Anda di halaman 1dari 5

EFEKTIVITAS ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (OPD)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BUOL

A. Pendahuluan

Dinas Kesehatan Kab. Buol selaku Organisasi Perangkat Daerah


membawahi 1 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buol, 1 UPT Instalasi
Farmasi, dan 11 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yaitu
Puskesmas diantaranya 4 puskesmas rawat inap dan 7 puskesmas rawat
jalan. Merupakan penanggung jawab dan pelaksana urusan pemerintahan
daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang
kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dalam hal melakukan pembangunan
kesehatan tentunya harus didukung dengan kemampuan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk itu perlu adanya pengembangan
SDM sehingga dapat memberikan kinerja yang maksimal dalam
melaksanakan tugasnya. Banyak faktor yang mempengaruhinya dan salah
satunya adalah budaya organisasi dan indikator-indikator dinas kesehatan
dalam pelaksanaan tugas sehari-sehari.
B. Karakteristik Organisasi Dinas Kesehatan Kab. Buol
Budaya organisasi adalah suatu sistem dari makna yang dianut oleh
anggota-anggotanya dan membedakan organisasi tersebut dengan yang
lainnya. Dalam budaya organisasi Dinas Kesehatan Kab. Buol ini juga
terdapat karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi/instansi
tersebut.
1) Inisiatif Individual : Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau
indepensi yang dipunyai setiap anggota organisasi dalam
mengemukakan pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh
kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide
untuk memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan.
2) Toleransi : terhadap tindakan beresiko Suatu budaya organisasi
dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota
atau para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk
memajukan organisasi atau perusahaan serta berani mengambil resiko
terhadap apa yang dilakukannya.
3) Pengarahan : dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan
dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan.
Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan
tujuan organisasi. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap kinerja
organisasi atau perusahaan.
4) Integrasi :dimaksudkan sejauh mana organisasi atau perusahaan dapat
mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara
terkoordinasi. Kekompakan unit-unit tersebut dapat mendorong
kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.

5) Dukungan manajemen : dimaksudkan sejauh mana para manajer


dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan
yang jelas terhadap bawahan.
6) Kontrol : Alat kontrol yang dipakai adalah peraturan-peraturan atau
norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawasan yang dapat
digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai
dalam organisasi.
7) Identitas : Dimaksudkan untuk sejauh mana para anggota suatu
organisasi atau perusahaan dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai
satu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja
tertentu atau keahlian profesional tertentu.
8) Sistem Imbalan : Sejauh mana alokasi imbalan (kenaikan gaji, promosi,
dan sebagainya) didasarkan atas dasar prestasi kerja pegawai, bukan
didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih dan lainnya.
9) Toleransi terhadap konflik : Sejauh mana para pegawai atau karyawan
didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam
suatu organisasi atau perusahaan. Namun perbedaan pendapat dan
kritik tersebut bisa digunakan untuk melakukan perbaikan atau
perubahan untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
10) Pola Komunikasi : Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki
kewenangan yang formal. Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat
menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan
atau antarkaryawan itu sendiri.
Gambaran ini menjadi dasar untuk persamaan pemahaman yang
bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana
menyelesaikan.

C. Indikator Efektifitas Organisasi Dinas Kesehatan Kab. Buol

Keberhasilan organisasi pada umumnya diukur dengan konsep efektifitas,


Menurut Steers (1977), pada umumnya efektifitas hanya dikaitkan dengan tujuan
organisasi, yaitu laba, yang cenderung mengabaikan aspek terpenting dari
keseluruhan proses, yaitu sumber daya manusia. Hal-hal ini yang perlu
diperhatikan agar dapat mencapai efektivitas OPD Dinas Kesehatan sesuai
tujuannya, baik untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang
(Renstra Dinas Kesehatan Kab. Buol) dengan mempertimbangkan kriterian-kriteria
yang menjadi ukuran efektifitas OPD Dinas Kesehatan yaitu :

1. Produksi Barang atau Jasa Pelayanan


Produksi barang maupun jasa pelayanan pada organisasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Buol menggambarkan kemampuan organisasi untuk
memproduksi barang ataupun jasa yang sesuai dengan permintaan lingkungan
sekitarnya yaitu Masyarakat. Ukuran produksi ini akan meliputi keuntungan
pelanggan yang dilayani dan sebagaianya.

2. Efisiensi
Efisiensi ini berhubungan secara langsung dengan keluaran yang
dikomsumsikan oleh pelanggan melalui jasa pelayanan. Agar OPD Dinas
Kesehatan bisa survival perlu memperhatikan efisiensi, Efisiensi anggaran
maupun efisiensi waktu dan kegiatan, Efisiensi diartikan sebagai perbandingan
(rasio) antara keluaran dengan masukan. Input,Proses dan Output, Organisasi
sudah bertindak realistis bahwa keuntungan akan diselaraskan dengan
kekuatan sumber daya, kelemahan sumber daya, tekanan lingkungan dan
kesempatan lingkungan masyarakat.

3. Kepuasan
Banyak Manajer atau Pimpinan berorientasi pada sikap untuk dapat
menunjukkan sampai seberapa jauh organisasi dapat memenuhi kebutuhan
para pegawaianya, sehingga mereka merasakan kepuasannya dalam bekerja.
Hal ini dilakukan Pimpinan dengan mencari keuntungan yang optimal. Yang
dimaksud Optimal yaitu pencapaian tujuan yang diselaraskan dengan kondisi
organisasi demi kelangsungan usahanya, oleh karena itu diperlukan
kemampuan adaptasi

4. Adaptasi
Kemampuan adaptasi adalah sampai seberapa jauh organisasi mampu
menerjemahkan perubahan-perubahan intern dan ekstern yang ada,
kemudian akan ditanggapi oleh organisasi yang bersangkutan. Kemapuan
adaptasi ini sifatnya lebih abstrak disbanding dengan masalah yang lain
seperti produksi, keuangan, efisiensi, dan sebagaiannya.Jika organisasi tidak
menyesuaikan diri maka kelangsungan hidup organisasi bisa terancam.
Manajemen dapat membuat kebijakan yang dapat merangsang kesiap-siagaan
terhadap perubahan.

5. Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu fase setelah kelangsungan hidup terus
(survive) dalam jangka panjang. Untuk itu organisasi harus bisa memperluas
kemampuannya, sehingga bisa berkembang dengan baik dan sekaligus akan
dapat melewati fase kelangsungan hidup organisasi. Usaha pengembangan
kemampuan tersebut seperti progrsm pelatihan bagi karyawan. Dari
pengembangan kemampuan organisasi diharapkan dapat mengembangkan
organisasinya, bai untuk ini maupun untuk masa depan.

II. Cara Mengukur Efektifitas OPD Dinas Kesehatan Kabupaten Buol

Keberhasilan organisasi pada umumnya diukur dengan konsep efektivitas,


tetapi apa yang dimaksud dengan efektivitas, terdapat perbedaan pendapat diantara
yang menggunakannya. Sebab utama tiadanya kesamaan pendapat ini ialah karena
banyaknya ukuran efektivitas yang dapat digunakan.

Ada bermacam-macam indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk


mengukur efektivitas organisasi. Campbell (1973), mengatakan ada 19 butir untuk
mengukur efektivitas suatu oganisasi. Maka Saya menggunakan beberapa Butir
untuk mengukur efektivitas OPD Dinas Kesehatan Kabupaten Buol yaitu :

1. Efektivitas keseluruhan : Sejauh mana organisasi melaksanakan tujuan-


tujuannya. Ini merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin
kriteria tunggal dan menghasilkan penilaian umum tentang efektivitas
organisasi.
2. Kualtias, Kualitas jasa atau produk utama yang dihasilkan oleh organisasi
3. Produktivitas. Kuantitas atau volume produk atau jasa utama yang
dihasilkan oleh organisasi.
4. Kesiapsiagaan, Penilaian meneyeluruh mengenai kemungkinan bahwa
organisasi mampu menyelesaikan suatu tugas khusus dengan baik jia
diminta
5. Efisiensi. Suatu rasio yang mencerminkan perbandingan beberapa aspek
satuan prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi kerja.
6. Pemanfaatan lingkungan. Sejauh mana organisasi dengan sukses
berinteraksi dengan lingkungan, yaitu dapat memperoleh sumber daya yang
langkah yang diperlukan untuk operasi secara efektif.
7. Stabilitas. Pemeliharaan struktur, fungsi, dan sumber-sumber daya
sepanjang waktu, khususnya dalam periode-periode sulit.
8. Absentesime. Banyaknya kemangkiran kerja
9. Semangat Kerja. Kecenderungan anggota organisasi untuk berusaha lebih
keras dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi
10. Motivasi. Kekuatan kecenderungan seseorang untuk melibatkan dirinya
dalam kegiatan yang diarahkan pada sasaran dalam pekerjaan.
11. Kepuasan. Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan
atau pekerjaannya dalam organisasi.
12. Konflik kohesi. Dimensi kutub kohesi, yang menunjukkan satu sama lain
saling suka, kerja sama, berkomunikasi penuh dan terbukan, dan
terkoodinasikan dalam kegiatan.
13. Fleksibitas adaptasi. Kemampuan suatu organisasi mengubah standar
prosedur operasi dalam menanggapi tantangan lingkungan masyarakat
untuk mencegah kebekuan dalam menghadapi rangsangan lingkungan.
14. Penilaian pihak luar. Penilaian terhadap organisasi atau unit-unit
organisasi dari seseorang atau lembaga dalam lingkungannya yang
menaruh kepentingan
15. Kualitas kehidupan kerja. Kualitas perhubungan karyawan dengan
lingkungan kerjanya.

Dari beberapa butir yang digunakan dalam mengukur efektivitas


organisasi seperti Dinas Kesehatan Kabupaten Buol maka dapat disimpulkan
bahwa Organisasi Perangkat Daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Buol belum
terlalu efektif dalam mejalankan tugas dan tujuannya masing-masing mulai
dari pimpinan sampai dengan pegawainya ini bisa dilihat dari beberapa butir
yang tidak dilaksanakan dengan baik dengan penuh rasa tanggung jawab, ini
bisa dilihat dari Butir Kualitas Jasa yang dihasilkan organisasi belum
maksimal terutama dilingkungan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, dan
Absentesime, banyaknya kemangkiran kerja pegawai yang tidak disiplin waktu,
kurangnya pemahaman pegawai dalam meng efiseinsi biaya kegiatan dalam
pekerjaan, serta Konflik kohesi yaitu Kemampuan organisasi yang tidak
mampu mengubah setiap SOP yang ada dengan melakukan inovasi-inovasi
Kualitas Pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai