Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH K3LH

Dosen Pengampu : Dr. Ketut Ima Ismara, M.Pd.,M.Kes.

JUDUL

Disusun oleh:
1. Bagas Rahmad Ramadhan (21518244036)
2. Ridwan Hans Delel (21518244053)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA


JURUSAN PEDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik. Terima kasih
juga kami haturkan kepada pihak pihak yang sudah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini
dengan memberikan pikiran maupun materinya.
Makalah ini berisi tentang Identifikasi Bahaya dan Resiko di Lingkungan Kerja. Makalah
ini disusun berdasarkan pengetahuan penulis terhadap materi yang telah didapat. Penyusunan
makalah juga tidak lepas dari berbagai sumber yang menjadi referensi penulis serta pihak-pihak
yang ada.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karenanya segala
kritik dan saran akan selalu diterima dengan senang hati agar penulis mampu menyempurnakan
makalah ini. Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya. Sesudah dan sebelumnya kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 9 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Identifikasi Bahaya...........................................................................................................3
B. Faktor-FAktor...................................................................................................................5
C. Penanggulangan................................................................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................9
A. Kesimpulan.......................................................................................................................9
B. Kritik & Saran...................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Bahaya merupakan Segala kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau kerugian lainnya,
atau Bahaya adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau sakit
penyakit atau kombinasi dari semuanya. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi
bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan
kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
fakta mengenai ergonomi dan K3 internasional atau secara global:
 ILO memperkirakan bahwa tiap tahun sekitar 24 juta orang meninggal karena kecelakaan
dan penyakit di lingkungan kerja termasuk didalamnya 360.000 kecelakaan fatal dan
diperkirakan 1,95 juta disebabkan oleh penyakit fatal yang timbul di ligkungan kerja.
 Hal tersebut berarti bahwa pada akhir tahun hampir 1 juta pekerja akan mengalami
kecelakaan kerja dan sekitar 5.500 pekerja meninggal akibat kecelakaan atau penyakit di
lingkungan kerja.
 Dalam sudut pandang ekonomi, 4% atau senilai USD 1,25 Trilyun dari Global Gross
Domestic Prodct  (GDP) dialokasikan untuk biaya dari kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan
dan penyakit di lingkungan kerja, kompensasi untuk para pekerja, terhentinya produksi, dan
biaya-biaya pengobatan pekerja.
 Potensi bahaya kecelakaan kerja diperkirakan menyebabkan 651.000 angka kematian,
terutama di negara-negara berkembang. Bahkan angka tersebut mungkin dapat lebih besar lagi
jika sistem pelaporan dan notifikasi nya lebih baik.
 Data dari sejumlah negara-negara Industri menunjukkan bahwa para pekerja konstruksi
memiliki potensi meninggal akibat kecelakaan kerja 3 sampai 4 kali lebih besar.

1
1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, penulis menggunakan rumusan masalah.
Adapun yang dijadikan rumusan masalah adalah:

a. Bagaimana cara mengidentifikasi bahaya di tempat kerja dengan cara yang baik?
b. Faktor apa saja yang dapat memicu rimbulnya bahaya di tempat kerja?
c. Bagaimana cara menanggulangi bahaya dan resiko yang timbul?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada dibutuhkan tujuan sebagai acuan untuk menulis
makalah ini. Adapun yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini antara lain:
a. Mengetahui cara mengidentifikasi bahaya di tempat kerja.
b. Mengetahui faktor apa saja yang memicu timbulnya bahaya di tempat kerja.
c. Mengetahui cara penganggulangan bahaya dan resiko yang timbul.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

Mengidentifikasi bahaya adalah mengklarifikasi dan mengendalikan bahaya serta risiko dari
setiap kegiatan operational dan produksi perusahaan, baik kegiatan rutin maupun non rutin.
Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan
Perusahaan. Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak
lingkungan operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah Perusahaan
menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya
alam lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan.

A. Langkah Mengidentifikasi

Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi atau
pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko kesehatan yang
dapat tergolong fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan psikologi yang terpajan pada pekerja.
Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul
kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk
hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi. Pada kasus terkait
dengan bahan kimia, maka diperlukan: pemilikan material safety data sheets (MSDS) untuk
setiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang
terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan inert yang menyertai,
termasuk efek toksiknya. Ketika ditemukan dua atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat
mungkin berinteraksi dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang
berbahaya. Sebagai contoh, lingkungan kerja yang bising dan secara bersamaan terdapat pajanan
toluen, maka ketulian akibat bising akan lebih mudah terjadi.
Penilaian Pajanan

Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif terhadap
pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan pekerjaan tertentu dengan jenis
pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok itu dikenal juga dengan similar exposure group
(kelompok pekerja dengan pajanan yang sama). Penilaian pajanan harus memenuhi tingkat
akurasi yang adekuat dengan tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan, tetapi

3
juga faktor lain. Pengukuran dan pemantauan konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja
tidak cukup, karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor lain itu. Faktor
tersebut perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor risiko (bahaya/hazards) yang dapat
menjadi nyata dalam situasi tertentu.

Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh frekuensi
dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan
pengendalian tingkat pajanan. Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja,
higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan
kesehatan.

4
gambar 1. Mind map

Gambar 2. Infografis
Dalam mengidentifikasi bahay dan resiko yang timbul dapat dilakukan dengan memperhatikan
beberapa cara yang sudah tertera di infografis yang sudah kami lampirkan. Diantara nya dapat
dilakukan secara rutin dan setiap hari dengan memperhatikan tahap-tahap dan memperhatikan
aturan yang ada di perusahaan.

5
B. Faktor-Faktor yang Memicu.

Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui


pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya
pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara
umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara
lain :

1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang
digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;

2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan,
yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil
akhir;

3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang
melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik
maupun psikis.

Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat
dikelompokkan antara lain sebagai berikut :

1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan
intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai,
getaran, radiasi.

a) Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau
gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi

6
yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat
pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.
  Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada
di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium
dan Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium
yang ada di dalam air.

b)  Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak
kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan (Slamet,
2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk  menyatakan suara yang
tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas- aktifitas alam (Schilling,
1981). Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi.

c)   Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )


Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena
mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor. Oleh karena itu
penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan kesan yang higienis.
Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang didalam suatu
lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur pekerja juga mempengaruhi.
Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas
penerangan relatif harus lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil.
Demikian juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin
berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan memerlukan
penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.

7
1. Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi
tubuh tenga kerja melalui :inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke
saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia
terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan,
bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya racun bahan (toksisitas); cara masuk ke
dalam tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh dapat melalui pernafasan
(inhalation), kulit (skin absorption), tertelan (ingestion)

2. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada
tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B,
Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
Dimana pun Anda bekerja dan apa pun bidang pekerjaan Anda, faktor biologi merupakan
salah satu bahaya yang kemungkinan ditemukan ditempat kerja. Maksudnya faktor biologi
eksternal yang mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun demikian seringkali
luput dari perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikenal, dikontrol, diantisipasi
dan cenderung diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan yang sulit diperbaiki.
Faktor biologi ditempat kerja umumnya dalam bentuk mikro organisma sebagai berikut :

a)     Bakteri  
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak
bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak
dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi.
Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera,
dan sebagainya.

b)     Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak mampu
bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang
diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.

8
c)     Jamur 
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi
sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau
hewan lain.
Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh
penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang
berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang
tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.

Pembebanan Kerja Fisik


 Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan
derajat kesehatan.
 Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam
jangka waktu 8 jam sehari.
 Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila
mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum tersebut harus
disesuaikan.

C. Cara Penanggulangan.
Sistem manajemen K3 yang baik tidak hanya melihat salah satu bahaya dan pengendalian saja,
tapi membuat sebuah sistem atau prosedur yang tepat yang memungkinkan semua bahaya dan
risiko di tempat kerja teridentifikasi dan pengendaliannya dilaksanakan secara berkelanjutan.

1. Eliminasi
Seperti namanya, eliminasi adalah pengendalian risiko K3 untuk mengeliminir atau
menghilangkan suatu bahaya. Misalnya saja ketika di tempat kerja kita melihat ada oli yang
tumpah atau berceceran maka sesegera mungkin kita hilangkan sumber bahaya ini. Eliminasi
merupakan puncak tertinggi dalam pengendalian risiko dalam K3. Karena apabila bahaya sudah
dihilangkan maka sangat kecil kemungkinan akan mengancam pekerja.

9
2. Substitusi
Substitusi adalah metode pengendalian risiko yang berfokus pada penggantian suatu alat atau
mesin atau barang yang memiliki bahaya dengan yang tidak memiliki bahaya. Contoh kasusnya
adalah pada mesin diesel yang terdapat kebisingan tinggi, maka sebaiknya kita mengganti mesin
tersebut dengan yang memiliki suara lebih kecil agar tidak menimbulkan bahaya kebisingan
berlebih. Substitusi dilakukan apabila proses eliminasi sudah tidak bisa dilakukan.

3. Engineering control
Engineering control adalah proses pengendalian risiko dengan merekayasa suatu alat atau bahan
dengan tujuan mengendalikan bahayanya. Engineering control kita lakukan apabila proses
substitusi tidak bisa dilakukan. Biasanya terkendala dari segi biaya untuk penggantian alat dan
bahan oleh karena itu, kita melakukan proses rekayasa engineering. Contoh kasusnya adalah
ketika di tempat kerja ada mesin diesel yang memiliki suara bising. Akan tetapi, kita tidak bisa
menggantinya dengan yang lain maka kita harus memodifikasi sedemikian rupa agar suara tidak
keluar secara berlebihan.

10
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN

Identifikasi bahaya pada stasiun kerja tempat proses persiapan bahan kulit di
sebuah industri sarung tangan menggunakan lembar identifikasi bahaya ergonomi
(ergonomic hazards checklist) yang diadaptasi dari IAPA (2007). Hasilnya menunjukkan
bahwa terdapat resiko bahaya ergonomi pada stasiun kerja tersebut. Hasil pembobotan
menunjukkan bahwa faktor resiko tuntutan fisik pekerjaan, yaitu resiko yang muncul
akibat pekerjaan yang dilakukan. Faktor resiko tertinggi tersebut dinilai menggunakan
lembar penilaian bahaya ergnomi (ergonomic risk assessment) yang diadaptasi dari IAPA
(2007). Hasilnya menunjukkan bahwa bahaya yang termasuk ke dalam kategori “high
risk” atau tingkat bahayanya paling tinggi dan perlu dilakukan perbaikan secepatnya,
yaitu repetition dan grip force.

SARAN

Pada setiap perusahaan yang telah ada, diharapkan lebih memperhatikan


keselamatan dan kenyamanan para pekerja nya, terlebih perusahaan yang mengharuskan
para pekerja lebih focus dan teliti. Pembaharuan seperti tenaga kerja, alat kerja, serta
bahan nbaku yang digunakan dalam proses produksi lebih diperhatikan. Faktor dan
penyebab tingginya angka kecelakaan kerja menjadi bahasan tersendiri pada perusahaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chowdhury, A. A., & Arefeen, S. (2011). Software Risk Management: Importance and
Practices. IJCIT. Harold, P. (2010). Risk Management Guideline. Panorama Resource. Malin, J.
T., & Fleming, L. (n.d.). Vulnerabilities, Influences and Interaction Paths: Failure Data for
Integrated System Risk Analysis. IEEE, 2. Ren-hui, L., & Feng-yong, Z. (n.d.). Model
Identification of Risk Management System. IEEE,2.
Smith, P. R. (2004). Risk Management. Australia: Rotary International District 9640
Commission on Health and Safety and Workers’ Compensation. (2010). The SASH
Guide to Developing Your School District’s Injury and Illness Prevention Program. California :
Departement of Industrial Relations.
OSHA. (2000). Ergonomics : The Study of Work. United States : U.S. Department of
Labor.
OSHA. (2015). Safety and Health Program Management Guidelines.
Western Sydney University. Hazard Identification, Risk Assessment, and Control
Procedure. 0/12917/12917_Hazard_Identification,_Risk_Assessment_and_control_Pr ocedure
Yuan, Lu. (2015). Reducing ergonomic injuries for librarians using a participatory
approach. International Journal of Industrial Ergonomics, 47, 93-103.

12

Anda mungkin juga menyukai