Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

METODE TIM DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

DELA RIZQIKA AYU

P19014/P19A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki
nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka
tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak
akan dapat terwujud. Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi
bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Salah satu model dalam sistem MAKP adalah model tim. Keperawatan tim
dikembangkan pada tahun 1950-an dalam upaya untuk mengurangi masalah yang
berkaitan dengan pengaturan fungsional asuhan pasien. Banyak orang yang yakin
bahwa meskipun kekurangan staf keperawatan prosesiaonal terus berlanjut, sistem
asuhaj pasien harus dikembangkan sehingga dapat mengurangi perawatan yang
terpisah yang menyertai keperawatan fungsional.

Pengembangan metode ini didasarkan pada falsafah yang mengupayakan


tujuan dengan menggunakan kemampuan anghota kelompok. Metode ini juga
didasaru atas keyakinan bahwa pasien berhak menerima pelayanan terbaik, maka dari
itu staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas memberi asuhan
keperawatan tang terbaik sesuai kemampuannya. Dalam metode tim diterapkan
dengan menggunakan kerjasama tim perawat yang heterogen, terdiri daru perawat
profesional, non profesional dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Ketua tim memiliki tanggungjawab dalam perencanaan,
kelancaran, dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan
oleh tim dibawah tanggungjawabnya. Disamping itu ketua tim juga mempunyai tugas
untuk melakukan supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan
tindakan keperawatan dan melakuakan evaluasi dalam asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keperawatan tim?


2. Bagaimana konsep pemberian metode tim?
3. Bagaimana tugas dan tanggungjawab metode tim?
4. Bagaimana keuntungan dan kerugian metode tim?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keperawatan tim
2. Untuk mengetahui konsep pemberian metode tim
3. Untuk mengetahui tugas dan tanggungjawab metode tim
4. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian metode tim
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Tim

Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan


menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (registered nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua tim, kemudian ketua tim bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota tim.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal,
dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini biasa
digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit
gawat darurat.

2.2 Konsep Metode Tim

1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan


berbagai teknik kepemimpinan
2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil
bila didukung oleh kepala ruang

2.3 Tugas dan Tanggungjawab Metode Tim


1. Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan;
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan
pasien;
d. Mengembangkan kemampuan anggota;
e. Menyelenggarakan konferensi.
2. Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah
tanggungjawabnya;
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim;
c. Memberikan laporan.
3. Tanggung jawab kepala ruang:
a. Perencanaan :
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan
masing-masing;
b) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya;
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat,
transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim;
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan
e) Kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan;
f) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
g) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
h) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatan dan menilai asuhan keperawatan,
mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta
memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk;
i) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri;
j) Membantu membimbing peserta didik keperawatan;
k) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit.
b. Pengorganisasian :
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan;
b) Merumuskan tujuan metode penugasan;
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas;
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi
2 ketua tim, dan ketua tim membawahi 2–3 perawat;
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap
hari, dan lain-lain;
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada
di tempat kepada ketua tim;
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien;
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
k) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan :
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim;
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik;
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap;
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien;
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya;
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan :
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien
b) Melalui supervisi :
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara
inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui
laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga;
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek
daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas;
3) Evaluasi;
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan
yang telah disusun bersama ketua tim;
4) Audit keperawatan.

Kepala ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien Pasien Pasien

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing”

(Marquis dan Huston, 1998: 138


2.4 Keuntungan dan Kerugian Metode Tim

1. Kelebihannya :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah
di atasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim
d. Memberikan kepuasan pada pasien dan perawat
e. Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
f. Metode ini dapat memotivasi perawat untuk selalu bersama
klien selama bertugas
g. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
2. Kelemahan :
a. Perawat yang belum berpengalaman sehingga perlu dorongan
berlatih
b. Pre conference yang memerlukan waktu yang cukup lama
sehingga sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
c. Akuntabel dala tim kurang jelas.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan


menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (registered nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua tim, kemudian ketua tim bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri
atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat
inap, unit rawat jalan, dan unit gawat darurat.

3.2 Saran

Berusaha dan selalu bekerja sama akan membawa kita menuju keberhasilan
dalam meyelesaikan makasalah dan mengerjakan tugas. Serta melakukan tugas
dengan penuh tanggungjawab akan membuat kita semakin menjadi dewasa dan
mandiri. Makalah ini masih belum cukup sempurna dan masih akan banyak kesalahan
sehingga kami mohon kritik dan saran yang membangun guna untuk
menyempurnakan makalah kami yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai