DISUSUN OLEH :
AMALIA M012018052
PROGRAM STUDI
MAGISTER TERAPAN ADM. PELAYANAN KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
TAHUN 2019
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dewasa ini dapat dilihat semua bidang kehidupan masyarakat sudah terjamah
aspek hukum.Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia mempunyai hasrat
untuk hidup teratur. Akan tetapi keteraturan bagi seseorang belum tentu sama dengan
keteraturan bagi orang lain, oleh karena itu diperlukan kaidah-kaidah yang mengatur
hubungan antar manusia melalui keserasian antara ketertiban dan landasan hukum.
Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus mematuhi segala
aspek hukum dalam kesehatan. Kesalahan dalam melaksanakan profesi kedokteran
merupakan masalah penting, karena membawa akibat yang berat, terutama akan
merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan. Suatu kesalahan dalam
melakukan profesi dapat disebabkan karena. Kekurangan pengetahuan, pengalaman,
pengertian. Ketiga faktor tersebut menyebabkan kesalahan dalam mengambil
keputusan atau penilaian.
BAB II
PEMBAHASAN
Ners Sony bekerja di sebuah rumah sakit dan tinggal di daerah pedesaan. Saat di
rumah dia melakukan praktik dengan menerima pasien dari masyarakat sekitarnya.
Semakin lama pasiennya bertambah banyak. Saat praktik dia memberikan pengobatan
sesuai dengan pengalamannya saat bekerja di rumah sakit. Pada suatu hari datang Tn.
Ahmad dengan keluhan mual, muntah, pusing, dan hipertermi. Ners Sony kemudian
memberikan injeksi dan obat kepada pasien. Setelah 2 jam di rumah, Tn. Ahmad
mengalami kejang dan tidak sadarkan diri. Keluarga panik dan akan melaporkan Ners
Sony ke polisi.
2. ANALISIS :
Dari kasus tersebut perlu dilakukan analisa dan klarifikasi lebih dalam terkait
bagaimana seorang perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien, cakupan
tanggungjawab perawat dalam melaksanakan tugas profesional yang berdaya guna dan
berhasil guna. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut dari aspek etik dan hukum dalam
profesi keperawatan.
Praktek keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal
yang ada dalam praktik perawat. Pemahaman tentang implikasi hukum dapat mendukung
pemikiran kritis seorang perawat, sama dengan semua aspek keperawatan. Perawat perlu
memahami hukum untuk melindungi hak pasien dan dirinya sendiri dari masalah.
Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman
terhadap apa yang masyarakat atau pasien harapkan dari penyelenggara pelayanan
keperawatan yang profesional.
Prinsip legal dan etis meliputi prinsip otonomi, berbuat baik, keadilan, tidak
merugikan, kejujuran, menepati janji, kerahasiaan, akuntabilitas dan informed consent.
Semua prinsip tersebut harus ada pada seorang perawat yang profesional, sehingga dalam
pelayanannya melakukan asuhan keperawatan untuk pasien itu sesuai dengan standar dan
pasien nantinya akan merasakan hak-haknya dipenuhi dengan baik sebagai seorang
pasien baik itu di Rumah Sakit atau pelayanan kesehatan lain.
Setiap perawat akan melakukan tindakan keperawatan baik itu di Rumah Sakit
maupun diluar Rumah Sakit, harus menyampaikan informasi yang benar dan jujur kepada
pasien, seperti efek yang akan ditimbulkan ketika pasien mendapat tindakan keperawatan
tertentu dan berapa lama suatu obat bekerja. Pada kasus diatas, Ns. Sony melakukan
tindakan keperawatan memberikan obat. Pemberian obat merupakan salah satu tindakan
medis yang dimiliki oleh dokter untuk kategori jenis obat yang diberikan, namun untuk
pelaksanaannya adalah perawat yang melakukan pemberian obat tersebut, baik itu oral,
perenteral, suppositoria dan yang lainnya.
Secara legal etik, setiap tindakan yang dilakukan pada pasien harus diberikan
informasi dan dilakukan penandatanganan formulir yang disebut sebagai informed
consent.Informed consent adalah pengakuan atas hak autonomy pasien, yaitu hak untuk
dapat menentukan sendiri apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya. karenanya tidak
hanyainformed consent yang kita kenal, melainkan juga informed refusal.
Doktrin informed consent mensyaratkan agar pembuat consent telah memahami
masalahnya terlebih dahulu (informed) sebelum membuat keputusan.
Informed consent dirumuskan sebagai suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas
upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah memperoleh informasi
dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai
informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.
Perlunya dimintakan informed consent dari pasien karena informed consent
mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia.
2. Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri
3. Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien
4. Menghindari penipuan dan misleading oleh dokter
5. Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
6. Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan
7. Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
Persetujuan tersebut bisa dilakukan secara lisan ketika tindakan medis yang
dilakukan kepada pasien bersifat non-invasif dan tidak mengandung resiko tinggi,
sedangkan persetujuan tertulis dilakukan ketika pasien akan dilakukan tindakan medis
yang mempunyai resiko besar dan sebelumnya pihak pasien dan keluarga harus
memperoleh informasi yang cukup tentang tindakan medis tersebut, sesuai dengan
Permenkes RI No.290/Menkes/PER/III/2008 pasal 3 ayat 1.
Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian dalam
keperawatan diantaranya yaitu kesalahan pemberian obat. Hal ini dikarenakan begitu
banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang bervariasi. Kelalaian yang
sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung dosis
obat, obat diberikan kepada pasien yang tidak tepat, kesalahan mempersiapkan
konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut akan
menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian. Contoh kasus diatas
sudah jelas, bahwa dalam hal ini Tn. Ahmad dan keluarga yang merasa dirugikan dengan
tindakan yang dilakukan oleh ners Sony dalam melakukan asuhan keperawatan mandiri
dirumah. Tidak hanya memberikan informasi secara baik dan benar terkait obat atau
tindakan lain misalnya sebelum diberikan kepada pasien, tetapi riwayat terkait alergi
terhadap suatu obat juga perlu ditanyakan, barangkali hal ini yang belum ners Sony
lakukan kepada Tn. Ahmad. Karena bisa jadi kejang yang dialami Tn. Ahmad merupakan
efek samping setelah obat diberikan dan ternyata pasien atau Tn. Ahmad alergi terhadap
obat tersebut.
Perawat pada dasarnya harus mempunyai kompetensi khusus dan pengetahuan
terkait dengan hukum legal dan etik keperawatan. Kompetensi khusus yang dimaksud
disini yaitu perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional atau SPO yang sudah ada di Rumah Sakit. Hal ini bersifat sebagai payung
hukum ketika terjadi sesuatu atau hal-hal yang tidak diinginkan.