tentang
KETENAGAKERJAAN
perlindungan tenaga kerja yang bertujuan agar bisa menjamin hak-hak dasar
pekerja/buruh dan menjamin kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi.
a. Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (Pasal 68), yaitu setiap orang yang
berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun (Pasal 1 nomor 26).
b. Ketentuan tersebut dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 tahun
sampai 15 tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan dari kesehatan fisik, mental dan sosial (Pasal 69 ayat( 1)).
e. Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya (Pasal 73).
(2), yaitu :
5. Tidak mempekerjakan tenaga kerja melebihi ketentuan Pasal 77 ayat (2) yaitu 7
(tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam
seminggu atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam seminggu.
6. Bila pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih lama, maka harus ada
persetujuan dari tenaga kerja dan hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam
dalam sehari dan 14 (empat belas) jam dalam seminggu, dan karena itu pengusaha wajib
membayar upah kerja lembur untuk kelebihan jam kerja tersebut. Hal ini merupakan
ketentuan dalam Pasal 78 ayat (1) dan ayat (2).
7. Tenaga kerja berhak atas waktu istirahat yang telah diatur dalam Pasal 79 ayat (2)
yang meliputi waktu istirahat untuk:
• Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama
4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja
• Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu atau 2
(dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam seminggu.
• Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 (dua belas hari kerja setelah tenaga kerja
bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
• Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan apabila tenaga kerja telah
bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus menerus pada perusahaan yang
samadengan ketentuan tenaga kerja tersebut tidak berhak lagi istirahat tahunannya
dalam 2 (dua) tahun berjalan.
8. Untuk pekerja wanita, terdapat beberapa hak khusus sesuatu dengan kodrat
kewanitaannya, yaitu :
• Pekerja wanita yang mengambil cuti haid tidak wajib bekerja pada hari pertama dan
kedua (Pasal 81 ayat (1))
• Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum saatnya
melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan/bidan (Pasal 82 ayat (1))
• Pekerja wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya
untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja (Pasal 83)
• Pekerja wanita yang mengambil cuti hamil berhak mendapat upah penuh (Pasal 84).
yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan, yang tujuannya
untuk memungkinkan pekerja atau buruh mengenyam dan mengembangkan
kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota
masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan
kerja.
Ketentuan mengenai kesehatan kerja ini berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, yaitu
aturan-aturan yang bermaksud mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap
kekuasaan pengusaha untuk memperlakukan pekerja/buruh tanpa memperhatikan
norma-norma yang berlaku, dengan tidak memandang pekerja/buruh sebagai makhluk
Tuhan yang mempunyai hak asasi.
Ketentuan perlindungan sosial dalam UU No. 13 Tahun 2003, Bab X Pasal 68 dan
seterusnya bersifat memaksa, bukan mengatur. Akibat adanya sifat memaksa dalam
ketentuan perlindungan sosial UU No. 13 Tahun 2003 ini, pembentuk undang-undang
memandang perlu untuk menjelaskan bahwa ketentuan yang berkaitan dengan
perlindungan sosial ini merupakan hukum umum dengan sanksi pidana. Hal ini
disebabkan beberapa alasan berikut :
1. Aturan-aturan yang termuat di dalamnya bukan bermaksud melindungi
kepentingan seorang saja, melainkan bersifat aturan bermasyarakat.
Kesehatan kerja bermaksud melindungi atau menjaga pekerja atau buruh dari kejadian
atau keadaan hubungan kerja yang merugikan kesehatan dan kesusilaannya dalam hal
pekerja atau buruh melakukan pekerjaannya.Adanya penekanan dalam suatu hubungan
kerja menunjukkan bahwa semua tenaga kerja yang tidak melakukan hubungan kerja
dengan pengusaha tidak mendapatkan perlindungan sosial sebagaimana ditentukan
dalam Bab X UU No. 13 Tahun 2003.
Keselamatan kerja termasuk dalam apa yang disebut perlindungan teknis, yaitu
perlindungan terhadap pekerja atau buruh agar selamat dari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan.
Bagi pekerja atau buruh, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan
menimbulkan suasana kerja yang tenteram sehingga pekerja atau buruh dapat
memusatkan perhatian pda pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu-
waktu akan tertimpa kecelakaan kerja.
Bagi pemerintah dan masyarakat, dengan adanya dan ditaatinya peraturan keselamatan
kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat
akan tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan baik kualitas maupun
kuantitas.
Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan
kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat.
Jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang ( jaminan kecelakaan kerja, kematian, dan tabungan hari
tua ), dan pelayanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan kesehatan.
Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang – Undang Nomor.13 Tahun 2003
adalah merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan kewajiban dari
majikan.Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksud untuk
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga yang
sebagian yang hilang.
Kecelakaan Kerja maupun penyakit akibat kerja maerupakan resiko yang dihadapi oleh
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan.Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau
seluruh penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau cacat karena kecelakaan
kerja baik fisik maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan
terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi
keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya
meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan
berupa uang.
Hari tua dapat mengkibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mapu bekerja.Akibat
terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan
mempengaruhi ketenaga kerjaan sewaktu masih bekerja, teruma bagi mereka yang
penghasilannya rendah. Jaminan hari tua memberikan kepastian penerimaan yang
dibayarkan sekaligus dan atau berkala pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 ( lima
puluh lima ) tahun atau memnuhi persyaratan tersebut.
Undang-Undang Ketenagakerjaan
Diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003, mengatur tentang :
Dalam Pasal 33
Penempatan tenaga kerja terdiri dari :
penempatan tenaga kerja di dalam negeri danpenempatan tenaga kerja
di luar negeri.
f. Dalam Bab VIII tentang penggunaan tenaga kerja asing mengatur tentang :
Pasal 42
1. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib
memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
2. Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga
kerja asing.
3. Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak
berlaku bagi perwakilan negara asing yang mempergunakan tenaga
kerja asing sebagai pegawai diplomatik dan konsuler.
4. Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam
hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.
5. Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan
6. Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang masa
kerjanya habis dan tidak dapat diperpanjang dapat digantikan oleh
tenaga kerja asing lainnya.
Pasal 51
1. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
2. Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Pasal 52
1. Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
kesepakatan kedua belah pihak;
kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang
berlaku.
2. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat
dibatalkan.
3. Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal
demi hukum.
Pasal 53
Segala hal dan/atau biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan
perjanjian kerja dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab pengusaha.
Pasal 60
1. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa
percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan.
2. Dalam masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pengusaha dilarang membayar upah di bawah upah minimum yang
berlaku.
Pasal 61
1. Perjanjian kerja berakhir apabila :
pekerja meninggal dunia;
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
2. Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau
beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan,
atau hibah.
3. Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka hak-hak pekerja/buruh
menjadi tanggung jawab pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam
perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.
4. Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal dunia, ahli waris
pengusaha dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkan
dengan pekerja/buruh.
5. Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris pekerja/ buruh
berhak mendapatkan hak haknya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau hak hak yang telah diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Pasal 62
Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya
jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau
berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan kerja
diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah
pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian
kerja.
Sistem Peradilan Hubungan Industrial
2. Perselisihan Kepentingan
Menurut pasal 1 ayat 3 UUPPHI, perselisihan kepentingan adalah
perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-
syarat karja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan
perusahaanm atau perjanjian kerja bersama
Perselisihan kepentingan merupakan perselisihan/perbedaan dalam hal
membuat/merubah suatu peraturan antara pekerja dengan pengusaha,
yang mana peraturan tersebut akan diberlakukan di dalam perusahaan.
b. Konsiliasi
adalah suatu cara penyelesaian suatu perselisihan hak, Kepentingan PHK
dan antar-serikat pekerja/serikat buruh dengan musyawarah yang
ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.
Konsiliator seorang atau lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai
konsiliator yang ditetapkan oleh menteri untuk bertugas melakukan
mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada
para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan suatu perselisihan.
c. Arbitrase
adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan
antarserikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar
pengadilan Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para
pihak yang berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan
kepada arbiter yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang
berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh menteri untuk
memberikan putusan mengenai perselisihan kepentingan dan
perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya kepada arbitrase yang
putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
Serikat Pekerja
a. Fungsi Serikat Buruh/Pekerja
Fungsi dapat juga diartikan sebagai jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; apabila
ketua tidak ada maka wakil ketua akan melakukan fungsi ketua; fungsi adalah
kegunaan suatu hal; berfungsi artinya berkedudukan, bertugas sebagai;
menjalankan tugasnya.
Fungsi dan peran yang dapat dilakukan sebagai lembaga organisasi serikat
buruh/pekerja adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pihak dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama dan penyelesaian
Perselisihan Industrial;
2. Sebagai wakil pekerja buruh dalam lembaga kerja bersama dibidang
Ketenagakerjaan sasuai tingkatannya;
3. Sebagai sarana menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis, dinamis
dan berkeadilan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku
4. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
kepentiongan anggota
5. Sebagai perencana, pelaksanaan dan penanggung jawab, pemogokan
pekerja/buruh sesuai dengan Peraturan Perundangan-undangan yang
berlaku.
6. Sebagai wakil dari para pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan
saham di perusahaan.
Analisis:
Menurut pendapat kami pemutusan hubungan kerja (PHK) pihak perusahaan MNC
Group milik Hary Tanoesoedibjo sangat tidak wajar karena PT. MNC group melakukan
PHK kepada karyawan tanpa karyawan tersebut tau apa kesalahannya dan menurut
kami PHK yang dilakukan oleh PT. MNC group tidak sesuai dengan prosedur yang
seharusnya. Seharusnya jika melakukan PHK secar besar besaran maka karyawan yang di
PHK harus mendapatkan pesangon dan memberikan surat PHK tersebut langsung
kepada karyawan yang di tuju.