Di Susun Oleh :
NIM : 2002022014
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat,
taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada akhirnya bias menyelesaikan
makalah tentang Peraturan Perundagan K3 tepat pada waktunya.
Semoga makalah Pengaturan Perundangan K3 yang telah saya susun ini turut memperkaya kh
ilmu serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Saya juga
menyadari bahwa makalah Pearaturan Perundangan K3 ini juga masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari parapembaca
sekalian demi penyusunan makalah Peraturan Perundangan K3 agar menjadi makalah yang
sempurna .
2
32
DAFTAR ISI
BAB I ..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................................................. 3
B. Tujuan ....................................................................................................................... 6
C. Rumusan Masalah..................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................... 7
PENUTUP ............................................................................................................................. 27
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 27
B. Saran ......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 29
3
32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UUD 1945 mengisyaratkan hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghasilan
yang layak bagi setiap masyarakat. Pekerjaan akan memenuhi kelayakan bagi setiap
masyarakat apabila keselamatan tenaga kerjanya terjamin. Tenaga kerja sebagai sumber
daya manusia harus selalu dikembangkan, diberikan perlindungan terhadap pengaruh
teknologi kerja dan lingkungan serta diberikan perawatan dan rehabilitas.
Perlindugan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama. Perlindungan tersebut dimaksudkan agar tenaga
kerja secara aman melakukan pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas.
4
32
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat
kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja, dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Jadi dari devenisi tersebut mengarah pada kepada
interaksi pekerja dengan mesin alat yang digunakan atau interkasi pekerja dengan
lingkungan kerjanya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan
tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga
kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan.Ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja tersebut diatur dalam
pasal 86 UU No.13 Tahun 2003 berbunyi sebagai berikut :
1) Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
5
32
apabila terjadi kecelakaan kerja ataupun penyakit kerja tidak hanya menimbulkan kerugian
pada tenaga kerja, tetapi membawa dampak buruk terhadap perusahaan.
6
32
Perlindungan ekonomis adalah perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan
yang layak bagi kemanusiaan, termasuk jika tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar
kehendaknya. Sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal
88 Ayat 1 “Pekerja berhak atas penghidupan yang layak di mana jumlah pendapatan
pekerja dari hasil pekerjaannya mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja atau buruh dan
keluarganya secara wajar, yang meliputi makanan dan minuman, sandang, perumahan,
pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua.”Pemberian gaji atau upah yang
sesuai dengan nilai yang ditetapkan UndangUndang tentunya akan menghindarkan tenaga
kerja dari stres kerja akibat kekhawatiran akan pemenuhan kebutuhan keluarga dan diri
sendiri.
Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan
keselamatan kerja yang mulai daripenyediaan APD, Pelatihan keselamatan dan kesehatan
kerja, SOP (Standard Operasional Procedure), JSA (Job Safety Analysis) dan sebagainya
yang dilakukan, diupayakan, dan diperbuat, terutama agar tenaga kerja tahu bagaimana
prosedur kerja yang baik, terlindungi dari resiko bahaya kerja di lingkungan kerja serta
menjaga hasil produksi agar tetap aman.
B. Tujuan
1.) Apakah yang dimaksud tentang peratuan perundang-undangan K3 ?
C. Rumusan Masalah
1.) Memahami tentang peraturan perundang-undangan K3
7
32
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Pemikiran tentang K3 yang kini cukup populer dan telah dilaksanakan banyak
perusahaan di hampir semua negara tidak muncul secara tiba-tiba. Konsep K3 tersebut
berkembang dalam jangka waktu yang cukup panjang.Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) merupakan perhatian dan perlindungan yang diberikan perusahaan kepada seluruh
karyawannya.
Husni (2001) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan
yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental, maupun sosialnya sehingga memungkinkan karyawannya dapat bekerja secara
optimal.
Keselamatan diri para karyawannya di dalam bekerja adalah hal sangat penting.
Karyawan berupaya semaksimal mungkin agar terhindar dari kecelakaan dalam
melaksanakan pekerjaannya sehingga dapat dikatakan keselamatan dan kecelakaan kerja
mempunyai hubungan dengan tingkat kinerja karyawan pada perusahaan.
8
32
c. Bahaya dilingkungan kerja
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal (1) yang
dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya d
isekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut. Namun tidak semua kerja bisa memasuki tempat kerja, tanpa diwajibkan mentaati
semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
Bahaya di lingkungan kerja dapat didefenisikan sebagai salah satu kondisi yang dapat
memberi pengaruh yang merugikan kesehatan terhadap tenaga kerja. Faktor bahay di
lingkungan kerja meliputi Faktor Kimia, Biologi, Fisiologi dan psikologi.
9
32
Pasal 77
1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
Pasal 79
1) Pengusaha wajib memberikan waktu itirahat dan cuti kepada
pekerja/buruh.
2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi:
a. Istirahat antara jam kerja, sekuang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus-menerus dan waktu istirahat tersebut
tidak termasuk jam kerja;
b. Istirahat mingguan 1 (satu) haru untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu;
c. Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah
pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan
secara terus-menerus; dan
d. Istirahat panjang sekurang-kurangya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan
pada tahun keujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi
pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-
menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh
tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun
berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6
(enam) tahun.
10
32
memberlakukan istirahat panjang yang lebih baik dari ketetuan undang-undang ini, maka
tidak boleh mengurangi dari ketentuan yang sudah ada.
Ketentuan hukum mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ini sangatlah sedikit, yaitu
terdapat dalam ketentuan pasal 86 yang rumusannya sebagai berikut:
1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
2) Keselamatan dan kesehatan kerja;
3) Moral dan kesusilaan; dan
4) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
5) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
6) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11
32
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat (2), disebutkan bahwa :
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya ditempat
kerja , promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Pasal 2
Setiap bangunan perusahaan harus memenuhi syarat-syarat untuk :
1) Menghindarkan kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan.
2) Menghindarjan kemungkinan bahaya keracunana, penularan penyakit atau
12
32
timbulnya penyakit.
3) Memajukan kebersihan dan ketertiban.
4) Mendapat penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup.
5) Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bahan yang tidak
menyenangkan.
Pasal 4
1) P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik dimintan
maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus megenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat (1), P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengelola data tentang keselamatan dan kesehatan
kerja dtempat kerja;
b. Membantu mengajukan dan menjelasakan kepada setiap tenaga kerja:
1) Berbagi faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya
kebakaran dan peledakan serta cara penanggulangannya.
2) Faktor yang dapat mempengaruhi efesiensi dan produktivitas kerja.
3) Alat pelindung diri bagi pekerja yang bersangkutan.
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
c. Membantu pengusaha atau pengurus dalam :
1) Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja;
2) Menetukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik;
3) Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan
13
32
dan kesehatan kerja ;
4) Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan;
5) Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidag keselamatan
kerja, higiene perusaahaan, ksehatan kerja dan ergonomi;
6) Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelengaakan
makanan di perusahaan;
7) Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
8) Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
9) Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselatan kerja,
maelakukan pemeriksaan dan melaksanakan interpertasi pemeriksaan.
10) Menyelenggarakn administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan,
dan kesehatan kerja.
Penjelasan tersebut adalah Panitia Pembina Keselamatan dan kesehatan Kerja bertugas
memberi pertimbangan dan dapat membantu pelaksanaan usaha pencegahan kecelakaan
dalam perusahaan yang bersangkutan serta dapat memberi penjelasan dan penerangan efektif
pada para pekerja yang bersangkutan.
Undang-Undang yang ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dan kecelakaan kerja
adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang diundangkan
pada tahun 1970 mengganti Veilingheids Reglement Stbl. No.406 yang berlaku sejak tahun
1910.
14
32
Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah:
1. Melindungi tenaga kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan.
Selanjutnya agar tujuan keselamatan da kesehatan kerja tersebut dapat tercapai, maka
diperlukan syarat-syarat keselamatan kerja seperti yang diatur dalam pasal 3 Undang-Undang
No.1 Tahun 2003 tentang Keselamatan Kerja anatara lain:
Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. Peraturan
pelaksanaanya Kepmenaker RI No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit
Penangulangan Kebakaran di Tempat Kerja
c. Mencegah dan mengurangi bahaya pledakan
d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan
f. Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.peraturan
pelaksananya Intruksi Menteri Tenaga Kerja No.Ins.2/M/BW/Bk/1984
tentang Pengesaha Alat Pelindung Diri. Intruksi Menteri Tenaga Kerja RI
No.Ins.05/M/BW/97 tentang pengaasan Alat Pelindung Diri. Suat Edaran
Dirjen Binawas No.SE/BW/1997 tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri.
Dan Surat Edaran Menteri Dirjen Binawas No.SE/06/BW/1997 tentang
Pendaftaran Alat Pelindung Diri
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebaruaskannya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, dan hembusan
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan
i. Memperoleh penerangan yang cukup dans sesuai. Peraturan pelaksananya
diatur dalam Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang Syarat
Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja
15
32
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang cukup
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. Memelihara kebersian, kesehatan dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
n. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaan menjadi bertambah tinggi.
Pada ayat ini dicantumkan arah dan sasaran-sasaran secara konkrit yang harus
dipenuhi oleh syarat-syaratkeselamatan kerja yang dikeluarkan.
Pasal 8
(1) Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Peraturan pelaksananya Peratura Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor Per-02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalan
Penyelenggraan Keselamatan Kerja.
(2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan
dibenarkan oleh direktur. Peraturan pelaksananya Peraturan Menteri tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja. Selain itu ada juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per-01/Men/1998 tentang penyelenggaraan Pemeliharaan kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih baik dari peket Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
16
32
Kepmenaker, SE Menaker dan Kepdirjen Binwasnaker Depnakertrans RI.
17
32
Yang bertugas mengawasi atas ditaatinya atau tidak peraturan perundang- undangan dibidang
keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah :
1) Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pengawas teknis
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
2) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga kerja teknis berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
Pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan unsur penting dalam
perlindungan tenaga kerja, sekaligus sebagai upaya penegakan hukum ketenagakerjaan
secara menyeluruh. Penegakan hukum di tempuh dalam 2 (dua) cara, yaitu preventif dan
represif. Pada dasarnya kedua cara itu ditempuh sangat bergatung dari tingkat kepatuhan
masyarakat (pengusaha, pekerja, serikat pekerja) terhadap ketentuan hukum
ketenagakerjaan. Tindakan preventif dilakukan jika memungkinkan dan masih adanya
kesadaran masyarakat untuk mematuhi hukum. Namun, bila tindakan preventif tidak
efektif lagi, maka di tempuh tindakan repesif dengan maksud agar masyarakat mampu
melaksanakan hukum walaupun dengan keterpaksaan.
Direktorat pengawas Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah unit organisasi
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan pasal 10 Undang-
Undang No.14 Tahun 1969 dan pasal 5 ayat (a) Undang – undang No.1 Tahun 1970.
Secara umum, pegawai pengawas berhak dan wajib dalam melakukan tugasnya, yaitu
sebagai berikut :
a. Memasuki semua tempat dimana dijalankan atau biasa dijalankan pekerjaan
atau dapat disangka bahwa disitu dijalankan pekerjaan dan juga segala rumah
yang disewakan atau dipergunakan o;eh pengusaha atau wakilnya untuk
perumahan atau perwatan pekerja.
b. Jika terjadi penolakan untuk memasuki tempat-tempat tersebut, petugas
pengawas berhak meminta bantuan Polri.
18
32
c. Mendapatkan keterangan sejalas-jelasnya dari pengusaha atau wakilnya dan
pekerja mengenai kondisi hubungan kerja pada perusahaan yang bersangkutan.
d. Menanyai pekerja tanpa dihadiri pihak ketiga.
Yang berhak melakukan pemeriksaan kesehatan kerja adalah dokter yang ditunjuk
oleh pimpinan tempat perusahaan/kerja dan yang disetujui oleh Departemen Tenaga Kerja.
pelaksanaan pengawasan kesehatan kerja ditujukan kepada:
1. Tempat kerja, yaitu :
2. Proses kerja yaitu perlu diteliti bagaimana proses kerjanya dimulai dari gudang
bahan baku, persiapan pengolaha pengepakan sampai pendistribusian.
3. Tenaga Kerja/Pekerja, yaitu perlu diperhatikan :
b. Sikap kerjanya
c. Jenis kelamin
d. Usia
19
32
e. Beban kerja
5. Fasilitas kesehatan
melakukan pekerjaan lebih dari 7 jam sehari dan lebih dari 40 jam seminggu,
libur serta larangan bekerja lebih dari 7 jam sehari, 40 jam seminggu apabila
terlebih dahulu dari Pengawasan Perburuhan. Pemberian ijin ini disebut pengawasan
preventif. Pengawasan represif dilakukan oleh pegawai pengawas perburuhan dengan cara
20
32
c. Pembatasan kegiatan usaha
d. Pembekuan kegiatan usaha
e. Pembatasan persetujuan
f. Pembatalan pendaftaran
g. Pengehentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi
h. Pencabutan izin
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk
memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di
tempat kerja. Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifikasi potensi bahaya ditempat kerja,
melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan-bahan beracun berbahaya dan
penaggulangannya, menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadam
kebakaran serta menyusun progam pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja
perusahaan.
21
32
keuntungan. Menekan kerugian dapat meningkatkan keuntungan.
c. Manajemen control kerugian akan menguntungkan seluruh strategi
operasional manajemen.
Kemudian dalam ketentuan Pemenaker No.05 Tahun 1996 pasal 3 ayat (1) dan (2) di
jelaskan Perusahaan wajib menerapkan sistem Manajemen K3 apabila :
Pasal 3
(1) Setiap perusahaan yang memperkejakan tenaga kerja sebanyak seratur
orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan
oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan
penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3.
(2) Sistem manajemen k3 sebagiamana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja
sebagai satu kesatuan.
22
32
kesalahan dalam suatu sistem manajemen.
Prinsip II harus dapat meramalkan secara pasti sekumpulan tanda-tanda yang kurang
baik. Sehingga dapat dikontrol dan diidenfikasi.
Prinsip V alat pelindung/safety yang baik adalah tepat guna pada tempatnya dan
ketika digunakan tidak rusak tidak menimbulkan kejadian yang kurang baik. Ada 2 jalan
agar hal ini dapat berjalan dengan baik :
1. Harus diketahui apa penyebab utama penyebab terjadinya accident.
2. Harus diketahui alat pelindung apa yang paling efektif digunakan sesuai
dengan kebutuhan.
Data dari OSHA (Occupational Safety and Health administration) menyatakan bahwa
kalangan usahawan mengeluarkan dana $170 juta pertahun akibat kecelakaan dan sakit akibat
kerja. pengeluaran tersebut dikeluarkan langsung dari keuntungan perusahaan. Perusahaan
yang menerapkan SMK3 dapat mengurangi kecelakaan dan sakit akibat kerja sebanyak 20%-
40% dan mendapat keuntungan sebesar $4 dari setiap $1 yang diinvestsikan. Berikut
merupakan keuntungan menerapkan K3 :
23
32
Penerapan K3 dapat menghemat uang Penerapan K3 dapat meningkatkan
perusahaan melalui : keuntungan secara tidak langsung
Premi asuransi dengan cara:
Penerapan k3 akan membangun
Pengeluaran akibat biaya
kepercayaan para pemegang
perkara pengadilan dan
saham dan meningkatkan
pertangungjawaban
transparansi fungsi perusahaan,
Kompensasi karyawan
mengurangi ketidakkonsisten
Biaya akibat terhambatnya
Para investor mengenali kualitas
proses produksi
suatu perusahaan sehingga para
Peningkatan moralitas karyawan
investor tidak ragu untuk
Penurunan angka absensi menanamkan modalnya
Pelaksanaan k3 mulai mendapat
Penurunan waktu menganggur
perhatian lebih luas dikalangan
peralatan
masyarakat, LSM, pemerintah,
Meningkatkan nilai saham
Karyawan, Rekan bisnis
perusahaan
sehingga perusahaan yang
Menciptakan tempat kerja yang
melaksanakan k3 mendapatkan
efesien dan produktif karena
pencitraan yang baik
tenaga kerja merasa aman dalam
Menciptakan hubungan yang
bekerja.
harmonis bagi karyawan dan
perusahaan
Perawatan terhadap mesin dan
peralatan semakin baik,
sehingga membuat umur alat
semakin lama.
b) System Kerja
24
32
1. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang
potensial dan telah menilai resik-resiko yang timbul dari suatu proses
kerja.
2. Apabila upaya pengendalian resiko diperlukan maka upaya tersebut
ditetapkan melalui tingkat pengendalian.
3. Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan
diterapkan suatu sistem “ijin kerja” untuk tugas-tugas yang beresiko
tinggi.
4. Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh
resiko yang terindefikasikan disokumentasikan.
5. Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentua pelaksaaan
diperhatikan pada saat pengembangan atau melakukan modifikasi
prosedur atau petunjuk kerja.
6. Prosedur kerja dan intruksi kerja dibuat oleh petugas yang
berkompeten dengan masukan dari kerja yang dipersyaatkan untuk
melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk.
7. Alat pelindung diri disediakan bila di perlukan dan digunakan secara
benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
25
32
Manfaat pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja terutama adalah kontribusinya
dalam mencegah kerugian serta meningkatkan daya saing pekerja sendiri dan
perushaannya. Manfaaat ini dapat dihitung secara kuantitatif, yaitu perbaikan dari beberapa
indikator yang sering digunakan dalam dunia usaha dan dunia kerja untk mengukur tingkat
kesehatan pekerja, sebagai berikut :
1. Pengurangan Absentisme
4. Peningkatan Produktivitas
26
32
meningkatkan produktivitas kerja.
Berdasarkan teori di atas tentang tujuan dan manfaat dari progam pelaksanaan
keselamatan kesehatan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa adanya progam keselamatan
kesehatan kerja akan memberikan jaminan rasa aman dan nyaman kepada setiap pekerja.
BAB III
27
32
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dalam rangka untuk melaksanakan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap tenaga kerja berdasarkan apa yang ditentukan dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dengan cara:
a. Ketentuan waktu kerja yang efektif untuk beroperasi selama 7 (tujuh)
jam/hari;
b. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan keahliannya, serta adanya
pengawas (mandor) yang memantau saat karyawan sedang bekerja;
c. Perawatan (maintenance) terhadap mesin sebelum dan sesudah
digunakan;
d. Menyediakan alat-alat P3K dan alat pemadam kebakaran di
lingkungan pabrik;
e. Diselenggarakannya suhu dan kelembapan udara yang baik dengan cara
memberikan sarana penerangan serta ventilasi yang cukup;
2. Mengenai perlindungan terhadap tenaga kerja dapat disimpulkan:
a. Perlindungan Ekonomis
Pelaksanaan perlindungan ekonomis dalam bentuk gaji pokok, bonus dan
upah gaji dibayar penuh karena tiak dapat melakukan pekerjaan yang
diberikan kepada pekerja bagian produksi, jumlahnya telah mengikuti
acuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenegakerjaan mengenai perlindungan upah, bentuk upah dan
asas pengupahan. Mengenai upah gaji lembur yang diberikan kepada
pekerja PT.Inalum jumlah gaji yang diberikan sudah seseuai dengan
ketetapan UMP dan UMK, bahkan jumlahnya lebih besar dari yang
tentukan berdasarakan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
b. Perlindungan Sosial
Manajemen telah menjalankan kewajiban melaksanakan perlindunga sosial
berupa Jamsostek bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan bedasarkan
hubungan kerja yang diatur dalam pasal 4 ayat 1 Undang- Undang Nomor 3
Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial tenaga Kerja.
c. Perlindungan Teknis
28
32
Pelatihan
Alat Pelindung Diri
B. SARAN
DAFTAR PUSTKA
29
32
Agusmidah. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Amiruddin, dan Zainal Asikin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum.
Asyhadie, Zaeni. 2004. Hukum Kerja Hukum Ketengaakerjaan Bidang Hubungan kerja .
Jakarta: Rajawali Press.
Budiono, Abdul Rachmad. 1997. Hukum Perburuhan di Indonesia. jakarta: Raja grafindo
Persada.
Santoso, Gempur. 2004. manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja . jakarta: prestasi
pustaka.
Silaban, Gerry . 2008. Hak atas kewajiban Tenaga Kerja dan pengusaha/Pengurus Yang
ditetapkan dalam Peraturan perundang- undangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja . Medan: USU Press.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1950 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1950 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1954 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat.
30
32
Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja RI dan Kepala Kpolisian RI Nomor Kep-
275/Men 1989 dan Nomor Pol-04/V/1989 tentang Pengaturan Jam Kerja, Shift, dan
Kerja Istirahat, serta Pembinaan Tenaga Kerja.
Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) RI Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan, dan Penerangan dalam tempat Kerja
31
32
32
32
33
32