OLEH:
TRI ANGELIA
NIM: NS2014901143
1
METODE TIM
A. PENGERTIAN
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
1. Kelebihan
2
b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada sitiuasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu
d. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu
e. Tidak efisien bila dibandingkan dengn model fungsional karena membutuhkan
tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
f. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggungjawabnya
3
b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan
c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota tim
d. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik
e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens
f. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan
serta mendokumentasikannya
g. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan
h. Menyelenggarakan konferensi
i. Melakukan kolaborasi denagn tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan
j. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya
k. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan
3. Tanggung Jawab Anggota Tim
1. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim, metode tim akan berhasil baik,
apabila didukung oleh kepala ruangan. Untuk itu, kepala ruangan diharapkan telah:
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
c. Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangankepemimpinan
d. Mengorentasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperaawatan
e. Menjadi narasumber bagi ketua tim
f. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
g. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
5
3. Komunikasi yang efektifpenting agar kontinuitas rencana asuhan keperawatan
terjamin. Komunikasi yang terbukka dapat dilakukan melalui berbagai cara,
terutama melalui rencana asuhan keperawatan tertulis yang merupakan pedoman
pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
4. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu
anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas sesuai dengan kemampuan
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Erfandi, et.al (2010). Model dan Bentuk Praktik Keperawatan Profesional Metode Tim
Sari madoni (2015). Hubungan penerapan metode tim dengan rencana asuhan asuhan
keperawatan pasien di ruang inap. Universitas riau.
Veronika romon
Rano jakob
Purwanty setyaningsih
Waktu Kegiatan
07.10 Menilai tingkat ketergantungan pasien diruang perawatan Santo Yoseph IV.
07.15 Melakukan timbang terima pasien bersama kepala ruangan dan perawat shift
pagi.
07.30 Mengikuti pre-confrence bersama kepala ruangan dan perawat shift pagi
07.45 Melakukan pembagian tugas kepada anggota tim sebagai perawat pelaksana
tim 2
Nomor Kamar Pasien, Identitas Pasien, Diagnosa Medis Pasien, Penanggung
Jawab Pasien.
7
08.00 Mengarahkan dan membimbing anggota tim tentang tugas yang akan dilakukan :
Menyusun rencana keperawatan:
(Situation)
TN.L 57 tahun, Diagnosa Stroke hemoragik, dokterPJ dr. Anwar
(Backround)
Keluhan utama: pasien mengatakan mengalami kelemahan pada sisi
tubuh sebelah kiri 3 jm sebelum masuk RS disertai sakit kepala,
mual, muntah.
Intervensi keperawatan
SLKI
Dispnea menurun
Tekanan darah membaik
(L.02008)
SIKI:
8
SLKI:
SIKI:
Observasi :
- Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak sendi.
Teraputik :
- Berikan posisi tubuh yang optimal untuk gerakan sendi pasif
- Fasilitasi gerak sendi teratur dalam batas-batas rasa sakit, ketahanan,
dan mobilitas sendi.
Edukasi :
- Jelaskan pada keluarga tujuan dan rencanakan latihan bersama
Ajarkan melakukan latihan rentang gerak pasif secara sistematis
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan fisioterapi dalam mengembangkan dan
melaksanakan program latihan
SLKI:
SIKI:
(Assesment)
Kesadaran : Compos mentis GCS
9
: M6 V5 E4
TTV :
- TD : 200/1120mmHg
- P : 24 x/m
- N : 110 x/m
- S : 36,5°C
KU Tampak lemah, Terpasang Infus RL 500 cc = 20 Tpm
(Recomentdation)
Intruksi Dr. : Melakukan ctscan
Rencana keperawatan yang sudah dilakukan :
- Terpasang infus RL 20 tts/mnt
- O2 nasal kanul 3lpm,
- injeksi laxix 2 amp/iv,
- ranitidin 1 amp/iv
- pemasangan kateter
- memberikan monitol 200cc
- injeksi citicolin, asam trenaksamat, santagesik
- memberikan posisi semifowler
Untuk selalu melaporkan kondisi terbaru klien
(Situation)
TN.L 33 tahun , Diagnosa cedera kepala, dokter PJ dr. Budi
(Backround)
Keluhan utama: dengan keluhan penurunan kesadaran. Keluarga pasien
mengatakan pasien mengalami kecelakan lalu lintas pada saat pulang
10
kerja, tampak pasien pendarahan dari hidung, tampak ada luka dibagian
kepala
Riwayat penyakit: -
Intervensi keperawatan
SLKI
(L.02015)
(L.02015)
SLKI: (L.11103)
11
SIKI:
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
SLKI:
SIKI:
12
TTV :
- TD : 90/60mmHg
- P : 16x/m
- N : 88 x/m
- S : 36,5°C
KU Tampak lemah, Terpasang Infus RL 500 cc = 20 Tpm
(Recomentdation)
Intruksi Dr. : Melakukan ctscan
Rencana keperawatan yang sudah dilakukan :
- Terpasang infus RL 20 tts/mnt
- trasfusi 2 colf 600cc(infus)
- manitol 6x100 cc (infus)
- Ranitidine 2x250 mg (injeksi)
- kutoin 3x100 mg
- kalnex 3x500mg
- ceftriaxone 2x1 gr
- miloz 5mg/24 jam
(Situation)
Ny.A usia 25 tahun, Diagnosa luka bakar , dokterPJ dr. kelvin
(Backround)
Keluhan utama: . keluhan utama luka bakar. Hasil pengkajian diperoleh
data, keluarga mengatakan pasien sedang membakar kulit jambu mente di
belakang rumahnya, tiba-tiba terdengar bunyi ledakan yang membuat
pasien kaget dan jatuh ke dalam api sehingga menyebabkan sejumlah luka
di sekujur tubuhnya (tangan kiri (9%) ½ kaki kiri (9 %) dan daerah
13
belakang (18%))
Riwayat penyakit: -
Intervensi keperawatan
SLKI
Hidrasi meningkat
Elastisitas meningkat
Perdarahan menurun
(L.14125)
SIKI:
Observasi
Teraupetik
Kolaborasi
14
lingkungan yang ekstrim (api) (D.0129).
SLKI:
Tekstur membaik
Elastisitas meningkat
(L.14125)
SIKI:
15
SLKI:
(L.11103)
SIKI:
Observasi
Teraupetik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
16
Terapeutik
Observasi
Teapeutik
Edukasi
(Assesment)
Kesadaran : Compos mentis
GCS : M6 V5 E4
TTV :
- TD : 100/60mmHg
- P : 20 x/m
- N : 84 x/m
- S : 36,5°C
KU Tampak lemah, Terpasang Infus RL 500 cc = 20 Tpm
(Recomentdation)
Intruksi Dr. : Melakukan pemeriksaan lab
Rencana keperawatan yang sudah dilakukan :
- Terpasang infus RL 20 tts/mnt
- infus RL 500 cc (3600 untuk 8 jam pertama & 3600 untuk 16 jam
berikutnya),
17
- Cefladizim 1g/12 jam
- injeksi ketorolac/8 jam iv
- pemaikaian kateter urin.
Catatan: Untuk selalu melaporkan kondisi terbaru klien dan Pantau terus
status cairan
(Backround)
Keluhan Utama: mual, muntah, nafas cepat, lemas, pusing dan
penglihatan kabur
Riwayat penyakit: Pasien merasakan lemas sejak 2 bln yll,sering merasa
lapar, haus, dan ingin BAK terus. Pasien jg mengalami penurunan BB
yang sangat drastis 1 bln seblm masuk RS. Pasien juga pernah diberikan
terapi insulin 1 bln yll.
Terapi DPJP: IVFD NaCL 0,9% 25 gtt makro/ mnt, Insulin dosis awal dosis
10 UI dalam NaCL 100 cc kec 7 cc/ jam, Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam, Inj.
Ceftriaxon 1 gr/12 jam
1. Ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan gangguan
toleransi glukosa
SLKI: Kestabilan Kadar Glukosa Darah
SIKI:
- Monitor kadar glukosa darah
- Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia(mis.poliuria,kelemahan,pandangan kabur dan sakit
kepala)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, TD
ortostatik, dan frekuensi nadi
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
- Kolaborasi pemberian insulin
- Kolaborasi pemberian cairan IV
18
SIKI:
- Monitor frekuensi, irama,kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas ( hiperventilasi, kussmaul)
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
(Assesment)
Kesadran: Somnolen
GCS: 10
M:3
V:5
E:2
TTV: Sb: 36,5◦c, Nadi: 64x/mnt, RR: 30x/mnt, BB: 68 kg, TD: 120/90
mmHg
KU tampak lemah, terpasang IVFD NaCL 0,9% 25 gtt
Hasil Lab: GDS: 408 gr/dl, Glukosa: 250 gr/dl, Keton: 300 gr/dl
(Recomentdation)
Instruksi dokter pantau GDS tiap 4 jam
Rencana keperawatan yang sudah dilakukan:
- Terpasang IVFD NaCL 0,9% 25 gtt
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- Inj. Ceftriaxon 1 grm/ 12 jam
- Insulin dosis awal dosis 10 UI dalam NaCL 100 cc kec 7 cc/ jam
19
20