Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT, karena limpahan rakmat dan
taufik-Nya sehingga Laporan dengan judul “Pemeriksaan K3 terhadap Industri Rumah Tangga
Kerupuk” dapat diselesaikan tepat pada waktunya
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tidak tertutup kemungkinan isi makalah ini belum
sesuai dengan harapan berbagai pihak, oleh karena itu membutuhkan saran dan kritik terutama
dari dosen pembimbing mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca
lain nya. Kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 K3 dalam Industri Rumah Tangga
2.2 Manajemen Resiko
2.3 Pengukuran Pencahayaan
2.4 Pengukuran Kebisingan
2.5 Pengukuran Debu
2.6 Pengukuran Iklim Kerja
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Prosedur Kerja
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan Hak Asasi Manusia (HAM). Untuk itu,
kesadaran mengenai pentingnya K3 harus selalu di gugah, diingatkan, serta di budidayakan di
kalangan para pekerja. Pemahaman dan pelaksanaan K3 di perusahaan sangat diperlukan,
terutam dalam syarat - sayarat kerja. Hal ini berkaitan dengan masalah perlindugan tenaga kerja
terhadap kecelakan kerja, guna meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, perlu
disosialisasikan pemahaman dan pelaksanaan K3 secara baik dan benar.
Dari kondisi di atas jika kita simpulkan dengan teori yang telah di kemukakan mengenai
kesehatan dan keselamatn kerja beserta resiko yang timbul akibat kerja sering kali terjadi di
divisi ini seperti; kebakaran mesin, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah
tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Dari beberapa resiko tersebut operator
sering mengalami kejadian itu kebakaran mesin yang diakibatkan oleh terlalu panas suhu mesin
dan kebocoran saluran udara, ketakutan aliran ristri yang dapat menyebabkan kesetrum pun
pernah terjadi di akibatkan kebocoran kabel listrik dan penggunaan APD yang tidak standar,
tangan terpotong yang disebabkan akibat benturan dengan material maupun mesin yang
sangatlah besar, luka memar dan keseleo yang disebabkan benturan material dan kecerobohan
dalam bekerja, patah tulang karena terjepit material, kerusakan pada mata pun berpotensi disini
dimana prosese produksi berada di dalam ruangan yang tertutup dan penerangan yang kurang,
semenjak pemadaman bergilir perusahaan melakukan penghematan listrik dengan cara
penggunaan sensor listrik dan sering nyala mati, terkadang operator bekerja dengan lampu yang
redup, sedangkan ketelitian penglihatan sangantlah diperlukan akibatnya mata kekurangan
cahaya dan mengurangi fungsi penglihatan, pendengaran pun menjadi salah satu resiko yang
berpotensi karen dalam ruangan produksi suara mesin sangatlah besrisik akan tetapi sudah
dilengkapi dengan ear plug yang sesuai dengan standar.
Manajemen risiko adalah suatu upaya penerapan kebijakan peraturan dan upaya-upaya
praktis manajemen secara sistematis dalam menganalisa pemakaian dan pengontrolan risiko
untuk melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan. Tujuan dan sasaran manajemen risiko K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah terciptanya sistem K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif. Pembangunan Ruko merupakan bangunan tinggi yang sangat berisiko dalam hal
kecelakaan kerja. Penggunaan teknologi tinggi dan metode pelaksanaan yang tidak akurat serta
kurang teliti dapat mengaki-batkan kecelakaan kerja. Untuk itu diperlukan penanganan terhadap
risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Frekuensi risiko dengan tingkat pengulangan yang tinggi akan memperbesar probabilitas
atau kemungkinan kejadiannya. Frekuensi kejadian boleh tidak dipakai seperti perumusan di
atas, karena itu risiko dapat dituliskan sebagai fungsi dari probabilitas dan konsekuensi saja,
dengan asumsi frekuensi telah termasuk dalam probabilitas. Nilai probabilitas adalah nilai dari
kemungkinan risiko akan terjadi berdasarkan pengalaman–pengalaman yang sudah ada,
berdasarkan nilai kualitas dan kuantitasnya. Jika tidak memiliki cukup pengalaman dalam
menentukan probabilitas risiko, maka probabilitas risiko harus dilakukan dengan hati–hati serta
dengan langkah sistematis agar nilainya tidak banyak menyimpang. Nilai konsekuensi dapat
diasumsikan dalam bentuk kompensasi biaya yang harus ditanggung atau dapat berupa tindakan
penanggulangan dangan cara lain dengan biaya yang lebih rendah.
Pencahayaan merupakan jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan atau penerangan adalah faktor yang
penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat
memberikan kenyamanan dan meningkatkan produktivitas pekerja. (Ristiyanti, 2014)
Pencahayaan yang kurang bagus tidak menyebabkan mata kita sakit, melainkan membuat
mata kita menjadi cepat lelah serta rasa yang kurang nyaman, sebaliknya pencahayaan yang
terlalu terang membuat kesilauan pada mata. Penerangan yang bagus merupakan salah satu
upaya menjaga kesehatan mata dan keselamatan kerja, selain itu akan meningkatkan
produktifitas kerja.
Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata
– rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang horisontal
imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara
Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki
satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan.
Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pencahayaan yang baik
menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang dikerjakannya dengan jelas. (Suhadri,
2008)
Dalam Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. PER 13/MEN/X/2011 tentang iklmi kerja
adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi
dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Suhu
tubuh manusia dapat dipertahankan secara mentap oleh suatu system pengatur suhu. Suhu
mentap ini adalah akibat keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai
akibat metabolism dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar.
Nilai ambang batas iklim kerja, hal ini telah ditentukan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor : No. PER 13/MEN/X/2011, tentang nilai ambang batas factor fisika di tempat kerja,
pasal 1 ayat 9 berbunyi : Indeks suhu basah dan bola yang disingkat (ISBB)adalah parameter
untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering,
suhu basah alami, dan suhu bola.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu usaha untuk menjamin keselamatan yang
mencakup kesehatan dan keamanan seseorang baik sebelum ataupun sesudah melakukan
pekerjaan agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit yang dapat disebabkan oleh pekerjaan
tersebut.
Pendekatan perilaku dan budaya banyak diterapkan karena masih melekatnya pandangan
yang menganggap bahwa penyebab kecelakaan banyak disebabkan oleh faktor perilaku
manusia dan juga belum membudayanya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Berdasarkan hasil kegiatan praktek lapangan analisis dan pembahasan yang telah kami
lakukan, maka kami dapat menyimpulkan bahawa Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) pada Industri Rumah Tangga Kerupuk, sangat kurang menerapkan.
Jika Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dalam Industri Rumah Tangga
masih kurang, bisa mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja serta bisa menyebabkan
Kecelakaan Kerja yang fatal.
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, maka saran kami agar Penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) pada Industri Rumah Tangga Kerupuk dapat ditingkatkan dan diperbaiki serta
bisa diterapkan dengan benar dan standart peraturan yang berlaku, dan yang terpenting
adalah industri harus lebih memperhatikan kesejahteraan serta menjamin kesehatan para
pekerjanya, agar mereka dapat bekerja lebih baik lagi. Supaya meminimalisir terjadinya
Kecelakaan Kerja maupun Penyakit Akibat Kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Sunandar. 2014. Iklim Kerja (Indeks Suhu Bola Basah). Fakultas Ilmu Kesehatan :
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
LAMPIRAN