan konferensi
i. Melakukan kolaborasi denagn tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan
j. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya
k. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan
3. Tanggung Jawab Anggota Tim

a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan


b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien
c. Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan asuhan
keperawatan
d. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim
e. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim
f. Memberikan laporan

Sistem pemberian asuhan keperawatan


4
Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / Klien Pasien / Klien Pasien / Klien

E. Konsep Metode Tim

1. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim, metode tim akan berhasil baik,
apabila didukung oleh kepala ruangan. Untuk itu, kepala ruangan diharapkan telah:
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c. Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangankepemimpinan
d. Mengorentasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperaawatan
e. Menjadi narasumber bagi ketua tim
f. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
g. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.

2. Ketua Tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai


teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim
sangat tergantung pada filosofi ketua tim, yakni apakah berorientasi pada tugas
atau pada klien. Tanggung jawab ketua tim adalah:
a. Mengkaji setiap klien dan menetapkan rencana asuhan keperawatan.
b. Mengoordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan medis
c. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
d. Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya.

5
3. Komunikasi yang efektifpenting agar kontinuitas rencana asuhan keperawatan
terjamin. Komunikasi yang terbukka dapat dilakukan melalui berbagai cara,
terutama melalui rencana asuhan keperawatan tertulis yang merupakan pedoman
pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
4. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu
anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan kemampuan
mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Kusmono, A. (2010).Buku ajar manajemen keperawatan.Yogyakarta: NuhaMedika

Erfandi, et.al (2010). Model dan Bentuk Praktik Keperawatan Profesional Metode Tim

Sari madoni (2015). Hubungan penerapan metode tim dengan rencana asuhan asuhan
keperawatan pasien di ruang inap. Universitas riau.

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN SEBAGAI


KETUA TIM 24 NOVEMBER

Hari/Tanggal/Dinas : Selasa, 24 November 2020/Dinas Pagi.


6
Ruangan : Santo Yoseph VI.

Nama Kepala Ruangan : Resti Sumarni

Ketua Tim 2 : Tri angelia

Anggota Tim 2 : Reiske veli

Veronika romon

Rano jakob

Purwanty setyaningsih

Waktu Kegiatan

07.10 Menilai tingkat ketergantungan pasien diruang perawatan Santo Yoseph IV.

Jumlah pasien partial care 4 orang.

07.15 Melakukan timbang terima pasien bersama kepala ruangan dan perawat shift
pagi.

07.30 Mengikuti pre-confrence bersama kepala ruangan dan perawat shift pagi

07.45 Melakukan pembagian tugas kepada anggota tim sebagai perawat pelaksana
tim 2
Nomor Kamar Pasien, Identitas Pasien, Diagnosa Medis Pasien, Penanggung
Jawab Pasien.

Bed 1 : TN.L 57 tahun, Diagnosa PP Reiske veli


Stroke hemoragik, dr. Anwar
Bed 2 : Tn. A, 33 tahun, diagnose Cedera PP veronika romon
kepala, Dr. Budi
Pp Rano jakob
Bed 3 NY.A 25 Tahun, diagonosa
Luka bakar , DPJP : Dr kelvin

Ny. S 45 Th dengan diagnosa Pp purwanty


Bed 4 setyaningsih
Ketoasidosis Metabolik, drPJ dr.Ana

7
08.00 Mengarahkan dan membimbing anggota tim tentang tugas yang akan dilakukan :
Menyusun rencana keperawatan:

Bed 1 pp reiske veli

(Situation)
TN.L 57 tahun, Diagnosa Stroke hemoragik, dokterPJ dr. Anwar

(Backround)
Keluhan utama: pasien mengatakan mengalami kelemahan pada sisi
tubuh sebelah kiri 3 jm sebelum masuk RS disertai sakit kepala,
mual, muntah.

Riwayat penyakit: riwayat stroke 5 tahun lalu dan riwayat HT.

Teraphy yang diberikan : , infus Rl 20tpm O2 nasal kanul 3lpm, injeksi


laxix 2 amp/iv, ranitidin 1 amp/iv dan terpasang kateter

Intervensi keperawatan

1. Risiko Penurunan Curah jantung d/d Perubahan Irama


Jantung (D.0011)

SLKI

 Dispnea menurun
 Tekanan darah membaik
(L.02008)

SIKI:

 Monitor frekuensi dan durasi aritmia


 Monitor saturasi oksigen (SpO2 : 97%)
Teraupetik
 Pasang monitor jantung
 Rekam EKG 12 sadapan (Hasil EKG : Left Ventrikel Hipertropy)
 Berikan oksigen
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat (Amlodipine 5 mg 1x1 per sonde)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekauan sendi


(D.0054)

8
SLKI:

● Pergerakan ekstremitas meningkat


● Kekuatan otot meningkat
● Rentang gerak (ROM) meningkat
(L.05042)

SIKI:

Observasi :
- Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak sendi.
Teraputik :
- Berikan posisi tubuh yang optimal untuk gerakan sendi pasif
- Fasilitasi gerak sendi teratur dalam batas-batas rasa sakit, ketahanan,
dan mobilitas sendi.
Edukasi :
- Jelaskan pada keluarga tujuan dan rencanakan latihan bersama
Ajarkan melakukan latihan rentang gerak pasif secara sistematis

Kolaborasi :
Kolaborasi dengan fisioterapi dalam mengembangkan dan
melaksanakan program latihan

3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang mampu mengingat


(D.0111)

SLKI:

 Perilaku mengikuti program perawatan/pengobatan membaik


 Perilaku menjalankan anjuran membaik
(L.12110)

SIKI:

Edukasi Program Pengobatan (I.12441)


Terapeutik
● Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan dengan baik
dan benar
● Libatkan keluarga untuk memberikan dungkungan pada pasien
selama pengobatan
Edukasi
● Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
● Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
● Anjurkan memonitor perkembangan keefektifan pengobatan
Ajarkan kemampuan melakukan pengobatan mandiri (self – mediation)

(Assesment)
Kesadaran : Compos mentis GCS
9
: M6 V5 E4
TTV :
- TD : 200/1120mmHg
- P : 24 x/m
- N : 110 x/m
- S : 36,5°C
KU Tampak lemah, Terpasang Infus RL 500 cc = 20 Tpm

(Recomentdation)
Intruksi Dr. : Melakukan ctscan
Rencana keperawatan yang sudah dilakukan :
- Terpasang infus RL 20 tts/mnt
- O2 nasal kanul 3lpm,
- injeksi laxix 2 amp/iv,
- ranitidin 1 amp/iv
- pemasangan kateter
- memberikan monitol 200cc
- injeksi citicolin, asam trenaksamat, santagesik
- memberikan posisi semifowler
Untuk selalu melaporkan kondisi terbaru klien

Bed 2 pp veronica romon

(Situation)
TN.L 33 tahun , Diagnosa cedera kepala, dokter PJ dr. Budi

(Backround)
Keluhan utama: dengan keluhan penurunan kesadaran. Keluarga pasien
mengatakan pasien mengalami kecelakan lalu lintas pada saat pulang
10
kerja, tampak pasien pendarahan dari hidung, tampak ada luka dibagian
kepala

Riwayat penyakit: -

Teraphy yang diberikan : trasfusi 2 colf 600cc(infus),manitol 6x100 cc


(infus), Ranitidine 2x250 mg (injeksi), kutoin 3x100 mg, kalnex
3x500mg,ceftriaxone 2x1 gr, miloz 5mg/24 jam.

Intervensi keperawatan

1. Gangguan ventilasi spontan b.d kelitihan otot paru. (D.0004)

SLKI

(L.02015)

 Tingkat kesadaran meningkat


 SPO2 97-100 %
 Pola nafas teratur
 TTV dalam rentang normal
SIKI:

(L.02015)

Dukungan Ventilasi (I.01002)


 Observasi :
 identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
 identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasaan
 monitor status respirasi
 Teraoeutik :
 pertahankan kepatenan jalan nafas
 berikan posisi semi fowler
 berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
 Edukasi :
 ajarkan melakukan teknik relaksisi nafs dalam
 ajarkan mengubah posisi secara mandiri

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekauan sendi


(D.0054)

SLKI: (L.11103)

 gigi tidak kotor


 mulut tidak bau
 badan bersih
 tidak tampak kotor

11
SIKI:

Dukungan perawatan diri (I. 11348)

Observasi :

 identifikasi kebisaan aktivitas perawatan diri sesuai usia

 identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri ,berpakaian,dan


makan

Terapeutik :

 siapkan keperluan pribadi

 dampingi dalam melakukan perwatan diri sampai mandiri

 fasilitasi untuk menerima keadaan tergantukan

Edukasi :

 anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai


kemampuan
3. Intoleran aktivitas b.d imobilitas

SLKI:

SIKI:

Manajemen Energi (I.05178)


Observasi :
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mngakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor lokasi dan ketidaknayaman selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
 Sediakan lingkungn nyaman dan rendah stimulus
(mis,cahaya,suara,kunjungan )
 Berikan aktivitas distraksi yang menenagkan
 Fasilitas duduk disisi tempat tidur,jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
(Assesment)
Kesadaran : apatis
GCS : M6 V4 E3

12
TTV :
- TD : 90/60mmHg
- P : 16x/m
- N : 88 x/m
- S : 36,5°C
KU Tampak lemah, Terpasang Infus RL 500 cc = 20 Tpm

(Recomentdation)
Intruksi Dr. : Melakukan ctscan
Rencana keperawatan yang sudah dilakukan :
- Terpasang infus RL 20 tts/mnt
- trasfusi 2 colf 600cc(infus)
- manitol 6x100 cc (infus)
- Ranitidine 2x250 mg (injeksi)
- kutoin 3x100 mg
- kalnex 3x500mg
- ceftriaxone 2x1 gr
- miloz 5mg/24 jam

Untuk selalu melaporkan kondisi terbaru klien

Bed 3 Rano jakob

(Situation)
Ny.A usia 25 tahun, Diagnosa luka bakar , dokterPJ dr. kelvin

(Backround)
Keluhan utama: . keluhan utama luka bakar. Hasil pengkajian diperoleh
data, keluarga mengatakan pasien sedang membakar kulit jambu mente di
belakang rumahnya, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang membuat
pasien kaget dan jatuh ke dalam api sehingga menyebabkan sejumlah luka
di sekujur tubuhnya (tangan kiri (9%) ½ kaki kiri (9 %) dan daerah

13
belakang (18%))

Riwayat penyakit: -

Teraphy yang diberikan : Pasien mendapatkan terapi: infus RL 500 cc


(3600 untuk 8 jam pertama & 3600 untuk 16 jam berikutnya), Cefladizim
1g/12 jam, injeksi ketorolac/8 jam iv, dan memakai kateter urin

Intervensi keperawatan

1. Hipovolemi b/d kehilangan cairan aktif (D.0023)

SLKI

 Kerusakan jaringan menurun

 Kerusakan lapisan kulit menurun

 Hidrasi meningkat

 Perfusi jaringan meningkat

 Elastisitas meningkat

 Perdarahan menurun

(L.14125)

SIKI:

Manajemen hipovolemia (I.03116)

Observasi

 Monitor intake dan output cairan

Teraupetik

 Hitung kebutuhan cairan (8 jam pertama dan 16 jam berikutnya)

 Berikan asupan oral, jika memungkinkan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (RL 3600cc untuk 8 jam


pertama dan 3600cc untuk 16 jam berikutnya), berdasarkan rumus
Baxter, Cefladizime 1g/12 jam.

2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan suhu

14
lingkungan yang ekstrim (api) (D.0129).

SLKI:

 Kerusakan jaringan menurun

 Kerusakan lapisan kulit menurun

 Tekstur membaik

 Elastisitas meningkat

 Nyeri menurun (skala 3)

(L.14125)

SIKI:

Perawatan Integritas Kulit (I.11353)


Observasi
 Identifikasi gangguan integritas kulit (mis: suhu lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas)
Teraupetik
 Ubah posisi tiap 2 jam

Perawatan Luka Bakar (I.14565)


Observasi
 Monitor kondisi luka
Teraupetik
 Gunakan tehnik aseptic selama merawat luka
 Lepaskan balutan lama dengan menghindari nyeri dan perdarahan
 Rendam dengan air steril jika balutan lengket pada luka
 Bersihkan luka dengan cairan steril (mis NaCl 0,9 %, cairan antiseptic)
 Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
 Jadwalkan frekuensi perawatan luka
 Gunakan modern dressing sesuai dengan kondisi luka.
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement
 Kolaborasi pemberian antibiotic (Cefladizime 1g/12 jam) dan
Ketorolac/ 8 jam iv.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (D.0109).

15
SLKI:

 Kemampuan mandi meningkat

 Kemampuan mengenakan pakaian meningkat

 Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat

(L.11103)

SIKI:

Dukungan Perawatan Diri (I.11348)

Observasi

 Monitor tingkat kemandirian

Teraupetik

 Jadwalkan rutinitas perawatan diri

 Siapkan keperluan pribadi (mis sabun mandi, sikat gigi).

Edukasi

 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai


kemampuan

Dukungan Perawatan Diri: BAB/BAK (I.11349).

Observasi

 Identifikasi kebiasaan BAB/BAK

Terapeutik

 Latih BAB/BAK sesuai jadwal, jika perlu

 Sediakan alat bantu (kateter, urinal)

Edukasi

 Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu

Dukungan Perawatan Diri: Berpakaian (I.11350)

16
Terapeutik

 Fasilitasi mengenakan pakaian, jika perlu

Dukungan Perawatan Diri: Mandi (I.11352)

Observasi

 Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan

 Monitor kebersihan tubuh (rambut, mulut, kulit, kuku)

 Monitor intergritas kulit

Teapeutik

 Sediakan peralatan mandi (mis: sabun, shampoo, sikat gigi)

 Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan

 Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian

Edukasi

Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien

(Assesment)
Kesadaran : Compos mentis
GCS : M6 V5 E4
TTV :
- TD : 100/60mmHg
- P : 20 x/m
- N : 84 x/m
- S : 36,5°C
KU Tampak lemah, Terpasang Infus RL 500 cc = 20 Tpm

(Recomentdation)
Intruksi Dr. : Melakukan pemeriksaan lab
Rencana keperawatan yang sudah dilakukan :
- Terpasang infus RL 20 tts/mnt
- infus RL 500 cc (3600 untuk 8 jam pertama & 3600 untuk 16 jam
berikutnya),

17
- Cefladizim 1g/12 jam
- injeksi ketorolac/8 jam iv
- pemaikaian kateter urin.

Catatan: Untuk selalu melaporkan kondisi terbaru klien dan Pantau terus
status cairan

Bed 4 pp Purwanty setyaningsih


(Situation)
Ny. S 45 Th dengan diagnosa Ketoasidosis Metabolik

(Backround)
Keluhan Utama: mual, muntah, nafas cepat, lemas, pusing dan
penglihatan kabur
Riwayat penyakit: Pasien merasakan lemas sejak 2 bln yll,sering merasa
lapar, haus, dan ingin BAK terus. Pasien jg mengalami penurunan BB
yang sangat drastis 1 bln seblm masuk RS. Pasien juga pernah diberikan
terapi insulin 1 bln yll.
Terapi DPJP: IVFD NaCL 0,9% 25 gtt makro/ mnt, Insulin dosis awal dosis
10 UI dalam NaCL 100 cc kec 7 cc/ jam, Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam, Inj.
Ceftriaxon 1 gr/12 jam
1. Ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan gangguan
toleransi glukosa
SLKI: Kestabilan Kadar Glukosa Darah
SIKI:
- Monitor kadar glukosa darah
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia(mis.poliuria,kelemahan,pandangan kabur dan sakit
kepala)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, TD
ortostatik, dan frekuensi nadi
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
- Kolaborasi pemberian insulin
- Kolaborasi pemberian cairan IV

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penururnan energi


SLKI: Pola nafas

18
SIKI:
- Monitor frekuensi, irama,kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas ( hiperventilasi, kussmaul)
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen

3. Resiko ketidak kesimbangan elektrolit dengan faktor resiko


muntah
SLKI: Keseimbangan Elektrolit
SIKI:
- Monitor kadar elektrolit serum
- Monitor kehilangan cairan
- Monitor mual, muntah

(Assesment)
Kesadran: Somnolen
GCS: 10
M:3
V:5
E:2
TTV: Sb: 36,5◦c, Nadi: 64x/mnt, RR: 30x/mnt, BB: 68 kg, TD: 120/90
mmHg
KU tampak lemah, terpasang IVFD NaCL 0,9% 25 gtt
Hasil Lab: GDS: 408 gr/dl, Glukosa: 250 gr/dl, Keton: 300 gr/dl

(Recomentdation)
Instruksi dokter pantau GDS tiap 4 jam
Rencana keperawatan yang sudah dilakukan:
- Terpasang IVFD NaCL 0,9% 25 gtt
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- Inj. Ceftriaxon 1 grm/ 12 jam
- Insulin dosis awal dosis 10 UI dalam NaCL 100 cc kec 7 cc/ jam

19
20

Anda mungkin juga menyukai