Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MAKALAH

KESELAMATAN PASIEN DAN KESEHATAN KERJA

DALAM KEPERAWATAN (K3)

Dosen Pengampu : Ns. Isti Antari, S.Kep., MMedEd

Disusun Oleh :

Ragita Melin Ramadhini / M18010024

S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat
merampungkan penyusunan makalah “Keselamatan Pasien Dan Kesehatan Kerja
Dalam Keperawatan” menurut data yang benar.

Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin saya upayakan, sehingga


dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa saya
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung saya
dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah


sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat
menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan
pada makalah-makalah selanjutnya.

Bantul, 7 Desember 2019

1|KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
BAB I (PENDAHULUAN) ...................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB II (PEMBAHASAN) ....................................................................................................... 5
2.1 Teknik Mencuci Tangan ............................................................................................ 5
2.2 Alat Pelindung Diri .................................................................................................... 6
2.3 Prinsip Pemberian Obat ............................................................................................ 9
2.4 Pengenalan Agen Bahaya (Hazard) ......................................................................... 12
2.5 Simbol Agen Bahaya................................................................................................ 14
2.6 Kode Bencana ......................................................................................................... 18
2.7 Prosedur Memindahkan Bahan Kimia .................................................................... 18
2.8 Prosedur Pembuangan Limbah ............................................................................... 20
2.9 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan .................................................................. 25
A. Pengertian Pertolongan Pertama ............................................................................. 25
2.10 Cara Menggunakan APAR ..................................................................................... 30
BAB III (PENUTUPAN) ........................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32

2|KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan
di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun
2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia,
Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat
rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah).
Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya.
Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi
dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat
terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan.
Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami
sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan
dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai

3|KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Teknik Mencuci Tangan yang benar ?
2. Apa saja macam-macam Alat Pelindung Diri ?
3. Apa saja prinsip Pemberian Obat yang benar ?
4. Apa pengertian dan macam-macam Agen Bahaya ?
5. Apa saja simbol-simbol Agen Bahaya ?
6. Apa saja macam-macam Kode Bencana ?
7. Bagaiamana Prosedur Memindahkan Benda atau Bahan Kimia yang
benar ?
8. Apa saja prosedur Pembungan Limbah ?
9. Bagaimana Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ?
10. Bagaimana Prosedur penggunaan APAR ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui teknik mencuci tangan yang benar.
2. Mengetahui macam-macam alat pelindung diri.
3. Mengetahui prinsip pemberian obat.
4. Mengetahui agen bahaya dan macam-macamnya.
5. Mengetahui simbol agen bahaya.
6. Mengetahui macam-macam kode bencana.
7. Mengetahui prosedur memindahkan benda atau bahan kimia.
8. Mengetahui prosedur pembungan limbah.
9. Mengetahui prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan.
10. Mengetahui prosedur penggunaan APAR.

4|KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik Mencuci Tangan


Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan
lainnya oleh manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari
ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Perilaku mencuci tangan
berbeda dengan perilaku cuci tangan yang merujuk pada kata kiasan.
Mencuci tangan baru dikenal pada akhir abad ke 19 dengan tujuan menjadi
sehat saat perilaku dan pelayanan jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan
tajam angka kematian dari penyakit menular yang terdapat pada negara-negara
kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan bersamaan dengan ini isolasi dan
pemberlakuan teknik membuang kotoran yang aman dan penyediaan air
bersih dalam jumlah yang mencukupi.

CARA MENCUCI TANGAN YANG BENAR

6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :

1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

5|KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


2.2 Alat Pelindung Diri
A. PENGERTIAN ALAT PELINDUNG DIRI
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa
juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya
dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, pesonal
protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik
yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

B. TUJUAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

C. MANFAAT ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


1. Untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko akibat kecelakaan.

D. JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Alat Delindung Diri meliputi :
1. Sarung tangan ( sarung tangan bedah, sarung tangan pemeriksaan,
sarung tangan rumah tangga).
2. Masker
3. Respirator
4. Pelindung mata
5. Tutup kepala/kap
6. Gaun
7. Apron
8. Alas kaki

6|KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


E. KEGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
1. Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien dari
mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik
terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi dan harus selalu diganti
untuk mecegah infeksi silang.
Menurut Tiedjen ada tiga jenis sarung tangan yaitu:
a. Sarung tangan bedah, dipaka sewaktu melakukan tindakan infasif
atau pembedahan.
b. Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas
kesehatan sewaktu malakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
c. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memprose
peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu
membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
2. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian
bawah, rahang dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan
cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah
bicara, batuk, atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau
cairan tubuh yang terkontaminasi masik kedalam hidung atau mulut
petugas kesehatan. Masker jika tidak terbuat dari bahan tahan cairan,
bagaimanapun juga tidak efektif dalam mencegah dengan baik.
3. Respirator
Masker jenis khusus, disebut respirator partikel, yang dianjurkan
dalam situasi memfilter udara yang tertarik nafas dianggap sangat
penting (umpamanya, dalam perawatan orang dengan tuberculosis paru).
4. Pelindung mata
Melindungi perawat kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuh
lainya yang terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung mata
termasuk pelindung plastik yan jernih. Kacamata pengaman, pelindung
muka. Kacamata yang dibuat dengan resep dokter atau kacamata dengan
lensa normal juga dapat dipakai.
5. Tutup kepala/kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut
tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup
semua rambut.

7|KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


6. Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini
dipakai untuk melindungi pakaian petugas pelayanan kesehatan.Gaun
bedah, petama kali digunakan untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan lengan dari staf
perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.
7. Apron/Clemek
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas
tahan air di bagian depan dari petugas kesehatan.
8. Alas kaki
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam
atau berat atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.

F. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN ALAT PELINDUNG DIRI


 Kekurangan
a. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai Alat
pelindung diri yang kurang tepat
b. Fungsi dari Alat Pelindung Diri ini hanya untuk menguragi akibat dari
kondisi yang berpotensi menimbulkan bahaya.
c. Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan
d. Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah,
e. Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar)
f. Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu.
g. Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister,
filter dan penyerap (cartridge).
h. Alat Pelindung Diri dapat menularkan penyakit,bila dipakai berganti-ganti.

 Kelebihan
a. Mengurangi resiko akibat kecelakaan
b. Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
c. Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan
administrasi tidak berfungsi dengan baik.
d. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.

8|KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


2.3 Prinsip Pemberian Obat
1) Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan dengan cara mencocokkan program pengobatan pada
pasien, nama, nomor register, alamat untuk mengidentifikasi kebenaran
obat. Hal ini penting untuk membedakan dua klien dengan nama yang
sama, karena klien berhak untuk menolak penggunaan suatu obat, dan
klien berhak untuk mengetahui alasan penggunaan suatu obat.

2) Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus
mendapatkan informasi tersebut atau menghubungi apoteker untuk
menanyakan nama generik dari nama dagang obat yang asing. Jika pasien
meragukan obatnya, maka perawat harus memeriksanya lagi dan
perawat harus mengingat nama dan obat kerja dari obat yang diberikan.
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya, perawat harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu saat
mengembalikan obat ke tempat penyimpanan, saat obat diprogramkan,
dan ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan
ke bagian farmasi.

3) Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar
perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien maka penentuan
dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti alat
untuk membelah tablet, spuit atau sendok khusus, gelas ukur, obat cair
harus dilengkapi alat tetes. Beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
b. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis
yang akan diberikan dengan mempertimbangkan berat badan klien
(mg/BB/hari), dosis obat yang diminta/diresepkan, dan tersedianya
obat. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa
oleh perawat lain.
c. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat
yang bersangkutan.
d. Dosis yang diberikan kepada klien sesuai dengan kondisi klien.

9|KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


4) Benar Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda dan
rute obat yang diberikan diantaranya inhalasi, rektal, topikal, parenteral,
sublingual, peroral. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik
ditentukan oleh tempat kerja obat yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi
obat, kecepatan respon yang diinginkan, dan keadaan umum pasien.
a. Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan yang
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas sehingga berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya.
b. Rektal yaitu pemberian obat melalui rektum yang berbentuk enema
atau supositoria yang memiliki efek lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti pasien yang tidak sadar/kejang (stesolid
supp), hemoroid (anusol), konstipasi (dulcolax supp).
c. Topikal yaitu pemberian obat melalui membran mukosa atau kulit
misalnya tetes mata, spray, krim, losion, salep.
d. Parenteral yaitu pemberian obat yang tidak melalui saluran cerna atau
diluar usus yaitu melalui vena (perinfus/perset).
e. Oral adalah rute pemberian obat yang paling banyak dipakai karena
aman, nyaman, dan ekonomis dan obat juga dapat diabsorpsi melalui
rongga mulut seperti Tablet ISDN.

5) Benar Waktu
Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat dan berhubungan
dengan kerja obat itu sendiri, maka pemberian obat harus benar-benar
sesuai dengan waktu yang diprogramkan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan sesuai dengan prinsip benar waktu yaitu:
a. Perawat bertanggung jawab untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik seperti tes darah puasa
yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
b. Memberikan obat-obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung
seperti aspirin dan kalium bersama-sama dengan makanan.
c. Pemberian obat juga diperhatikan apakah bersama-sama dengan
makanan, sebelum makan, atau sesudah makan.
d. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (T ½). Obat
yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari
dengan selang waktu tertentu, sedangkan obat yang memiliki waktu
paruh panjang diberikan sehari sekali.

10 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
e. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari untuk
mempertimbangkan kadar obat dalam plasma tubuh. Misalnya dua kali
sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari, atau enam kali sehari.
f. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

6) Benar Dokumentasi
Pemberian obat harus sesuai dengan standar prosedur yang
berlaku di rumah sakit. Perawat harus selalu mencatat informasi yang
sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap
pengobatan. Perawat harus mendokumentasikan kepada siapa obat
diberikan, waktunya, rute, dan dosis setelah obat itu diberikan.

7) Benar Evaluasi
Setelah pemberian obat, perawat selalu memantau atau
memeriksa efek kerja obat kerja tersebut.

8) Benar Pengkajian
Sebelum pemberian obat, perawat harus selalu memeriksa tanda-
tanda vital (TTV).

9) Benar Reaksi dengan Obat Lain


Pada penyakit kritis, penggunaan obat seperti omeprazol
diberikan dengan chloramphenicol.

10) Benar Reaksi Terhadap Makanan


Pemberian obat harus memperhatikan waktu yang tepat karena
akan mempengaruhi efektivitas obat tersebut. Untuk memperoleh kadar
yang diperlukan, ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya
Indometasin dan ada obat yang harus diminum sebelum makan misalnya
Tetrasiklin yang harus diminum satu jam sebelum makan.

11) Hak Klien Untuk Menolak


Perawat harus memberikan “inform consent” dalam pemberian
obat dan klien memiliki hak untuk menolak pemberian obat tersebut.

12) Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien


Perawat memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan pendidikan
kesehatan khususnya yang berkaitan dengan obat kepada pasien,

11 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
keluarga pasien, dan masyarakat luas diantaranya mengenai perubahan-
perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
selama sakit, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, efek
samping dan reaksi yang merugikan dari obat, hasil yang diharapkan
setelah pemberian obat, alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, penggunaan obat yang baik dan benar, dan sebagainya.

2.4 Pengenalan Agen Bahaya (Hazard)


Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau
situasi yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian.Sesuatu disebut
sebagai sumber bahaya hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang
negatif (Cross, 1998).
Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian
untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu
bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi.
Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan,
namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak
atau eksposur. (tranter, 1999).
Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya
diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Bahaya keselamatan kerja (safety hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdamak pada timbulnya
kecelakaan yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta
kerusakan property perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya
keselamatan antara lain :
a. Bahaya mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik
seperti tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset.
b. Bahaya elektrik, disebabkan peralatan yang mengandung arus
listrik.
c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang
bersifat flammable (mudah terbakar)
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang
sifatnya explosive.

12 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan,
menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.Dampaknya
bersifat kronis.jenis bahaya kesehatan antara lain :
a. Agen Bahaya Biologi (Biohazard)
Potensi bahaya yang berhubungan dengan hewan, manusia,
tanaman yang terinfeksi penyakit (agen biologi). Contohnya yaitu Bakteri,
Jamur, Parasit, Protein.
Biasanya kontak manusia dengan manusia melalui sistem
pernafasan, kontak dengan cairan yang terinfeksi dan kontak dengan
objek yang terinfeksi.

b. Agen Bahaya Fisik (Phisical Hazard)


Potensi bahaya yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan atau
dipengaruhi paparan macam-macam bentuk energi yang membahayakan
tubuh tanpa harus bersentuhan. Contohnya yaitu Kebisingan, Getaran,
Radiasi, Suhu, Pencahayaan.

c. Agen Bahaya Kimia (Chemical Hazard)


Potensi bahaya yang muncul saat pekerja terkena segala bentuk
zat kimia pada tempat kerjanya. Beberapa zat mungkin lebih aman dari
zat yang lain, akan tetapi hal ini juga tergantung kepada orang yang
terpapar zat tersebut. Contohnya yaitu Bahan Kimia Padat (Belerang,
Fosfor, DDT, debu yang terlalu banyak); Cair (Asam Klorida/HCL, Cairan
Pembersih, Etanol, Uap Panas); Gas (Korbondioksida, Karbon Monoksida,
Helium, Propane, Gas Beracun).
 Perilaku yang dapat menimbulkan bahaya :
1. Menghirup
2. Menelan
3. Penyerapan lewat kulit atau kontak invasive

 Efek dari bahan kimia :


1. Iritasi
2. Alergi
3. Sesak nafas
4. Narcosis dan Anastesia tidak sadarkan diri atau ketagihan
5. Sistem tubuh tercuni
6. Kanker

13 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
7. Kerusakan pada janin (teratogenic)
8. Pneumoconiosis

d. Ergonomic Hazard
Potensi bahaya yang terjadi saat model pekerjaan, posisi tubuh,
kondisi pekerjaan dan desain lingkungan kerja yang tidak sesuai sehingga
membuat tubuh menjadi terganggu.
Potensi bahaya ini adalah yang paling sulit diketahui sumbernya
dikarenakan ketegangan pada tubuh tidak selalu muncul atau dirasa
potensi bahaya yang muncul tindak terlalu membahayakan.
Beberapa yang berhungan dengan Ergonomic Hazard, yaitu :
o Penerangan Di Tempat Kerja
o Posisi duduk dan kursi yang Ergonomis

e. Agen Bahaya Psikososial


Potensi bahaya yang memberi efek pada sisi psikososial pekerja,
termasuk kemampuan berpartisipasi dengan pekerja lainnya dalam
lingkungan kerja.

2.5 Simbol Agen Bahaya


Berikut simbol-simbol Hazard

No Simbol Nama Simbol Keterangan


1. Irritant Lambang : Xi
Artinya : Bahan yang bisa
menyebabkan iritasi, dan dapat
menyebabkan luka bakar pada
kulit maupun gatal-gatal
Tindakan : Hindarkan kontak
langsung dengan kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2
2. Harmful Lambang : Xn
Artinya : Bahan yang bisa
merusak kesehatan tubuh apabila
kontak langsung dengan tubuh
Tindakan : Jangan dihirup dan
juga jangan ditelan dan hindari

14 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
kontak langsung dengan kulit.
Contoh :Etilenglikol,
Diklorometan.
3. Toxic Lambang : T
Artinya : Bahan bersifat beracun,
dandapat menyebabkan sakit
serius bahkan kematian jika
tertelan atau terhirup.
Tindakan : Jangan ditelan dan
jangan dihirup, hindarkan kontak
langsung dengan kulit.
Contoh : Metanol dan Benzena.
4. Very Toxic Lambang : T+
Artinya : Bahan bersifat sangat
beracun dan sangat berbahaya
bagi kesehatan yang juga mampu
menyebabkan sakit kronis bahkan
menyebabkan kematian.
Tindakan : Hindari kontak
langsung pada tubuh dan sistem
pernapasan.
Contoh : Kalium sianida,
Hydrogensulfida, Nitrobenzene
dan Atripin.
5. Corrosive Lambang : C
Artinya : Bahan bersifat korosif,
mampu merusak jaringan hidup,
dapat mengakibat iritasi pada
kulit, gatal-gatal
Tindakan : Hindari kontak
langsung dengan kulit dan hindari
dari benda yang bersifat logam.
Contohnya : HCl, H2SO4, NaOH
(>2%)

15 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
6. Flammable Artinya : Bahan kimia yang
memiliki titik nyala rendah,
mudah terbakar dengan api,
permukaan metal panas ataupun
loncatan Bungan api.
Tindakan : Jauhkan dari benda
yang berpotensi mengeluarkan
api.
Contohnya : Minyak
7. Highly Lambang : F
Flammable Artinya : Mudah terbakar di bawah
kondisi atmosferik biasa dan
memiliki titik nyala rendah di bawah
21°C namun mudah terbakar di
bawah pengaruh kelembapan.
Tindakan : Hindari dari sumber api,
api terbuka ataupun loncatan api,
serta hindarkan pengaruh pada
kelembaban tertentu.
Contohnya : Aseton dan Logam
natrium
8. Extremely Lambang : F+
Flammable Artinya : Bahan yang begitu sangat
mudah terbakar. Berupa gas maupun
udara yang membentuk suatu
campuran yang bersifat mudah
meledak di bawah kondisi normal.
Tindakan : Jauhkan dari campuran
udara maupun sumber api.
Contohnya : Dietileter (cairan) dan
Propane (gas).
9. Explosive Lambang : E
Artinya : Bahan kimia yang begitu
sangat mudah meledak karna adanya
panas atau percikan bunga api,
gesekan ataupun benturan.
Tindakan : Hindarkan dari pukulan
atau benturan,pemanasan, gesekan,
api dan sumber nyala lain bahkan
tanpa oksigen atmosferik.

16 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Contohnya : KClO3
10. Oxidizing Artinya : Bahan kimia yang bersifat
pengoksidasi, bisa menyebabkan
kebakaran dengan menghasilkan
panas saat ada kontak dengan bahan
organik dan bahan pereduksi.
Tindakan : Hindari dari panas dan
juga reduktor.
Contoh : Hidrogen peroksida dan
Kalium perklorat.
Lambang : O
11. Dangerous For Artinya : Bahan kimia yang sangat
the berbahaya bagi satu ataupun
Environment beberapa komponen lingkungan.
Dapat mengakibatkan kerusakan
ekosistem.
Tindakan :Hindarkan kontak ataupun
bercampur dengan lingkungan yang
mampu membahayakan makhluk
hidup.
Contohnya : Tributil timah klorida,
Tetraklorometan, Petroleum bensin.
Lambang : N
12. Flammable Artinya : Padatan mudah terbakar.
Solid Contohnya : Sulfur, Picric acid,
Magnesium.
Tindakan : Hindarkan panas ataupun
bahan yangmudah terbakar dan
reduktor, serta hindarkan kontak
dengan air apabila bereaksi dengan
air dan menimbulkan panas serta api
13. Radioactive Artinya : bahan yang mengandung
material atau kombinasi dan
material lain yang dapat
memancarkan radiasi
Contohnya : Uranium

17 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
2.6 Kode Bencana
KODE KEADAAN DARURAT
KODE BIRU (CODE BLUE)
Adalah kode warna untuk kegawatdaruratan medik.
KODE KUNING (CODE YELLOW)
Adalah kode warna untuk memberitahukan adanya ancaman
bom di rumah sakit.
KODE MERAH (CODE RED)
Adalah kode warna untuk terjadinya kebakaran
KODE HIJAU (CODE GREEN)
Adalah kode warna untuk evakuasi.
KODE UNGU (CODE PURPLE)
Adalah kode warna telah terjadi keributan di rumah sakit.
KODE COKLAT (CODE BROWN)
Adalah kode warna telah terjadi pencurian di rumah sakit.
KODE PINK (CODE PINK)
Adalah kode warna telah terjadi penculikan bayi di RS.
KODE OREN (CODE ORANGE)
Adalah kode warna untuk memberitahukan adanya tumbahan
atau kebocoran Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
KODE PUTIH (CODE WHITE)
Adalah kode warna untuk terjadinya bencana epidemik di RS.

2.7 Prosedur Memindahkan Bahan Kimia


Memindahkan Zat Padat
Proses memindahlan zat padat dilakukan dengan menggunakan spatula.
Beberapa spatula memiliki kegunaan yang spesifik. Misalnya spatula plastik
khusus di desain untuk mengambil zat padat dalam jumlah yang banyak.
Sedangkan spatula alumunium dapat digunakan untuk memecah zat yang
berbentuk granula atau bongkahan dan dapat juga digunakan untuk mengambil
zat dalam jumlah terbatas.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk memindahkan zat padat:
a) Tepuk-tepuk terlebih dahulu tutup wadah zat padat untuk memastikan
tidak adanya zat padat yang melekat di pinggiran penutup.
b) Putar penutup zat padat dalam keadaan tegak lurus. Simpan tutup wadah
dengan posisi bagian dalam tutup menghadap ke atas.
c) Ambil zat padat secukupnya. Bila diperlukan hancurkan zat padat yang
berupa bongkahan atau granula.

18 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
d) Perhatian: jangan mengembalikan zat padat yang telah diambil ke dalam
wadahnya. Hal ini harus dihindarkan karena dapat menyebabkan zat
dalam wadah terkontaminasi. Contoh kasusnya sering terjadi pada NaOH
padat yang mencair dalam wadah.

Menuangkan Zat Cair


Aspek keamanan yang diperlukan dalam menuangkan zat cair, terutama
asam atau basa pekat adalah selalu menggunakan sarung tangan untuk
menghindari iritasi terhadap kulit. Selain itu selalu ingat untuk mereaksikan zat
cair berbahaya dalam ruang asap/asam untuk keamanan.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menuangkan zat cair:
1. Buka tutup botol reagen. Biasanya tutup botol cairan selalu terdiri dari
dua lapisan. Pastikan kedua tutup botol ini selalu lengkap terpasang.
2. Tuangkan larutan ke dalam gelas kimia terlebih dahulu. Jangan langsung
ke gelas ukur. Pegang bagian label botol untuk mencegah kerusakan label
karena tetesan zat cair.
3. Pastikan untuk memiringkan gelas kimia dan mulai mengalirkan cairan
dari dalam wadah secara perlahan. Hindarkan timbulnya percikan dan
cairan yang meluap saat menuangkan larutan.
4. Begitu pula ketika menuangkan cairan dari gelas kimia ke dalam silinder
ukur. Miringkan silinder ukur dan mulailah menuangkan larutan secara
perlahan.
5. Selain dengan cara tersebut kita juga bisa menggunakan bantuan batang
pengaduk. Cairan dialirkan lewat batang pengaduk untuk mencegah
terjadinya percikan. Cara ketiga adalah dengan menggunakan bantuan
corong gelas. Pastikan ujung corong bersentuhan dengan dinding wadah
untuk meghindarkan terjadinya percikan. Jika diperlukan, potongan
kertas saring kecil dapat ditambahkan untuk menyumbat lubang di
saluran corong gelas agar arus air tidak terlalu deras.
6. Perhatian: percikan yang ditimbulkan saat menuangkan zat cair dapat
membahayakan praktikan, memungkinkan terjadinya reaksi dengan
udara dan mengganggu pengukuran karena gelembung yang dihasilkan.

19 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Gambar Teknik Menuangkan Larutan:
(a) teknik menuangkan larutan dengan memanfaatkan dinding gelas kimia,
(b) teknik menuangkan larutan menggunakan batang pengaduk
(c) teknik menuangkan larutan menggunakan corong gelas

2.8 Prosedur Pembuangan Limbah


 Karakteristik Limbah Rumah Sakit
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi
bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan.
Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3. Limbah jaringan tubuh


Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000 oc.

20 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat
yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat-obatan.

6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan
riset.

7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-
imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.
Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik
tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable
yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan
medis.

 Pengaruh Limbah RS Terhadap Lingkungan dan Kesehatan


a. Gangguan kenyamanan dan estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
b. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air
yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas
bangunan di sekitar rumah sakit.
c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

21 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia,
pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
d. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-
senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang
berasal dari bagian kedokteran gigi.
e. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara
pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau
kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida,
bahan radioaktif.

 Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


 Limbah padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan,
perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan,
limbah klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :
Golongan A :
(1) Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar
bedah.
(2) Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
(3) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dreesing.
Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.
Golongan D :
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.

22 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
 Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit
Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:

1) Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)


Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan,
karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka
biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang
biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari
bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :
1. Pump Swap (pompa air kotor).
2. Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
3. Bak Klorinasi
4. Control room (ruang kontrol)
5. Inlet
6. Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
7. Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

(2) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment


System)
Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota,
karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat
atau elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan
lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air
limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat
dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi
sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang
mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat
pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :
1. Pump Swap (pompa air kotor)
2. Oxidation Ditch (pompa air kotor)
3. Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4. Chlorination Tank (bak klorinasi)
5. Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-
petak). 9
6. Control Room (ruang kontrol)

23 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
3) Anaerobic Filter Treatment System
Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui
filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah
mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff
tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida
ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi
zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang
dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain
sebagai berikut :
1. Pump Swap (pompa air kotor)
2. Septic Tank (inhaff tank)
3. Anaerobic filter.
4. Stabilization tank (bak stabilisasi)
5. Chlorination tank (bak klorinasi)
6. Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
7. Control room (ruang kontrol)

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung
dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka
kontruksi Anaerobic Filter Treatment System dapat disesuaikan dengan
kebutuhan tersebut, misalnya :
a) Volume septic tank
b) Jumlah anaerobic filter
c) Volume stabilization tank
d) Jumlah chlorination tank
e) Jumlah sludge drying bed
f) Perkiraan luas lahan yang diperlukan

24 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
2.9 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

A. Pengertian Pertolongan Pertama


Pertolongan Pertama yaitu pemberian pertolongan segera kepada
penderita skill atau cidera atau kecelakaan yang memerlukan penanganan medis
dasar.

B. Pelaku Pertolongan Pertama


Adalah penolongan yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang
memiliki kemampuan dean terlatih dalam penanganan medis dasar.

C. Tujuan Pertolongan Pertama


1. Menyelamatkan jiwa penderita
2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.

D. Prinsip Dasar
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam mengenai suatu keadaan darurat
tersebut diantaranya:
1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya.
2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Hindarkan sikap sok pahlawan.
3. Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah
Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, Catatan
berguna bila penderita mendapat rujukan .

E. Sistematika Pertolongan Pertama


Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan
adalah :
1. Jangan panic berlakulah cekatan tetapi tetap tenang.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban, bila pernafasan
penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.
4. Pendarahan
Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa
kematian dalam waktu 3 sampai 5 menit. Dengan menggunakan
saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat
kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang,
atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu.

25 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih
tinggi dari bagian tubuh.
5. Perhatikan tanda-tanda shock.
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah
dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah
dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak
kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga
dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak
muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita
mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih
sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat
dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila
tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan
ditempat tersebut
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah
evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit.
Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving
dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan
tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang
berkompeten.

Namun pada dasarnya pertolongan pertama pada kecelakaan harus


dilakukan secara sistematis berdasar kepada DR CAB ,yaitu :
1. Danger (Bahaya)
Pastikan keadaaan aman untuk menolong Sebelum menolong
korban, sebaiknya anda memastikan bahwa lokasi benar-benar aman
bagi anda sebagi penolong, orang-orang di sekitar lokasi kejadian, dan
korban itu sendiri. Periksalah segala sesuatu yang dapat yang
mengancam keselamatan. Gunakan pelindung diri yang ada, seperti
sarung tangan dan masker untuk mencegah faktor risiko infeksi
menular. Jangan mengambil risiko untuk menjadi korban berikutnya.

2. Response (Respon)
Pastikan kondisi kesadaran korban Periksa kesadaran korban
dengan cara memanggil namanya jika Anda kenal, atau bersuara yang

26 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
agak keras di dekat telinga korban, jika tidak ada respon juga, tepuk
pundak korban perlahan namun tegas, berikan rangsangan nyeri
(misalnya mencubit bagian telinga korban). Jika korban masih tidak
ada respon, segara panggil bantuan medis, dan lakukan tahap
selanjutnya, karena anda masih mempunyai waktu untuk menunggu
bantuan medis datang.

3. Compression (Tekanan Pada Dada)


Setelah memastikan korban tidak memberi respon dan sudah
memanggil bantuan medis, lakukan kompresi dada yang biasa di kenal
RJP (Resusitasi Jantung Paru-paru) atau disebut CPR (Cardio
Pulmonary Resutation). Melakukan RJP yang benar adalah dengan
meletakkan korban pada permukaan datar dan keras.

Adapun langkah-langkah dalam melakukan RJP pada korban dewasa


adalah:
Berlutut disamping korban.
Tentukan kompresi dada, dengan menemukan titik tengah
pertemuan tulang iga dada
Setelah menemukan titik kompresi, tempatkan tumit tangan anda
pada titik tersebut dengan satu tangan lagi diatasnya.
Posisikan tangan anda tegak lurus dan jaga agar tetap tegak lurus
pada saat melakukan kompresi, dan lalu tekan dada korban.
Berikan 30 kali kompresi dada, lakukan dengan cepat dan
pertahankan kecepatannya.
Berikan kompresi dengan kedalaman 2 inchi ( 5 cm)

4. Airway (Jalan Nafas)


Setelah melakukan 30 kompresi, buka jalan nafas korban dengan
metode Head-tilt chin-lift. Tujuannya adalah untuk membuka jalan
nafas korban yang tersumbat oleh lidah yang tertarik ke tenggorokan
sehingga menutupi jalan nafas. Cara melakukan metodeHead-tiltchin-
lift yaitu :
 Letakkan telapak tangan Anda di dahi korban dan letakkan jari-jari
tangan Anda yang lain dibawah dagu korban.

27 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
 Kemudian tekan dahi kebawah sambil angkat dagu keatas
sehingga kepala korban mendongak keatas dan mulut korban
terbuka.

5. Breathing (Bernafas)
Setelah jalan nafas terbuka,ju lanjutkan dengan pemberian 2 kali
nafas bantuan dari mulut ke mulut. Perhatikan membusungnya dada
korban untuk memastikan Volume tidal. Volume tidal adalah jumlah
udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas, dimana
volume tidal normal sesorang adalah 350-400ml. Adapun cara
memberikan nafas bantuan sebagai berikut :
 Pastikan jalan nafas korban masih dalan posisi terbuka dengan
metode Head-tilt chin-lift sebelumnya.
 Tekan hidung korban untuk memastikan tidak ada udara yang
bocor melalui hidung. Ambil nafasa dengan normal lalu tempelkan
mulut serapat mungkin pada mulut korban dan tiupkan nafas
anda melalui mulut. Lakukan dengan perbandingan 30:2 yaitu 30
kompresi dada dan 2 kali napas bantuan, sampai ada respon dari
korban atau sampai bantuan medis tiba. Perlu diketahui, bahwa
otak tidak boleh kekurangan oksigen lebih dari 4 menit terutama
saat diketahui jantung seseorang berhenti. Itu artinya Anda hanya
punya waktu kurang dari 4 menit untuk melakukan RJP atau CPR
pada korban. Resusitasi jantung paru-paru (Cardio Pulmonary
Resuscitation/CPR) Ini adalah langkah – langkah penyelamatan
jiwa seseorang dimana denyut jantung telah berhenti. CPR adalah
kombinasi dari masase jantung dari luar dan resusitasi mulut ke
mulut. Untuk melakukan CPR dengan seharusnya Anda sudah
mengikuti latihan sehingga berkurang kemungkinan Anda
melakukan kesalahan yang malah bertambah cedera pada
penderita.

Adapun susunan prioritas pemberian pertolongan pertama pada


kecelakaan yaitu pada korban:
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Pendarahan berat
4. Syok ketidak sadaran
5. Pendarahan ringan

28 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
6. Patah tulang atau cidera lain

29 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
2.10 Cara Menggunakan APAR
Berikut adalah Cara Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) :

1. Tenang dan jangan panik.


2. Pilih apar yang tepat sesuai klasifikasi/jenis kebakaran di tempat yang
terdekat.
3. Tarik Pin pengaman yang berada pada Valve (mirip kunci yang berada
diatas tabung pemadam api).
4. Yakinkan anda berdiri searah ( upstream ) angin tidak melawan arah angin.
5. Pegang nozzle pada ujung Hose atau selang dengan tangan dengan kuat.
6. Arahkan Nozzle atau pangkal selang pada titik api (area kebakaran).
7. Pegang gagang dan tekan lever.
8. Lakukan test fungsi. Jika APAR tidak berfungsi baik maka ganti yang lain.
9. Dekati api searah dengan angin, dan berhentilah pada posisi kira-kira 3
meter dari api. (harus mengikuti arah angin supaya tidak terjadi
pembalikan arah panas maupun semburan dari sumber api (Sumber
kebakaran)).
10. Mulailah tekan lever dan menyemprotkan ke pangkal lidah api ( ingat :
pangkal lidah api ) maju perlahan-lahan dan meratakan media pemadam
di permukaan sumber api.
11. Segera menghindar bila media habis namun api belum padam.
12. Bila api padam, yakinkan. Kemudian balikkan posisi tabung dan
semprotlah ke atas untuk membuang sisa gas pendorong tanpa
mengikutkan bubuknya.

30 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
BAB III

PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa


kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat
dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan
dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang
penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai
peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut
sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak
terjadi kecelakaan kerja.

31 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
DAFTAR PUSTAKA

http://macrofag.blogspot.com/2013/02/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja.html

https://tangerangkab.go.id/detail-konten/show-berita/1821

http://akademikesehatanrajekwesibjn.blogspot.com/2016/10/makalah-alat-pelindung-
diri-apd.html

https://anterior88.wordpress.com/2015/06/03/122/

http://wurihandayani151996.blogspot.com/2016/12/makalah-k3-hazard.html

https://rumusrumus.com/simbol-simbol-bahan-kimia/

http://rsmoewardi.com/rsdm-ppid/po-content/po-
upload/file_pdf/2017_8_KODE_KEDARURATAN.pdf

http://share-pangaweruh.blogspot.com/2013/04/teknik-dasar-dalam-praktikum-kimia-
cara.html

http://segores-info.blogspot.com/2014/03/makalah-tentang-limbah-rumah-sakit.html

http://makalahkuindonesia.blogspot.com/2017/12/pertolongan-pertama-pada-
kecelakaan-p3k.html

https://medium.com/@sonicktabungpemadamapi/cara-penggunaan-apar-alat-
pemadam-api-ringan-331701437d1b

http://ardisukma.blogspot.com/2013/07/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-
kerja.html

32 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )

Anda mungkin juga menyukai