Anda di halaman 1dari 25

Assalamualaikum wr.

wb

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas izin Rahmat dan karunia nya kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok yang berjudul dan memberitakan tentang"52 orang karyawan
tewas dalam kebakaran pabrik jus di Bangladesh" Berita yang kami bawa ini semata mat
hanya ingin mengingatkan kita kepada pentingnya mematuhi SOP dan memperhatikan
keselamatan selama bekerja agar tidak terjadi insiden insiden yang tidak diinginkan.Pada
kesempatan kali ini kami berterima kasih kepadaIbu Enny hasriyani s.psi. m.kes selaku
mata kuliah "hyegiene dan sanitasi" serta rekan rekan kelompok kami yang telah membantu
penyelesaian makalah ini

Akhir kata kami mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
makalah ini, Kami mengharapkan kritik dan saran demi ke

Assalamualaikum we.wb

Medan, 18 Oktober 2022

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

Latar Belakang .........................................................................................................

Rumusan Masalah ....................................................................................................

Tujuan ......................................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................

BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................

Kesimpulan ..............................................................................................................

Saran ........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikandan dikondisikan oleh
pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja yang baik pekerja dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan aman, nyaman dan selamat. Pekerja yang merasa aman, nyaman dan
selamat saat bekerja ditempat kerja akan mendorong tercapainya hasil kerja yang lebih baik
dibandingkan dengan pekerja yang merasa tidak aman, nyaman dan selamat saat bekerja di
tempat kerja.

menyebabkan meningkatnya penggunaan peralatan mesin serta bahan-bahan kimia dalam


proses produksi yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa dengan kualitas
baik agar dapat bersaing di pasaran. Namun, pesatnya perkembangan industri dan kemajuan
dibidang IPTEK dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada keselamatan dan kesehatan
para pekerja diperusahaan, seperti bertambahnya sumber bahaya, meningkatnya potensi
bahaya,dan penyakit akibat Perkembangan industri yang sangat pesat dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kerja di tempat kerja.

Kasus kecelakaan kerja yang kami teliti ialah kebakaran yang terjadi di Bangladesh pada
tahun 2021 yakni di suatu pabrik jus hingga memakan 52 orang karyawan tewas dan 30 orang
luka-luka yang yang diduga api berasal dari lantai 6 pabrik tersebut. Diduga kebakaran
tersebut di akibatkan oleh buruknya standar keamanan gedung yang mana hal tersebut umum
terjadi di Bangladesh, terutama di sektor tekstil yang mempekerjakan jutaan orang dan
menyumbang ekonomi paling besar. Setidaknya ada beberapa aspek yang diterima negara
Bangladesh karena kebakaran pabrik tersebut Yakni aspek ekonomi, aspek sosial politik, dan
aspek ekologi. Ketiga aspek tersebut sama-sama merugikan negara karena hubungan timbal
balik sosial politik dan ekologi, ditambah lagi aspek ekonomi yang merugikan karena banyak
menyebabkan kerusakan bangunan. Upaya untuk menjawab problematika tersebut adalah
dengan mengembangkan pengetahuan karyawan dalam pengelolaan dan pengendalian dalam
pemakaian api.

3
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan :

1. Apa saja resiko akibat buruknya standar keamanan gedung ?

2. Langkah apa yang sudah dan perlu dipersiapkan karyawan dalam mencegah terjadinya
kebakaran?

3. Apa yang harus di lakukan oleh karyawan jika terjadi kebakaran ?

TUJUAN

1.Menambah wawasan pembaca tentang keselamatan kerja pada industri

2. Mengetahui hal-hal pencegahan kecelakaan kerja.

3. Mengetahui solusi kecelakaan kerja.

4. Mengetahui hal hal apa saja yang menyebabkan kecelakaan kerja.

5. Membuat pembaca lebih hati-hati saat melakukan pekerjaan.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Keselamatan & Kesehatan kerja (K3) Di bidang industry

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manjemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, implementasi, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
penanganan risiko yang berkaitan dengan aktivitas kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan efektif.

Menerapkan K3 adalah kewajiban di setiap perusahaan. Berikut adalah ulasan tentang


beberapa dasar hukum dan contoh penerapan K3 yang ada di industri.Penerapan K3
dalam industri merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memenuhi jaminan
perlindungan tenaga kerjanya atas keselamatan saat bekerja. Tentunya, implementasi K3
ini juga perlu dilakukan oleh seluruh pekerja maupun tamu yang datang ke lokasi kerja
sehingga upaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat benar-benar terlaksana.

B. Tujuan & Sasaran K3

Menciptakan suatu sistim keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
menyangkut unsur manajemen, pekerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mengelakkan dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif.Sebagai mana yang telah tercantum
didalam Undang Undang No. 1 Tahun 1970

Tentang : Keselamatan Kerja

1. Setiap pekerja berhak mendapat proteksi atas keselamatannya dalam melakukan


pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
Nasional
2. Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya

5
3. Sahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan effisien
4. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala usaha untuk membina norma-
norma proteksi kerja
5. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang
memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.

C. Aturan Tentang Wajibnya K3 Di Industri

Negara telah mewajibkan perusahaan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja
tenaga kerja yang bekerja di perusahaan tersebut. Aturan mengenai hal ini pun cukup
banyak, antara lain sebagai berikut.

• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

a. Pasal 2 ayat (1)

“Yang diatur dalam Undang-Undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja,
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.”

b. Pasal 3 ayat (1)

“Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

 mencegah dan mengurangi kecelakaan;


 mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;mencegah dan
mengurangi bahaya peledakan; memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya;
 memberi pertolongan pada kecelakaan;
 memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

6
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

a. Pasal 23 ayat (1)

“Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.”

b. Pasal 23 ayat (2)

“Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat, kerja, dan
syarat kesehatan kerja.”

c. Pasal 23 ayat (3)

“Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.”

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomo: PER-02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Pasal 2 ayat (1)

“Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menunjuk ahli keselamatan
dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan kriteria tertentu dan pada perusahaan yang
memberikan jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.”

b. Pasal 2 ayat (2)

“ Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:

a. Suatu tempat kerja di mana pengurus mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang;

b. Suatu tempat kerja di mana pengurus mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang
akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat, dana atau instalasi yang besar risiko bahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.”

7
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Pasal 1 ayat (2)

“Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif.”

b. Pasal 1 ayat (2)

“Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.”

c. Pasal 5 ayat (1)

“Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.”

d. Pasal 8

“Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh


pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain
yang terkait.”

8
D. Contoh Penerapan K3 Di Industry

Ada banyak contoh penerapan K3 di industri. Perlu diketahui, K3 sendiri tidak hanya berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja secara fisik, tetapi juga psikis.

• Jam Kerja yang Manusiawi

Penerapan K3 yang satu ini mungkin terdengar sepele, tetapi nyatanya sangat berpengaruh
terhadap kondisi pekerja. Jam kerja yang manusiawi dapat meminimalkan risiko terjadinya
kecelakaan kerja akibat kelelahan dan membantu menjaga kesehatan psikis pekerja.

Pasal 77 UU Nomor 13 tahun 2003 mengatur ketentuan jam kerja, yakni 40 jam kerja dalam
1 minggu, baik untuk pengaturan 7 jam kerja apabila memberlakukan 6 hari kerja maupun 8
jam kerja apabila memberlakukan 5 hari kerja. Apabila melebihi dari aturan, tersebut, maka
waktu kerja dapat dikategorikan sebagai lembur sehingga pekerja berhak atas upah lembur.

Kendati begitu, ada beberapa jenis pekerjaan yang tidak dapat mengikuti ketentuan jam kerja
tersebut sebagaimana diatur dalam Kepemenakertrans No. 223 tentang Jenis dan Sifat
Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus.

Namun tetap saja, ada upah lembur yang harus dibayarkan pengusaha atas kelebihan jam kerja
tersebut.

•Memberi Tanda Peringatan dan Pengingat K3

Memberi tanda peringatan tentang arus listrik tinggi di sebuah ruangan misalnya, merupakan
salah satu contoh penerapan K3. Hal ini sangat penting terutama jika ruangan tersebut tidak
dipantau oleh petugas yang berjaga secara terus-menerus.

Menempel semacam stiker tentang peringatan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) juga
termasuk dalam penerapan K3. Informasi ini dapat dipasang di berbagai lokasi yang
memungkinkan, seperti ruang penyimpanan APD.

•Perawatan Mesin Berkala

Setiap mesin memerlukan perawatan untuk menjaga kondisinya tetap baik sehingga
meminimalkan risiko bahaya mekanik saat bekerja. Perawatan yang diperlukan untuk tiap
mesin pun berbeda-beda berdasarkan frekuensi penggunaan, intensitas penggunaan, umur tiap
komponen, dan sebagainya

9
E. Kesalahan Dalam K3 Yang Masih Sering Dilakukan Pekerja

1. Pekerja memiliki kebiasaan berasumsi atau mengira-ngira

Poster K3 STOP NEKAT!

Sumber: safetyposter.co.id

"Kecelakaan tidak akan pernah terjadi pada saya" atau "lingkungan kerja ini sudah aman kok,
pasti tidak akan terjadi masalah"

Kebiasaan berasumsi atau terlalu percaya diri (over-confident), mungkin masih sering
dilakukan kebanyakan pekerja. Berasumsi atau mengira-ngira bahwa kondisi kerja sudah aman
dan tidak akan terjadi masalah, sehingga tidak diharuskan bertindak apapun adalah perilaku
yang keliru dan tidak tepat. Menerka-nerka atau merasa diri akan selalu aman saat bekerja
hanya akan membuat Anda celaka.

10
Perilaku pekerja yang suka berasumsi atau mengira-ngira memang disebabkan banyak faktor,
di antaranya pengalaman pekerja, pelatihan pekerja, tingkat pendidikan, serta budaya di tempat
kerja. Hindari berasumsi atau mengira-ngira, pastikan kondisi lingkungan dan prosedur kerja
benar-benar aman dengan rutin memeriksanya. Organisasi dengan budaya K3 yang kuat selalu
waspada dan percaya bahwa kondisi yang aman sekalipun dapat bermasalah.

2. Membiarkan kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak melaporkannya kepada atasan

Poster K3 Laporkan Setiap Risiko dan Bahaya Pada Supervisor

Sumber: safetyposter.co.id

Ada saja pekerja yang enggan atau dilema untuk melaporkan setiap kecelakaan kerja yang telah
terjadi di perusahaannya. Apakah Anda salah satunya, sobat pro safety? Alhasil, banyak sekali
kasus kecelakaan kerja yang tidak muncul ke permukaan dan terbiarkan menjadi rahasia atau
tim tersebut. Dilema melaporkan kecelakaan kerja biasanya disebabkan karena masih banyak

11
Namun beberapa insiden kerap terjadi di gedung industri Bangladesh setiap tahunnya, lantaran
sistem antisipasi dan standar keamanan gedung yang dianggap buruk. Pada 2016 lebih dari 100
pekerja di kota Chittagong selatan jatuh sakit setelah menghirup gas yang bocor dari pabrik
pupuk. Pada 2013, lebih dari 1.000 orang tewas ketika sebuah bangunan pabrik garmen runtuh
di Dhaka. Keselamatan bagi buruh pabrik menjadi sorotan di negara itu. Pada 2013, lebih dari
1.600 pabrik menandatangani perjanjian yang mengampanyekan lingkungan kerja aman bagi
pekerja. Meski begitu tetap saja kebakaran dan kecelakaan kerja masih terjadi di beberapa
pabrik. Banyak pabrik di Bangladesh ilegal dan tidak memenuhi standar keselamatan
kebakaran dan bangunan yang memadai.

“Berikut Gambar Yang Teerlampir Dari Sumber Tersebut”:

17
Penyebab kebakaran belum diketahui pasti. Namun Wakil Direktur Dinas Pemadam
Kebakaran, Debashis Bardhan, mengatakan terdapat bahan kimia dan zat yang mudah terbakar
di dalam bangunan. Hal itu diduga menjadi penyebab kobaran api sulit dikendalikan.

Kobaran api baru berhasil dipadamkan pada Jumat sore waktu setempat, usai hampir 24 jam
melahap pabrik itu. Pemerintah distrik Narayanganj membentuk komite penyelidikan
memeriksa insiden tersebut. Wakil Direktur Dinas Pemadam Kebakaran dan Pertahanan Sipil
Distrik Narayanganj, Abdul Al Arifin, mengatakan hampir seluruh mayat pekerja yang hangus
sulit dikenali. Al Arifin mengatakan setiap lantai bangunan berukuran sekitar 3.250 meter
persegi, tetapi hanya bisa diakses melalui dua tangga dan api sudah menyebar di kedua tangga.
Beberapa pekerja dilaporkan menyelamatkan diri ke atap menggunakan tangga, tetapi sebagian
tidak bisa keluar karena pintu menuju atap terkunci. Sebanyak 25 orang diselamatkan dari
gedung itu. Sedangkan 50 orang pekerja pabrik terluka dalam insiden kebakaran tersebut.
Pabrik itu merupakan industri produsen makanan yang merupakan anak usaha dari perusahaan
grup multinasional Bangladesh, Sajeeb Group. Beberapa insiden kerap terjadi di gedung
industri Bangladesh setiap tahunnya, lantaran sistem antisipasi dan standar keamanan gedung
yang dianggap buruk. Meski begitu tetap saja kebakaran dan kecelakaan kerja masih terjadi di
beberapa pabrik. Banyak pabrik di Bangladesh ilegal dan tidak memenuhi standar keselamatan
kebakaran dan bangunan yang memadai.

Al Arefin mengatakan setiap lantai di gedung itu luasnya sekitar 2.350 meter persegi, namun
hanya bisa diakses lewat dua tangga. Banyak pekerja tak bisa menyelamatkan diri saat api
melalap tangga tersebut. Dia mengatakan penyebab kebakaran itu belum diketahui. Tetapi
bahan bahan Plastik dan zat-zat yang mudah terbakar dan bahan kimia membuat api sulit
dipadamkan," kata pejabat damkar Abdullah Al Arefin. Dia menambahkan panas yang hebat
dari kebakaran itu membuat gedung pabrik retak. Narayanganj di Bangladesh bagian tengah
dipenuhi pabrik yang membuat aneka barang, dari tali rami hingga tekstil. Bencana akibat
buruknya standar keamanan gedung adalah hal yang umum di Bangladesh, terutama di sektor
tekstil yang mempekerjakan jutaan orang dan menyumbang ekonomi paling besar.

16
BAB III

PEMBAHASAN
“52 ORANG TEWAS DALAM PABRIK JUS DI BANGLADESH”

Bangladesh adalah sebuah negara di Asia Selatan yang berbatasan dengan India di barat, utara,
dan timur, Myanmar di tenggara, serta Teluk Benggala di selatan. Ibukota Bangladesh adalah
Dhaka. Bangladesh masih merupakan negara berkembang, meski telah dilakukan usaha
berlanjut untuk meningkatkan prospek ekonomi dan demografi. Bangladesh baru menyandang
predikat baru yakni sebagai negera berkembang setelah keluar dari predikat Least Development
Countries (LDC) atau kategori negara miskin oleh Bank Dunia. Bangladesh menempati posisi
keempat dengan memiliki 90,2 persen populasi Muslim secara global. Pemeluk Islam menjadi
agama terbesar di Bangladesh dengan penduduk Muslim sekitar 153,7 juta dari mencapai
164.689.383 jiwa. Kata Bangladesh berarti “penduduk Bengal” dalam bahasa lokal Bangla.
Bangladesh merupakan negara kesatuan yang memiliki sistem pemerintahan demokrasi
parlementer. Presiden Bangladesh yang sekarang adalah Abdul Hamid.

52 Orang Tewas dalam Kebakaran Pabrik Jus di Bangladesh Sebanyak 52 orang meninggal
dalam kebakaran di sebuah pabrik jus Hashem Food and Beverage di Bangladesh pada Jumat
(9/7) Sementara itu puluhan orang cedera lantaran melompat dari lantai atas untuk
menyelamatkan diri. Kebakaran terjadi pada Kamis (8/7) sore waktu setempat. Pabrik yang
terdiri dari enam lantai itu terletak di Rupganj, dekat ibu kota Dhaka. Sebanyak 3 orang
dilaporkan tewas akibat melompat dari lantai atas, dan 30 lainnya terluka. Api dilaporkan
merembet hingga ke lantai atas, yang memicu para pekerja nekat melompat keluar untuk
menyelamatkan diri."Tiga orang tewas karena melompat dari gedung untuk menghindari api
dan 49 mayat yang dalam kondisi hangus ditemukan," ujar pejabat distrik Narayanganj,
Mustain Billah, seperti dikutip Reuters.

15
Peran safety officer atau pengawas sangat penting untuk mengatasi permasalahan ini. Di
samping itu, pihak perusahaan juga harus menyediakan APD yang nyaman dan cocok untuk
pekerja, memberikan pelatihan pemilihan dan penggunaan APD, memasang rambu K3 APD di
area kerja, serta melakukan pengawasan dan berani menegur pekerja yang lalai menggunakan
APD.

5. Terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan

Efisiensi dan efektivitas terkadang dijadikan alasan pekerja untuk melakukan pekerjaannya
dengan terburu-buru. Padahal hal ini bisa membuat pekerja tersebut melakukan kesalahan yang
nantinya akan membahayakan dirinya sendiri. Terlebih jika pekerjaan itu memerlukan
konsentrasi tinggi, bekerja dengan terburu-buru hanya akan mengurangi konsentrasi pekerja
dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Melakukan short cut tanpa mempertimbangkan
faktor keselamatan juga bisa meningkatkan terjadinya kecelakaan.

Lakukan pekerjaan sesuai prosedur dan hindari mengambil jalan pintas (short cut). Jika Anda
memang diharuskan melaksanakan pekerjaan dengan cepat, pastikan Anda juga
mempertimbangkan faktor keselamatannya juga dan mengikuti prosedur bekerja aman yang
sudah diterapkan.

Itulah lima kesalahan dalam K3 yang masih sering dilakukan pekerja. Apakah Anda pernah
atau malah sering melakukan salah satu kesalahan di atas, sobat pro safety?

14
4. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja

Poster K3 Selalu Gunakan Alat Pelindung Diri!


Sumber: safetyposter.co.id

Mungkin safety officer di tempat kerja Anda sering mendapati para pekerjanya tidak
menggunakan APD saat melakukan suatu pekerjaan. Entah tidak menggunakan safety helmet,
tidak menggunakan alat pelindung jatuh saat bekerja di ketinggian atau tidak menggunakan
pelindung mata dan wajah saat melakukan pekerjaan las. Banyak alasan yang melatarbelakangi
pekerja enggan menggunakan APD, di antaranya:

APD yang digunakan tidak cocok atau tidak nyaman saat dipakai
Ketidaktahuan pekerja harus memakai APD
Tidak memiliki waktu untuk memakai APD atau memakai APD hanya menghabiskan
waktu dan merepotkan
Pekerja sering berasumsi atau terlalu percaya diri bahwa dirinya tidak akan celaka
Lupa kalau harus memakai APD

13
pekerja yang berasumsi bahwa kecelakaan kerja dapat berpengaruh terhadap performa pada
individu yang mengalami insiden tersebut atau pada departemen dari individu tersebut.

Perlu Anda pahami sobat pro safety, setiap kecelakaan atau potensi kecelakaan yang muncul,
sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja karena bisa menimbulkan masalah yang lebih besar di
masa mendatang. Setiap pekerja wajib melaporkan kecelakaan kerja, near miss, atau penyakit
akibat kerja (PAK) kepada atasannya. Dengan begitu, atasan Anda bersama tim akan
melakukan investigasi dan melakukan perbaikan agar kecelakaan kerja serupa tidak terulang
kembali. Tindakan pencegahan inilah yang diperlukan untuk meminimalkan angka kecelakaan
kerja.

3. Menggunakan peralatan kerja yang salah dan/atau cara penggunaannya yang keliru

Kesalahan ini juga termasuk sering terjadi di tempat kerja. Baik pekerja lama atau baru suka
menggunakan peralatan kerja yang tidak tepat sesuai peruntukan pekerjaannya atau
menggunakan peralatan kerja yang benar tapi cara penggunaannya yang keliru. Akibatnya,
kecelakaan yang tidak terduga-duga atau kerusakan dan cacat pada pekerja, hasil pekerjaan,
atau kerusakan pada alat tersebut sangat mungkin terjadi. Kebiasaan ini biasanya disebabkan
kurangnya pengetahuan pekerja, pengalaman pekerja, dan kurangnya pengawasan. Maka dari
itu, pastikan perusahaan melakukan pengawasan agar peralatan kerja yang dipakai sesuai
dengan jenis pekerjaan, peralatan terawat dengan baik, dan pastikan pekerja yang
menggunakan peralatan itu juga terlatih. Pemilihan peralatan kerja yang tepat sangat penting
untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang maksimal. Biasakan menggunakan peralatan yang
sesuai dengan ukuran dan fungsinya. Jika sudah menggunakan peralatan kerja, pastikan Anda
menyimpannya ke tempat semula agar tidak membahayakan pekerja lain.

12
18
19
20
21
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Penyimpanan bahan kimia dan zat-zat yang mudah terbakar di tempat yang aman.
2. Memperlebar ukuran tangga guna mempermudah akses para karyawan selama bekerja
maupun ketika terjadi bencana atau hal yang tidak diinginkan.
3. Menyiapkan APAR (alat pemadam api ringan) di beberapa titik.
4. Kondisi lingkungan industri yang terlalu padat mengakibatkan lamanya petugas pemadam
kebakaran memadamkannya

SARAN
Beberapa saran yang bisa dipertimbangkan dalam mewujudkan kesehatan dan kelamatan kerja
adalah sebagai berikut :
1. Memperhatikan dan menghindari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,
baikfaktor lingkungan maupun faktor manusia atau pekerja itu sendiri.
2. Adanya pengawasan yang intensif terhadap para pengguna dapur tentang K3 di dapur.
3. Hendaknya menambah memasang gambar atau poster keselamatan kerja yang
berhubungandengan dapur, misalnya: Gunakan pisau dengan benar, Hati-hati terhadap
kebakaran, Pastikan gas tertutup sebelum meninggalkan dapur, Never smoke while you are on
duty,dan lain sebagainya. Poster-poster ini tidak akan mengganggu kinerja melainkan justru
akanmengingatkan pengguna dapur akan pentingnya kesehatan, keamanan, dan
keselamatankerja.
4. Memperhatikan cara penyimpanan peralatan memasak di storage room dan bahan makanan
SSSSSSSSSdi chiller yang kurang rapi.
5. Menyediakan disinfektan untuk membersihkan tong sampah dan ember spons secara rutin.
6. Merapikan kabel-kabel yang berserakan di sekitar dapur.
7. Menyegerakan dalam membersihkan peralatan dapur yang telah selesai digunakan.
8. Mengaplikasikan dan tidak meremehkan penerapan K3 di dapur.
9. Melengkapi kotak P3K.
10. Tidak meletakkan tong sampah di dekat kompor.

22
11. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disiapkan kampus seperti locker
sebaikmungkin.
Berdasarkan dari faktor manusia sebagai penyebab terjadinya kecelakaan, maka saranyang
kami berikan yaitu agar meningkatkan kualitas sumber daya manusia tentang
pentingnyapenerapan K3 di praktek lapangan. Memahami teori K3 saja tidak cukup, penerapan
K3 dalampraktek jauh lebih penting untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
Diharapkanmahasiswa lebih mampu untuk bersikap aktif, sehingga jika menemukan tanda-
tanda bahaya didapur dapat segera melaporkan atau memperbaikinya untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.Sebaiknya tidak meremehkan beberapa hal, seperti meletakkan barang
pribadi di tempat selainloker di dapur.

23
DAFTAR PUSTAKA

Febyana Pangkey, Grace Y. Malingkas, D. R. O. Walangitan. 2012. "PENERAPAN SISTEM


MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK
KONSTRUKSI DI INDONESIA (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN JEMBATAN DR. IR.
SOEKARNO-MANADO)".

Nur Aini Faridah Rahmawati, Martono Martono, Sugiharto Sugiharto, Karnawan Joko
Setyono, Parhadi Parhadi. 2019. "Peningkatan Produktivitas Kerja Melalui Penerapan Program
K3 Di Lingkungan Konstruksi".

Syahril Izha Ferri Buldan Firnanda. 2021. "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP


PEKERJA PEREMPUAN ATAS HAK CUTI HAID DAN MENYUSUI MENURUT
UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN (STUDI
KASUS DI PT BENTOEL MALANG)".

Rif'Atil Farihah. 2012. "Hubungan antara sikap karyawan terhadap penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas karyawan PT Toyotetsu Corporation". Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Fakultas Psikologi.

Musdalipah. 2013. "Berdirinya Negara Bangladesh (Suatu Tinjauan Historis)". Makassar:


Universitas Islam Negeri Alauddin.

24

Anda mungkin juga menyukai