Disusun Oleh :
S1 ILMU KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga saya dapat
merampungkan penyusunan makalah “Keselamatan Pasien Dan Kesehatan Kerja
Dalam Keperawatan” menurut data yang benar.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
BAB I (PENDAHULUAN) ...................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB II (PEMBAHASAN) ....................................................................................................... 5
2.1 Teknik Mencuci Tangan ............................................................................................ 5
2.2 Alat Pelindung Diri .................................................................................................... 6
2.3 Prinsip Pemberian Obat ............................................................................................ 9
2.4 Pengenalan Agen Bahaya (Hazard) ......................................................................... 12
2.5 Simbol Agen Bahaya................................................................................................ 14
2.6 Kode Bencana ......................................................................................................... 18
2.7 Prosedur Memindahkan Bahan Kimia .................................................................... 18
2.8 Prosedur Pembuangan Limbah ............................................................................... 20
2.9 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan .................................................................. 25
A. Pengertian Pertolongan Pertama ............................................................................. 25
2.10 Cara Menggunakan APAR ..................................................................................... 30
BAB III (PENUTUPAN) ........................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui teknik mencuci tangan yang benar.
2. Mengetahui macam-macam alat pelindung diri.
3. Mengetahui prinsip pemberian obat.
4. Mengetahui agen bahaya dan macam-macamnya.
5. Mengetahui simbol agen bahaya.
6. Mengetahui macam-macam kode bencana.
7. Mengetahui prosedur memindahkan benda atau bahan kimia.
8. Mengetahui prosedur pembungan limbah.
9. Mengetahui prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan.
10. Mengetahui prosedur penggunaan APAR.
PEMBAHASAN
1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
Kelebihan
a. Mengurangi resiko akibat kecelakaan
b. Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
c. Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan
administrasi tidak berfungsi dengan baik.
d. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja.
2) Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik dan pasien harus
mendapatkan informasi tersebut atau menghubungi apoteker untuk
menanyakan nama generik dari nama dagang obat yang asing. Jika pasien
meragukan obatnya, maka perawat harus memeriksanya lagi dan
perawat harus mengingat nama dan obat kerja dari obat yang diberikan.
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya, perawat harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu saat
mengembalikan obat ke tempat penyimpanan, saat obat diprogramkan,
dan ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan
ke bagian farmasi.
3) Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar
perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien maka penentuan
dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti alat
untuk membelah tablet, spuit atau sendok khusus, gelas ukur, obat cair
harus dilengkapi alat tetes. Beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
b. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis
yang akan diberikan dengan mempertimbangkan berat badan klien
(mg/BB/hari), dosis obat yang diminta/diresepkan, dan tersedianya
obat. Jika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa
oleh perawat lain.
c. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat
yang bersangkutan.
d. Dosis yang diberikan kepada klien sesuai dengan kondisi klien.
5) Benar Waktu
Untuk dapat menimbulkan efek terapi dari obat dan berhubungan
dengan kerja obat itu sendiri, maka pemberian obat harus benar-benar
sesuai dengan waktu yang diprogramkan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan sesuai dengan prinsip benar waktu yaitu:
a. Perawat bertanggung jawab untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik seperti tes darah puasa
yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
b. Memberikan obat-obat yang dapat mengiritasi mukosa lambung
seperti aspirin dan kalium bersama-sama dengan makanan.
c. Pemberian obat juga diperhatikan apakah bersama-sama dengan
makanan, sebelum makan, atau sesudah makan.
d. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (T ½). Obat
yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari
dengan selang waktu tertentu, sedangkan obat yang memiliki waktu
paruh panjang diberikan sehari sekali.
10 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
e. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari untuk
mempertimbangkan kadar obat dalam plasma tubuh. Misalnya dua kali
sehari, tiga kali sehari, empat kali sehari, atau enam kali sehari.
f. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
6) Benar Dokumentasi
Pemberian obat harus sesuai dengan standar prosedur yang
berlaku di rumah sakit. Perawat harus selalu mencatat informasi yang
sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap
pengobatan. Perawat harus mendokumentasikan kepada siapa obat
diberikan, waktunya, rute, dan dosis setelah obat itu diberikan.
7) Benar Evaluasi
Setelah pemberian obat, perawat selalu memantau atau
memeriksa efek kerja obat kerja tersebut.
8) Benar Pengkajian
Sebelum pemberian obat, perawat harus selalu memeriksa tanda-
tanda vital (TTV).
11 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
keluarga pasien, dan masyarakat luas diantaranya mengenai perubahan-
perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
selama sakit, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, efek
samping dan reaksi yang merugikan dari obat, hasil yang diharapkan
setelah pemberian obat, alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, penggunaan obat yang baik dan benar, dan sebagainya.
12 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan,
menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.Dampaknya
bersifat kronis.jenis bahaya kesehatan antara lain :
a. Agen Bahaya Biologi (Biohazard)
Potensi bahaya yang berhubungan dengan hewan, manusia,
tanaman yang terinfeksi penyakit (agen biologi). Contohnya yaitu Bakteri,
Jamur, Parasit, Protein.
Biasanya kontak manusia dengan manusia melalui sistem
pernafasan, kontak dengan cairan yang terinfeksi dan kontak dengan
objek yang terinfeksi.
13 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
7. Kerusakan pada janin (teratogenic)
8. Pneumoconiosis
d. Ergonomic Hazard
Potensi bahaya yang terjadi saat model pekerjaan, posisi tubuh,
kondisi pekerjaan dan desain lingkungan kerja yang tidak sesuai sehingga
membuat tubuh menjadi terganggu.
Potensi bahaya ini adalah yang paling sulit diketahui sumbernya
dikarenakan ketegangan pada tubuh tidak selalu muncul atau dirasa
potensi bahaya yang muncul tindak terlalu membahayakan.
Beberapa yang berhungan dengan Ergonomic Hazard, yaitu :
o Penerangan Di Tempat Kerja
o Posisi duduk dan kursi yang Ergonomis
14 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
kontak langsung dengan kulit.
Contoh :Etilenglikol,
Diklorometan.
3. Toxic Lambang : T
Artinya : Bahan bersifat beracun,
dandapat menyebabkan sakit
serius bahkan kematian jika
tertelan atau terhirup.
Tindakan : Jangan ditelan dan
jangan dihirup, hindarkan kontak
langsung dengan kulit.
Contoh : Metanol dan Benzena.
4. Very Toxic Lambang : T+
Artinya : Bahan bersifat sangat
beracun dan sangat berbahaya
bagi kesehatan yang juga mampu
menyebabkan sakit kronis bahkan
menyebabkan kematian.
Tindakan : Hindari kontak
langsung pada tubuh dan sistem
pernapasan.
Contoh : Kalium sianida,
Hydrogensulfida, Nitrobenzene
dan Atripin.
5. Corrosive Lambang : C
Artinya : Bahan bersifat korosif,
mampu merusak jaringan hidup,
dapat mengakibat iritasi pada
kulit, gatal-gatal
Tindakan : Hindari kontak
langsung dengan kulit dan hindari
dari benda yang bersifat logam.
Contohnya : HCl, H2SO4, NaOH
(>2%)
15 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
6. Flammable Artinya : Bahan kimia yang
memiliki titik nyala rendah,
mudah terbakar dengan api,
permukaan metal panas ataupun
loncatan Bungan api.
Tindakan : Jauhkan dari benda
yang berpotensi mengeluarkan
api.
Contohnya : Minyak
7. Highly Lambang : F
Flammable Artinya : Mudah terbakar di bawah
kondisi atmosferik biasa dan
memiliki titik nyala rendah di bawah
21°C namun mudah terbakar di
bawah pengaruh kelembapan.
Tindakan : Hindari dari sumber api,
api terbuka ataupun loncatan api,
serta hindarkan pengaruh pada
kelembaban tertentu.
Contohnya : Aseton dan Logam
natrium
8. Extremely Lambang : F+
Flammable Artinya : Bahan yang begitu sangat
mudah terbakar. Berupa gas maupun
udara yang membentuk suatu
campuran yang bersifat mudah
meledak di bawah kondisi normal.
Tindakan : Jauhkan dari campuran
udara maupun sumber api.
Contohnya : Dietileter (cairan) dan
Propane (gas).
9. Explosive Lambang : E
Artinya : Bahan kimia yang begitu
sangat mudah meledak karna adanya
panas atau percikan bunga api,
gesekan ataupun benturan.
Tindakan : Hindarkan dari pukulan
atau benturan,pemanasan, gesekan,
api dan sumber nyala lain bahkan
tanpa oksigen atmosferik.
16 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Contohnya : KClO3
10. Oxidizing Artinya : Bahan kimia yang bersifat
pengoksidasi, bisa menyebabkan
kebakaran dengan menghasilkan
panas saat ada kontak dengan bahan
organik dan bahan pereduksi.
Tindakan : Hindari dari panas dan
juga reduktor.
Contoh : Hidrogen peroksida dan
Kalium perklorat.
Lambang : O
11. Dangerous For Artinya : Bahan kimia yang sangat
the berbahaya bagi satu ataupun
Environment beberapa komponen lingkungan.
Dapat mengakibatkan kerusakan
ekosistem.
Tindakan :Hindarkan kontak ataupun
bercampur dengan lingkungan yang
mampu membahayakan makhluk
hidup.
Contohnya : Tributil timah klorida,
Tetraklorometan, Petroleum bensin.
Lambang : N
12. Flammable Artinya : Padatan mudah terbakar.
Solid Contohnya : Sulfur, Picric acid,
Magnesium.
Tindakan : Hindarkan panas ataupun
bahan yangmudah terbakar dan
reduktor, serta hindarkan kontak
dengan air apabila bereaksi dengan
air dan menimbulkan panas serta api
13. Radioactive Artinya : bahan yang mengandung
material atau kombinasi dan
material lain yang dapat
memancarkan radiasi
Contohnya : Uranium
17 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
2.6 Kode Bencana
KODE KEADAAN DARURAT
KODE BIRU (CODE BLUE)
Adalah kode warna untuk kegawatdaruratan medik.
KODE KUNING (CODE YELLOW)
Adalah kode warna untuk memberitahukan adanya ancaman
bom di rumah sakit.
KODE MERAH (CODE RED)
Adalah kode warna untuk terjadinya kebakaran
KODE HIJAU (CODE GREEN)
Adalah kode warna untuk evakuasi.
KODE UNGU (CODE PURPLE)
Adalah kode warna telah terjadi keributan di rumah sakit.
KODE COKLAT (CODE BROWN)
Adalah kode warna telah terjadi pencurian di rumah sakit.
KODE PINK (CODE PINK)
Adalah kode warna telah terjadi penculikan bayi di RS.
KODE OREN (CODE ORANGE)
Adalah kode warna untuk memberitahukan adanya tumbahan
atau kebocoran Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
KODE PUTIH (CODE WHITE)
Adalah kode warna untuk terjadinya bencana epidemik di RS.
18 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
d) Perhatian: jangan mengembalikan zat padat yang telah diambil ke dalam
wadahnya. Hal ini harus dihindarkan karena dapat menyebabkan zat
dalam wadah terkontaminasi. Contoh kasusnya sering terjadi pada NaOH
padat yang mencair dalam wadah.
19 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Gambar Teknik Menuangkan Larutan:
(a) teknik menuangkan larutan dengan memanfaatkan dinding gelas kimia,
(b) teknik menuangkan larutan menggunakan batang pengaduk
(c) teknik menuangkan larutan menggunakan corong gelas
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000 oc.
20 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat
yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan
riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-
imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.
Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik
tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable
yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan
medis.
21 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia,
pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
d. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-
senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang
berasal dari bagian kedokteran gigi.
e. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara
pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau
kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida,
bahan radioaktif.
22 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit
Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
23 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
3) Anaerobic Filter Treatment System
Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui
filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah
mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff
tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan
menghasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam organik dan
senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida
ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi
zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang
dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain
sebagai berikut :
1. Pump Swap (pompa air kotor)
2. Septic Tank (inhaff tank)
3. Anaerobic filter.
4. Stabilization tank (bak stabilisasi)
5. Chlorination tank (bak klorinasi)
6. Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
7. Control room (ruang kontrol)
Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung
dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka
kontruksi Anaerobic Filter Treatment System dapat disesuaikan dengan
kebutuhan tersebut, misalnya :
a) Volume septic tank
b) Jumlah anaerobic filter
c) Volume stabilization tank
d) Jumlah chlorination tank
e) Jumlah sludge drying bed
f) Perkiraan luas lahan yang diperlukan
24 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
2.9 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
D. Prinsip Dasar
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam mengenai suatu keadaan darurat
tersebut diantaranya:
1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya.
2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Hindarkan sikap sok pahlawan.
3. Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah
Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, Catatan
berguna bila penderita mendapat rujukan .
25 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih
tinggi dari bagian tubuh.
5. Perhatikan tanda-tanda shock.
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah
dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah
dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak
kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga
dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak
muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita
mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih
sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat
dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila
tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan
ditempat tersebut
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah
evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit.
Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving
dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan
tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang
berkompeten.
2. Response (Respon)
Pastikan kondisi kesadaran korban Periksa kesadaran korban
dengan cara memanggil namanya jika Anda kenal, atau bersuara yang
26 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
agak keras di dekat telinga korban, jika tidak ada respon juga, tepuk
pundak korban perlahan namun tegas, berikan rangsangan nyeri
(misalnya mencubit bagian telinga korban). Jika korban masih tidak
ada respon, segara panggil bantuan medis, dan lakukan tahap
selanjutnya, karena anda masih mempunyai waktu untuk menunggu
bantuan medis datang.
27 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
Kemudian tekan dahi kebawah sambil angkat dagu keatas
sehingga kepala korban mendongak keatas dan mulut korban
terbuka.
5. Breathing (Bernafas)
Setelah jalan nafas terbuka,ju lanjutkan dengan pemberian 2 kali
nafas bantuan dari mulut ke mulut. Perhatikan membusungnya dada
korban untuk memastikan Volume tidal. Volume tidal adalah jumlah
udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas, dimana
volume tidal normal sesorang adalah 350-400ml. Adapun cara
memberikan nafas bantuan sebagai berikut :
Pastikan jalan nafas korban masih dalan posisi terbuka dengan
metode Head-tilt chin-lift sebelumnya.
Tekan hidung korban untuk memastikan tidak ada udara yang
bocor melalui hidung. Ambil nafasa dengan normal lalu tempelkan
mulut serapat mungkin pada mulut korban dan tiupkan nafas
anda melalui mulut. Lakukan dengan perbandingan 30:2 yaitu 30
kompresi dada dan 2 kali napas bantuan, sampai ada respon dari
korban atau sampai bantuan medis tiba. Perlu diketahui, bahwa
otak tidak boleh kekurangan oksigen lebih dari 4 menit terutama
saat diketahui jantung seseorang berhenti. Itu artinya Anda hanya
punya waktu kurang dari 4 menit untuk melakukan RJP atau CPR
pada korban. Resusitasi jantung paru-paru (Cardio Pulmonary
Resuscitation/CPR) Ini adalah langkah – langkah penyelamatan
jiwa seseorang dimana denyut jantung telah berhenti. CPR adalah
kombinasi dari masase jantung dari luar dan resusitasi mulut ke
mulut. Untuk melakukan CPR dengan seharusnya Anda sudah
mengikuti latihan sehingga berkurang kemungkinan Anda
melakukan kesalahan yang malah bertambah cedera pada
penderita.
28 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
6. Patah tulang atau cidera lain
29 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
2.10 Cara Menggunakan APAR
Berikut adalah Cara Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) :
30 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
BAB III
PENUTUP
31 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )
DAFTAR PUSTAKA
http://macrofag.blogspot.com/2013/02/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja.html
https://tangerangkab.go.id/detail-konten/show-berita/1821
http://akademikesehatanrajekwesibjn.blogspot.com/2016/10/makalah-alat-pelindung-
diri-apd.html
https://anterior88.wordpress.com/2015/06/03/122/
http://wurihandayani151996.blogspot.com/2016/12/makalah-k3-hazard.html
https://rumusrumus.com/simbol-simbol-bahan-kimia/
http://rsmoewardi.com/rsdm-ppid/po-content/po-
upload/file_pdf/2017_8_KODE_KEDARURATAN.pdf
http://share-pangaweruh.blogspot.com/2013/04/teknik-dasar-dalam-praktikum-kimia-
cara.html
http://segores-info.blogspot.com/2014/03/makalah-tentang-limbah-rumah-sakit.html
http://makalahkuindonesia.blogspot.com/2017/12/pertolongan-pertama-pada-
kecelakaan-p3k.html
https://medium.com/@sonicktabungpemadamapi/cara-penggunaan-apar-alat-
pemadam-api-ringan-331701437d1b
http://ardisukma.blogspot.com/2013/07/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-
kerja.html
32 | K E S E L A M A T A N D A N K E S E H A T A N K E R J A ( K 3 )