Anda di halaman 1dari 5

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Etika kesehatan masyarakat adalah suatu tatanan moral berdasarkan sistem


nilai yang berlaku secara universal dalam eksistensi mencegah perkembangan resiko
pada individu, kelompok dan masyarakat yang mengakibatkan penderitaan sakit dan
kecacatan, serta meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan
sejahtera. Etika kesehatan masyarakat sangat berbeda dengan etika kedokteran yang
menyatakan bahwa dalam menjalankan pekerjaan kedokteran seorang dokter
janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadi, seorang dokter harus
senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Dalam dimensi
kesehatan masyarakat rahasia tidak dikenal, bahkan tranparansi merupakan kekuatan
dari penyelesaian problema. Prosedur kerja tenaga kesehatan masyarakat adalah
akuntabiltas dari masyarakat sebagai indikator dari kualitas.

Dewasa ini dapat dilihat semua bidang kehidupan masyarakat sudah terjamah
aspek hukum.Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia mempunyai hasrat
untuk hidup teratur. Akan tetapi keteraturan bagi seseorang belum tentu sama dengan
keteraturan bagi orang lain, oleh karena itu diperlukan kaidah-kaidah yang mengatur
hubungan antar manusia melalui keserasian antara ketertiban dan landasan hukum.

Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus mematuhi segala
aspek hukum dalam kesehatan. Kesalahan dalam melaksanakan profesi kedokteran
merupakan masalah penting, karena membawa akibat yang berat, terutama akan
merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan. Suatu kesalahan dalam
melakukan profesi dapat disebabkan karena. Kekurangan pengetahuan, pengalaman,
pengertian. Ketiga faktor tersebut menyebabkan kesalahan dalam mengambil
keputusan atau penilaian.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kasus Pelanggaran Etika di lihat dari Prospektif Kesmas


1. KASUS :

Seorang pasien datang ke Puskesmas Biau untuk melakukan pemeriksaan,


pasien datang diantar oleh orang tuanya dan diperiksa lansung oleh Dokter Umum
Sebelumnya pasien mengeluhkan gejala diare, demam yang sudah dialami kurang
lebih 2 bulan. Pasien mempunyai riwayat hubungan seksual yang bebas. Setelah
hasil pemeriksaan keluar, pasien di diagnosa HIV dan Dokter tersebut menyarankan
ke tenaga kesehatan masyarakat (sebagai tenaga conselor) rawat jalan Puskesmas
Biau untuk melakukan konsultasi dan mengidentifikasi infeksi HIV agar bisa
dilakukan pencegahan dan terapi secara lebih dini. Saat pemberian informasi
tentang penyakit pasien masuk ke ruangan hanya sendiri tanpa di temani oleh orang
tuanya. Setelah petugas kesehatan selesai memberikan penjelasan ke pasien,
petugas kesehatan masyarakat (konselor) berpesan ke pasien agar merahasiakan
penyakitnya dari orang tuanya dan lupa memberi informasi kapan pasien bisa
melakukan konsultasi kembali. Semakin lama keadaan pasien semakin memburuk,
dan akhirnya meninggal karena tidak melakuan kontrol ke pelayanan kesehatan.
Sepeninggal pasien tersebut kedua orang tuanya terus menanyakan kepada tenaga
kesehatan (konselor) yang menangani pasien tersebut. kenapa diare bisa
menyebabkan kematian anaknya. Orang tua pasien terus memaksa kepada petugas
yang menangani anaknya dan menuduhnya telah melakukan pelayanan informasi
yang tidak baik dan tidak jelas yang membawa dampak negatif, sehingga
mengancam keluarga pasien membawanya ke jalur hukum.
2. ANALISIS KASUS :
Permasalahan tersebut merupakan permasalahan dilematis dan bertentangan
dengan undak-undang kode etik sebagai tenaga kesehatan masyarakat yang sudah
mendapatkan pelatihan VCT. Dalam Segi Etika Tenaga Kesmas tidak melihat Kode
Etik dalam Pasal 9. Yaitu Dalam Pembinaan kesehatan masyarakat kewajibannya
terhadap masyarakat atau penderita lebih mengutamakan pendekatan menyeluruh
serta memintingkan usaha promotif dengan mmberikan informasi jelas terhadap
penderita HIV atau keluaraga penderita dalam hal sebagai konsultasi mitra dokter
puskesmas.

Seorang Tenaga Kesmas (Konselor VCT) HIV harus melakukan pekerjaan


sangat baik dan professional, namun sebagai tenaga konselor tidak dilandasi
keinginan untuk mengedukasi pada penderita HIV dengan baik , sehingga informasi
yang diterima oleh penderita berdampak buruk bagi kondisi kesehatannya. Maka
tindakan tenaga kesmas pada kasus ini tidak sesuai dengan kompetensinya sebagai
tenaga konselor yang seharusnya memperhatikan keselamatan dan kondisi
kesehatan penderita selanjutnya apakah perlu rujukan ke RS atau konsultasi rawat
jalan.
Bagaimana pandangan segi hukum menilai sebuah tindakan profesi dalam sebuah
kasus tersebut adalah Pada pasal 24 UU Kesehatan No.36 tahun 2009 menyebutkan
bahwa : Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 23 harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan
kesehatan, standart pelayanan prosedur dan standart prosedur operasional.
Seharusnya tenaga kesehatan (konselor) bertindak seperti yang disebutkan pada
pasal diatas, menjadi tenaga kesehatan masyarakat yang profesional.
3. Kesimpulan :

Menurut permasalahan diatas apabila tenaga kesehatan masyarakat (konselor)


membocorkan rahasia pasien tanpa seijin dokter yang merujuk pasien untuk
berkonsultasi dan pasiennya. Namun dalam kondisi seperti ini tenaga kesmas harus
memberikan informasi yang jelas dan tepat kepada penderita sesuai standart
prosedur yang ada, dengan tetap menjaga rahasia pasien kepada keluarga yang
tidak berhak.

4. Saran :

Tenaga Kesehatan (Konselor) harus mempertimbangkan keadaan sosial


keluarganya apabila tahu, dan kerugian apa yang dapat terjadi apabila ia
membocorkan atau tdak membocorkan rahasia penderita HIV tersebut. Konsultasi
yang sudah sesuai standar prosedur yang berwenang dan berkompeten, dan
memberikan informasi yang jelas dan emplisit kepada penderita dan keluarga (istri)
agar si pasien Pasien tersebut mendapatkan manfaat dari pengetahuan tentang
status HIV reaktif guna mendapatkan layanan pencegahan dan terapi yang
diperlukan secara lebih dini.
DAFTAR PUSTAKA

 Kitab undang-undang hukum pidana tahun 1946


 Undang-undang kesehatan no.36 tahun 2009
 Peratuaran menteri kesehatan tahun 2008
 Bustan Najib 2016, Etika Pelayanan Kesehatan. Makassar ; Masagena Prees

Anda mungkin juga menyukai