Anda di halaman 1dari 10

Sistim Perlindungan Tenaga Kerja di Indonesia

Tujuan Pembelajaran :
1. Melalui pengamatan dan menggali informasi dari berbagai sumber, dengan rasa ingin tahu
dan mandiri peserta didik dapat ;
a. menjelaskan pengertian tenaga kerja menurut undang-undang ketenagakerjaan
b. menjelaskan sistem perlindungan tenaga kerja di Indonesia
c. menjelaskan tujuan perlindungan tenaga kerja di Indonesia
d. menunjukkan dasar hukum perlindungan tenaga kerja di Indonesia
e. mengidentifikasi jenis-jenis perlindungan tenaga kerja di Indonesia
2. Melalui diskusi peserta didik dengan penuh tanggung jawab dapat ;
a. Menganalisis sebab-sebab diperlukannya system perlindungan tenaga kerja di Indonesia
b. mengklarifikasi prinsip-prinsip perlindungan tenaga kerja Indonesia

Materi Pembelajaran
1. Pengertian tenaga kerja dan sistim perlindungan tenaga kerja di Indonesia
2. Tujuan perlindungan tenaga kerja di Indonesia
3. Dasar hokum sistim perlindungan tenaga kerja di Indonesia
4. Jenis perlindungan tenaga kerja di Indonesia

1
Materi Pembelajaran
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

Pengertian Tenaga Kerja  


Dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan masyarakat
pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan masyarakat tersebut adalah kesejahteraan rakyat
termasuk tenaga kerja. Tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus di jamin haknya,
diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya. Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: PER-04/MEN/1994 pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja pada
perusahaan yang belum wajib mengikuti program jaminan social tenaga kerja karena adanya
pentahapan kepesertaan.
Kewajiban tenaga tenaga kerja
1. Memberi keterangan yg benar jika diminta oleh pegawai pengawas.
2. Memakai alat perlindungan diri yg diwajibkan
3. Memenuhi dan mentaati persyaratan dan kesehatan kerja yg berlaku di tempat kerja.
Hak-hak tenaga kerja :
1. Meminta pengusaha utk melaksanakan semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
2. Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan apabila syarat keselamatan dan kesehatan kerja
serta perlindungan diri tidak di penuhi oleh majikan
Perlindungan Tenaga Kerja
Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak
dasar pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas
dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan
tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan
pengusaha. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan bagi
pekerja Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan
Peraturan Pelaksana dari perundang-undangan di bidang Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan pelaku ekonomi dan pembangunan, baik secara individu maupun
secara kelompok, yang memiliki peranan penting dalam aktivitas perekonomian nasional, yaitu
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, tenaga kerja berperan
sebagai salah satu penggerak ekonomi dan juga sebagai sumber daya yang jumlahnya cukup
melimpah. Hal ini dapat dilihat pada problema masih tingginya tingkat pengangguran serta
minimnya lapangan pekerjaan.
Menyadari pentingnya tenaga kerja pada setiap lapisan, yakni perusahaan, pemerintah, dan
masyarakat, maka diperlukan suatu pemikiran agar tenaga kerja/pekerja agar dapat menjaga
keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan yang diamanatkan kepadanya. Begitu pula
dengan kesehatan dan jaminan lainnya. Pemikiran-pemikiran tersebut merupakan salah satu
bentuk perlindungan kerja bagi para tenaga kerja. Namun demikian, begitu besarnya potensi
tenaga kerja di Indonesia tidak diimbangi dengan pemahaman konsep perlindungan kerja. Dan
ironisnya mayoritas dari mereka justru cenderung mengabaikannya.
Di antara perundang-undangan yang berkenaan dengan perlindungan tenaga kerja ialah:
a. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945, “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan ng
layak bagi kemanusiaan.”
b. Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945, “Setiap orang berhak atas jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.”

2
c. Pasal 28 D ayat (2) UUD 1945  setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
d. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
e. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan hubungan
Industiral

Sifat perlindungan hukum bagi pekerja/buruh


1. Bersifat preventif : mencegah sengketa. Perlu pengawasan, pembinaan dan partisipasi
masyarakat agar norma perlindungan kerja diterapkan.
2. Bersifat represif : menyelesaikan sengketa (upaya : Bipatrit atau pengadilan )

Bentuk Perlindungan Kerja


1. Hak-hak pekerja : perlindungan PHK, Cuti, Upah yang layak, Jamsostek, Jaminan Pensiun
2. Kondisi kerja : waktu kerja, istirahat kerja, kerja lembur
3. Keselamatan dan kesehatan kerja
4. Kesusilaan
5. Pemeliharaan moral
6. Perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama

Jenis Perlindungan Kerja


Secara teoritis dikenal ada tiga jenis perlindungan kerja yaitu sebagai berikut :  Zaeni
Asyhadie, Hukum Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja), Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2007, hal 78
1. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemasyarakatan,
yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan mengembangkan
kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya sebagai anggota
masyarakat dan anggota keluarga. Perlindungan sosial disebut juga dengan kesehatan kerja.
 Kesehatan kerja sebagaimana telah dikemukakan di atas termasuk jenis perlindungan sosial
karena ketentuan-ketentuan mengenai kesehatan kerja ini berkaitan dengan sosial
kemasyarakatan, yaitu aturan-aturan yang bermaksud mengadakan pembatasan-pembatasan
terhadap kekuasaan pengusaha untuk memperlakukan pekerja/buruh ”semaunya” tanpa
memperhatikan norma-norma yang berlaku, dengan tidak memandang pekerja/buruh sebagai
mahluk Tuhan yang mempunyai hak asasi
2. Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan oleh alat-alat
kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan
kerja. 
Keselamatan kerja termasuk dalam apa yang disebut perlindungan teknis, yaitu perlindungan
terhadap pekerja/buruh agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau
bahan yang dikerjakan.
Adapun syarat-syarat keselamatan kerja antara lain :
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4) Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya
5) Memberikan pertolongan pada kecelakaan
6) Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
7) Memperoleh penerangan yang cukp dan sesuai
8) Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik

3
9) Memeliharaan kebersihan, kesehatan dan ketertiban
3. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha
untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang cukup guna memnuhi
keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak
mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasanya disebut
dengan jaminan sosial.
Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban
Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan
kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia seperti halnya berbagai Negara berkembang
lainnya, mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu
jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di
sektor formal.
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah merupakan
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang ( jaminan kecelakaan
kerja, kematian, dan tabungan hari tua ), dan pelyanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Jenis – Jenis Jaminan Sosial tenaga kerja
1. Jaminan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Kerja maupun penyakit akibat kerja maerupakan resiko yang dihadapi oleh
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau
seluruh penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau cacat karena kecelakaan kerja
baik fisik maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
2. Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan
terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi
keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya
meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa
uang.
3. Jaminan hari Tua
Hari tua dapat mengkibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mapu bekerja. Akibat
terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi
ketenaga kerjaan sewaktu masih bekerja, teruma bagi mereka yang penghasilannya rendah.
Jaminan hari tua memberikan kepastian penerimaan yang dibayarkan sekaligus dan atau
berkala pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 ( lima puluh lima ) tahun atau memnuhi
persyaratan tersebut.
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan unutk meningkatkan produktivitas tenaga kerja
sehingga dapat melaksankan rugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang
penyembuhan ( kuratif ).
 
Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia terkait mengenai hubungan
kerja tidak seimbang antara pengusaha dengan buruh dalam pembuatan perjanjian
kerja. Bukan hanya tidak seimbang dalam membuat perjanjian, akan tetapi iklim
persaingan usaha yang makin ketat yang menyebabkan perusahaan melakukan
efisiensi biaya produksi (cost of production).
Bentuk perlindungan tenaga kerja di Indonesia yang wajib di laksanakan oleh setiap
pengusaha atau perusahaan yang mempekerjakan orang untuk bekerja pada perusahaan tersebut
harus sangat diperhatikan, yaitu mengenai pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan di
maksud diselenggarakan dalam bentuk jaminan social tenaga kerja yang bersifat umum untuk
dilaksanakan atau bersifat dasar, dengan bersaskan usaha bersama, kekeluargaan dan kegotong

4
royongan sebagai mana yang tercantum dalam jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
Jaminan pemeliharaan kesehatan merupakan jaminan sebagai upaya penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan
merupakan upaya kesehatan dibidang penyembuhan. Oleh karena itu upaya penyembuhan
memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan,
maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program
jaminan social tenaga kerja. Para pekerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat,
dengan resiko dan tanggung jawab serta tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada
mereka dirasakan  perlu untuk diberikan perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan
kesejahteraannya sehingga menimbulkan rasa aman dalam bekerja.
 
Perlindungan khusus
Berdasarkan objek perlindungan tenaga kerja Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan mengatur perlindungan khusus pekerja/buruh perempuan, anak dan
penyandang cacat sebagai berikut :
1. Perlindungan pekerja/buruh Anak
a. Pengusaha dilarang mempekerjakan anak (Pasal 68), yaitu setiap orang yang berumur
dibawah 18 (delapan belas) tahun (Pasal 1 nomor 26).
b. Ketentuan tersebut dapat dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13 tahun sampai 15
tahun untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dari
kesehatan fisik, mental dan sosial (Pasal 69 ayat( 1)).
c. Pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
 Ijin tertulis dari orang tua/wali.
 Perjanjian kerja antara orang tua dan pengusaha
 Waktu kerja maksimal 3 (tiga) jam
 Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah.
 Keselamatan dan kesehatan kerja
 Adanya hubungan kerja yang jelas
 Menerima upah sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama pekerja/buruh dewasa, maka tempat kerja
anak harus dipisahkan dari tempat kerja pekerja/buruh dewasa (Pasal 72).
e. Anak dianggap bekerja bilamana berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya (Pasal 73).
f. Siapapun dilarang mempekerjakan anak pada pekerjaan yang buruk, tercantum dalam
Pasal 74 ayat (1). Yang dimaksud pekerjaan terburuk seperti dalam Pasal 74 ayat (2), yaitu
:
 Segala pekerjaan dalam bentuk pembudakan atau sejenisnya.
 Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk
produksi dan perdagangan minuman keras,narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya.
 Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk
pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, perjudian.
 Segala pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.

2. Perlindungan Pekerja/Buruh Perempuan

5
Pekerjaan wanita/perempuan di malam hari diatur dalam Pasal 76 UU No 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan yaitu sebagai berikut :
1) Pekerja perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00 pagi.
2) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja perempuan hamil yang menurut keterangan
dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya, bila
bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 pagi,
3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 07.00 pagiwajib :
a. Memberikan makanan dan minumanbergizi
b. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
4) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 05.00 pagi wajib menyediakan antar jemput.
Tidak mempekerjakan tenaga kerja melebihi ketentuan Pasal 77 ayat (2) yaitu 7 (tujuh)
jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu
atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja
dalam seminggu.
Bila pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih lama, maka harus ada persetujuan dari
tenaga kerja dan hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam sehari dan 14
(empat belas) jam dalam seminggu, dan karena itu pengusaha wajib membayar upah kerja
lembur untuk kelebihan jam kerja tersebut. Hal ini merupakan ketentuan dalam Pasal 78
ayat (1) dan ayat (2).
5) Tenaga kerja berhak atas waktu istirahat yang telah diatur dalam Pasal 79 ayat (2) yang
meliputi waktu istirahat untuk:
 Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4
(empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja
 Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu atau 2 (dua)
hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam seminggu.
 Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 (dua belas hari kerja setelah tenaga kerja bekerja
selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
 Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan apabila tenaga kerja telah bekerja
selama 6 (enam) tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama dengan
ketentuan tenaga kerja tersebut tidak berhak lagi istirahat tahunannya dalam 2 (dua)
tahun berjalan.
6) Untuk pekerja wanita, terdapat beberapa hak khusus sesuatu dengan kodrat
kewanitaannya, yaitu :
 Pekerja wanita yang mengambil cuti haid tidak wajib bekerja pada hari pertama dan
kedua (Pasal 81 ayat (1))
 Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum saatnya
melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan/bidan (Pasal 82 ayat (1))
 Pekerja wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5
bulan sesuai ketentuan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 (2))
 Pekerja wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya
untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja (Pasal 83)
 Pekerja wanita yang mengambil cuti hamil berhak mendapat upah penuh (Pasal 84).

Alasan Perlunya Perlindungan Tenaga Kerja


Secara yuridis, Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan yang

6
sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis
kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja
yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat.  Sedangkan
Pasal 6 mewajibkan kepada pengusaha untuk memberikan hak dan kewajiban pekerja/buruh
tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit, dan aliran politik.[2]Kedua
kandungan pasal ini merupakan wujud perlindungan hukum bagi para tenaga kerja.
Di antara sebab-sebab mutlak diperlukannya perlindungan bagi tenaga kerja adalah:
1)   Posisi tawar yang rendah
Lemahnya kedudukan tenaga kerja dari segi ekonomi dan pendidikan, menyebabkan
rendahnya kualitas si pekerja. Tenaga kerja dengan pendidikan yang tidak memadai akan
cenderung mendominasi pekerjaan kasar. Hal ini juga disebabkan adanya kualifikasi dari
pihak penyedia lapangan kerja dalam mempersyaratkan calon tenaga kerja yang direkrutnya.
2)   Hubungan kerja yang tidak seimbang antara pengusaha dan pekerja/buruh dalam pembuatan
perjanjian
Pembebanan hak dan kewajiban yang tidak seimbang antara penyedia lapangan kerja
dengan pekerja/buruh ini menyebabkan suatu ketimpangan. Secara tidak langsung
pekerja/buruh hanya akan diberi pilihan-pilihan yang cenderung merugikan dirinya, sedang
di sisi lain memberi banyak keuntungan pada pengusaha.
3)   Pekerja/buruh diperlakukan sebagai obyek
Dalam konteks ini, seorang pekerja/buruh diperlakukan tak ubahnya alat yang dapat
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga berakibat pada:
 Kesewenang-wenangan pengusaha,
 Tuntutan kerja maksimal,
 Upah yang sebatas pada upah minimum regional/provinsi,
 Kurang diperhatikannya masa kerja pekerja/buruh, dan sebagainya.
4)   Diskriminasi golongan
Meskipun perbuatan diskriminasi dilarang, namun tak pelak bahwa hal ini masih sering
terjadi di kalangan masyarakat, seperti mengenai jenis kelamin, ras, latar belakang sosial,
fisik, dan sebagainya.

Prinsip-prinsip Perlindungan Tenaga Kerja


1.    Keselamatan Kerja
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, keselamatan kerja termasuk dalam
perlindungan teknis, yaitu perlindungan terhadap pekerja/buruh agar selamat dan terhindar
dari bahaya yang sewaktu-waktu dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang
dikerjakan. Berbeda dengan jenis perlindungan kerja yang lain yang umumnya ditekankan
untuk kepentingan pekerja/buruh saja, keselamatan kerja ini tidak hanya memberikan
perlindungan kepada pekerja/buruh juga kepada pengusaha dan juga pemerintah.[5] Berikut
pemaparannya.
 Bagi pekerja/buruh, dengan adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja ini akan
menciptakan suasana kerja yang tentram dan kondusif, sehingga para pekerja/buruh akan
fokus pada pekerjaannya dan tidak was-was apabila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan
kerja.
 Bagi pengusaha, dengan adanya pengaturan keselamatan kerja ini akan meminimalisir
terjadinya kecelakan kerja yang berakibat pada pemberian jaminan sosial.
 Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan adanya peraturan keselamatan kerja yang
ditaati, maka apa yang direncanakan pemerintahan untuk mensejahterakan masyarakat
akan tercapai dengan meningkatnya produksi perusahaan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
a)   Kewajiban Pengusaha

7
Keselamatan para pekerja/buruh di tempat kerja merupakan tanggung jawab pemimpin
atau pengurus tempat kerja atau pengusaha. Kewajiban pengusaha atau pimpinan
perusahaan dalam melaksanakan keselamatan kerja terbagi menjadi dua, sebagai berikut.
1. Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, iaberkewajiban menunjukkan dan
menjelaskan tentang:
 Kondisi dan bahaya yang dapat ditimbulkan di tempat kerja.
 Semua alat pengaman dan pelindung yang diharuskan.
 Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaan;
 Memeriksa kesehatan baik fisik maupun mental tenaga kerja bersangkutan.
2. Terhadap tenaga kerja yang telah/sedang dipekerjakan, ia berkewajiban:
 Melakukan pembinaan dalam hal pencegahan kecelakaan dan penanggulangannya.
 Memeriksa kesehatan fisik dan mental tenaga kerja secara berkala.
 Menyediakan secara cuma-cuma alat perlindungan diri bagi tiap pekerja.
 Memasang gambar atau undang-undang keselamatan kerja, serta nahan
pembinaannya lainnya di tempat kerja.
 Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan di tempat kerja ke Kantor Departemen
Tenaga Kerja setempat.
 Membayar biaya pengawasan keselamatan kerja  ke Kantor Perbendaharaan
Negara.
 Menaati semua peraturan keselamatan kerja.[8]
Selain itu, menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER-15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja,
kewajiban pengusaha adalah:
1) Menyediakan petugas P3K di tempat kerja;
2) Menyediakan fasilitas P3K di tempat kerja; dan
3) Melaksanakan P3K di tempat kerja.[9]
b)   Hak dan Kewajiban Pekerja/Buruh
Dari sudut si tenaga kerja, juga memiliki hak dan kewajiban dalam pelaksanaan
keselamatan kerja. Kewajiban-kewajiban tersebut di antaranya:
1) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai Pengawas atau ahli
keselamatan dan kesehatan kerja;
2) Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan; dan
3) Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku di
tempat kerja/perusahaan yang bersangkutan.[10]
Sedangkan hak-hak tenaga kerja adalah:
1) Meminta kepada pimpinan atau perngurus perusahaan tersebut agar dilaksanakan
semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
2) Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan bila syarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alat perlindungan diri yang diwajibkan tidak memenuhi persyartan, kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan
Latihan
SOAL :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Jelaskan mengapa diperlukan perlindungan tenaga kerja !
2. Jelaskan maksud dan tujuan perlindungan tenaga kerja !
3. Jelaskan jenis-jenis perlindungan tenaga kerja

Kunci jawaban
1) Perlunya perlindungan tenaga kerja :

8
a. Posisi tawar yang rendah: Lemahnya kedudukan tenaga kerja dari segi ekonomi dan
pendidikan, menyebabkan rendahnya kualitas si pekerja.
b. Hubungan kerja yang tidak seimbang antara pengusaha dan pekerja/buruh dalam
pembuatan perjanjian
c. Pekerja/buruh diperlakukan sebagai obyek: Dalam konteks ini, seorang pekerja/buruh
diperlakukan tak ubahnya alat yang dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-
besarnya, sehingga berakibat pada
d. Diskriminasi golongan: Meskipun perbuatan diskriminasi dilarang, namun tak pelak
bahwa hal ini masih sering terjadi di kalangan masyarakat, seperti mengenai jenis
kelamin, ras, latar belakang sosial, fisik, dan sebagainya.
2) Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak
dasar pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas
dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan
tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan
pengusaha.
3) Jenis-jenis perlindungan tenaga kerja :
 Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha
kemasyarakatan, yang tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan
mengembangkan kehidupannya sebagaimana manusia pada umumnya, dan khususnya
sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga.
 Perlindungan teknis, yaitu jenis perlindungan yang berkaitan dengan usaha-usaha
untuk menjaga agar pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang ditimbulkan
oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan ini lebih sering disebut
sebagai keselamatan kerja. 
 Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/buruh suatu penghasilan yang cukup
guna memnuhi keperluan sehari-hari baginya dan keluarganya, termasuk dalam hal
pekerja/buruh tidak mampu bekerja karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan
jenis ini biasanya disebut dengan jaminan sosial

9
10

Anda mungkin juga menyukai