Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HAZARD DAN RESIKO DALAM PENGKAJIAN

Dosen Pengampu:
Ns. Abdul Syafe' i, S.Kep., M.Kes
Disusun Oleh :
1. Anggelina Putri A. (142012218004)
2. Annisa Karmeinica (142012218005)
3. Desta Novitasari (142012218014)
4. Dhuwi Sinta Ratnawati (142012218018)
5. Ismi Nafilah (132012218028)
6. Lussy Sulistiawati (142012218033)
7. Dhea Putri Ramadhona (142012218068)
8. Syahrial Wahyu Nugraha (142012218070)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah hazard dan resiko dalam pengkajian
dengan sebaik-baiknya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
keselamatan pasien dan keselamatan kesehatan kerja.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami hambatan, akan


tetapi dalam bantuan berbagai pihak, penyusun dapat mengatasi semua hambatan
yang dialami dan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terima kasih atas dukungan moral maupun materi kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah hazard dan resiko dalam
pengkajian.

Semoga makalah hazard dan resiko dalam pengkajian ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan penulis khususnya. Saya menyadari bahwa pada makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan karena dalam penyusunannya saya masih memiliki banyak
kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karenanya, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat memperbaiki
kekurangan pada makalah ini.

Palembang, 07 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................

2.1 Faktor Resiko dan Hazard Di Tempat Kerja...................................................................

2.2 Hazard dan Pengendaliannnya........................................................................................

2.2.1 Jenis-Jenis Hazard...........................................................................................................

2.2.2 Pengendalian Hazard......................................................................................................

2.3 Risiko..............................................................................................................................

2.3.1 Manajemen Risiko........................................................................................................

2.4 Penerapan Keperawatan Kesehatan Kerja....................................................................

2.4.1 Fungsi Dan Tugas Perawat Dalam K3..........................................................................

2.4.2 Hazard dan Resiko Dalam Proses Pengkajian..............................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer.
Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3
yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah
‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi
pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu
pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai
pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu.
Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu
terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program
didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya
bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun
kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam
mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin
terjadi.( Rijanto, 2010 ).
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian
materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang
tidak sedikit jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian
yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat
digantikan oleh teknologi apapun. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan
kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2.2 juta dan
kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data
PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu

1
kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550
milyar. Konpensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja
sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak
langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar
merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007).
Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari
risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu
melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3,
diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja
yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas
perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya
meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.
Dengan demikian untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan
pertimbangan yang tepat, dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran
serta pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud
dengan memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana factor hazard dan resiko di tempat kerja?
2. Bagaimana cara mengendalikan Hazard ?
3. Bagimana Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard ?
4. Bagaimana peran perawat dalam K3?
5. Hazard dan Resiko yang bisa terjadi saat proses pengkajian?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui factor hazard dan resiko di tempat kerja.
2. Untuk mengetahui cara mengendalikan Hazard.
3. Untuk mengetahui Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard.
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam K3.
5. Untuk mengetahui Hazard dan Resiko yang bisa terjadi saat proses pengkajian

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Resiko dan Hazard Di Tempat Kerja

Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta


resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat
dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.

Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk
mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami
oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi
manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya
menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Ditempat
kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi,
Ferry. 2009: 233):

Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran


jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja yang baik
seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang
prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang untuk
melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk
bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.

4
Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia, biologik,
ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja (misalnya, panas,
bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja.
Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.

Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam
kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi, Ferry. 2009: 233).

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi
tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga
oleh faktor-faktor pelayanan kesehata kerja, perilaku kerja, serta faktor lainnya
(effendi, Ferry. 2009: 233)

2.2 Hazard dan Pengendaliannnya


Berdasarkan National Safety Council mengatakan bahwa hazard adalah faktor faktor
intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai
potensi menimbulkan efek kesehatan maupun keselamatan pekerja serta lingkungan
yang memberikan dampak buruk. Sedangkan menurut Miles Nedved hazard adalah
suatu aktivitas atau sifat alamiah yang berpotensi menimbulkan kerusakan.
Pengertian berdasarkan Frank Bird Jr, hazard adalah suatu kondisi atau tindakan yang
dapat berpotensial menimbulkan kecelakaan dan kerugian (AS/NZS, 1999).

Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi pada
gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada property, area
atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun
kerusakan – kerusakan lainnya. Firence (1978) mendefinisikan hazard sebagai suatu
material atau kondisi yang berpotensi ditempat kerja dimana dengan atau tanpa

5
interaksi dengan variabel lain dapat menyebabkan kematian, cedera, atau kerugian
lain.

Komponen Bahaya :
1. Karakteristik material.
2. Bentuk material.
3. Hubungan pekerjaan dan efek.
4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
5. Tingkah laku pekerja.

2.2.1 Jenis-Jenis Hazard


Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya
maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan
bahaya keselamatan kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia,
biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan
kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja. Sedangkan, bahaya keselamatan
(safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang terlibat dalam proses,
peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan
probabilitas untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera,
kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.
Biasanya efek dari bahaya keselamatan dapat langsung terlihat pada saat terjadi.
Jenis-jenis safety hazard, antara lain :

a.) Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.

b.) Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.

6
c.) Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat
yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.

Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan


manusia. Bahaya keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya
berkaitan dengan ergonomi, psikososial, elektrik, berdampak pada keselamatan kerja,
misalnya cedera, kebakaran, ledekan, pemajanan terjadi pada waktu singkat.

a.) Hazard Fisik

Bentuk dari hazard fisik adalah radiasi, kebisingan, temperature ekstrim,


pencahayaan, getaran.

b.) Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan
kimia. Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen, getah
sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol, insektisida, dan lain-lain.. Bahan-
bahan kimia tersebut merbahaya dan perlu diambil langkah - langkah keselamatan
apabila mengendalinya.

c.) Hazard Biologis

Hazard ini seluruhnya berasal dari makhluk hidup dan berdampak pada kesehatan,
berupa jamur, bakteri, virus.

d.) Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan
aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang.

e.) Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak
atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.

f.) Hazard Listrik

Hazard listrik adalah hazard yang ditimbulkan dari arus listrik pendek, listrik statis.

7
g.) Hazard Psikososial

Stress, kekerasan ditempat kerja, waktu kerja yang padat, kurangnya waktu istirahat.

2.2.2 Pengendalian Hazard

Hazard atau bahaya dapat dihindari ataupun dampak dari hazard tersebut
dapat diminimalkan. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam
metode, yaitu:
1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,
penghargaan, dan motivasi diri.
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
5. Penegakan hukum.
6. Pemberian alat pelindung diri/ APD
7. Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk
mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan
hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya.
Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih
efektif.

2.3 Risiko
Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti pemberian.
Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian cedera,
keadaan yang merugikan atau perusakan (Risk is Possibility of loss,
injury,disadventage or destruction). Menurut International Labour

8
Organization (ILO), risiko adalah kemungkinan adanya peristiwa atau kecelakaan
yang tidak diharapkan dan dapat terjadi dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sumber lain menyatakan bahwa risiko adalah adalah ukuran kemungkinan kerugian
yang timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi, dengan kata lain risiko
adalah probabilitas kerusakan atau kerugian dari hazard yang melekat pada spesifik
individu atau kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut. Risiko merupakan
akumulasi dari potensi hazard, konsekuensi yang diakibatkannya, durasi pemaparan
dan probabilitas yang ditimbulkannya. Risiko merupakan gambaran kuantitatif dari
kemungkinan kerugian yang mempertimbangkan kemungkinan suatu hazard yang
akan mengakibatkan suatu peristiwa tersebut (DOE, USA, 1996). Menurut Kolluru
(1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu :

1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan konsekuensi
tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat efeknya. Penyebab
risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan
manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi
rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih
berfokus pada kesehatan manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara populasi,
komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak yang
ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian
properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus risiko
finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.
5. Risiko Terhadap Masyarakat

9
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap kinerja
organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat terfokus pada
penilaian dan persepsi masyarakat
2.3.1 Manajemen Risiko
Menurut AS/NZS 4360 : 2004 manajemen risiko adalah suatu kumpulan dari
berbagai tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko – risiko
keselamatan dan kesehatan dalam suatu aktivitas kegiatan.
Manfaat dilakukannya manajemen risiko adalah (AS/NZS 4360 : 2004) :
1. Mengurangi kejadian yang tidak dapat terduga
2. Mencari kesempatan atau peluang
3. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektifitas
4. Meningkatkan keuntungan ekonomis dan efisiensi
5. Meningkatkan informasi sebagai masukan sebagai proses pengambilan
keputusan
6. Meningkatkan reputasi organisasi atau perusahaan
7. Sebagai komitmen direksi untuk melindungi pekerja
8. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas, kepercayaan,
dan governance.
9. Meningkatkan kesejahteraan kesehatan personal dan pekerja lainnya.
Tahapan proses manajemen risiko (AS/NZS 4360 : 2004), yaitu :
a.) Penetapan ruang lingkup
Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan, metode atau cara pelaksanaan
manajemen risiko, serta pencapaian yang ditargetkan oleh perusahaan.
b.) Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola, mencari tahu
jenis hazard apa saja yang mungkin menimbulkan risiko, bagaimana dan mengapa
risiko tersebut muncul.
c.) Analisis risiko

10
Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan faktor probabilitas
atau likelihood dan konsekuensi, dengan mempertimbangkan upaya pengendalian
risiko yang telah dilakukan.

d.) Evaluasi risiko


Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses analisis risiko dengan
kriteria evaluasi yang digunakan, menentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau
tidak.
e.) Pengendalian risiko
Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko, terutama risiko dengan
tingkat tinggi dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi

f.) Monitoring dan review

Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat risiko, serta


efektifitas program, penanganan risiko yang telah dilakukan agar selanjutnya dapat
ditentukan tindakan koreksi dan perbaikan yang perlu dilakukan.

g.) Komunikasi dan konsultasi

Melakukan komunikasi dua arah antara pihak manajemen dan pekerja untuk
mendapatkan masukan mengenai implementasi pengelolaan risiko di tempat kerja
guna perbaikan system pengelolaan risiko tersebut.

2.4. Penerapan Keperawatan Kesehatan Kerja

Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai berikut (Rachman.
1990):

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat

11
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.

2.4.1. Fungsi Dan Tugas Perawat Dalam K3

Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):

1. Fungsi perawat

a. Mengkaji masalah kesehatan


b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan

2. Tugas perawat

a. Mengawasi lingkungan pekerja


b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah
kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja

12
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

2.4.2 Hazard dan Resiko Dalam Proses Pengkajian

Dalam melakukan proses pengkajian dan perencanaan pada pasien, perawat harus
memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi, seperti :

1. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.

2. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian.

3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan perawat

4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan fisik.

5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.

Contoh Kasus:

Seorang perawat di salah satu RS mengalami kekerasan fisik dan verbal pada saat
perawat tersebut sedang melakukan pengkajian. Seperti yang dikutip dalam suatu
artikel di media online:

“Ketika perawat T,28 tahun, melakukan pendekatan untuk mengumpulkan data, salah
satu pasiennya mengamuk, berteriak dan memukul-mukul kepalanya ke dinding.
Dia mencoba menghentikan dan menenangkannya tapi pasiennya secara emosional
malah menendang dadanya, membuat dia terluka, dan membuat mentalnya tergoyang
seharian.”

Role Play:

13
Tahap Prainteraksi

Tahap Orientasi

Suster: "Selamat pagi mas? Perkenalkan nama saya Gabby, biasa dipanggil perawat
Gabby kalo boleh tau mas namanya siapa?suka di panggil apa?"

Pasien: (Diam saja sambil melotot)

Suster: "Mas perkenalkan nama saya perawat Gabby, mas namanya siapa?"

Pasien: "TARMIN" (dengan nada ketus)

Suster: "Ooh.. mas Tarmin mas Tarmin hari ini kabarnya bagaimana?"

Pasien: (diam)

Suster: "mas Tarmin perawat nanya nih"

Pasien: (Diam)

Suster: "Kenapa mas Tarmin? Lagi tidak enak badan ta? Kok diam saja?"

Pasien: (Diam)

Suster: "yaudah kalo mas Tarmin tidak mau berbicara sekarang, 10 menit lagi
perawar kembali, perawar harap mas Tarmin sudah mau bicara"

10 menit kemudian

Tahap Kerja

Suster: "Loh(muka kaget) mas Tarmin kok kepalanya dibentur2in, jangan dong
mas.."

14
Pasien: (sambil membentak perawat) "Biarin, Percuma saya hidup, saya ini orang
yang gak berguna, orang bodoh"

Suster: (Berusaha menarik pasien dari tembok) "Siapa yang bilang mas Tarmin ini
tidak berguna?"

Pasien: "Saya ini gak berguna!!!!"(sambil menendang dada suster dan teriak)

Suster : “Di dunia ini tidak ada yang tidak berguna mas Tarmin, semua yang di
ciptakan olehTuhan pasti ada manfaatnya. Apalagi mas Tarmin masih mempunyai
tubuh yang lengkap”.

Pasien: (tertunduk)

Suster :”Begini saja mari suster ajak mas Tarmin jalan-jalan ketaman, bagaimana?”

Pasien: “ngapain?”

Suster: “biar pikiran mas Tarmin tenang tidak marah marah lagi.”

Pasien: (pasien mau menerima ajakan suster).Di Taman

Suster: mas gimana uda bisa merasa tenang belum perasaannya sekarang?

Pasien: (termenung)

Suster: mas kalau boleh suster tau sebenarnya ada apa kok mas mengatakan bahwa
mas itutidak berguna?

Pasien: saya merasa malu dan tidak berguna sus sebab saya tidak lulus UAN..bodoh
soal begitu saja saya tidak lulus

.Suster: mas kegagalan itu bukan akhir segalanya tapi kegagalan itu adalah
keberhasilan yangtertunda.

15
Pasien: tapikan tetep aja gagal. (lalu mengepalkan tangan dan seolah ingin memukul
tanah)

Suster: tenang ya Mas Tamin ! apa yang membuat Tamin kesal?

Pasien : saya kesal kalau ada yang tanya-tanya sama saya tentang ketidaklulusan
saya.Rasanya ingin saya pukul saja mereka.

Suster : ooh, begitu. Mas Tamin ini kesal kalau ada yang menanyakan tentang ketidak
lulusan itu ya. sekarang coba dipikirkan, memukul seseorang yang tidak bersalah itu
perilaku yang baik atau tidak?

Pasien : tidak sus.

Suster : yaa bagus. Itu perilaku yang tidak baik. Itu kan bisa melukai orang itu. Selain
itu,tangan Mas Tamin kan bisa jadi sakit atau luka. Bagaimana menurut Tamin?

Pasien : iya ya sus. Tidak ada gunanya juga memukul orang lain. Malah membuat
tangansaya pegal pegal.

Suster : baiklah, kalau begitu. mari suster ajarkan cara untuk mencegah Mas
Taminmelakukan kekerasan. Kalau timbul rasa kesal pada diri Mas Tamin, sesegera
mungkin tarik napas dalam. Instruksikan diri Mas Tamin untuk tenang. Ayo sekarang
dicoba.

Pasien : (mempraktekkan nafas dalam).

Terminasi

Suster : ya bagus. Sekarang bagaimana perasaan Tamin?

Pasien : Kalau saya masih merasa kesal bagaimana, Sus?

Suster : Kalau Tamin masih kesal, cobalah untuk mengekspresikannya ke benda yang
tidak bahaya. Memukul bantal misalnya. Ayo sekarang dicoba !

16
Pasien : begini sus? Iya sus, saya lega sekarang.

Suster : naaah.. bagus. Begitu kan lebih baik. Tamin bisa mempraktekkan 2 cara tadi
kalauTamin sedang kesal. Apakah Tamin sudah mengerti?

Pasien : iya sus (menganggukkan kepala)

Suster : Oke. ¡ suster yakin Tamin bisa mengendalikan emosi dengan baik. Kalau
begitu,sesuai kontrak tadi bahwa kita mengobrol 10 menit saja. Sekarang sudah 10
menit, suster melanjutkan pekerjaan suster ya. Tamin bisa mencari kesibukan yang
lain.

Pasien : baik sus.

Suster : besok suster akan menemui Tamin lagi untuk menanyakan 2 cara yang tadi
sudah suster ajarkan sudah Tamin kerjakan atau belum. Tamin mau kita bertemu
kapan dan dimana?

Pasien : pagi jam 9 sus. Di taman.

Suster : baik pagi jam 9, di taman ya. Sampai bertemu besok.

Analisis Kasus:

Hazard : Perawat mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal pada saat melakukan
pengkajian kepada pasien.

Resiko : Perawat mengalami luka dan mentalnya tidak stabil.

Kejadian kekerasan fisik maupun verbal dalam kasus tersebut tidak disebut berasal
dari kesalahan perawat sendiri ataukah karena memang sang pasien memiliki
emosional yang tidak dapat dikontrol. Dalam proses pengkajian sendiri, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat. Mulai dari pemahaman akan
pengertian pengkajian, tahap-tahapan pengkajian, hingga metode yang digunakan
melakukan pengkajian.

17
Dalam mengkaji pasien, perawat pun harus menyadari akan adanya hazard dan resiko
yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya perlu dilakukan sebagai
tidakan pencegahan. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan baik dari pihak pasien,
perawat itu sendiri maupun dari pihak manajemen rumah sakit. Berikut beberapa
upaya yang perlu dilakukan untuk mecegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal
pada perawat saat melakukan pengkajian:

1. Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk apapun
kepada pihak rumah sakit.

2. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesama


manusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.

3. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi pendengar


yang baik. Salah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah wawancara.
Saat melakukan wawancara, perawat harus mampu menempatkan diri sebagai tempat
curhat pasien sebaik mungkin.

4. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara menghindari


tindakan kekerasan verbal dan fisik.

5. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk
didekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga pasien terlebih
dahulu.

6. Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang menyinggung


pasien dan keluarganya.

7. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan


dari pasien terlebih dahulu.

8. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri untuk


menghadapi hazard dan resiko.

18
9. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan-laporan
kekerasan fisik maupun verbal terhadap perawat.

10. Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari poli, ruangan
rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif untuk menentramkan
suasana hati pasien dan keluarga.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari pendekatan
ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan
risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya
yang mungkin terjadi. Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian
ini meliputi pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan
pada property, area atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses
produksi ataupun kerusakan – kerusakan lainnya. Berdasarkan karakteristik dampak
yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan
menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya keselamatan kerja

Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe
risiko, yaitu : risiko keselamatan, risiko kesehatan, risiko lingkungan dan ekologi,
risiko finansial, danrisiko terhadap masyarakat.

3.2 Saran

Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus benar-benar memperhatikan


hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan

19
menghindari terjadinya kecelakaan kerja, seperti terinfeksi penyakit, mendapatkan
kekerasan fisik/verbal saat mengkaji pasien, dan mendapatkan informasi yang tidak
sesuai dari pasien. Salah satu cara untuk menghindari dan mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, maka disarankan untuk menggunakan APD yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo.2010.Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta:Rineka


Cipta
Nugraha, M. Taufik, dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja (k3). https://id.scribd.com/doc/134878219/Asuhan-Keperawatan-
Kesehatan-Dan-Keselamatan-Kerja-k3, diakses: 17 April 2024

Roullion. (2014). Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.


https://id.scribd.com/doc/216292944/Kesehatan-Dan-Keselamatan-Kerja,
diakses: 17 April 2024

Setiarini, Nur Annisa, dkk. (2014). MAKALAH Konsep Dasar K3, Hazard dan
Pengendaliannya. Serang-Banten: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan

Widyaresmi, Vike Naura, dkk. (2016). UPAYA MENCEGAH DAN


MEMINIMALKAN RESIKO DAN HAZARD PADA TAHAP
PENGKAJIAN. https://id.scribd.com/doc/312057056/Risiko-Dan-Hazard-
Kasus-Pengkajian, diakses: 17 April 2024

20

Anda mungkin juga menyukai