Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TENTANG

K3 KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

1.RIZKA FITRIAWATI
2.RESTU SATYA WIRAWAN
3.ROBBY IRHAMNI
4.RAODIATUN
5.WINARTI TUTI MAYANI
6.YOZA SEFTAHADI
7.YUNIK PURNAWATI
8.RESTIA SOVIANTI
9.SELBI YUDISTA SILFINA UTAMI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
NUSA TENGGARA BARAT
T.A 2021-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah LK3 (Lingkungan
dan Kesehatan Keselamatan Kerja) Makalah ini berisikan tentang pengertian LK3
menurut beberapa ahli, dasar hukum .LK3, penyebab terjadinya kecelakaan, sumber-
sumber bahaya di tempat kerja, alat pelindung diri.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi makalah yang telah ia buat. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi banyak orang khususnya pembaca dan semoga Allah SWT. senantiasa
meridhai segala urusan kami. Aamin.

Mataram, 21 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2

DAFTAR ISI ...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4

1.3 Tujuan...............................................................................................................5

1.4 Metode Penelitian ............................................................................................5

1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................6

2.1 Pengertian K3...................................................................................................6

2.2 Sumber-sumber bahaya di tempat kerja.......................................................7

2.3 Alat Pelindung Diri (APD)...............................................................................10

2.4 Pentingnya K3 Dalam Keperawatan..............................................................13

2.5 Manfaat dan Tujuan K3 Dalam Keperawatan..............................................15

2.6 Pengertian K3...................................................................................................16

BAB III KESIMPULAN ............................................................................................12

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................19

3.2 Saran..................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak
menduga akan mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali
masyarakat yang belum menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di
lingkungan kerja (perusahaan, pabrik, atau kantor), di jalan raya, tempat umum maupun
di lingkungan rumah.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif .
K3 merupakan aspek yang penting dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
karyawan. Apabila tingkat keselamatan kerja tinggi, maka kecelakaan yang
menyebabkan sakit, cacat, dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin. Kesehatan dan
keselamatan kerja merupakan upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ pemberi layanan kesehatan khususnya
perawat dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitas

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud K3?
2. Apa saja sumber-sumber bahaya di tempat kerja?
3. Apa yang dimaksud APD serta macam-macamnya?
4. Apa pentingnya K3 bagi perawat?
5. Apa manfaat dan tujuan K3 dalam keperawatan?
6. Bagaimana etika perawat dalam menjalani K3?

4
1.3 tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan K3
2. Mengetahui apa saja sumber-sumber bahaya di tempat kerja?
3. Mengetahui apa yang dimaksud APD serta macam-macamnya?
4. Mengetahui bagaimana pentingnya K3 bagi seorang perawat
5. Mengetahui manfaat dan tujuan K3 dalam keperawatan
6. Mengetahui etika perawat dalam menjalani K3

1.4 Metode Penelitian


Metode pustaka Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat , baik buku maupun
informasi di internet

1.5 Manfaat Penelitian


1. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
2. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
3. Memperoleh kepuasan intelektual;
4. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
5. Menambah wawasan mahasiswa akan K3

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian K3
K3 adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan.

2.1.1 Tujuan K3
 Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
 Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
 Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional. Berdasarkan Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2.1.3 Sasaran K3
 Menjamin keselamatan pekerja
 Menjamin keamanan alat yang digunakan
 Menjamin proses produksi yang aman dan lancar

2.1.4 Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3


 Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja
 Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja
 Resiko kecelakaan dan penyakit kerja
Tujuan norma-norma : agar terjadi keseimbangan dari pihak perusahaan dapat
menjamin keselamatan pekerja.

6
2.1.5 Hambatan dari Penerapan K3
a) Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat : - Tuntutan pekerja masih pada
kebutuhan dasar - Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3 karena SDM yang
masih rendah. b) Hambatan dari sisi perusahaan:
Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau operasional
dan mening katkan efisiensi pekerja untuk menghasilkan keuntungan yang
sebesar-besarnya

2.2 Sumber-sumber bahaya di tempat kerja

2.2.1 Potensi bahaya (Hazard)

a) Bahaya fisik
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan biasa terjadi di tempat kerja. Hal ini
termasuk kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan cidera, penyakit, cacat
fisik, maupun kematian.Jenis bahaya ini merupakan salah satu yang paling
mudah untuk kita identifikasi tempatnya, namun seringkali kita abaikan saking
kita terbiasa melihatnya sehari hari seperti demikian, contohnya kabel tak
terawat, sambungan yang terkelupas, kebocoran (air yang masuk ke tempat
kerja). Biasanya untuk hal hal sepele seperti itu kadang kita sama sekali tidak
care dan selalu melakukan penundaan untuk perbaikan karena dirasa masih
berfungsi, namun suatu waktu dapat menjadi potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan kerugian.

Berikut merupakan contoh bahaya fisik:

 Bekerja dengan peralatan tegangan tinggi


 Sambungan kabel yang salah
 lantai basah
 Tata letak area kerja yang tidak tepat
 Kondisi pencahayaan

7
 Suhu
 Kelembaban
 paparan radiasi sinar matahari
 Ruang yang sempit
 Bekerja dengan peralatan bertenaga (power tools)
 Lantai yang tidak rata
 Beban yang diterima pada kondisi tubuh statis
 Paparan medan elektromagnetik
 Bahaya overhead
 Benda benda tajam
 Peralatan yang bergerak cepat

b) Bahaya Bahan Kimia


Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karakteristik dan efek dapat
membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia.

Berikut merupakan contoh bahaya kimia:


 Reaksi kimia
 Proses produksi kimia
 Penyimpanan bahan kimia
 Zat yang mudah terbakar
 Bahan mudah terbakar
 Zat karsinogenik
 Zat mutagenik
 Zat oksidasi
 Zat Korosif

c) Bahaya Biologis
Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme yang
mungkin menimbulkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan manusia. 

8
Berikut merupakan contoh bahaya biologis:
 Darah ataupun cairan tubuh lain
 Kotoran manusia
 Antraks
 Jamur
 Virus dan bakteri
 Tanaman beracun
 Kotoran binatang
 Gigitan hewan

d) Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi adalah jenis bahaya yang terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi
tubuh, dan kondisi kerja tidak sesuai. Bahaya ergonomi sangat dipengaruhi oleh
posisi tubuh seperti bagaimana posisi kita ketika mengangkat benda berat.
Makannya untuk bahaya ergonomi ini dampak paling nyatanya adalah nyeri otot
untuk jangka pendek, namun melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kaidah kerja dapat mengakibatkan permasalahan yang lebih serius lagi untuk
jangka panjang. 

Contoh sumber bahaya ergonomi meliputi:


 Redup
 Tempat kerja tidak disesuaikan dengan tubuh pekerja
 Sering mengangkat benda berat
 Postur tubuh yang kurang memadai
 Gerakan yang canggung
 Mengulangi gerakan yang sama berulang ulang

e) Bahaya Psikologis
Bahaya psikologis menyebabkan seseorang dapat mengalami tekanan mental,
atau gangguan kejiwaan.

9
Contoh potensi bahaya psikologis meliputi:
 Kekerasan di tempat kerja
 Bullying
 Kelelahan
 Bekerja sendiri
 Fobia 
 Kurangnya motivasi
 Kepemimpinan yang kurang baik
 Kecepatan kerja
 Kurangnya motivasi
 Kelebihan/kekurangan beban kerja

2.3 Alat Pelindung Diri (APD)


2.3.1 Definisi Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam
usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik.
APD juga merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai
kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya. Perlengkapan pelindung diri termasuk semua pakaian dan aksesories
pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan sebuah penghalang terhadap
bahaya tempat kerja.
Penggunaan APD harus tetap di kontrol oleh pihak yang bersangkutan,
khususnya di sebuah tempat kerja. Menurut Suma’mur (1992), alat pelindung diri
adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-
bahaya kecelakaan kecelakaan kerja.

10
Alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan dan
secara teknis APD tidaklah sempurna untuk mencegah kecelakaan yang terjadi.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)


Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain:
a) Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administrative tidak dapat dilakukan dengan baik.
b) Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
c) Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
a) Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
b) Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
2.3.3 Jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung
diri. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :
a) Masker
Masker (respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja
ditempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

b) Pelindung wajah (Face Shield)


Pelindung wajah (face shield) berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan
benda asing saat bekerja.

11
c) Sarung Tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di
tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk
sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

d) Dll

2.3.4 Cara melindungi diri cedera fisik dan lingkungan

Dalam mewujudkan K3, perusahaan atau pemberi kerja perlu mengikuti sejumlah
prinsip berikut:
 Menyediakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.
 Menyediakan buku petunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya.
 Menyediakan peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
 Menyediakan tempat kerja yang aman sesuai standar syarat-syarat lingkungan
kerja (SSLK). Contohnya, tempat kerja steril dari debu kotoran, asap rokok,
uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan; aman dari arus
listrik; memiliki penerangan yang memadai; memiliki ventilasi dan sirkulasi
udara yang seimbang; dan memiliki peraturan kerja atau aturan perilaku di
tempat kerja.
 Menyediakan penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.
 Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap di tempat kerja.
 Memiliki kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

Adapun cara menjaga kesehatan saat bekerja


 Mengonsumsi makanan sehat di tempat kerja

12
 Mengonsumsi cukup cairan
 Menjaga kebersihan area kerja
 Menjaga kebersihan diri

2.4 Pentingnya K3 dalam keperawatan


Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh tindakan tidak
aman dan kondisi tidak aman (Heinrich, 1930). Sebagian besar (85%) kecelakaan
disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman.
Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang dapat membahayakan
pekerja itu sendiri maupun orang lain yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
yang dapat disebabkan oleh berbagai hal. K3 termasuk sebagai salah satu standar
pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi RS, disamping standar pelayanan lainnya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan
kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari
akibat kecelakaan kerja. Pekerja RS mempunyai risiko lebih tinggi dibanding pekerja
industri lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan KAK, sehingga perlu
dibuat standar perlindungan bagi pekerja yang ada di RS.4 Untuk mencegah dan
mengurangi resiko bahaya tersebut maka perlu ditetapkan standar K3 di RS.
Perlunya pelaksanaan K3RS mengenai kebijakan pemerintah tentang RS di
Indonesia adalah untuk meningkatkan akses, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan
kesehatan yang aman diRS. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi K3 RS
serta tindak lanjut, yang merujuk pada SK Menkes No. 432/ Menkes/ SK/ IV/ 2007
tentang Pedoman Manajemen K3 di RS dan OHSAS 18001 tentang Standar Sistem
Manajemen K3.
Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan
memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan
tugasnya perawat berisiko mengalami gangguan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Perilaku manusia terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yaitu karakteristik dari individu yang bersangkutan yang bersifat
bawaan sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang
(Notoatmodjo, 2010).

13
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat
pelaksana memiliki perilaku yang baik dalam penerapan manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) baik ditinjau dari faktor internal (52.5%) maupun faktor
eksternal (58.8%).
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Kejadian kecelakaan kerja sering terjadi pada tenaga kesehatan khususnya perawat
rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan upaya pembinaan pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) agar terhidar dari kecelakaan kerja.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas menjadi faktor penentu tingkat
kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan yang diberikan semakin baik akan
meningkatkan kepuasan pasien (Cahyadi & Mudayana, 2014; Wulandari, 2015).
Pelayanan keperawatan sebagai lini terdepan berperan sangat tinggi atas kepuasan yang
diterima pasien (Philip, 2014). K3 merupakan aspek yang penting dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Apabila tingkat keselamatan kerja tinggi, maka kecelakaan yang menyebabkan sakit,
cacat, dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ pemberi layanan
kesehatan khususnya perawat dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.

14
2.5 Manfaat Dan Tujuan K3 Bagi Keperawatan
Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus tetap berada di
semua lini kegiatan, baik di sektor formal maupun non formal, sebab potensi ancaman
bahaya kecelakaan dan kesehatan kerja selalu akan mengancam dimanapun berada.
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap
keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu usaha untuj
menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Tujuan K3 adalah mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko
penyakit dan kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, upaya kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3
di RS.
Program keselamatan pasien ini memberikan berbagai manfaat bagi rumah sakit
antara lain:
a. Adanya kecenderungan “Green Product” produk yang aman di bidang industri
lain seperti halnya menjadi persyaratan dalam berbagai proses transaksi,
sehingga suatu produk menjadi semakin laris dan dicari masyarakat.
b. Rumah Sakit yang menerapkan keselamatan pasien akan lebih mendominasi
pasar jasa bagi Perusahaan-perusahaan dan Asuransi-asuransi dan menggunakan
Rumah Sakit tersebut sebagai provider kesehatan karyawan/klien mereka, dan
kemudian di ikuti oleh masyarakat untuk mencari Rumah Sakit yang aman.
c. Kegiatan Rumah Sakit akan lebih memukuskan diri dalam kawasan keselamatan
pasien.

15
2.6 Etika perawat dalam menjalani K3
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat
atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang (seorang
profesional) yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan
melaksanakan pelayanan / asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan
keperawatan.
Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan
memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan
tugasnya perawat berisiko mengalami gangguan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Dalam literatur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai moralitas,
pengakuankewenangan, kepatuhan pada peraturan, etikasosial, loyal pada rekan kerja
serta bertanggung jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan.
Menurut Cooper (1991), dalam Potter dan Perry (1997), etika keperawatan
dikaitkan dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter serta sikap perawat
terhadap orang lain.
Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam
masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak
mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013).
Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang menentukan dan menuntun
perawat dalam praktek sehari-hari (Fry, 1994). Keselamatan dan kesehatan kerja RS
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan RS, khususnya dalam
hal kesehatan dan keselamatan bagi sumber daya manusia (SDM) RS, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, dan masyarakat sekitar RS. K3 termasuk sebagai salah
satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi RS, disamping standar
pelayanan lainnya.
Keberhasilan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit
tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak perawat maupun pihak
manajemen atas dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan peraturan K3 untuk
mendukung pencapaian zero accident di rumah sakit. manajemen risiko k3 RS wajib
dilaksanakan secara menyeluruh di rumah sakit, karena kegiatan manajemen resiko
bertujuan untuk meminimalkan risiko keselamatan dan kesehatan di rumah sakit

16
sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan kesehatan SDM
Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien atau keluarga, dan pengunjung.
Menurut Bloom (1975) dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan
pemberian bukti seseorang dari proses pengingatan atau pengenalan informasi dan ide
yang sudah diperoleh sebelumnya.
Kebijakan K3 yang dibuat oleh RS dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan respondenmeskipun dalam hal ini bukan faktor penyebab pengetahuan
meningkat. Kebijakan K3 secara tertulis untuk menuangkan kebijakan RS tentang
pelaksanaan K3 dalam organisasi.
Kebijakan K3 secara tertulis untuk memberikan informasi kepada pekerja RS,
yang mengunjungi RS, dan pihak yang bekerja sama dengan RS terkait kebijakan K3
yang berlaku di RS. Dalam pemberian pelayanan kesehatan yang optimal di rumah sakit
diperlukan sumber daya yang berkualitas.
Dengan menggunakan sumber daya yang ada diharapkan rumah sakit dapat
menghasilkan suatu output yang maksimal berupa jasa untuk meningkatkan mutu
pelayanan. Untuk masalah- masalah tersebut haruslah disadari bahwa keberhasilan
rumah sakit antara lain disebabkan sumber daya manusia, sehingga sumber daya
manusia dipandang sebagai asset rumah sakit, bahkan merupakan investasi rumah sakit,
apabila tenaga tersebut merupakan tenaga yang terampil.
Keberhasilan pelayanan di rumah sakit tidak terlepas dari berbagai faktor
pelayanan keperawatan yang biasa disebut dengan asuhan keperawatan. Seorang
perawat dalam melaksanakan manajemen K3 harus memiliki sikap yang sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan dimana seluruh nilai positif yang ada dalam dirinya menjadi
pendorong perilaku sehat dan menjadi upaya dalam meningkatkan kesehatan dan
keselamatan selama bekerja. (Riska, 2017) Tanggung jawab perawat erat kaitannya
dengan tugas-tugas perawat.
Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar serta
mengutamakan dan mengoptimalkan keselamatan pasien. Oleh karena itu, asuhan
keperawatan sangan menentukan kualitas dari perawat. Sikap yang bertanggung jawab
sesuai dengan etika keperawatan merupakan salah satu bentuk sikap dan perilaku
perawat yang bisa menjalankan konsep k3 di rumah sakit. Selain sikap tanggung jawab,

17
perawat juga memiliki sikap yang bijak dalam mengambil keputusan yang didukung
oleh pengetahuan yang dimiliki setiap perawat. Oleh sebab itu para perawat dan tenaga
medis lainnya berhasil untuk untuk menjalankan manajemen k3 di rumah sakit dengan
benar.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanggung jawab perawat erat kaitannya dengan tugas tugas perawat. Tugas
perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar serta mengutamakan dan
mengoptimalkan keselamatan pasien. Perawat sangatlah berperan penting dalam
meningkatan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Keselamatan dan
kesehatan kerja adalah kegiatan yang dirancang untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan di tempat kerja. Perawat berisiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
pekerjaan.
Oleh sebab itu perawat sebaiknya terus mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan di bidang manajemen keperawatan khususnya terkait Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)

3.2 saran
Perusahaan dan pemerintah harus lebih lagi mensosialisasi- kan program K3
untuk meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang nantinya juga
meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan

19
DAFTAR PUSTAKA

Minannisa, Cindy. “K3 DALAM KEPERAWATAN”. CINDY


MINANNISA_191101089_K3 DALAM KEPERAWATAN di RUMAH SAKIT.pdf,
diakses pada 21 Oktober 2021 pukul 19:34.

http://www.safetyshoe.com/tag/faktor-penyebab-kecelakaan-kerja-k3/

Sesuatu, Belajar. 2016. “Kenali Jenis Potensi Bahaya (Hazard) di Lingkungan Kerja”.
https://www.belajarsesuatu.id/2021/07/kenali-jenis-potensi-bahaya-hazard-di.html,
diakses pada 21 oktober 2021 pukul 16.20

20

Anda mungkin juga menyukai