Dosen Pengampu:
NAMA KELOMPOK:
4. AZIZAH ANDELLA_20020025
KELAS A
AKAMIGAS BALONGAN
Jl. Soekarno Hatta, Pekandangan, Kec. Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45216
i
Abstrak: Pada masa perkembangan zaman seperti sekarang ini, dimana semua menjadi
modern contoh nya pada lingkungan kerja berbagai aspek pun semakin berkembang baik
dalam peralatan ataupun ilmu pengetahuan. Pada penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan jaminan kesehatan kerja bagi pekerja, peraturan
perundangan- undangan yang dilaksanakan dalam jaminan kesehatan kerja bagi pekerja,
faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan jaminan kesehatan kerja bagi pekerja.
Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis pendekatan yang berupa kepustakaan,
yang dimana studi ini lebih banyak mengumpulkan informasi dan data, seperti artikel dan
jurnal- jurnal, buku, dan kisah-kisah sejarah terkait dengan jaminan kesehatan kerja bagi
tenaga kerja. Di dalam studi kepustakaan ini juga dapat membaca rujukan-rujukan yang
terdapat di dalam nya hasil-hasil dari penelitian orang sebelumnya. Kesimpulan nya pada
pembahasan atau hasil memaparkan mengenai jaminan kesehatan kerja bagi pekerja
bagaimana penting nya setiap pekerja mendapatkan sebuah jaminan kesehatan baik berupa
BPJS ataupun lain nya.
Kata Kunci: Jaminan kesehatan kerja bagi pekerja, peraturan perundang-undangan dalam
jaminan kesehatan kerja bagi pekerja, faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan
jaminan kesehatan kerja bagi pekerja.
i
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat disertai
berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya. Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu
diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraannya sehingga pada
gilirannya akan meningkatkan produktivitas nasional.
Pelaksanaan prinsip keadilan sosial dalam hukum perburuhan harus ditegakkan sesuai
peranan dan kedudukan tenaga kerja untuk meningkatkan kualtias dan kontribusinya dalam
pembangunan . Berkaitan hal itu Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja menyatakan bahwa cacat adalah “Keadaan hilang atau berkurangnnya fungsi
anggota badan yang secara langsung mengakibatkan hilang atau berkurangnya kemampuan
untuk menjalankan pekerjaan”.
Pada umumnya kecelakaan itu terjadi tidak hanya dikarenakan mesin yang
membahayakan, namun seringkali kecelakaan yang terjadi tersebut dikarenakan orang yang
menjadi korban itu sendiri (Human Eror) seperti misalnya kecelakaan karena kurang berhati-
hati dan kurang keahlian.
Tenaga kerja yang memberikan tenaga dan keahliannya pada perusahaan untuk
kegiatan yang produktif, sudah sewajarnya apabila kepada mereka diberikan perlindungan,
pemeliharaan dan pengembangan terhadap kesejahteraan tenaga kerja serta jaminan
sosialnya, baik pada saat masih bekerja dihari tua ataupun sesuatu hal mereka tidak mampu
lagi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Upaya perlindungan terhadap tenaga kerja terutama dalam hal jaminan kecelakaan
kerja perlu terus ditingkatkan melalui perbaikan syarat kerja termasuk upah, gaji dan jamian
sosialnya, kondisi kerja serta hubungan dalam rangka peningkatan sistem para pekerja secara
i
menyeluruh.
i
Beberapa peraturan tersebut di atas menegaskan apabila buruh mengalami kecelakaan
sewaktu menjalankan pekerjaan atau sewaktu dalam hubungan dengan majikan harus
memberikan ganti kerugian pada buruh. Pemberian ganti kerugian ini merupakan tangung
jawab majikan atas kerugian yang terjadia di perusahan. Kenyataan pelaksanaan ketentuan
dalam peraturan tersebut tidak memuaskan, sebab salah satu diantaranya banyak majikan
yang karena kondisi perusahaan tidak memberikan ganti kerugian kepada buruhnya yang
mengalami kecelakaan.
Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan
disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapi, oleh karena itu tenaga kerja yang
bekerja dalam suatu perusahaan, kepadanya perlu diberikan suatu perlindungan,
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, karena hal ini tidak saja cukup diukur dengan
upah yang diterimanya sehingga pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas nasional.
Penelitian yang dilakukan Sukijo (1998: 54-60) menunjukkan bahwa tenaga kerja
merupakan pekerja yang diberikan perlindungan dalam bentuk santunan, berupa uang sebagai
pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang, dan pelayanan sebagai akibat
dari peristiwa atau keadaan yang dialaminya.
Pada dasarnya program jaminan sosial tenaga kerja menekankan pada perlindungan
bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan lebih lemah, oleh karena itu pengusaha
memikul tanggung jawab utama dan secara moral pengusaha mempunyai kewajiban untuk
meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja.
Undang-undang No 25 tahun 1997 pada pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa tenaga
kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Jadi titik berat tenaga kerja adalah mengenai soal kemampuan manusia atau seseorang untuk
menghasilkan sesuatu baik barang atau jasa sehingga apabila ditinjau kegiatan yang
dilakukan, maka tenaga kerja dapat digolongkan dalam dua sektor, yaitu tenaga kerja yang
bergerak dalam sektor formal dan informal.
i
dapat dijadikan alasan bagi pengusaha untuk meminta pengadilan, agar hubungan kerja
dinyatakan putus, (3) Membayar ganti rugi dan denda. Pemberian denda dan ganti rugi bagi
pekerja yang tidak mengindahkan kewajibannya dimaksudkan agar roda perusahaan tetap
berjalan. Ancaman denda disebut janji denda yaitu pelanggaran terhadap kewajiban-
kewajiban pekerja yang telah ditetapkan dalam perjanjian tertulis antara pengusaha dan
pekerja.
Untuk setiap pelanggaran terhadap suatu perbuatan yang telah dikenakan denda tidak
boleh lagi dituntut ganti rugi untuk perbuatan yang bersangkutan. Selain dituntut kewajiban
maka pekerja memiliki hak yang harus dipenuhi oleh pengusaha dari hasil pekerjaannya.yang
meliputi (1) menerima upah, (2) mendapatkan cuti, (3) mendapatkan tunjangan, (4)
mendapatkan perawatan dan pengobatan, (5) mendapatkan ganti rugi.
Di samping hak dan kewajiban tenaga kerja terdapat kewajiban pengusaha yaitu (1)
Membayar upah. Pada dasarnya upah dibayarkan dalam bentuk uang, namun dimungkinkan
sebagian upah tenga kerja dibayarkan dalam bentuk lain, yaitu bentuk hasil produksi atau
barang-barang yang mempunyai nilai ekonomis bagi pekerja. Pembayaran tenaga kerja
dibayarkan pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan perjanjian atau peraturan
perusahaan, (2) Memberi waktu istirahat dan hari libur, (3) Mengatur tempat kerja dan alat
kerja. Untuk itu diatur dengan Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undangundang ini memberikan perlindungan terhadap pekerja dari bahaya dipakainya alat-
alat kerja maupun dari bahan-bahan yang dipakai dalam perusahaan. (4) Memberi surat
keterangan. Pada saat berakirnya hubungan kerja pengusaha berkewajiban memberikan surat
keterangan permintaan pekerja. Di samping kewajiban-kewajiban tersebut pengusaha juga
mem-punyai hak-hak yaitu (1) Menerima hasil pekerjaan dari pekerja atau yang dikerjakan
oleh pekerja, (2) Memerintah pekerja.
Tentang Jaminan Sosial dikatakan oleh Manulang bahwa Jaminan sosial adalah
perlindungan yang memberikan santunan, berupa uang pelayanan dan pengobatan yang
merupakan pengganti penghasilan yang hilang atau berkurang sebagai akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, meninggal
dunia, dan menganggur (Manulang, 1990: 131) Sedangkan Soepomo menyatakan Jaminan
sosial merupakan pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh di luar
kesalahannya tidak melakukan pekerjaannya, jadi menjamin kepastian pendapatan (in coke
Security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena di luar kehendaknya (Soopomo,
1987:136) Sejalan dengan pendapat di atas Undang-undang No 3 Tahun 1992 pasal 1 ayat (1)
dijelaskan bahwa Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja,
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang
atas berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga
kerja, berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Program Jaminan Sosial tenaga kerja diatur dalam UU No 3 Tahun 1992 pada pasal 6
ayat 1 meliputi (1) Jaminan kecelakaan kerja, (2) Jaminan kematian (3) Jaminan hari tua, (4)
Jaminan pemeliharaan kesehatan, Pada pasal 9 UU No.3 Tahun 1992 diatur tentang hak-hak
tenaga kerja yang mendapat kecelakaan yang meliputi (1) Biaya pengangkutan tenaga kerja
yang mengalami kecelakaan kerja ke rumah satu dan atau kerumahnya, termasuk biaya
i
pertolongan pertama pada kecelakaan, (2) Biaya pemeriksaan, pengobatan dan atau
perawatan di rumah sakit, termasuk rawat jalan, (3) Biaya rehabilitasi, berupa alat bantu
(orthese) dan atau alat ganti (prothese) bagi tenaga kerja yang anggota badannya hilang atau
tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja, (4) Santunan berupa uang yang meliputi: (a)
Santunan sementara tidak mampu bekerja, (b)Santunan cacat total untuk selama-lamanya, (c)
Santunan catat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental (d) santunan kematian.
Kecelakaan yang diatur dalam PP No. 33 Tahun 1947 pada pasal 1, ayat (12)
dikatakan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubunga kerja, dengan demikian pula kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan berangkat adari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah
melalui jalan biasa atau wajar dilalui.
Sedangkan Budiono mengatakan bahwa kecelakaan kerja meliputi (1) Buruh yang
jatuh sakit sewaktu menjalankan kerja dipandang sebagai terjadinya kecelakaan kerja, (2)
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja dipandang sebagai kecelakaan pada pekerjaan,
(3) Buruh yang menderita luka dan cacat badan dipandang sebagai kecelakaan pada
pekerjaan.
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis pendekatan yang berupa
kepustakaan, yang dimana studi ini lebih banyak mengumpulkan informasi dan data, seperti
artikel dan jurnal-jurnal, buku, dan kisah- kisah sejarah terkait dengan permasalahan
penelitian didalam studi kepustakaan ini juga dapat membaca rujukan-rujukan yang terdapat
didalamnya hasil-hasil dari penelitian orang sebelumnya dan semacamnya yang terdapat
beberapa landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti, Kepustakaan yang menerima
informasi dari berbagai media seperti membaca rujukan-rujukan buku yang terdapat
didalamnya hasil-hasil dari penelitian orang sebelumnya dan semacamnya yang terdapat
beberapa landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti, didalam, studi kepustakaan ini
teknik pengumpulan data didalam pandangan para ahli dan, studi kepustakaan ini merupakan
kajian teoritis, rujukan serta literasi ilmiah lainnya yang berkaitan dengan, nilai, budaya, dan
norma-norma yang berkembang pada situasi tersebut. metode penelitian pustaka biasanya
digunakan untuk menyusun yang bertujuan sebagai dasar dalam pengembangan langka-
langkah mudah sebagai cara dalam pendekatan konselor, yang terdapat langkah-langkah
dalam penelitian tersebut. Pertama, pemilihan topik masalah. Kedua, mencari informasi.
Ketiga, menentukan titik fokus permasalahan. Keempat mengumpulkan informasi dan data
yang diperoleh. Kelima, penyusunan kerangka dan struktur laporan.
i
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SEJARAH KESEHATAN KERJA
Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah penyelenggaraan dan
pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di
semua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi
kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan
fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian pekerjaan kepada manusia
dan manusia kepada pekerjaannya.
Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja atau tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani,
rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit
umum (Buntarto, 2015 : 4).
• Melindungi tenaga kerja atas hak dan kesehatannya dalam melakukan pekerjaannya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, tujuan dari
kesehatan kerja adalah mewujudkan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
sejahtera, sehingga akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman
dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan atau
penyakit akibat kerja dan akibat hubungan kerja”.
Pada mulanya, kesehatan kerja berkembang dari kesadaran bahwa bekerja dapat
menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja yang memerlukan upaya
pencegahan. Pada jaman prasejarah, orang Mesir telah mengenal manfaat cadar bagi
perlindungan respirasi saat menambang cinabar (red mercury oxide);
i
Georgius Agricola (1494-1555) dari Bohemia menemukan pekerja tambang dengan
gejala silikosis. Dia menganjurkan tentang pentingnya kebersihan udara di lingkungan kerja,
dan menulis buku Of Things Metallic;
Pada jaman revolusi industri, Percivall Pott (1766) menyatakan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan, yaitu kanker skrotum yang banyak ditemukan pada
pembersih cerobong asap batubara. Sekarang diketahui bahwa penyebabnya adalah senyawa
PAHs/polinuklear aromatik hidrokarbon yang terdapat dalam jelaga cerobong.
Kesehatan kerja di tingkat internasional: Sehat merupakan hak azazi manusia. United
Nations Declaration on Human Rights yang dirumuskan pada tahun 1948 di Helzinki menyebutkan
bahwa setiap orang mempunyai hak azasi untuk bekerja, bebas memilih jenis pekerjaan dan
mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil dan membuatnya sejahtera.
Kesehatan kerja di tingkat nasional: Undang-undang Dasar 1945 Republik Indonesia Pasal
27 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan yang layak adalah pekerjan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Kesehatan kerja di tingkat perusahaan: Pemberi kerja wajib menciptkakan kondisi dan
lingkungan kerja yang sesuai standar, memotivasi pekerja bekerja sesuai standar operating
procedure, menjamin kesehatan, keselamaan dan kesejahteraan pekerja.
• Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28, menyatakan setiap warga negara berhak atas
pelayanan kesehatan
• Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, antara lain menyatakan
pemberi kerja wajib memeriksakan kesehatan pekerja awal, berkala dan khusus
• Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dalam Pasal 22 ayat (2)
tentang Pelaksanaan Kesehatan Lingkungan Kerja, Pasal 23 ayat (1,2,3) tentang
Kewajiban Melaksanakan Kesehatan Kerja, mencakup pelayanan, pencegahan PAK
dan syarat kesehatan kerja, serta Pasal 84 tentang Sangsi Pidana Bagi Yang Tidak
Melaksanakan.
• Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, antara lain
menyebutkan bahwa pemberi kerja wajib memberikan perlindungan biaya
kecelakaan, kematian, hari tua dan pemeliharaan kesehatan
i
• Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, antara lain
menyebutkan bahwa pemberi kerja wajib melindungi keselamatan pekerja melalui
penyelenggaraan upaya keselamatan dan kesehatan kerja
• Kepres RI No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul akibat Hubungan Kerja.
• Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja
Ruang lingkup atau fungsi pokok pelayanan kesehatan kerja yang komprehensif meliput,
Promotif, Preventif , Kuratif , Rehabilitatif.
i
Perbedaan antara kesehatan kerja dan kesehatan masyarakat:
KESEHATAN KERJA
KESEHATAN MASYARAKAT
B. PROGRAM K3
Program K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur produksi
yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen. Program ini meliputi administrasi
dan manajemen, P2K3, kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan
beracun, pencegahan kebakaran, keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi program
(DK3N, 1993).
• Menurut Lubis dalam (Raman 2013: 87), program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah Suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha
sebagai upaya pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja dalam lingkungan kerja.
3. Meningkatkan Kesejahteraan
Kerja
1. Tempat kerja
i
Perusahaan menyusun rencana K3 berdasarkan
c. Peraturan perundang-undangan
a. Dapat diukur
b. Satuan/indicator pengukurannya
c. Sasaran capaiannya
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, perusahaan harus berkonsultasi dengan:
a. Wakil pekerja/buruh
b. Ahli K3
c. P2K3
1. Pembelajaran
2. Skala prioritas
4. Penanggung jawab
5. Indikator kinerja
i
KESIMPULAN
Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja atau tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani,
rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit
umum. Jaminan Kesehatan Kerja itu sangat penting bagi pekerja agar pekerja merasa aman
dan nyaman saat melakukan pekerjaan. Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Pemeliharaan Kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan.
Terciptanya rasa aman bagi peserta karena sudah ada jaminan dari asuransi dan
mendapatkan pengganti penghasilan apabila terjadi resiko kecelakaan kerja atau kematian
dalam bentuk penggantian biaya pengobatan, perawatan termasuk pengangkutan ke Rumah
Sakit, santunan sementara tidak bisa bekerja (STMB) dan santunan kematian, Hal ini karena
dapat mengurangi beban keluarga dan memenuhi kebutuhan hidup secara layak ketika
pencari nafkah utama dalam keluarga tidak dapat melaksanakan perannya.
i
DAFTAR PUSTAKA
Manullang, Senjun, 1990. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan, Editor : Andi Hamzah,
Jakarta : Rineka Cipta
R.I, 1992, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
Surabaya : Sinar Grafika
R.I, 1994, Undang-undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jakarta : Sinar Grafika
Sukijo, 1998, Palaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja dalam JAMSOSTEK studi Kasus di PT
Pabelan Surakarta, Fakultas Hukum, UMS