Dosen Pembimbing :
Ibu Yuliati Amperaningsih S.KM.,M.Kes
Disusun oleh :
Tingkat III Reguler 3
1. NABILLA SHAFIRA (1814401102)
i
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dari mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Kerja (K3) ini dengan judul “Hazard Psikososial dan Cara Pengendaliannya .”
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis menyadari bahwa memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan maupun
dari isi makalah, maka penulis memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar
bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahukah Anda, walau hanya duduk serta berada di depan laptop selama
seharian, masih ada bahaya kerja yang mengawasi? Ini kemungkinan bukan
berbentuk kecelakaan fisik yang meneror jiwa, tetapi bisa berupa masalah
psikologis serta mental. Ya, bahaya kerja yang ditujukan di sini yaitu setiap kondisi
dalam lingkungan kerja yang mempunyai potensi memunculkan penyakit atau
masalah kesehatan karena kerja.
Sebenarnya, pemerintah sudah mengeluarkan kebijaksanaan untuk
melindungi kesehatan serta keselamatan beberapa pekerja yang tertuang dalam
Undang-Undang (UU) Pasal 86, UU No. 13 Tahun 2003. UU itu menerangkan
mengenai begitu pentingnya kesehatan serta keselamatan kerja (K3).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu upaya
perlindungan yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan
bahaya, agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat. Potensi – potensi yang dapat menimbulkan bahaya
dapat berasal dari mesin, lingungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja, dan proses
produksi. K3 melihat hazard dan risk dengan tujuan me-manage / mengendalikan
hazard dan risk tersebut untuk meminimalisasi terjadinya injury ataupun accident.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu disiplin dengan
ruang lingkup yang luas yang meliputi beberapa bidang khusus. Dalam pengertian
yang luas, K3 mengarah kepada pengendalian hazard dan risiko untuk
meminimalkan terjadinya injury ataupun accident, promosi dan pemeliharaan
derajat tertinggi dari fisik, mental, dan kesejahteraan sosial pada pekerja di semua
tempay kerja, pencegahan pada para pekerja terhadap efek buruk kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan terhadap para pekerja dalam
lingkungan kerja dari resiko yang berakibat kepada kesehatan yang buruk, adaptasi
pekerjaan terhadap manusia (ILO, 1996).
The International Labour Organizational (1986) mendefinisikan bahaya
kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang
1
berhubungan dengan pekerja, pekerjaan, dan lingkungan kerja yang berpotensi
menyebabkan kerugian / gangguan.
Dampak bahaya (hazard) dari aspek yang diuraikan di atas yang coba
diminimalisasi oleh negara. Berikut adalah jenis – jenis hazard :
4. Bahaya Kerja Kimiawi
5. Bahaya Kerja Fisik
6. Bahaya Kerja Ergonomi
7. Bahaya Kerja Biologi
8. Bahaya Kerja Psikologis
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bahaya kerja?
2. Apa itu hazard psikososial?
3. Bagaiamana cara pengendalian hazard psikososial?
C. Tujuan
Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa, dosen dan
masyarakat mengetahui tentang bahaya kerja yang dapat terjadi ketika sedang
bekerja khususnya dalam masalah psikososial dan cara pengendalian bahaya kerja
psikososial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Membangun/merumuskan sistem penilaian beban kerja dan perencanaan
kebutuhan pegawai pada masing-masing Unit kerja;
c. Melakukan penilaian beban kerja Unit Kerja berdasarkan beban kerja
jabatan/unit kerja dengan menggunakan variabel norma waktu, volume kerja
dan jam kerja efektif, dikaitkan dengan jumlah pegawai / jabatan.
4
serta rincian tugas. Selanjutnya informasi hasil kerja dan rincian tugas
dimanfaatkan sebagai bahan pengkajian beban kerja.
Beban kerja organisasi sesuai prinsip organisasi akan terbagi habis pada
sub unit-sub unit dan sub unit terbagi habis dalam jabatan-jabatan. Melalui
pendekatan analisis jabatan ini akan diperoleh suatu landasan untuk
penerimaan, penempatan dan penentuan jumlah kualitas pegawai yang
dibutuhkan dalam periode waktu tertentu antara lain
1) Sebagai landasan untuk melakukan mutasi;
2) Sebagai landasan untuk melakukan promosi.
3) Sebagai landasan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan
(Diklat);
4) Sebagai landasan untuk melakukan kompensasi;
5) Sebagai landasan untuk melaksanakan syarat-syarat lingkungan kerja;
6) Sebagai landasan untuk pemenuhan kebutuhan peralatan atau prasarana
dan sarana kerja
c. Pendekatan Administratif
Melalui pendekatan ini akan diperoleh berbagai informasi yang
mencakup berbagai kebijakan dalam organisasi maupun yang erat kaitannya
dengan sistem administrasi kepegawaian
5
a. Pengukuran Kerja Untuk Beban Kerja Abstrak
Untuk mengukur beban kerja abstrak diperlukan beberapa informasi antara
lain :
1) Rincian / uraian tugas jabatan.
2) Frekwensi setiap tugas dalam satuan tugas.
3) Jumlah waktu yang dibutuhkan setiap tugas.
4) Waktu Penyelesaian Tugas merupakan perkalian beban kerja dengan norma
waktu.
5) Waktu kerja efektif.
b. Pengukuran Kerja Untuk Beban Kerja Konkret
Untuk mengukur beban kerja konkret diperlukan beberapa informasi antara
lain :
1) Rincian / uraian tugas jabatan.
2) Satuan hasil kerja.
3) Jumlah waktu yang dibutuhkan setiap tugas.
4) Target waktu kerja dalam satuan waktu.
5) Volume kerja merupakan perkalian beban kerja dengan norma waktu.
6) Waktu kerja efektif.
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil,
ditetapkan jam kerja efektif terdiri dari jumlah jam kerja formal dikurangi dengan
waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja seperti melepas lelah, istirahat makan
dan sebagainya. Dalam menghitung jam kerja efektif digunakan ukuran sebagai
berikut :
a) Jam Kerja Efektif per hari = 1 hari x 5 jam =300 menit
b) Jam Kerja Efektif per minggu = 5 hari x 5 jam =25 jam = 1.500 menit
c) Jam Kerja Efektif per bulan = 20 hari x 5 jam =100 jam = 6.000 menit
d) Jam Kerja Efektif per tahun = 240 hari x 5 jam =1.200 jam = 72.000 menit
Volume kerja setiap unit kerja dapat diketahui berdasarkan dokumentasi
hasil kerja yang ada, sedangkan norma waktu perlu ditetapkan dalam standar norma
waktu baku, yang akan dijadikan faktor tetap dalam setiap melakukan analisis
beban kerja, dengan asumsi-asumsi tidak terdapat perubahan yang menyebabkan
norma waktu tersebut berubah.
6
Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Waktu Kerja
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam waktu kerja adalah :
a. Lamanya seseorang dapat bekerja dengan baik,
b. Hubungan waktu kerja dengan istirahat
c. Waktu kerja sehari menurut periode yang meliputi pagi, siang dan malam, Jam
kerja tanpa istirahat untuk waktu kebutuhan Personal, Fatique and Delay
(PFD) adalah 15% dari waktu normal.Rata-rata lama bekerja seseorang dalam
sehari adalah 6-8 jam dan selebihnya adalah istirahat ataupun dipergunakan
untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Jadi dalam seminggu
seseorang dapat bekerja dengan baik selama 36-48 jam (Suyanto 2008).
7
Tujuan
a. Mengatur penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan di rumah
sakit
b. Merangsang karyawan untuk bekerja secara produktif.
c. Mengurangi timbulnya rasa bosan
d. Dapat meningkatkan kepuasan kerja
8
Para penyusun desain pekerjaan harus mempertimbangkan hal-hal
beriku (Herjanto 2001).
a. Perluasan tugas (job enlargement) meliputi pemberian tugas yang lebih
besar secara horizontal, dimana pekerjaan tambahan itu berada pada
tingkat kecakapan dan tanggung jawab yang setara dengan pekerjaan
semula. Gibson (1983) mengatakan perluasan pekerjaan membuat
karyawan mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar.
b. Pengayaan tugas (job enrichmant) mencakup penambahan tugas dengan
tanggung jawab yang lebih tinggi seperti perencanaan dan pengendalian.
c. Perputaran tugas (job rotation) yaitu melakukan penukaran tugas antar
pekerja secara periodik untuk menghindari seseorang bekerja secara
monoton mengerjakan tugas yang sama setiap hari. Perputaran tugas ini
memberikan kesempatan kepada pekerja untuk memperbanyak
pengalaman dan memungkinkan seorang pekerja untuk menggantikan
pekerja lain yang tidak masuk.
bab III
9
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dampak bahaya (hazard) dari aspek yang diuraikan di atas yang coba
diminimalisasi oleh negara. Berikut adalah jenis – jenis hazard :
1. Bahaya Kerja Kimiawi
2. Bahaya Kerja Fisik
3. Bahaya Kerja Ergonomi
4. Bahaya Kerja Biologi
5. Bahaya Kerja Psikologis
Hazard (bahaya) Psychosocial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul
karena adanya interaksi dari aspek-aspek job description, desain kerja dan
organisasi serta managemen di tempat kerja serta konteks lingkungan sosial yang
berpotensi menimbulkan gangguan fisik, sosial dan psikologi.
Cara pengendalian hazard psychosocial adalah sebagai berikut :
1. Analisis beban kerja
2. Memberi kesempatan pengembangan kerja
3. Penetuan / penyesuaian desain kerja
B. Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana cara pengendalian beban kerja (hazard) khususnya dalam hazard psikosial
dan mohon kritik dari dosen agar makalah ini untuk dapat menambah wawasan bagi
semua.
DAFTAR PUSTAKA
10
Hani, Handoko T. 2000. Manajemen Personalia Dan Sumberdaya Manusia. II Cetakan.
Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Herjanto, Eddy. 2001. Manajemen Produksi Dan Operasi. 2nd ed. Jakarta.
Marquis, and Huston. 2010. Epemimpinan Dan Manajemen Keperawatan. Teori Dan
Aplikasi. Alih Bahasa: Widyawati Dan Handayani. Jakarta: EGC.
11