Anda di halaman 1dari 13

iv

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tenaga Kerja

Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang


ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan
masyarakat pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah
kesejahteraan rakyat termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan
harus di jamin haknya, diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya. Dalam
peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-04/MEN/1994 pengertian tenaga kerja adalah
setiap orang yang bekerja pada perusahaan yang belum wajib mengikuti program jaminan
sosial tenaga kerja karena adanya pentahapan kepesertaan.

2.2 Perlindungan Tenaga Kerja


Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga
kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materiil
maupun spiritual.
Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-
hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja atau buruh serta pada saat
yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha.
Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan. Keterkaitan itu
tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja selama, sebelum dan sesudah masa kerja tetapi
juga keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat. Untuk itu,
diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain mencakup
pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja
Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, dan
pembinaan hubungan industrial.
Adapun beberapa pasal dalam UU No. 13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan
diantaranya:
1. Salah satu tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan (pasal 4 huruf c).
2. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
memperoleh pekerjaan (pasal 5).
3. Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh perlakukan yang sama tanpa diskriminasi
dari pengusaha (pasal 6).
4. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau
mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya
melalui pelatihan kerja (pasal 11).
5. Setiap pekerja atau buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan
kerja sesuai dengan bidang tugasnya(pasal 12 ayat (3))
6. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak didalam
atau diluar negeri (pasal 31)
7. Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan perlakukan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama (pasal 86 ayat (1))
8. Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan (pasal 88 ayat (1)).
9. Setiap pekerja atau buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial
tenaga kerja (pasal 99 ayat (1)).
10. Setiap pekerja atau buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja atau
serikat buruh (pasal 104 ayat (1))

Secara yuridis, pasal 5 memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak
dan mempunyai kesempatanan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai
dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang
sama terhadap para penyandang cacat. Adapun pasal 6 mewajibkan kepada pengusaha untuk
memberikan hak dan kewajiban pekerja atau buruh tanpa membedakan jenis kelamin, suku,
ras, agama, warna kulit, dan aliran politik.
Lingkup perlindungan terhadap pekerja atau buruh menurut UU No. 13 Tahun 2013
meliputi:
1. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja atau buruh untuk berunding dengan pengusaha
2. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
3. Perlindungan khusus bagi pekerja atau buruh perempuan, anak, dan penyandang cacat
4. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan sosial tenaga kerja

2.3 Jenis Perlindungan Tenaga Kerja (Arbeid-Scherming)


Menurut soepomo dalam asikin (1996:76) perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi
3, yaitu:
1. Perlindungan Ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang
cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja diluar kehendaknya
2. Perlindungan tenaga kerja, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan
kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi
3. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan
keselamatan kerja .

Berdasarkan objek perlindungan tenaga kerja, UU No. 13 Tahun 2003 tentang


ketenagakerjaan mengatur perlindungan khusus bagi pekerja atau buruh perempuan, anak,
dan penyandang cacat, yaitu sebagai berikut:
1. Perlindungan Pekerja atau Buruh Perempuan
a. Pengusaha dilarang mempekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00 terhadap
pekerja atau buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun (pasal 76 ayat (1))
b. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja atau buruh perempuan hamil yang
menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungan
maupun dirinya, apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00 (pasal 76
ayat (2))
c. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh perempuan antara pukul 23.00
sampai dengan 07.00 (pasal 76 ayat (3)) wajib:
1. Memberikan makanan dan minuman yang bergizi
2. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
d. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja atau buruh
perempuan yang berangkat dan pulang antara pukul 23.00 sampai dengan 05.00 (pasal
76 ayat (4)) 7
2. Perlindungan Anak
Pengertian Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun (pasal 1 angka
26 UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
a. Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (pasal 68)
b. Ketentuan pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak berumur antara 13 tahun sampai
dengan 15 tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial (pasal 69 ayat (1))
c. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi
persyaratan berikut (pasal 69 ayat 2)
1. Ijin tertulis dari orang tua atau wali
2. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali
3. Waktu kerja maksimal 3 jam perhari
4. Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah
5. Keselamatan dan kesehatan kerja
6. Adanya hubungan kerja yang jelas
7. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
d. Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama pekerja atau buruh dewasa, maka tempat
kerja anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja atau buruh dewasa (pasal 72)
e. Anak dianggap bekerja bilamana berada ditempat kerja, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya (pasal 73)
f. Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan
yang terburuk (pasal 74 ayat 1), meliputi segala pekerjaan:
1. Dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya
2. Yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran,
produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian
3. Memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan
perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya,
dan/atau
4. Yang membahayakan kesehatan, keselamatan, ataupun moral anak.
3. Perlindungan Penyandang Cacat
Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memerikan
perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya (pasal 67 ayat (1) UU No. 13
Tahun 2003). Bentuk perlindungan tersebut seperti penyediaan aksesibilitas, pemberian alat
8
kerja, dan alat perlindungan diri.

2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hak pekerja atau buruh (pasal
86 ayat (1)) huruf a UU No. 13 Tahun 2003.
Tujuan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
1. Melindungi pekerja dari resiko kecelakaan kerja
2. Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja atau buruh
3. Agar pekerja atau buruh dan orang-orang disekitarnya terjamin keselamatannya
4. Menjaga agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan
berdaya guna.
Unsur tempat keja ada 3 (tiga), yaitu:
1. Adanya suatu usaha, baik bersifat ekonomis maupun sosial
2. Adanya sumber bahaya
3. Adanya tenaga kerja yang bekerja didalamnya, baik terus menerus maupun
sewaktu-waktu

Penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ditempat kerja adalah
pengusaha atau pimpinan atau pengurus tempat kerja. Adapun mengenai kewajiban pihak-
pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai berikut:
1. Kewajiban Pengusaha
a. Terhadap pekerja atau buruh yang baru masuk, pengusaha wajib menunjukkan dan
menjelaskan:
1. Tentang kondisi dan bahaya yang dapat timbul dilingkungan kerja
2. Semua alat pengaman dan pelindung yang digunakan
3. Cara dan sikap yang aman dalam melakukan pekerjaan
4. Memeriksakan kesehatan, baik fisik maupun mental pekerja yang bersangkutan
b. Terhadap pekerja atau buruh yang telah atau sedang dipekerjakan:
1. Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan kerja, penanggulangan
kebakaran, pemberian P2K3 dan peningkatan usaha keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) pada umumnya.
2. Memeriksakan kesehatan pekerja secara berkala
c. Menyediakan secara Cuma-Cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan untuk
9
tempat kerja yang bersangkutan bagi seluruh pekerja atau buruh.
2. Kewajiban dan Hak Pekerja atau Buruh
a. Kewajiban pekerja atau buruh
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan
3. Memenuhi dan menaati persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
berlaku ditempat kerja yang bersangkutan.
b. Hak pekerja atau buruh
1. Meminta kepada pimpinan atau pengurus perusahaan agar dilaksanakan semua
syarat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diwajibkan diperusahaan yang
bersangkutan.
2. Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan, bila syarat keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) serta alat pelindung diri yang diwajibkan tidak terpenuhi,
kecuali dalam toleransi khusus yang ditetapkan lain oleh pegawai pengawas.

2.5 Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Bpjs)


Di indonesia falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui
hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 1945 Pasal 28H dan
pasal 34, dan diatur dalam UU No.23 Tahun 1992 yang kemudian diganti dengan UU No.36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi
pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan.
1. Sejarah Singkat BPJS
Diawali dengan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2000, diman Presiden Abdurrahman
Wahid menyatakan tentang Pengembangan Konsep SJSN. Pernyataan tersebut
direalisasikan melalui upaya penyusunan konsep tentang Undang-Undang Jaminan
Sosial (UU JS) oleh Kantor Menko Kesra (Kep. Menko Kesra dan Taskin No. 25
KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000, tanggal 3 Agustus 2000,tentang Pembentukan Tim
Penyempurnaan Sistem Jaminan Sosial Nasional). Sejalan dengan pernyataan
Presiden, DPA RI melalui Pertimbangan DPA RI No. 30/DPA/2000, tanggal 11
Oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera.
2. Pengertian BPJS
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (UU
No. 24 Tahun 2011). BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iuran dibayar dari pemerintah.
3. Dasar Hukum
a. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Kesehatan.
b. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
4. Hak dan Kewajiban Peserta BPJS
a. Hak Peserta
1) Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
2) Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak,kewajiban, serta prosedur pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan berlaku.
3) Menyampaikan keluhan atau pengaduan,kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke
Kantor BPJS Kesehatan.
b. Kewajiban Peserta
a. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayarkan iuran yang besranya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,
perceraian,kematian,kelahiran,pindah alamat,atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I.
c. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.
5. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
a) Penyuluhan kesehatan perorangan,meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan pemeriksaan hidup bersih dan sehat. 11
b) Imunisasi dasar
c) Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi resiko
penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari resiko penyakit tertentu.
6. Pembiayaan Iuran
a) Bagi peserta PBI, iuran dibayar oleh pemerintah
b) Bagi peserta pekerja penerima upah, iuranya dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja
c) Besarnya iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan Presiden
dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial ,ekonomi, dan
kebutuhan dasar hidup yang layak.
7. Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan
kapitasi. Untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan ,BPJS Kesehatan
membayar dengan sistem paket INA-CBG’s.
8. Kepesertaan
Peserta meliputi penerimaan bantuan iuran (PBI) JKN bukan PBI dengan rincian
sebagai berikut :
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu. Sebagai contoh anggota TNI, Polri, dan Pegawai Negeri sipil
c. Pekerja bukan penerima upah anggota keluarganya. Sebagai contoh pekerja mandiri
atau pekerja diluar hubungan kerja.
d. Pekerja yang tidak termasuk huruf c yang bukan penerima upah.
e. Bukan pekerja dan anggota keluarganya, sebagai contoh: investor, Pemberi kerja,
Penerima pensiun, Veteran, dan Perintis kemerdekaan.
f. Penerima pensiun yang terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun.
2) Anggota TNI dan anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun.
3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun.
4) Penerima Pensiun selain angka 1,angka 2, dan angka 3
g. Syarat pendaftaran, akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS ( halaman 51)
h. Lokasi pendaftaran, dilakukan dikantor BPJS terdekat atau setempat
i. Prosedur pendaftaran peserta
1) Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
2) Pemberi kerja mendaftarkan pekerjaanya atau pekerja dapat mendaftarkan 12
diri
sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
3) Bukan pekerja dan peserta lainya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya
sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
j. Hak dan Kewajban Peserta
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak mendapatkan
identitas peserta dan manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.
k. Masa berlaku kepesertaan
1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang bersangkutan
membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.
2) Status kepesertaan akan hilang jika peserta tidak membayar iuran dan
meninggal dunia.
9. Pertanggung Jawaban BPJS
BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima
lengkap. Besarnya pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan Asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang
diberikan. Dalam JKN peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa manfaat yang
bersifat nonmedis berupa akomodasi. Misalnya: peserta yang menginginkan kelas
perawatan yang lebih tinggi daripada haknya. Dapat meningkatkan haknya dengan
mengikuti asuransi kesehatan tambahan atau membayar sendiri biaya yang dijamin
oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang belum dibayar akibat peningkatan kelas.
10. Pelayanan
a. Jenis Pelayanan
Ada 2 jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu berupa pelayanan
kesehatan juga akomodasi dan ambulans
b. Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama tama harus memperoleh
pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Apabila peserta
memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan
melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan pertama kecuali dalam keadaan gawat darurat
13
medis.
c. Kompensasi Pelayanan
Apabila disuatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib memberi
kompensasi yang dapat beruupa : penggantian uang tunai, pengiriman tenaga
kesehatan atau penyediaan fasilitas kesehatan tertentu.
d. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang
menjalin kerja sama dengan BPJS kesehatan baik fasilitas kesehatan milik
pemerintah, pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan melalui proses
kredensialisasi dan rekredensialing.

2.6 Perlindungan Upah


Pengupahan termasuk sebagai salah satu aspek penting dalam perlindungan pekerja
atau buruh. Hal ini secara tegas diamanatkan pada Pasal 88 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003,
bahwa setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
1. Prinsip Pengupahan
a. Upah tidak dibayar apabila pekerja atau buruh tidak melakukan pekerjaan (no work
no pay)
b. Komponen upah terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap, dengan formulasi upah
pokok minimal 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

2. Bentuk upah
Hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha kepada buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja , termasuk tunjangn bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaandan/jasa
yang telah atau akan dilakukan (Pasal 1 angka 30 UU No. 13 tahun 2003)
3. Komponen Upah
Dalam Surat Edaran Menteri tenaga Kerja Nomor 07/MEN/1990 tentang
Pengelompokan Komponen Upah dan Pendapattan Non Upah adalah sebagai berikut.
a. Termasuk Komponen Upah, adalah: 14
1) Upah pokok
2) Tunjangan tetap
3) Tunjangan tidak tetap
b. Tidak termasuk komponen upah, adalah
1) Fasilitas
2) Bonus
3) Tunjangan hari raya
4. Upah Lembur
Adalah upah yng diberikan oleh pengusaha sebagai imbalan kepada pekerja karena
telah melakukan pekerjaan atas permintaan pengusaha yang melebihi dari jam dan
hari kerja,maka mereka berhak menerima upah lembur.
5. Alasan bagi pekerja untuk tetap berhak menerima upah
Pengecualian prinsip no work no pay diatur dalam UU No. 13 Tahubn 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1981 tentang
Perlindungan Upah (PPPU), berikut:
a. Jika pekerja atau buruh sakit diatur Pasal 99 ayat 3 Undang Undang Ketenagakerjaan:
1) 100% dari upah untuk 3 bulan pertama
2) 75% dari upah untuk 3 bulan kedua
3) 50% dari upah untuk 3 bulan ke tiga
4) 25% dari upah untuk 3 bulan keempat.
b. Jika pekerja melaksanakan hak istirahat (Pasal 99 ayat (2))

6. Keterlambatan Upah
Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 menyatakan bahwa
upah harus dibayar oleh pengusaha kepada pekerja secara tepat waktu sesuai
kesepakatan. Apabila pengusaha terlambat membayar upah, maka pengusaha wajib
membayar denda sesuai dengan persentase tertentu dari pekerja (Pasal 95 ayat
(2))Undang Undang ketenagakerjaan.
a. 5% per hari keterlambatan untuk hari keempat dan kedelapan
b. 1% perhari keterlambatan untuk hari ke sembilan dan seterusnya.dengan catatan tidak
boleh melebihi 50% dari upah keseluruhan yang diterima oleh pekerja.
15

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Setelah penulis melakukan analisis tentang perlindungan tenaga kerja, penulis


menyimpulkan bahwa perlindungan tenaga kerja Indonesia masih lemah. Masih banyak
kejadian yang menyebab tenaga kerja kerja Indonesia kehilangan hak-hak dasar sebagai
pekerja. Selain itu, permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia terkait mengenai hubungan
kerja tidak seimbang antara pengusaha dengan buruh dalam pembuatan perjanjian kerja.
Bukan hanya tidak seimbang dalam membuat perjanjian, akan tetapi iklim persaingan usaha
yang makin ketat yang menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi biaya produksi (cost of
production).

3.2 SARAN

Adapun saran penulisan makalah ini sebagai berikut :


Mengingat masih banyak perusahaan dalam hal ini pengusaha meskipun sudah
mengetahui peraturan yang berlaku tetapi tidak melaksanakannya sebagaimana mestinya,
perlu dikenakan sanksi bagi pengusaha yang tidak melaksanakan peraturan tersebut oleh
pihak yang berwenang demi tercapainya hubungan industrial, adanya saling membutuhkan
antara pihak pengusaha dan tenaga kerja khususnya tenaga kerja wanita dan anak-anak.
Selain itu pemerintah harus meningkatkan pengawasannya terhadap pengusaha yang
mempekerjakan pekerja wanita dan anak-anak apakah sudah mentaati peraturan yang ada
atau belum. Dan peran aktif kesadaran pekerja wanita atau anak-anak sendiri serta
perusahaan juga sangat diperlukan.
16

Anda mungkin juga menyukai