Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

PENERAPAN KESELAMATAN KERJA SESUAI UU NO. 01


TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

DISUSUN OLEH :

EKA APRIYANTI
4204171154

DOSEN PENGAMPU:
ARMADA, ST., MT

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PRODI DIV TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Pertama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada saya. Semoga shalawat dan salam selalu
dilimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan
keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Saya selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pengampu atas kerjasamanya selama ini sehingga makalah ini dapat di selesaikan
dengan tepat waktu. Makalah ini saya ajukan sebagai tugas untuk melaksanakan
kewajiban sebagai mahasiswa.
Saya menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu diharapkan adanya masukan, pendapat,
maupun kritik dan saran yang dapat membangun. Semoga hasil makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT.

Bengkalis, 20 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4

2.1 Pengertian.........................................................................................4
2.2 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja.......................................7
2.3 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.......................................8
2.4 Dasar Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja............................9
2.5 Peran Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Perusahaan...........10
2.6 Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja.........................10
2.7 Azaz, Syarat, Pengawasan, Pembinaan, Ketentuan, dan Peraturan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja...................................................11
2.8 Prinsip Dasar dan Metode Pencegahan Kecelakaan........................13
2.9 Analisis Kecelakaan Kerja...............................................................14
2.10 Kelembagaan K3..............................................................................15
2.11 Penerapan Aturan K3 Sesuai dengan UU No.1 Tahun 1970...........17
BAB III PENUTUP.............................................................................................23

2.1 Kesimpulan......................................................................................23
2.2 Saran.................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi  keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina
dan Thailand.Kondisi  tersebut mencerminkan kesiapan daya saing
perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia
akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan
pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal
kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga
kerjanya.Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.Nuansanya harus bersifat manusiawi atau
bermartabat. Seperti yang disebutkan pada UUD 1945 pasal 27 ayat (2)
menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dan atas dasar pasal tersebut
dikeluarkanlah UU No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja,
yaitu pasal 9 : “Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama”.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama.  Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat
terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja
perusahaan.Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.

1
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik.Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi.Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan
pekerja yang kurang memadai.Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,
keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang
mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan.Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja
dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah, sebagai
berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan tempat kerja, kesehatan dan keselamatan
kerja?
b. Apa saja fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja?
c. Apa tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja?
d. Apa saja dasar hukum kesehatan dan keselamatn kerja?
e. Apa peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam perusahaan ?

2
f. Apa saja ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja?
g. Apa saja azas, syarat, pengawasan, pembinaan, ketentuan, dan peraturan
kesehatan dan keselamatan kerja?
h. Apa saja prinsip dasar dan metode pencegahan kecelakaan kerja?
i. Bagaimana analisis kecelakaan kerja?
j. Apa saja kelembagaan K3?
k. Bagaimana penerapan aturan kesehatan dan keselamatan kerja sesuai UU
No. 1 tahun 1970?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah, sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian tempat kerja serta kesehatan dan
keselamatan kerja
b. Untuk mengetahui fungsi dari kesehatan dan keselamatan kerja
c. Untuk mengetahui tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja
d. Untuk mengetahui dasar hukum kesehatan dan keselamatn kerja
e. Untuk mengetahui peran kesehatan dan keselamatan kerja dalam
perusahaan
f. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja
g. Untuk mengetahui azas, syarat, pengawasan, pembinaan, ketentuan, dan
peraturan kesehatan dan keselamatan kerja
h. Untuk mengetahui prinsip dasar dan metode pencegahan kecelakaan kerja
i. Untuk mengetahui analisis kecelakaan kerja
j. Untuk mengetahui kelembagaan K3
k. Untuk mengetahui penerapan aturan kesehatan dan keselamatan kerja
sesuai UU No. 1 tahun 1970

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
2.1.1 Tempat Kerja
Yang dimaksud dengan “tempat kerja” dalam undang-undang
(UU) ini adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
bahaya terhadap pekerja.
Yang termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan,
halaman, dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Berikut adalah beberapa pengertian yang terkait dengan tempat
kerja:
a. Pengurus
Bertugas memimpin langsung suatu tempat kerja atau bagian
tempat kerja yang berdiri sendiri. Dalam Undang-undang
Keselamatan Kerja, pengurus tempat kerja berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya.
b. Pengusaha
Orang atau badan hukum yang memiliki atau mewakili pemilik
suatu tempat kerja.
c. Direktur
Adalah Direktur Jendral Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan
Pengawas Norma Kerja (sekarang Direktur Jendral Bina Hubungan
Industrial dan Pengawas Ketenagakerjaan).
d. Pegawai Pengawas
Seorang pegawai pengawas harus mempunya keahlian khusus
yang dalam hal ini adalah menguasai pengetahuan dasar dan praktek

4
dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja melalui suatu proses
pendidikan tertentu.
e. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Personel yang berada di luar Departemen Tenaga Kerja, dan
mempunyai keahlian khusus di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2.1.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat
kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu
usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari
resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan
Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja menurut para ahli
sebagai berikut :
a. ILO
Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan
diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas
fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan
kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.
b. Ditinjau dari sudut keilmuan
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

5
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni,
2003: 138).
c. Ditinjau dari sudut filosofis
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat adil dan makmur.
d. Ditinjau dari sudut praktis
Upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta
bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan
proses produksi secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.
e. Menurut Mangkunegara(2002)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.
f. Menurut Suma’mur (1981: 2)
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
g. Menurut Simanjuntak (1994)
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan
keselamatan, dan kondisi pekerja
h. Mathis dan Jackson(2002)
Menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera

6
yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada
kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
i. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia
(2000)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik
atau tempat kerja tersebut.
j. Jackson(1999)
Menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang
disediakan oleh perusahaan.

2.2 Fungsi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Pada pelaksanaannya K3 memiliki fungsi yang cukup banyak dan
bermanfaat, baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini adalah
beberapa fungsi K3 secara umum:
a. Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian akan
adanya risiko dan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan di
lingkungan kerja.
b. Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir,
desain tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.
c. Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para
pekerja di lingkungan kerja.
d. Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
e. Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya,
metode, prosedur dan program.
f. Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya

7
2.3 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, tujuan dari
K3 adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit dikarenakan pekerjaan.
Selain itu, K3 juga berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi agar
dapat digunakan secara efektif.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3
adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.

8
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:

a. Manusia (pekerja dan masyarakat)


b. Benda (alat, mesin, bangunan dll)
c. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuh-tumbuhan)

2.4 Dasar Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Adapun dasar hukum kesehatan dan keselamatn kerja adalah sebagai
berikut:
a. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27
b. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
mengenai Ketenagakerjaan.
Selain itu, ada beberapa peraturan yang berkaitan dengan K3 antara lain:
a. UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun
1948 No. 1, yang memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak,
orang muda dan wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.
b. UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930), yang mengatur
keselamatan kerja secara umum dan bersifat nasional.
c. UU Timah Putih Kering, yang mengatur tentang larangan membuat,
memasukkan, menyimpan atau menjual timah putih kering kecuali untuk
keperluan ilmiah dan pengobatan atau dengan izin dari pemerintah.
d. UU Petasan, yang mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukkan
untuk kegembiraan/keramaian kecuali untuk keperluan pemerintah.
e. UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-
jalan rel guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan,
kerajinan dan perdagangan.
f. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

9
g. UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial:
1. Jaminan kecelakaan kerja
2. Jaminan kematian
3. Jaminan hari tua
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan
2.5 Peran Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Perusahaan
Berikut ini adalah beberapa peran K3 di lingkungan kerja:
a. Masing-masing tenaga kerja memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan atas kesehatan dan keselamatan untuk kesejahteran hidup
dan meningkatkan produksi.
b. Semua orang yang berada di lingkungan kerja perlu dijamin
keselamatannya.
c. Semua sumber produksi harus digunakan secara efisien dan aman.
d. Harus ada tindakan antisipatif dari perusahaan sebagai upaya untuk
mengurangi risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja,

2.6 Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Mengacu pada pengertian K3 di atas, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan oleh perusahaan dalam pelaksanaan K3, yaitu:
a. Lingkungan Kerja
Ini adalah lokasi dimana para pekerja melakukan aktifitas
bekerja.Kondisi lingkungan kerja harus memadai (suhu, ventilasi,
penerangan, situasi) untuk meminimalisir potensi terjadinya
kecelakaan atau penyakit.
b. Alat Kerja dan Bahan
Ini adalah semua alat kerja dan bahan yang dibutuhkan suatu
perusahaan untuk memproduksi barang/ jasa. Alat-alat kerja dan bahan
merupakan penentu dalam proses produksi, tentunya kelengkapan dan
kondisi alat kerja dan bahan harus diperhatikan.

10
c. Metode Kerja
Ini merupakan standar cara kerja yang harus dilakukan oleh pekerja
agar tujuan pekerjaan tersebut tercapai secara efektif dan efisien, serta
keselamatan dan kesehatan kerja terjaga dengan baik. Misalnya,
pengetahuan tentang cara mengoperasikan mesin dan juga alat
pelindung diri yang sesuai standar.

2.7 Azaz, Syarat, Pengawasan, Pembinaan, Ketentuan, dan Peraturan


Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.7.1 Azas-azas K3
Azas-azas yang digunakan dalam UU No. 1 tahun 1970 adalah
sebagai berikut :
a. Azas nationaliteit memberlakukan UU keselamatan kerja kepada
setiap warga negara yang berada di wilayah hukum Indonesia
(termasuk wilayah kedutaan Indonesia di luar negeri dan terhadap
kapal-kapal yang berbendera Indonesia).
b. Azas teritorial memberlakukan UU keselamatan kerja sebagaimana
hukum pidana lainnya kepada setiap orang yang berada di wilayah
atau teritorial Indonesia, termasuk warga negara asing yang tinggal
di Indonesia (kecuali yang mendapat kekebalan diplomatik).

Dengan demikian, UU ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang


didalamnya terdapat 3 unsur, yaitu:

a. Adanya tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha


b. Adanya tenaga kerja yang bekerja
c. Adanya bahaya kerja

2.7.2 Syarat-syarat K3
Persyaratan tersebut ditetapkan dalam pasal-pasal di bawah ini:
a. Pasal 3 ayat 1 berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai.

11
b. Pasal 2 ayat 3 merupakan escape clausul , sehingga rincian yang ada
dalam pasal 3 ayat 1 dapat diubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik dan teknologi serta penemuan-penemuan di
kemudian hari.
c. Pasal 4 ayat 2, mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis
keselamatan dan kesehatan kerja yang memuat prinsip-prinsip teknis
ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara
teratur, jelas dan praktis.
2.7.3 Pengawasan K3
Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap UU Keselamatan
Kerja, sedangkan pegawai pengawas dan ahli keselamatan dan
kesehatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap
ditaatinya UU ini dan membantu pelaksanaannya.
2.7.4 Pembinaan K3
Undang-undang Keselamatan Kerja mengatur tentang kewajiban
pengurus dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerjanya. Undang-undang Keselamatan Kerja juga mengatur
kewajiban tenaga kerja. Hal ini juga berlaku pula bagi orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut.
2.7.5 Ketentuan Pelanggaran
Ancaman hukuman dari pelanggaran ketentuan UU Keselamatan
Kerja adalah hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda
setingginya Rp. 100.000,-. Proses projustisia dilaksanakan sesuai
dengan UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP.
2.7.6 Peraturan Pelaksanaan
Dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Peraturan pelaksanaan yang bersumber dari Velleigheidsreglement
(VR) 1910 berupa peraturan khusus yang masih diberlakukan
berdasarkan pasal 17 UU Keselamatan Kerja.
b. Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan UU
Keselamatan Kerja sendiri sebagai peraturan organiknya.

12
2.8 Prinsip Dasar dan Metode Pencegahan Kecelakaan
2.8.1 Prinsip Dasar Pencegahan Kecelakaan
Pada dasarnya semua hampir semua kecelakaan dapat dicegah dan
dapat diidentifikasi penyebabnya. Dalam usaha pencegahan kecelakaan,
penyebab dasar atau akar permasalahan dari suatu kejadian harus dapat
diidentifikasi, sehingga tindakan koreksi bisa tepat dilaksanakan untuk
mencegah kejadian yang sama. Teori domino, merupakan salah satu
teori yang dapat dipakai sebagai acuan dalam proses tersebut.
Rangkaian faktor-faktor penyebab kejadian kecelakaan dalam teori
domino dapat diurutkan sbb:
a. Kelemahan pengawasan oleh manajemen (Lack of control
management)
b. Penyebab Dasar
c. Sebab yang Merupakan Gejala (Symptom): Kondisi dan Tindakan
Tidak Aman
d. Kecelakaan
e. Biaya Kecelakaan
2.8.2 Metode Pencegahan Kecelakaan
Dalam upaya pencegahan kecelakaan, ada 5 tahapan pokok yaitu:
a. Organisasi K3
b. Menemukan fakta atau masalah: survey, inspeksi, observasi,
investigasi dan reviu record kecelakaan.
c. Analisis
Dari hasil analisis dapat saja dihasilkan satu atau lebih alternatif
pemecahan.
d. Pemilihan / Penetapan alternatif / Pemecahan
e. Pelaksanaan
Menurut International Labour Organization (ILO), langkah-
langkah yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja
antara lain:

13
1. Peraturan Perundang-undangan
2. Standarisasi
3. Inspeksi
4. Riset teknis, medis, psikologis, statistic
5. Pendidikan dan Pelatihan
6. Persuasi
7. Asuransi

2.9 Analisis Kecelakaan Kerja


Menurut peraturan perundangan, setiap kejadian kecelakaan kerja wajib
dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja selambat-lambatnya 2 x 24 jam
setelah kecelakaan tersebut terjadi. Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan
adalah kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja maupun kecelakaan
dalam perjalanan yang terkait dengan hubungan kerja.
Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja adalah :
a. Agar pekerja yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk
jaminan dan tunjangan.
b. Agar dapat dilakukan penyidikan dan penelitian serta analisis untuk
mencegah terulangnya kecelakaan serupa
Dari hasil laporan kecelakaan kerja, harus dilakukan analisis yang
mencakup beberapa hal di bawah ini:
a. Tujuan
b. Apa yang dianalisis
c. Siapakah petugas analisis
d. Langkah-langkah analisis
e. Cara analisis

Laporan analisis kecelakaan harus dapat menggambarkan hal-hal sbagai


berikut :
a. Bentuk kecelakaan – tipe cidera pada tubuh
b. Anggota badan yang cidera akibat kecelakaan
c. Sumber cidera

14
d. Type kecelakaan – peristiwa yang menyebabkan cidera
e. Kondisi berbahaya – kondisi fisik yang menyebabkan kecelakaan
f. Penyebab kecelakaan – objek, peralatan, mesin berbahaya
g. Sub penyebab kecelakaan – bagian khusus dari mesin, peralatan yang
berbahaya
h. Perbuatan tidak aman
2.10 Kelembagaan K3
2.10.1 Pengertian
Lembaga K3 adalah sebuah organisasi / badan swasta
independent, non pemerintah yang bergerak di bidang pengelolaan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), beranggotakan perusahaan
dan lembaga usaha berbadan hukum di Indonesia.
Lembaga K3 yang ada di Indonesia pada saat ini adalah sebagai
berikut:
a. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Adalah suatu lembaga yang dibentuk di perusahan untuk
membantu melaksanakan dan menangani usaha-usaha
keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari
unsure pengusaha dan pekerja.
b. DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional)
Adalah suatu lembaga yang dibentuk untuk membantu
memberi saran dan pertimbangan kepada Menteri tentang usaha-
usaha keselamatan dan kesehatan kerja.
c. PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatahn Kerja)
Adalah suatu lembaga usaha berdasarkan surat keputusan
penunjukkan dari Depnakertrans yang bergerak di bidang jasa
keselamatan dan kesehatan kerja yang mempunyai ahli K3 di
bidangnya.

15
2.10.2 Dasar Hukum
Dasar hukumnya adalah UU No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 10 ayat 1 dan 2 dengan peraturan
pelaksanaannya, yaitu :
a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 125/Men/1984
tentang pembentukan, susunan dan tata kerja DK3N, DK3W dan
P2K3.
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang
P2K3 serta tata cara penunjukkan ahli K3
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 04/Men/1995 tentang
PJK3.
2.10.3 Ruang Lingkup
Meliputi latar belakang kebijakan, dasar hokum, tugas dan
fungsi serta prosedur pembentukan lembaga P2K3, DK3N dan PJK3.
2.10.4 Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga K3
Adapun tugas pokok dan fungsi lembaga K3 adalah sebagai
berikut:
a. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Tugas pokok:
 Memberikan saran dan pertimbangan kepada pengusaha
mengenai K3
Fungsi:
 menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja
 membantu menuunjukkan dan menjelaskan K3 pada setiap
tenaga kerja
 membantu pengusaha dalam mengevaluasi K3

Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam


Peraturan Menaker No.: Per-04/MEN/1987.

b. DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional)


Tugas pokok:

16
 Memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri
mengenai K3
Fungsi:
 Menghimpun dan mengolah data K3 di tingkat nasional dan
membantu menteri dalam memasyarakatkan K3.
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam
Peraturan Menaker No.: Kep. 155/MEN/1994.
c. PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Tugas pokok:
 Membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Fungsi:
 Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masalah K3.
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam
Peraturan Menaker No.: Per-04/MEN/1995.
2.11Penerapan aturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sesuai UU No. 1
Tahun 1970
Dalam era industri seperti sekarang ini, tidak dapat kita pungkiri begitu
banyak perusahaan-perusahaan besar yang berdiri di Indonesia. Mulai dari
perusahaan kelas ringan sampai kelas berat ada. Sebagai perusahaan yang
telah mempekerjakan orang-orang di dalamnya, perusahaan diwajibkan untuk
memberi perlindungan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja kepada
setiap pihak di dalamnya agar tercapai peningkatan produktivitas perusahaan.
Pemerintah sendiri sebenarnya cukup menaruh perhatian terhadap
permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja ini. Berbagai macam produk
perundang-undangan dan peraturan-peraturan pendukung lainnya dikeluarkan
untuk melindungi hak-hak pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
mereka. Beberapa perusahaan yang ada sebagian juga telah memiliki standar
keamanan dan kesehatan kerja.

17
Undang-Undang tersebut berawal dari UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. UU Nomor 1 Tahun 1970 tersebut menjelaskan pentingnya
keselamatan kerja baik itu di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air, dan di udara di wilayah Republik Indonesia. Implementasinya
diberlakukan di tempat kerja yang menggunakan peralatan berbahaya, bahan
B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya), pekerjaan konstruksi, perawatan
bangunan, pertamanan dan berbagai sektor pekerjaan lainnya yang
diidentifikasi memiliki sumber bahaya. Undang-undang tersebut juga
mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
Menurut Permenaker PER.05 / MEN / 1996 Bab I, salah satu upaya dalam
mengimplementasikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah SMK3 (Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). SMK3 meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. SMK3 merupakan
upaya integratif yang harus dilakukan tidak hanya dilakukan oleh pihak
manajemen tetapi juga para pekerja yang terlibat langsung dengan pekerjaan.
Perundang-undangan yang dihasilkan tentu saja harus selalu diawasi
dalam proses implementasinya. Proses pengawasan tersebut diharapkan bisa
menekan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya menghasilkan angka zero accident yang memang merupakan tujuan
dilaksanakannya SMK3. Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan,
namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya
karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia yang masih
kurang memilki pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja serta

18
perusahaan-perusahaan yang ternyata memang belum memenuhi standar
kesehatan dan keselamatan kerja.
Beberapa program yang dilaksanakan pemerintah dalam upaya
mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja diantaranya adalah :
1. Kebijakan, Hukum, dan Peraturan
a. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif,
sebagaimana terlihat pada daftar peraturan perundang-undangan K3
yang terdapat dalam Lampiran II. Undang-undang K3 yang terutama di
Indonesia adalah Undang-Undang No. 1/ 1970 tentang Keselamatan
Kerja. Undang-undang ini meliputi semua tempat kerja dan
menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan primer.
b. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang
telah memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif
(lengkap) tentang sistem manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-
perusahaan yang berisiko tinggi. Peraturan tersebut (Pasal 87 UU no
13 Tahun 2003) menyebutkan bahwa “setiap perusahaan yang
mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau
bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan
kecelakaan kerja berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit
akibat kerja diwajibkan menerapkan dan melaksanakan sistem
manajemen K3.
Audit K3 secara sistematis, yang dianjurkan Pemerintah,
diperlukan untuk mengukur praktik sistem manajemen K3. Perusahaan
yang mendapat sertifikat sistem manajemen K3 adalah perusahaan
yang telah mematuhi sekurang-kurangnya 60 persen dari 12 elemen
utama, atau 166 kriteria.
c. Panitia Pembina K3 (P2K3)
Menurut Topobroto (Markkanen, 2004 : 15), Pembentukan Panitia
Pembina K3 dimaksudkan untuk memperbaiki upaya penegakan

19
ketentuan-ketentuan K3 dan pelaksanaannya di perusahaan-
perusahaan. Semua perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 50
karyawan diwajibkan mempunyai komite K3 dan mendaftarkannya
pada kantor dinas tenaga kerja setempat. Namun, pada kenyataannya
masih ada banyak perusahaan dengan lebih dari 50 karyawan yang
belum membentuk komite K3, dan kalau pun sudah, komite tersebut
sering kali tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.
d. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Berdasarkan Undang-Undang No 3/ 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, Pemerintah mendirikan perseroan terbatas PT
JAMSOSTEK. Undang-undang tersebut mengatur jaminan yang
berkaitan dengan :
 Kecelakaankerja [JKK]
 Haritua [JHT],
 Kematian[JK], dan
 Perawatankesehatan [JPK].

Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek berlaku bagi pengusaha yang


mempekerjakan 10 karyawan atau lebih, atau membayar upah bulanan
sebesar1 juta rupiah atau lebih. Pekerja yang mengalami kecelakaan
kerja berhak atas manfaat/ jaminan yang meliputi (i) biaya
transportasi, (ii) biaya pemeriksaan dan perawatan medis, dan/ atau
perawatan di rumah sakit, (iii) biaya rehabilitasi, dan (iv) pembayaran
tunai untuk santunan cacat atau santunan kematian.

e. Konvensi-konvensi ILO yang berkaitan dengan K3


Pada tahun 2003, Indonesia masih belum meratifikasi Konvensi-
konvensi ILO yang berkaitan dengan K3 kecuali Konvensi ILO No
120/ 1964 tentang Higiene (Komersial dan Perkantoran). Tetapi hingga
tahun 2000, Indonesia sudah meratifikasi seluruh Konvensi Dasar ILO
tentang Hak Asasi Manusia yang semuanya berjumlah delapan.

20
Karena Indonesia mayoritas masih merupakan negara agraris
dengan sekitar 70% wilayahnya terdiri dari daerah pedesaan dan
pertanian, Konvensi ILO yang terbaru, yaitu Konvensi No. 184/ 2001
tentang Pertanian dan Rekomendasinya, dianggap merupakan
perangkat kebijakan yang bermanfaat. Tetapi secara luas Indonesia
dipandang tidak siap untuk meratifikasi Konvensi ini karena rendahnya
tingkat kesadaran K3 di antara pekerja pertanian. Tingkat pendidikan
umum pekerja pertanian di Indonesia juga rendah, rata-rata hanya 3
sampai 4 tahun di sekolah dasar (Markkanen, 2004 : 16)
2. Penegakan Hukum
Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan peraturan hukum
terkait K3 kemudian membentuk lembaga-lembaga penunjang
diantaranya :
a. Direktorat Pengawasan Norma K3 di DEPNAKERTRANS
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pengawasan/
inspeksi keselamatan kerja telah didesentralisasikan dan
tanggung jawab untuk pengawasan tersebut telah dialihkan ke
pemerintah provinsi sejak tahun 1984. Di Direktorat Jenderal
Pengawasan Ketenagakerjaan DEPNAKERTRANS, sekitar
1,400 pengawas dilibatkan dalam pengawasan ketenagakerjaan
secara nasional. Sekitar 400 pengawas ketenagakerjaan
memenuhi kualifikasi untuk melakukan pengawasan K3 di
bawah yurisdiksi Direktorat Pengawasan Norma K3 (PNKK).
b. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan
Pelayanan kesehatan kerja adalah tanggung jawab Pusat
Kesehatan Kerja di bawah Sekretariat Jenderal Departemen
Kesehatan. Pusat ini dibagi menjadi (i) Seksi Pelayanan
Kesehatan Kerja, (ii) Seksi Kesehatan dan Lingkungan Kerja,
dan (iii) Unit Administrasi.
Pusat ini sudah menyusun Rencana Strategis Program
Kesehatan Kerja untuk melaksanakan upaya nasional. K3

21
merupakan salah satu program dalam mencapai Visi Indonesia
Sehat 2010, yang merupakan kebijakan Departemen Kesehatan
saat ini. Visi Indonesia Sehat 2010 dibentuk untuk mendorong
pembangunan kesehatan nasional, meningkatkan pelayanan
kesehatan yang merata dan terjangkau untuk perorangan,
keluarga, dan masyarakat .
c. Dewan Tripartit National Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(DK3N)
Dewan K3 Nasional (DK3N) dibentuk oleh
DEPNAKERTRANS pada tahun 1982 sebagai badan tripartit
untuk memberikan rekomendasi dan nasihat kepada Pemerintah
di tingkat nasional. Anggota Dewan ini terdiri dari semua
instansi pemerintah yang terkait dengan K3, wakil-wakil
pengusaha dan pekerja dan organisasi profesi. Tugasnya adalah
mengumpulkan dan menganalisa data K3 di tingkat nasional
dan provinsi, membantu DEPNAKERTRANS dalam
membimbing dan mengawasi dewan-dewan K3 provinsi,
melakukan kegiatan-kegiatan penelitian, dan
menyelenggarakan program-program pelatihan dan pendidikan.
Selama periode 1998-2002, DK3N telah menyelenggarakan
sekurangkurangnya 27 lokakarya dan seminar mengenai
berbagai subyek di sektor-sektor industri terkait. DK3N juga
telah menerbitkan sejumlah buku dan majalah triwulan.
Pada hakikatnya kita memang tidak akan menemukan
konsep dan realita yang berjalan bersamaan, begitu pula
dengan implementasi dari K3 yang belum bisa berjalan
maksimal apabila belum ada komitmen yang tegas dari
berbagai pihak baik pmerintah, pengusaha dan lembaga terkait
lainnya dalam melaksanakan K3.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis
dan emosional.

Pada intinya Keselamaan dan kesehatan kerja wajib diikuti oleh setiap
orang yang terlibat dalam suatu pekerjaan maupun aktifitas yang bisa
menimbulkan suatu kecelakaan kerja, Perusahaan-perusahan di Indonesia pun
sudah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), karena sangat
penting peran K3 ini dalam perusahaan yang untuk perlindungan kepada
pekerja dan mencegah atau menurunkan terjadinya kecelakan pekerja, 
bagaimana pun pekerja adalah aset perusahaan yang sangat penting. K3 juga
bermanfaat sebagai Meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja pada perusahaan, dengan adanya sistem K3 di perusahan akan
meminimalisir biaya anggaran akibat kecelakaan kerja.

3.2 Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan
karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost
benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan
kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi
seluruh masyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://kesitpambudi.wordpress.com/2015/05/04/definisi-sejarah-dan-undang-
undang-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3/amp/, Diakses pada hari Sabtu,
tanggal 21 Maret 2020 pukul 11.45 WIB
https://www.safetyshoe.com/tag/tujuan-k3-menurut-uu-no-1-tahun-1970/, 1
Diakses pada hari Sabtu, tanggal 21 Maret 2020 pukul 11.45 WIB
http://k3danlingkungan.blogspot.com/2012/09/uu-no-1-tahun-1970-tentang-
keselamatan.html?m=1, Diakses pada hari Sabtu, tanggal 21 Maret 2020 pukul
19.02 WIB
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatan
kerja/pertanyaan-mengenai-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-indonesia-1,
Diakses pada hari Sabtu, tanggal 21 Maret 2020 pukul 20.30 WIB.
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html, Diakses pada hari
Sabtu, tanggal 21 Maret 2020 pukul 20.34 WIB.
http://benderak3.blogspot.com/2015/11/makalah-undang-undang-no-1-th-
1970.html, Diakses pada hari Sabtu, tanggal 21 Maret 2020 pukul 21.34 WIB.
https://www.academia.edu/35198252/MAKALAH_UNDANG-
UNDANG_NO_1_TH_1970, Diakses pada hari Minggu, tanggal 22 Maret 2020
pukul 11.03 WIB.
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja.html, Diakses pada hari Minggu, tanggal 22 Maret 2020 pukul 11.05 WIB.
https://www.academia.edu/5385328/K3_makalah_tugas, Diakses pada hari
Minggu, tanggal 22 Maret 2020 pukul 11.29 WIB.
http://ardisukma.blogspot.com/2013/07/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-
kerja.html, Diakses pada hari Minggu, tanggal 22 Maret 2020 pukul 11.52 WIB

24
25

Anda mungkin juga menyukai