Anda di halaman 1dari 24

LEMBAR PENGESAHAN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpah kan
rahmat dan karunia-Nya,sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat
waktu.guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan komunitas

Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ns. Nedra Wati Zaly,S.Kep.Kom selaku dosen pembimbing
Keperawatan Komunitas yang telah membimbing saya dalam pengerjaan tugas makalah ini. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada teman teman saya yang telah membantu dan mendukung saya
dalam hal pengumpulan data data dalam pembuatan makalah ini.dalam makalah ini saya menjelaskan
tentang PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Mungkin dalam pembuuatan makalah initerdapat kesalahan yang belum saya ketahui,maka dari itu
saya mohon kritik dan sarandari dosen dan teman teman demi tercapainya makalah yang sempurna.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang makalah PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................................1
B. TUJUAN............................................................................................................................................1
1. Tujuan Umum..............................................................................................................................1
2. Tujuan Khusus..............................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................................2
A. KONSEP DASAR TEORI......................................................................................................................2
1. PENGERTIAN................................................................................................................................2
2. TUJUAN........................................................................................................................................2
3. RUANG LINGKUP..........................................................................................................................2
4. MANFAAT....................................................................................................................................3
5. FAKTOR........................................................................................................................................3
B. PRINSIP KESELAMATAN PASIEN.......................................................................................................4
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................................................8
BAB V PENUTUP..........................................................................................................................................9
A. KESIMPULAN....................................................................................................................................9
B. SARAN..............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya yang bertujuan
untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-
tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya
dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan. Tujuan dari Kesehatan dan Keselamatan
Kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit dikarenakan pekerjaan. Selain itu,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja juga berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi agar
dapat digunakan secara efektif (UU No. 1 Tahun 1970).
Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita
penyakit akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD.
Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi
lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari
Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja
sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari
seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia
usaha.(DK3N,2007).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja akan mewujudkan perlindungan terhadap
tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu
melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dantenaga
kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerjadan produktivitas
perusahaan. Dengan demikian Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat besar peranannya dalam
upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.
Untuk mewujudkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja perlu dilaksanakan proses
asuhan keperawatan terutama pada tahap implementasi dan evaluasi dimana menilai apakah
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan

1
lain. Selain itu, salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri
baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan banyaknya
resiko yang diperoleh.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1.) Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar
mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan.
2.) Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar
mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan
2. Tujuan Khusus
upaya mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard pada tahap implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan.

2
BAB 111

A. KONSEP DASAR TEORI

1. PENGERTIAN
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu terapan yang bersifat multi disiplin, bidang yang
terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek. Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan
lingkungan dan situasi kerja. Pengertian K3 menurut undang-undang No.1 tahun 1970 (1) adalah upaya
dan pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani manusia pada umumnya
dan pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur
berdasarkan pancasila. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2,
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan
kerja maupun penyakit umum. Selain pendapat diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang
kesehatan yaitu Parkins (1938) mendefinisikan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan seimbang yang
dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Sedangkan
Pepkin’s (1978) menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara
bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari
luar. Sedangkan menurut White (1977) menjelaskan bahwa sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang
pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun atau tidak ada tanda – tanda suatu penyakit dan
kelainan.Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatian karena pekerja adalah penggerak atau aset
perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik harus maksimal dan sehat agar tidak mengganggu proses kerja
seperti pernyataan ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan
dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan
kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada jabatannya.Suma’mur (1976) memberikan definisi kesehatan kerja sebagai :
“Spesialisasidalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya, baik fisik atau mental
maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktorfaktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta
terhadap penyakit-penyakit umum”.Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun
sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup
kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari
penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I pasal 2, keadaan sehat
diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan (Slamet, 2012). Mia
(2011) menyatakan bahwa kesehatan kerja disamping mempelajari faktorfaktor pada pekerjaan yang
dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja (occupational disease) maupun penyakit

3
yang berhubungan dengan pekerjaannya (work-related disease) juga berupaya untuk mengembangkan
berbagai cara atau pendekatan untuk pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan
kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang
mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda,serta
gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai
kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja
(termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja

2. TUJUAN
Tujuan K3 adalah untuk mengamankan sistem kerja dan menjaga well being pekerja agar kegiatan
pekerjaan dapat berlangsung dengan baik, memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kenerja, menjamin kesehatan
dan keselamatan orang lain dalam lingkungan kerja, mengamankan sumber polutan, menyehatkan
lingkungan kerja dan mengefisienkan kegiatan. Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi
moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa
pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.

3. RUANG LINGKUP
a. Komponen K3 yang perlu diperhatikan, yaitu: Karakteristik pekerjaan/kegiatan
(jenis, ruang lingkup, lamanya kegiatan, tingkat kegiatan), pengorganisasian dan
manajemen pekerjaan, bahan dan alat yang digunakan melaksanakan kegiatan,
karakteristik manusia yang melaksanakan kegiatan.
Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :
1.) Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja
2.) Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja.
3.) Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

4. MANFAAT
1) Menjamin keselamatan operator dan orang lain

2) Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan

3) Menjamin proses produksi aman dan lancar

4
5
.

6
6
7
BAB IV
PEMBAHASAN
2.1 Hazard dan Pengendaliannnya
2.1.1 Pengertian Hazard ( Bahaya)
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang menpunyai
kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan, maupun
manusia (Budiono, 2003). Menurut Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi
menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau aspek
lainnya dari lingkungan kerja.
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury) atau
kerusakan (damage) baik manusia, properti dan Setiap kegiatan yang dilakukan tidak ada
satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan
yang dilakukan di industri yang dalam proses produksinya menggunakan proses kimia.
Proses kimia pada industri memberikan potensi bahaya yang besar, potensi bahaya yang
ditimbulkan disebabkan antara lain: penggunaan bahan baku, tingkat reaktivitas dan
toksitas tinggi, reaksi kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan
yang digunakan. Potensi bahaya yang ditimbulkan diperlukan upaya untuk
meminimalkan terhadap risiko yang diterima apabila terjadi kecelakaan (Baktiyar, 2009).
Mengingat potensi bahaya yang besar pada industri yang menggunakan proses kimia,
maka diperlukan upaya pengendalian, sehingga resiko yang ditimbulkan pada batas-batas
yang dapat diterima melalui Risk Assessment. lingkungan (Baktiyar, 2009)

2.1.2 Komponen Bahaya


a. Karakteristik material
b. Bentuk material
c. Hubungan pemajanan dan efek
d. Jalannnya pemajanan dari proses individu
e. Kondisi dan frekuensi penggunaan
f. Tingkah laku pekerja.

2.1.3 Jenis-Jenis Hazard


Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni bahaya maka jenis
bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya

8
keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi dan
bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan kerja,
misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu lama dan pada konsentrasi
rendah. Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang
terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut,
konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah. Bahaya keselamatan (Safety
hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan segala kondisi yang dapat
menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.
Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.
b. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
Bahaya kesehatan (health hazard) focus pada kesehatan manusia. Bahaya
keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya berkaitan dengan
ergonomi, psikososial, elektrik, berdampak pada keselamatan kerja, misalnya cedera,
kebakaran, ledekan, pemajanan terjadi pada waktu singkat.
1.) Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik,
temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan, kebisingan, radiasi, pencahayaan,
getaran, dan lain-lain.
2.) Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia.Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen,
getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol, insektisida, dan lain-lain..
Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya dan perlu diambil langkah - langkah
keselamatan apabila mengendalinya.
3.) Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada di
lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung, binatang yang dapat
menginfeksi atau memberikan reaksi negative kepada manusia.
4.) Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek social psikologis maupun
organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak
pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang tak
beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi

9
kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan kerja yang
terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya 5) Hazard ergonomi yang termasuk
didalam kategori ini antara lain desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur
tubuh yang salah saat melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan,
pergerakan yang berulang-ulang.
5.) Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak
atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.

2.1.4 Pengendalian Bahaya


1.) Eliminasi/penghilangan
2.) Substansi/mengganti material yang lebih aman
3.) Minimalisasi/pengurangan jumlah material yang digunakan
4.) Enginering/disain/baik pada sumber, pemajanan, pemisahan jarak waktu, pemisahan
lokasi pekerja dengan pekerjaan
5.) Administrasi : perubahan proses, rotasi kerja
6.) Pelatihan
7.) Pemberian alat pelindung diri/ APD Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan
terakhir yang dapat dilakukan untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja.
Penggunaan APD ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan
alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan
personel akan lebih efektif.
2.2.5 Prinsip Management Risiko

Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada era
tahun 1980 an setelah berkembangnya teori
accident model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan kesehatan
Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan
ataupun peluang.bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori
accident model dari ILCI maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian
kerugian tersebut sehingga efek dominonya tidak akan terjadi pada dasarnya manajemen
risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun accident’
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari penentuan konteks kegiatanyang akan
dikelola risikonya identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko,
pemantauan dan telaah ulang koordinasi dan komunikasi

10
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem
manajemen perusahaan/organisasi
Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk
terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvemet)
Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam
sebuah organisasi
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistemati sdari suatu
rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa,evaluasi, pengendalian serta
komunikasi risiko* (roses ini dapat diterapkan di semuatingkatan kegiatan,
jabatan,proyek,produk ataupun asset.
Menegment resiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan
walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun
operasional kegiatan
Terdapat empat prasyarat utama manajemenresiko yaitu:
1. kebijakan Manajemen Risik
Eksekutif organisasi harus dapat mendefinisikan dan membuktikan kebenaran dari
kebijakan manajemen risikonya,termasuk tujuannya untuk apa, dan komitmennya
kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan organisasi
ojektif dan sesuai dengan sifat dasar jisnis organisasi tersebut Manejemen akan
memastikan bahwa kebijakantersebut dapat dimengerti dapat diimplementasikan di setiap
tingkatan organisasi

2. perencanaan Dan pengelolaan hasil

a. Komitmen Manajemen: organisasi harus dapat memastikan bahwa system


manejemen risiko telah dapat dilaksanakan,dan telah sesuai dengan standar dan hasil
performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemenorganisasi, agar dapat
digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan
keputusan..

a. dalam pengambilan keputusan,Tanggung jawab dan kekuasaan danhubungan antar


anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsikerja didalam manajemen
risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal!hal sebagai berikut:tindakan
pencegahan atau pengurangan efek dari risiko, pengendalian yang akan dilakukan

11
agar faktor risiko tetap pada bata syang masih dapat diterima, pencatatan factor faktor
yang berhubungan dengankegiatan manajemen risiko, rekomendasi solusi sesuai ,ara
yang telah di tentukan, memeriksa validitas, implementasi solusi yang ada dan
komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal,
b. Sumber Daya Manusia brganisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan
kompetensisumber daya manusia(SDM)yang diperlukan.oleh karena itu untuk
meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang
relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial dan lain sebagainya

3.Implementasi rogram

Sejumlah langkah perlu dilakukan agar implementasi sistem manajemen risikodapat


berjalan ,ara efektif pada seuah organisasi* 3angkah!langkah yangakan dilakukan
tergantung pada filosofi budaya dan struktur dari organisasi tersebut.

4.Tinjauan Manajemen
Tinjauan sistem manajemen risiko pada tahap yang spesifik harus dapat memastikan
kesesuaian kegiatan manajemen risiko yang sedang dilakukan dengan standar yang
digunakan dan dengan tahap!tahap berikutnya.
Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan darimanajemen proses
Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan
pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar elakang% manajemenrisiko
adalah proses yang berjalan terus menerus .
Elemen utama dari proses manajemen risiko
-Penetapan tujuan Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang
lingkupmanajemen risiko yang akan dilakukan identifkasi risiko Mengidentifikasi apa,
mengapa dan bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk
analisis lebih lanjut
- Analisis risiko Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dankonsekuensi
yang akan terjadi kemudian ditentukan tingkatan risiko yang adadengan mengalikan
kedua variabel tersebut( probabilitas X konsekuensi)!
-Evaluasi risiko: Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar Setelah
itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas
manajemennya. jika tingkat risiko ditetapkan rendah,maka risiko tersebut masuk ke
dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanyamemerlukan pemantauan saja
tanpa harus melakukan pengendalian

12
-Pengendalian risiko:Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensiyang ada
dengan menggunakan bervagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-
lain.
-Monitor dan Review :Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemenrisiko yang
dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perludilakukan
-Komunikasi dan konsultasi: komunikasi dan konsultasi dengan pengambilkeputusan
internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan
Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi, Manajemen risiko dapat
diterapkan di level strategis dan level operasional, Manajemen risiko juga dapat
diterapkan pada proyek yang spesifik untuk membantu proses pengambilan keputusan
ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik.
Beberapa istilah penting Dalam Manajemen Risiko
1 .Konsekuensi
AkiBat dari suatu kejadian yang dinyatakan se,ara kualitatif atau kuantitatif% erupa
kerugian sakit cedera,keadaan merugikan atau menguntungkan bisa juga berupa
rentangan akibat akiat yang mungkin terjadi dan berhubngan dengan suatu kejadian
2. Biaya
Dari suatu kegiatan baik langsung dan tidak langsung,meliputi berbagai dampak negatef
termasuk uang, waktu, tenaga kerja, gangguan nama naik,olitik dan kerugian-kerugian
lain yang tidak dinyatakan secara jelas
3..Kejadian
Suatu peristiwa (insiden) atau situasi, yang terjadi pada tempat tertentu selama interval
waktu tertentu.
4. Analisis Urutan Kejadian
Suatu teknik yang menggambrkan rentangan kemungkinan dar rangkaian akibat yang bisa
timbul dari proses suatu kejadian.
5.Analisis Urutan Kesalahan
Suatu metode sistem teknik untuk menunjukkan kombinasi-kombinasi yang logis dari
berbagai keadaan sistem dan penyeba -penyebab yang mungkin bisa berkontribusi
terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian puncak)
6.Frekuensi
Ukuran angka dari peristi<a suatu kejadian yang dinyatakan sebagai jumlah peristi<a
suatu kejadian dalam <aktu tertentu* Terlihat juga sepertikemungkinan dan peluang
7. Bahaya (hazard )

13
Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan mempunyai potensi untuk menimbulkan
kerugian.
7. Monitoring.
Pengecekan,pengawasan,pengamatan secara kritis.ataupencatatan kemajuan dari suatau
tindakan,atau system untuk mengidentifikasi perubahan perubahan yang mungkin terjadi.
9.Probabilitas.
Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi,kemungkinan dari
kejadian atau hasil yang spesifik,diukur dengan rasio darikejadian atau hasil yang spesifik
terhadap jumlah kemungkinan kejadian atauhasil.probabilitas dilambangkan dengan
angka dari 0 dan 1 dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1
menandakan kejadian atau hasil yang past.*
10.Risiko ikutan
Tingkat risiko yang masih ada setelah manajemen risiko dilakukan
11.Risiko
peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasarani ni diukur
dengan hukum sebab akibat. Gariabel yang diukur biasanya probabilitas,konsekuensi dan
juga pemajanan.
12.Penerimaan Risiko (acceptablerisk )
Keputusan untuk menerima konsekuensi dan kemungkinan risiko terte
13.Analisis risiko
Sebuah sistematika yang menggunakan informasi yang didapat untuk menentukan
seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan besarnyakonsekuensi tersebut.
14.Penilaian risiko
proses analisis risiko dan evalusi risiko secara keseluruhan.
15.Penghindaran risiko
keputusan yang dieritahukan tidak menjadi terlibat dalam situasi risiko.
16.Pengendalian risiko.
Bagian dari manajemen risiko yang melibatkan penerapan kebijakan, standar, prosedur
perubahan fisik untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yangkurang baik.
17. Evaluasi risiko
Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko
denganmembandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan,
targettingkat risiko dan kriteria lainnya.
18.identifikasi Risiko

14
Proses menentukan apa yang dapat terjadi,mengapa dan bagaimana.
19.Pengurangan Risiko
Penggunaan/ penerapan prinsip prinsip manajemen dan teknik eknik yang tepat secara
selektif, dalam rangka mengurangi kemungkinan terjadinya suatukejadian atau
konsekuensinya, atau keduanya*
20.Pemindahan Risiko (risk transfer )

Mendelegasikan atau memindahkan suatu beban kerugian ke suatu kelompok/ bagian lain melalui jalur
hokum, perjanjian/ kontrak,asuransi,dan lain-ain.pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko
fisik dan bagiannya ketempat lain

2.1.5 Pengertian Hazard ( Bahaya)


Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang menpunyai
kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan, maupun
manusia (Budiono, 2003). Menurut Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu yang berpotensi
menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau aspek
lainnya dari lingkungan kerja.
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cidera (injury) atau
kerusakan (damage) baik manusia, properti dan Setiap kegiatan yang dilakukan tidak ada
satupun yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan
yang dilakukan di industri yang dalam proses produksinya menggunakan proses kimia.
Proses kimia pada industri memberikan potensi bahaya yang besar, potensi bahaya yang
ditimbulkan disebabkan antara lain: penggunaan bahan baku, tingkat reaktivitas dan
toksitas tinggi, reaksi kimia, temperatur tinggi, tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan
yang digunakan. Potensi bahaya yang ditimbulkan diperlukan upaya untuk
meminimalkan terhadap risiko yang diterima apabila terjadi kecelakaan (Baktiyar, 2009).
Mengingat potensi bahaya yang besar pada industri yang menggunakan proses kimia,
maka diperlukan upaya pengendalian, sehingga resiko yang ditimbulkan pada batas-batas
yang dapat diterima melalui Risk Assessment. lingkungan (Baktiyar, 2009)

2.1.6 Komponen Bahaya


g. Karakteristik material
h. Bentuk material
i. Hubungan pemajanan dan efek

15
j. Jalannnya pemajanan dari proses individu
k. Kondisi dan frekuensi penggunaan
l. Tingkah laku pekerja.

2.1.7 Jenis-Jenis Hazard


Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jeni bahaya maka jenis
bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja. Bahaya Kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi dan
bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan kerja,
misalnya penyakit akibat kerja, pemajanan terjadi pada waktu lama dan pada konsentrasi
rendah. Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang
terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut,
konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah. Bahaya keselamatan (Safety
hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan segala kondisi yang dapat
menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.
Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
d. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.
e. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
f. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
Bahaya kesehatan (health hazard) focus pada kesehatan manusia. Bahaya
keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya berkaitan dengan
ergonomi, psikososial, elektrik, berdampak pada keselamatan kerja, misalnya cedera,
kebakaran, ledekan, pemajanan terjadi pada waktu singkat.
6.) Hazard fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya listrik,
temperatur ekstrim, kelembaban, kebisingan, kebisingan, radiasi, pencahayaan,
getaran, dan lain-lain.
7.) Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia.Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen,
getah sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol, insektisida, dan lain-lain..
Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya dan perlu diambil langkah - langkah
keselamatan apabila mengendalinya.

16
8.) Hazard biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang berada di
lingkungan kerja seperti virus, bakteri, tanaman, burung, binatang yang dapat
menginfeksi atau memberikan reaksi negative kepada manusia.
9.) Hazard psikososial, misalnya yang berkaitan aspek social psikologis maupun
organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberi dampak
pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti misalnya pola kerja yang tak
beraturan, waktu kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang melebihi
kapasitas mental, tugas yang tidak berfariasi, suasana lingkungan kerja yang
terpisah atau terlalu ramai dll sebagainya 5) Hazard ergonomi yang termasuk
didalam kategori ini antara lain desain tempat kerja yang tidak sesuai, postur
tubuh yang salah saat melakukan aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan,
pergerakan yang berulang-ulang.
10.)Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak
atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.

17
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal penting yang harus diterapkan di semua tempat kerja,
baik pada sektor formal maupun sektor informal. Terlebih bagi tempat kerja yang memiliki risiko atau
bahaya yang tinggi, serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Asuhan
keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi
sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yanng diberikan. Upaya
perawat yangn dapat dilakukan untuk mencegah dan meminimalkan risiko dan hazard dalam perencanaan
asuhan keperawatan yaitu:

1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian, dan pengendalian faktor risiko.

2. Membuat peraturan

3. Tujuan dan sasaran

4. Indikator kinerja

5. Program kerja

6. Pengorganisasian

18
B. SARAN
Sebaiknya tenaga kesehatanharus lebih bisa menjaga keamanan diridengan selalu memakai APD dan
mememnuhi SOP saat melakukan tindakan dan menambah pengetahuantentang upaya pencegahan
resikodan hazard agar mampumenerapkannya dalam ruang lingkup keperawatan.

Saat melalkukn proses keperawatan,perawat harus benar benar memperhatikan hazard dan resikoyang
kemungkinan terjadi.hal ini bertujuan untuk mencegah dan menghindari terjadinyakecelakaan
kerja.seperti terinfeksipenyakit,mendapatkan kekerasan fisik/verbal saat mengkaji pasien.salah satu cara
untuk menghindari dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja,makadisarankan untuk menggunakan APD
yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their
workplace as an indicator of quality of nurses’ life in Indonesia: a preliminary study. In IOP
conference series: Earth and Environmental science (Vol. 248, No. 1, p. 012031). IOP
Publishing.
https://stikesypib.ac.id/blog/upaya-mencegah-dan-meminimalkan-risiko-dan-hazard/
Iftadi, I., Jauhari, W.A., dkk. 2011. Penentuan Faktor-Faktor Bahaya yang Dihadapi
Perawat

19
di RSUD Kabupaten Karanganyar dan Usulan Pencegahannya Menggunakan Metode AHP.
Performa (2011) Vol. 10, No.1: 1 – 10
Indragiri, S., & Yuttya, T. 2018. MANAJEMEN RISIKO K3 MENGGUNAKAN HAZARD
IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC). JURNAL
KESEHATAN Vol. 9 No. 1

20

Anda mungkin juga menyukai