Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

STANDAR PROFESIONAL DALAM PELAYANAN


KEPERAWATAN DALAM SISTEM PELAYANAN
KESEHATAN:SISTEM KLIEN

DOSEN PENGAMPU: INDAH WASLIAH.,Ners.,Sp.Kep.An

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1
1. NURMA AYUNDA NERISA
2. RABIATUL HADAWIYAH
3. RAHMATUL AINI
4. RAODIATUN
5. RENDI RAHMAN
6. RENI HERAWATI
7. RESTI SARI
8. RESTIA SOVIANTI
9. RESTU SATYA WIRAWAN
10.RETA ANGGRAINI
11.RIBAEN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Standar Profesional dalam Pelayanan Keperawatan dalam Sistem Pelayanan
Kesehatan:Sistem Klien”.Maksud dan tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas mata kuliah KDK (Konsep Dasar Keperawatan) sebagai laporan hasil diskusi
kelompok.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak hambatan dan kesulitan yang kami temui,
namun berkat bimbingan, tuntunan yang diberikan, serta dukungan dari berbagai pihak yang
terlibat maka makalah ini dapat terselesaikan.

Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kurang lebihnya kami mohon
maaf, semoga makalah mengenai “Standar Profesional dalam Pelayanan Keperawatan dalam
Sistem Pelayanan Kesehatan:Sistem Klien” ini bermanfaat untuk pembaca pada khususnya
dan kita semua pada umumnya, amin.

Mataram, 10 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I..........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

2.1 Konsep Sistem..............................................................................................................3

2.1.1 Pengertian Sistem...................................................................................................3

2.1.2 Jenis-jenis system.................................................................................................3

2.1.3 Karakteristik sistem.............................................................................................4

2.1.4 Pendekatan Sistem...............................................................................................4

2.1.5 Pendekatan Sistem dalam Pelayanan Kesehatan...............................................5

2.2 Sistem Klien..................................................................................................................5

2.2.1 Pengertian Klien dan Jenis-jenis Klien..............................................................5

2.2.2 Individu Sebagai Klien........................................................................................6

2.2.3 Kelompok dan Masyarakat Sebagai Klien.........................................................6

2.2.4 Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan...............................6

2.3 Tingkatan Pelayanan Kesehatan dan Peran Keperawatan dalam Sistem


Pelayanan Kesehatan....................................................................................................................11
2.3.1 Asuhan Promotif (peningkatan kesehatan)......................................................11

2.3.2 Asuhan Preventif (pencegahan)........................................................................11

2.3.3 Asuhan Primer...................................................................................................12

2.3.4 Asuhan Sekunder dan Tersier...........................................................................12

2.3.5 Asuhan restoratif (pemulihan)..........................................................................13

2.3.6 Asuhan berkelanjutan.........................................................................................14

2.4 Peran Perawat di Berbagai Tingkat Pelayanan Kesehatan................................14

BAB III.....................................................................................................................................17

PENUTUP................................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam sebuah pelayanan kesehatan, adanya sebuah Sistem Pelayanan Kesehatan
merupakan hal penting dalam suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Sistem pelayanan kesehatan ini mengandung beberapa komponen di dalamnya
yang memiliki satu keterkaitan antara satu dengan yang lain, dan perawat merupakan satu
bagian independen di dalamnya yang memiliki sistem yang mengatur segala sesuatu
dalam praktik keperawatan yang dijalani oleh perawat.
Sistem yang menjadi tumpuan para perawat disebut juga sistem keperawatan. Sistem
keperawatan ini dibentuk ketika perawat menggunakan kemampuan mereka untuk
menetapkan, merancang, dan memberi perawatan kepada klien, baik individu maupun
kelompok, melalui berbagai aksi atau bentuk praktek keperawatan.
Klien, merupakan objek utama dalam pelayanan kesehatan khususnya di dalam
praktek keperawatan. Perawat di dalam prakteknya, sangat menjunjung tinggi sebuah
pelayanan keperawatan untuk kliennya. Karena klien memiliki sistem tersendiri di dalam
sebuah pelayanan kesehatan dan keperawatan.
Ketiga hal yang saling terkait diatas yaitu, sistem pelayanan kesehatan yang secara
umum menampung sistem keperawatan dan sistem klien merupakan bagian yang
memiliki peran penting masing-masing di dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
dalam proses pembelajarnnya, ketiga hal tersebut merupakan suatu kesatuan fungsiaonal
yang memiliki kekhususan masing-masing untuk dipelajari.

1.2 Rumusan Masalah


Mengetahui Konsep sistem yang di dalamnya mengandung:
a. Pengertian system
b. Jenis-jenis system
c. Karakteristik system
d. Pendekatan system
e. Pendekatan sistem dalam pelayanan kesehatan

2 Mengetahui sistem klien, yang di dalamnya mengandung:

a. Pengertian klien dan jenis-jenis klien


b. Individu sebagai klien
c. Kelompok dan masyarakat sebagi klien
d. Hak dan kewajiban klien dalam sistem pelayanan kesehatan
3 Mengetahui tingkatan pelayanan kesehatan dan peran keperawatan dalam sistem
pelayanan kesehatan, yang didalamnya mengandung:
a. Asuhan promotif dan preventif
b. Asuhan primer, sekunder, dan tersier
c. Asuhan restorative
d. Asuhan berkelanjutan
e. Peran perawat di berbagai tingkatan pelayanan kesehatan

1.3 Tujuan
Diketahuinya secara jelas tentang sistem pelayanan kesehatan khususnya sistem
keperawatan yang mengunggulkan pada proses praktek keperawatan yang dijalani
terhadap klien sebagai sistem tersendiri yang memiliki andil masing masing-masing di
dalam sebuah pelayanan kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Sistem

2.1.1 Pengertian Sistem


 Sebuah sistem merupakan kumpulan dari berbagai komponen. Komponen
tersebut saling berhubungan dan merupakan bagian dari suatu tujuan umum
untuk membentuk suatu kesatuan (Potter & Perry, 2009).
 Sistem menurut Gordon B. Davis adalah terdiri dari bagian-bagian yang
saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran
atau maksud (Davis, 1995,hal:68 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24129/3/Chapter%20II.pdf)

Dari dua pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem


adalah kumpulan dari komponen atau elemen-elemen yang saling
berhubungan yang memiliki tujuan tertentu.

2.1.2 Jenis-jenis system


Menurut Kusrini dan Andri Koniyo dalam buku “Tuntunan Praktis
Membangun Sistem Informasi Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft
SQL Server”, sistem diklasifikasikan menjadi empat:
1. Sistem abstrak dan sistem fisik
Sistem abstrak adalah suatu sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide
yang tidak tampak secara fisik, sedangkan sistem fisik adalah sistem yang
ada secara fisik.
2. Sistem alamiah dan sistem buatan
Sistem alamiah adalah sistem yang tejadi melalui proses alam (contoh:
pembuahan karena meleburnya ovum dan sperma menjadi satu) sedangkan
sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia (contoh:
inseminasi buatan).
3. Sistem tertentu dan tak tentu
Sistem tertentu adalah suatu sistem yang operasinya dapat diprediksi
secara tepat (khasiat suatu obat oleh apoteker) sedangkan sistem tak tentu
adalah sistem dengan perilaku ke depan yang tidak dapat diprediksi .
4. Sistem tertutup dan terbuka
Sistem tertutup adalah sistem yang tidak terpengaruh oleh lingkungan
luar atau otomatis (contoh : reaksi kimia dalam tabung), sedangkan sistem
terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh oleh lingkungan
luar.

2.1.3 Karakteristik sistem


Menurut Kusrini “Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi
dengan Visual Basic dan Microsoft SQL Server”, sistem memiliki karakteristik,
antara lain komponen sistem (Sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, yang saling bekerja sama membentuk suatu komponen sistem atau
bagian-bagian dari sistem), batasan sistem (Daerah yang membatasi suatu sistem
dengan sistem lain atau dengan lingkungannya), subsistem (Bagian-bagian dari
sistem yang beraktivitas dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
dengan sasarannya masing-masing), lingkungan luar sistem (Suatu sistem yang ada
di luar dari batas sistem yang dipengaruhi oleh operasi sistem), penghubung sistem
(Media penghubung antara suatu subsistem dengan subsistem lain), masukan sistem
(Energi yang masuk ke dalam sistem), keluaran sistem (Hasil energi yang diolah dan
diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan), pengolahan
sistem (Mengubah masukan menjadi keluaran), sasaran sistem (Tujuan yang ingin
dicapai oleh sistem, akan dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau tujuan).

2.1.4 Pendekatan Sistem

Dalam“http://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2009/09/pendekatan_sistem.p
df “, pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang
dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan
analisis secara sistem. Analisa sistem memiliki banyak batasan, beberapa di
antaranya analisa sistem adalah proses untuk menentukan hubungan yang ada dan
relevansi antara beberapa komponen (subsistem) dari suatu sistem yang ada. Analisa
sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas yang ada,
dilakukan pengumpulan pelbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan
pelbagai jalan keluarnya, lengkap dengan uraian, sehingga membantu administrator
dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut Simatupang (1995); Eriyatno (1999) dan Hadiguna (2009) ada
beberapa alasan mengapa perlu melakukan pendekatan sistem dalam mengkaji suatu
permasalahan, antara lain untuk memastikan bahwa pandangan yang menyeluruh
telah dilakukan, mencegah analisis menyajikan data secara dini definisi masalah
yang spesifik, mencegah analisis menerapkan secara dini model tertentu, agar
lingkungan masalah didefinisikan secara luas sehingga berbagai kebutuhan yang
relevan dapat dikenali (Simatupang 1995; Grady 1998; Eriyatno 1999; Buede 2009;
Stair & Reynolds 2010 dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55075/BAB%20IV
%20Pendekatan%20Sistem.pdf?sequence=7).

2.1.5 Pendekatan Sistem dalam Pelayanan Kesehatan


Resky Permatasari (2012) dalam website
http://www.akademik.unsri.ac.id/paper3/download/paper/TA_07081002029.pdf
mengatakan bahwa pelayanan kesehatan adalah segala upaya dan kegiatan
pencegahan dan pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan
pemulihan kesehatan yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang ditujukan kepada
masyarakat.
Pendekatan sistem dalam pelayanan kesehatan adalah upaya-upaya yang
dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan yang ada dengan
memperhatikan komponen-komponen yang ada dalam pelayanan kesehatan dan
kaitan antar komponen-komponen tersebut.Pendekatan sistem dalam pelayanan
kesehatan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah kompleks yang terdapat
pada klien supaya mutu kesehatan klien dapat meningkat.

2.2 Sistem Klien

2.2.1 Pengertian Klien dan Jenis-jenis Klien


Klien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik
dalam keadaan sakit maupun sehat (Wijono, 1999). Jika dikaitkan dengan teori
Roy, bahwa manusia (klien) adalah suatu sistem dalam pelayanan kesehatan.
Klien merupakan salah satu komponen tunggal yang memiliki hak dan
kewajiban dalam sistem pelayanan kesehatan. Sebagai sasaran dalam asuhan
keperawatan, lingkup klien dapat dibedakan menjadi 3 yaitu individu sebagai
klien, keluarga sebagai klien, dan masyarakat sebagai klien.

2.2.2 Individu Sebagai Klien


Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek-aspek bio-psiko-sosio-spiritual. Dalam hal ini, keperawatan berperan
memenuhi kebutuhan dasar individu karena:
- Kelemahan fisik dan mental yang dialami klien
- Keterbatasan pengetahuan klien

- Dan kurangnya kemauan menuju mandiri yang dialami klien

2.2.3 Kelompok dan Masyarakat Sebagai Klien


Keluarga, merupakan kelompok individu yang memiliki hubungan
yang erat yang secara kontinu hingga terjadi interaksi baik dalam lingkungan
sendiri maupun masyarakat. Di bawah ini merupakan alasan mengapa keluarga
dijadikan fokus pelayanan kesehatan:
Merupakan unit utama dalam masyarakat
- Suatu kelompok pemberi perubahan dalam masalah kesehatan dalam
kelompok/masyarakat seperti menimbulkan, mencegah dan memperbaiki
lingkungannya
- Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan
- Keluarga berperan dalam pengambilan keputusan asuhan keperawtan
- Merupakan perantara yang efektif pada lingkungannya.

Masyarakat adalah suatu perantara yang terbentuk karena interaksi


antara manusia dan budaya di dalam suatu lingkungan. Masyarakat bersifat
dinamis dan terdiri atas individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang
mempunyai tujuan dan norma sebagai sistem nilai.

2.2.4 Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan


Hak-hak pasien ada dalam pasal 25 The United Nations Universal
Declaration Of Human Rights 1948; Pasal 1 The United Nations Internasional
Convention Civil and Political Right 1966 yaitu hak memperoleh pemeliharaan
kesehatan ( the right to health care) dan hak menetukan nasib sendiri. Kemudian
dari Deklarasi Heksinki, oleh The 18th World Medical Assembly Finland 1964
ditetapkan hak untuk memperoleh informasi ( Poernomo, 1992 dalam Priharjo,
2005 ).
Berikut Beberapa hak pesien yang penerapannya harus disesuaikan
dengan situasi nyata dan melihat situasi tersebut secara individu, serta tetap
mengikuti kebijakan atau petunjuk yang berlaku, diantaranya:
1. Hak memberi persetujuan ( Informed Consent)
Consent mengandung arti suatu tindakan atau aksi beralasan yang
diberikan tanpa paksaan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan cukup
tentang keputusan yang ia berikan dan orang tersebut secara hukum mampu
memberikan consent, dewasa mempunyai hak untuk menentukan apa yang
harus dilakukan terhadapnya. Penataan informed consent di Indonesia diatur
dalam Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik No. HK.00.06.3.5.1986
tentnag pedoman persetujuan tindakan medic. Penerapan prosedur
pengambilan consent yang tepat juga tidak bertentangan dengan hak pasien
sebagai konsumen kesehatan. (Priharjo, 2005)
8
2. Hak perlindungan Bagi Anak, Individu Gangguan Mental, Usia Lanjut, dan
Wanita
Individu dengan gangguan mental, anak-anak dibawah umur, remaja
dan usia lanjut yang sudah mengalami gangguan pola berpikir atau
kelemahan fisik yang mereka tidak dapat membuat keputusan tentang
nasibnya sendiri, perlu dilindungi hak-haknya. Demikian pula wanita
dengan situasi tertentu yang beresiko terhadap pelecehan dan kekerasan.
Prinsip dalam konteks di sini, hak-hak mereka tidak dilanggar dan segala
keputusan yang dibuat terhadap mereka merupakan keputusan yang terbaik.
Apabila diperlukan orang lain ( misalnya orang tua atau wali), pengaturan
ini harus dijamin seadil-adilnya (Priharjo, 2005).
3. Hak pasien atas perawatan dan pengurusan.
Pasien secara umum tidaklah mempunyai hak atas terapi tertentu yang
khusus sifatnya, akan tetapi yang mungkin dilakukan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan. Artinya, terapi yang umum
diberikan oleh tenaga-tenaga kesehatan dalam keadaan yang sama. Dengan
semikian tenaga kesehatan mempunyai tanggungjawab, sesuai dengan ilmu
dan teknologi yang dikuasainya. Akan tetapi, kadang-kadang pasien
mempunyai hak atas cara perawatan tertentu, misalnya, pada pengguguran
atau inseminasi artificial ( H.J.J. Leenen 1978 dalam Soerjono Soekanto,
…: 161 ).
4. Hak untuk menolak cara perawatan tertentu.
Tenaga kesehatan harus menghormati hak tersebut; artinya, tenaga
kesehatan dilarang untuk menelantarkan pasien karena menolak cara
perawaran tertentu, sehingga tenaga kesehatan harus tetap merawat pasien
secara normal ( H.J.J. Leenen 1978 dalam Prof. DR. Soerjono
Soekanto,S.H., MA : 161 ).
5. Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan merawat
pasien.
6. Hak atas informasi
Pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang keadaan
dirinya, tenaga kesehatan yang akan merawatnya, aturan rumah sakit dan
seterusnya. Kecuali itu, pasien mempunyai hak untuk mendapat jawaban
atas segala pertanyaan yang diajukannya. Hak tersebut merupakan dasar
bagi terjadinya perjanjian dan pengecualian pemindahan. ( H.J.J. Leenen
1978 dalam Prof. DR. Soerjono Soekanto,S.H., MA : 161 )
7. Hak untuk menolak perawatan tanpa izin.
Artinya, pasien mempunyai hak untuk memberikan izin agar tenaga
kesehatan boleh merawatnya. Secara pinsipiel pasien sendiri yang
memberikan izin tersebut. pengencualiannya adalah: ( H.J.J. Leenen 1978
dalam Prof. DR. Soerjono Soekanto,S.H., MA : 161 )
a. Hak dianggap belum cakap untuk menentukan kehendaknya menurut
hukum, misalnya, pasien dibawah umur yang harus didampingi oleh
orang tua atau walinya.
b. Pasien mengalami gangguan jiwa, sehingga harus didampingi pengampu.
c. Pasien dalam keadaan tidak sadar ( dalam keadaan darurat dianggap
sudah ada izin)
d. Tindakan-tindakan rutin dalam bidang kesehatan sebagaimana dilakukan
oleh setiap tenaga kesehatan pada umumnya.
8. Hak atas rasa aman dan tidak diganggu (privacy).
Hak tersebut mencakup wewenang pasien untuk mengendalikan
kemungkinan bahwa pihak lain menghubungi dirinya untuk memperoleh
informasi mengenai dirinya.
9. Hak atas pembatasan terhadap pengaturan kebebasan perawatan.
10. Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan.
Dalam memberikan informasi kepada pasien, terkadang agak sulit
menentukan informasi yang mana yang harus diberikan, karena sangat
bergantung pada usia, pendidikan, keadaan umum pasien dan mentalnya,
namun pada umumnya dapat dipedomani hal-hal berikut: (Hanafiah dan
Amir, 1999)
1. Informasi yang diberikan haruslah dengan bahasa yang dimengerti oleh
pasien.
2. Pasien harus dapat memperoleh informasi tentang penyekitnya,
tindakan-tindakan yang akan diambil, kemungkinan komplikasi dan
resiko-resikonya.
3. Untuk anak-anak dan pasien penyakit jiwa, maka infromasi diberikan
kepada orang tua atau walinya.

Di Indonesia sendiri hak-hak pasien diatur dalam Undang-undang


nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan UU Nomor 2009 Tahun 2004
tantang praktik kedokteran.
Sumber: Anggoro (2004)

Suatu kewajiban moral dari pasien adalah untuk memelihara kesehatannya.


Kewajiban-kewajiban pasien menurut hukum adalah, sebagi berikut:
(Soerjono Soekanto, 1989)

1. Kewajiban memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, sehingga


tenaga kesehatan mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil
keputusan. Hal ini juga sangat penting, agar tenaga kesehatan tidak
melakukan kesalahan. Landasannya adalah bahwa hubungan antara
tenaga kesehatan dengan pasien merupakan hubungan hukum yang
didasarkan pada kepercayaan, sehingga sampai batas-batas tertentu
dituntut adanya suatu keterbukaan.
2. Kewajiban untuk memberikan nasihat-nasihat yang diberikan tenaga
kesehtan dalam rangka perawatan. Kalau pasien meragukan manfaat
nasihat itu, yang bersangkutan mempunyai hak untuk meminta
penjelasan.
3. Kewajiban menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga
kesehatan untuk menyimpan rahasia kedokteran.
4. Kewajiban untuk memeberikan imbalan terhadap jasa-jasa professional
yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.
5. Kewajiban untuk memberikan ganti rugi, apabila tindakan-tindakan
pasien merugikan tenaga kesehatan.
6. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah (dalam
hubungan dengan tenaga kesehatan).

Kewajiban pasien dalam pelayanan medis ada dalam Pasal 53 UUPK no 29


thn 2004

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah


kesehatannya
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dr/drg
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan dan
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

2.3 Tingkatan Pelayanan Kesehatan dan Peran Keperawatan dalam Sistem


Pelayanan Kesehatan

2.3.1 Asuhan Promotif (peningkatan kesehatan)

Asuhan keperawatan promotif yaitu mempromosikan kesehatan


dengan memberikan penyuluhan kesehatan, seperti keluarga berencana dan
nutrisi ibu post partum. Tujuan asuhan keperawatan promotif adalah agar
penderita dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Upaya promotif dilakukan
untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dengan jalan memberikan:
 Penyuluhan kesehatan masyarakat
 Peningkatan gizi
 Pemeliharaan kesehatan perseorangan
 Pemeliharaan kesehatan lingkungan
 Olahraga secara teratur
 Rekreasi
 Pendidikan seks

2.3.2 Asuhan Preventif (pencegahan)


Asuhan keperawatan preventif adalah suatu pencegahan penyakit yang
dilakukan oleh perawat, sebagai contoh melakukan vulva hygiene. Tujuan
asuhan keperawatan preventif adalah untuk melindungi penderita yang masih
menjalani proses asuhan keperawatan agar tidak memperoleh resiko terjadinya
invasi mikroba patogen karena adanya prosedur dan tindakan medis. Upaya
preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan-kegiatan:
 Imunisasi masal terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,
maupun kunjungan rumah

 Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun di


rumah

 Pemeriksaan dan pemeliharaan, nifas, dan menyusui

Tingkatan pencegahan terbagi atas tiga bagian, yaitu:

1) Pencegahan primer : pencegahan pada tingkat ini dilakukan untuk


meningkatkan kesehatan dan melindungi klien dari penyakit. Hal ini dapat
mencakup pemberian nutrisi dan perhatian terhadap perkembangan pribadi
klien.
2) Pencegahan sekunder : pencegahan yang bertujuan untuk mempertahankan
kondisi klien yang mengalami masalah terhadap kesehatan. Hal ini
dilakukan ketika suatu penyakit telah menunjukkan tanda dan gejalanya.

3) Pencegahan tersier : tingkat pencegahan ini terjadi setelah suau penyakit


menyebabkan kerusakan yang luas. Hal ini berhubungan dengan cara
mengembalikan klien kepada fungsi yang maksimal disebabkan
keterbatasan yang disebabkan oleh penyakit tersebut.
2.3.3 Asuhan Primer
Asuhan keperawatan primer terdapat pada lingkungan dimana klien
menerima pencegahan dan pelayanan primer, seperti sekolah, kamar periksa,
klinik kesehatan kerja, dan pusat keperawatan. Asuhan Primer merupakan salah
satu program promosi kesehatan.
Asuhan keperawatan primer berfokus pada pelayanan kesehatan
individual, sedangkan pelayanan kesehatan primer berfokus pada perbaikan
kesehatan dari seluruh populasi. Pelayanan kesehatan primer termasuk
pelayanan kesehatan ibu atau anak, keluarga berencana, imunisasi, dan
pengendalian penyakit. Model pelayanan kesehatan primer membutuhkan
kerjasama antara para profesional kesehatan dan anggota masyarakat yang
menerangkan pada promosi kesehatan, pembentukan kebijakan kesehatan, dan
pencegahan penyakit dan masyarakat. Program kesehatan masyarakat yang
berhasil harus mempertimbangkan faktor masyarakat dan lingkungan jika ingin
melayani kebutuhan kesehatan dari masyarakat tersebut (Merzel dan D’Affliti,
2003).

2.3.4 Asuhan Sekunder dan Tersier


Proses awal yang dilakukan untuk pencegahan adalah dengan promosi
kesehatan. Anggota masyarakat paling tidak memiliki asuransi adalah kelompok
dewasa muda dengan usia antara 19-20 tahun (Collins, et. Al, 2006). Padahal
kelompok usia ini memiliki angka insiden yang tinggi untuk obesitas,
kehamilan, dan HIV. Mereka yang tidak memilki asuransi kesehatan cenderung
menunggu lebih lama sebelum berkonsultasi ke dokter, sehingga mereka berada
dalam kondisi penyakit yang lebih berat dan membutuhkan pelayanan kesehatan
yang lebih banyak. Akibatnya, pelayanan sekunder dan tersier (disebut juga
pelayanan akut) memakan biaya lebih banyak. Tempat pelayanan kesehatan
sekunder dan tersier meliputi departemen darurat rumah sakit, sentra pelayanan
darurat, unit pelayanan kritis, dan unit rawat jalan medis-operatif. Perawat pada
lingkungan ini dituntut untuk menjalankan komunikasi yang dekat dengan
seluruh anggota tim pelayanan kesehatan. Perawat juga harus memiliki
kemampuan berpikir kritis dan mengenali masalah klien secara tepat. Perawat
secara kontinu melibatkan klien dalam evaluasi pelayanan dan menyesuaikan
intervensi sampai dicapai hasil yang terbaik.
Kemampuan melakukan pemeriksaan fisik, membuat keputusan, dan
pelayanan darurat menjadi sangat penting bagi perawat dalam memberikan
asuhan sekunder dan tersier di semua lokasi pelayanan kesehatan.

2.3.5 Asuhan restoratif (pemulihan)


Tujuan pelayanan restoratif adalah membantu individu mencapai
kembali status fungsional yang maksimal dan meningkatkan kualitas hidup
melalui pengenalan perawatan diri dan kemandirian.
Aspek penting dari asuhan keperawatan restoratif adalah pengkajian
dan evaluasi status fisik yang berkesinambungan. Fokus utama asuhan restoratif
pada pengkajian fisik, patofisiologi, dan rasional ilmiah atas terapi yang
dilakukan perawat dalam membuat keputusan mengenai status kesehatan.
Sosialisasi dan aktifitas merupakan komponen penting dalam
perawatan restoratif. Tanggung jawab utama sistem adalah bekerja dengan
keluarga klien dan anggota tim lain serta membantu klien meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Perawat memberi
instruksi pada klien untuk melakukan latihan tambahan untuk memperkuat otot-
otot tertentu dan meningkatkan daya tahan.

2.3.6 Asuhan berkelanjutan


Pelayanan berkelanjutan ditujukan kepada klien dengan kecacatan,
klien yang tidak akan hidup mandiri, atau mereka yang menderita penyakit
stadium akhir. Perawatan berkelanjutan tersedia dalam lingkungan institusional
(contoh: pusat atau panti keperawatan, rumah kelompok, atau komunitas
pensiunan), komunitas (contoh: perawatan harian dewasa dan pusat lansia), atau
dirumah (contoh: perawatan rumah, makanan yang diantar ke rumah, dan rumah
istirahat) (Meiner dan Lueckenotte, 2006).
Asuhan berkelanjutan di lingkungan institusional atau komunitas lebih
dipegang oleh perawat dan profesional kesehatan lainnya, sedangkan asuhan
berkelanjutan di rumah dilakukan oleh anggota keluarga dengan instruksi dari
perawat atau profesional kesehatan lainnya.
2.4 Peran Perawat di Berbagai Tingkat Pelayanan Kesehatan
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari bagian pelayanan
kesehatan. Perawat merupakan aspek penting di setiap tingkat pelayanan kesehatan.
Jika ditinjau dari tingkatannya, peran perawat dalam pelayanan kesehatan terbagi
menjadi:
1. Asuhan promotif dan preventif:
a) Asuhan promotif
Asuhan promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat dengan penyuluhan kesehatan masyarakat,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan dan lingkungan,
olahraga teratur, rekreasi, serta pendidikan seks.
b) Asuhan preventif
Asuhan preventif merupakan upaya pencegahan penyakit yang
bertujuan untuk melindungi klien dan ancaman kesehatan yang beersifat
actual maupun potensial (Potter dan Perry, 2005:14).

Pada asuhan promotif dan preventif, Perawat memberikan pengetahuan


tentang kesehatan kepada masyarakat umum agar mereka dapat menciptakan
lingkungan yang sadar dan sesuai serta peduli akan pentingnya hidup dalam taraf
kesehatan yang baik.
2. Asuhan primer, sekunder, dan tertier

a) Asuhan primer
Upaya kesehatan dasar yang terdiri atas upaya kesehatan perorangan
primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Asuhan primer
merupakan yang pertama kali perawat lakukan terhadap klien dengan resiko
penyakit. Perawat membantu klien mendapatkan atau meningkatakn status
kesehatannya melalui proses penyembuhan yang lebih dari sekedar sembuh
namun berfokus pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik.
b) Asuhan sekunder
Upaya rujukan lanjutan setalah adanya asuhan primer. Asuhan
sekunder terdiri atas pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan
masyarakat sekunder. Asuhan sekunder dibutuhkan oleh klien dengan tingkat
penyakit yang lebih lanjut. Dalam perawatan ini, perawat mempertahan klien
yang mengalami masalah kesehatan, komplikasi atau kekacauan. Perawat
mengatur jadwal tindakan yang akan dilakukan terhadap klien oleh tenaga
kesehatan yang ada di suatu rumah sakit untuk meminimalkan tindakan
penyembuhan yang saling bertabrakan dan memaksimalkan fungsi
teurapeutik dari segala tindakan yang akan dilaksanakan terhadap klien.
Perawat juga membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien
dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang mungkin disebabkan
oleh pengobatan atau tindakan diagnosis tertentu.
c) Asuhan tersier
Upaya kesehatan rujukan unggulan yang terdiri atas kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan tersier. Perawatan tersier
berhubungan dengan rehabilitasi dan cara mengembalikan klein pada status
yang maksimal dalam keterbatasan yang dilakukan oleh penyakit dan
ketidakmampuan (Potter and Perry, 2006).
3. Asuhan restoratif
Asuhan restoratif merupakan asuhan yang diberikan dalam usaha
membantu klien kembali kepada status yang maksimal. Perawat membantu klien
memperoleh suatu fungsi yang maksimal, meningkatkan kualitas hidupnya,
meningkatkan kemandirian dan perawatan dari klien, dan memfasilitasi klien
untuk memulai hidupnya kembali ke masyarakat.
4. Asuhan berkelanjutan
Asuhan berkelanjutan merupakan pelayanan yang diberikan kepada
klien dengan masalah kronik dan jangka waktu yang lama. Asuhan berkelanjutan
ditujukan bagi kliem dengan kecacatan, tidak dapat hidup mandiri, menderita
penyakit stadium akhir (Meiner & Leuckenutte, 2006 dalam Potter & perry,
2009). Perawat berperan mengembalikan keadaan klien seoptimal mungkin
untuk mendekati keadaan sehat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan terdiri dari berbagai komponen, termasuk
keperawatan. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sistem ini memperoleh input dari suprasistem (masyarakat atau lingkungan) dan
memberikan output bagi suprasistem tersebut. Subsistem yang membentuk sistem
keperawatan adalah tujuan klien, manajemen, struktur dan jadwal waktu, asuhan
keperawatan, tenaga perawat dan tim kesehatan lain, teknologi, fasilitas, kendali mutu,
penelitian, serta biaya perawatan (Simamora, H. Raymond, 2008).
Pendekatan sistem diterapkan ketika menghadapi suatu kendala atau masalah
dimana permasalahan yang ada dipecahkan dengan memperhatikan tiap-tiap komponen
yang ada. Hal ini dilakukan untuk memastikan pandangan yang menyeluruh telah
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Allimul, Aziz. 2004. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya medika


Anggoro, Yoga. (2004). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Jakarta: Visimedia.

Asmafi. 2005 konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Collins S.R., et al. 2006. “Rite of Passege? Why Young Adult Become Uninsured and
How New Policies Can Help”. The Commonwealth Fund: 20
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial, Problematika, dan Pengendaliannya. Jakarta:
Salemba Medika
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Hanafiah, Yusuf., Amri Amir. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi
3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hegner, Barbara dan Esther Caldwell. 1994. Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Heryanto. 2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep. Jakarta:
Salemba Medika.
http://journal.amikom.ac.id/index.php/KIDA/article/view/4489/2183. yang di unduh
pada tanggal 7 Oktober 2021 pukul 21.37 WIB.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2013keperawatan/20731012/bab1.pdf. (diakses
pada 7 oktober 2021, pukul 10.00 WIB)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24129/3/Chapter%20II.pdf. diakses
pada hari Sabtu, 7 Oktober 2021 pukul 15.31.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/pendekatan_sistem.pdf
diakses pada hari Sabtu, 7 Oktober 2021 pukul 15.35.

Anda mungkin juga menyukai