Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

Perlindungan Hak Pekerja: Tinjauan terhadap Hukum Ketenagakerjaan di Negara-


Negara Berkembang
Artikel Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan

Dosen Pengampu : Tri Sulistiyono, S.H.,M.H.

DISUSUN OLEH :
HAFIZ AFRIZAL EFENDI
NIM
8111421237
NO URUT : 25

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
Perlindungan Hak Pekerja: Tinjauan terhadap Hukum Ketenagakerjaan di Negara-
Negara Berkembang

Oleh:

Hafiz Afrizal Efendi

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Sub Tema: Perlindungan Hukum Para Pekerja

Pendahuluan

Perlindungan hak pekerja merupakan aspek penting dalam hukum ketenagakerjaan di


berbagai negara. Hak-hak pekerja yang adekuat dan terlindungi adalah salah satu faktor kunci
dalam menjaga kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta menciptakan lingkungan kerja yang
adil dan berkeadilan. Dalam konteks ini, tinjauan terhadap hukum ketenagakerjaan di negara-
negara berkembang menjadi relevan dan penting. Negara-negara berkembang sering
menghadapi tantangan unik dalam memastikan perlindungan hak pekerja, yang bisa
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perkembangan ekonomi, budaya, dan perbedaan
dalam praktik-praktik ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, kita akan
mengeksplorasi isu-isu yang terkait dengan perlindungan hak pekerja dalam hukum
ketenagakerjaan di negara-negara berkembang. Dengan melihat berbagai perspektif hukum,
ekonomi, dan sosial, kita akan mencoba memahami tantangan dan peluang yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang dalam menjaga dan meningkatkan perlindungan hak pekerja.

Perlindungan hak pekerja adalah sebuah isu fundamental dalam konteks


ketenagakerjaan di seluruh dunia. Hak-hak pekerja yang dijamin dan dilindungi adalah pondasi
penting bagi keadilan sosial dan ekonomi, serta stabilitas dalam hubungan antara majikan dan
karyawan. Dalam rangka menggali pemahaman yang lebih mendalam tentang perlindungan
hak pekerja, perlu dilakukan sebuah tinjauan khusus terhadap hukum ketenagakerjaan di
negara-negara berkembang.
Negara-negara berkembang seringkali memiliki tantangan yang unik terkait dengan
perlindungan hak pekerja. Faktor-faktor seperti tingkat pembangunan ekonomi yang berbeda,
keragaman budaya, serta beragam praktik ketenagakerjaan, semuanya berperan dalam
membentuk kerangka hukum yang mengatur hubungan antara pekerja dan majikan. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam
mengenai bagaimana negara-negara berkembang menghadapi isu perlindungan hak pekerja
dalam hukum ketenagakerjaan mereka.

Melalui analisis yang komprehensif, kita akan menjelajahi bagaimana negara-negara


berkembang menghadapi berbagai aspek perlindungan hak pekerja, termasuk peraturan
ketenagakerjaan, mekanisme penyelesaian sengketa, dan upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas kehidupan pekerja. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang perbedaan dan persamaan antara hukum ketenagakerjaan di negara-
negara berkembang, serta mengevaluasi dampak dari regulasi tersebut terhadap pekerja dan
ekonomi mereka. Dengan demikian, tulisan ini akan memberikan kontribusi yang berharga
dalam konteks global yang terus berubah, di mana perlindungan hak pekerja menjadi semakin
penting dalam menjaga kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Melalui analisis yang komprehensif, kita akan menjelajahi berbagai aspek dari
perlindungan hak pekerja dalam hukum ketenagakerjaan di negara-negara berkembang,
termasuk regulasi ketenagakerjaan, mekanisme penyelesaian sengketa, serta upaya-upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup para pekerja. Peninjauan ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan dan persamaan antara hukum
ketenagakerjaan di negara-negara berkembang, serta mengevaluasi dampak regulasi tersebut
terhadap pekerja dan perekonomian mereka. Dengan demikian, tulisan ini akan memberikan
kontribusi yang berharga dalam konteks global yang terus berubah, di mana perlindungan hak
pekerja semakin penting untuk menjaga kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Pembahasan

Hukum ketenagakerjaan di negara-negara berkembang mengalami variasi yang


signifikan, bergantung pada konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang ada di masing-
masing negara. Walaupun demikian, ada beberapa tren dan masalah umum yang sering ditemui
dalam hukum ketenagakerjaan di negara-negara berkembang. Tulisan ini akan mengulas
tinjauan umum terhadap hukum ketenagakerjaan di negara-negara berkembang. Perlindungan
terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin
kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapununtuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengantetapmemperhatikan perkembangan kemajuan
dunia usaha dan kepentingan pengusaha.
Imam Soepomo membagi perlindungan pekerja menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: a.
Perlindungan Ekonomi atau Jaminan Sosial Perlindungan ekonomi adalah jenis perlindungan
yang berkaitandenganusaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan
yangcukupmemenuhi kebutuhan sehari-hari baginya beserta keluarganya, termasukdalam hal
pekerja tersebut tidak mampu bekerja karena sesuatu di luar kehendaknya. Termasuk dalam
perlindungan ekonomis, antaralain perlindungan upah, jamsostek, pesangon, dan THR.
Penyelenggara jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawabdankewajiban negara
untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepadamasyarakat. Sesuai dengan kondisi
kemampuan keuangan negara, Indonesia seperti halnya berbagai negara berkembang lainnya,
mengembangkanprogram jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan
sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerjadi sektor formal.
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja,
sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. b. Perlindungan Sosial atau Kesehatan
Aturan aturan yang bermaksud mengadakan pembatasan-pembatasan terhadap kekuasaan
pengusaha/majikan untuk memperlakukan pekerja/buruhsemaunya tanpa memperhatikan
norma-norma yang berlaku, dengan tidak memandang pekerja/buruh seagai makhluk Tuhan
yang mempunyai hakasasi manusia. Perlindungan sosial adalah suatu perlindungan berkaitan
denganusahakemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerja untuk mengenyamdan
memperkembangkan perikehidupan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga.
Perlindungan sosial ini meliputi perlindunganterhadapburuh anak, buruh perempuan,
pengusaha wajib memberikan waktu istirahat dan cuti. Perlindungan sosial bermaksud
melindungi atau menjaga pekerja/buruh dari kejadian/keadaan hubungan kerja yang merugikan
kesehatandan kesusilaannya dalam hal pekerja/buruh melakukan pekerjaannya.
Adanyapenekanan dalam suatu hubungan kerja menunjukkan bahwa semua tenaga kerja yang
tidak melakukan hubungan kerja dengan pengusaha/majikan tidak mendapatkan perlindungan
sosial sebagai mana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Ketiga,
Perlindungan Teknis atau Keselamatan Kerja. Perlindungan teknis adalah perlindungan yang
berkaitan denganusaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang dapat
ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan-bahan yang diolah atau dikerjakan oleh perusahaan.
Perlindungan teknis ini berkaitan denganK3(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), yaitu
perlindungan ketenagakerjaan yang bertujuan agar buruh dapat terhindar dari segala resiko
bahayayangmungkin timbul di tempat kerja baik disebabkan oleh alat-alat ataubahan-bahan
yang dikerjakan oleh suatu hubungan kerja. Berbeda dengan perlindungan kerja lain yang
umumnya ditentukankepentingan pekerja/buruh saja, keselamatan kerja ini
tidakhanyamemberikan perlindungan kepada pekerja/buruh, tetapi kepada pengusahadan
pemerintah. Bagi pekerja/buruh, adanya jaminan perlindungan keselamatankerjaakan
menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga pekerja/buruhdapat memusatkan perhatian
pada pekerjaannya semaksimal mungkintanpa khawatir sewaktu-waktu akan tertimpa atau
mengalami kecelakaankerja. Bagi pengusaha/majikan, adanya pengaturan keselamatan kerja di
dalam perusahaannya akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan
pengusaha harus memberikan jaminan sosial. Bagi pemerintah (dan masyarakat), dengan
adanya dan ditaatinyaperaturan keselamatan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah
untuk mensejahterahkan masyarakat akan tercapai dengan meningkatnyaproduksi perusahaan
baik kualitas maupun kuantitas.1
Pada negara-negara berkembang, seringkali terdapat kebutuhan mendesak untuk
meningkatkan perlindungan bagi pekerja. Hal ini mencakup pengaturan jam kerja, penetapan
upah minimum yang wajar, cuti, serta hak-hak lainnya, yang bertujuan memberikan
perlindungan yang memadai terhadap potensi eksploitasi dan penyalahgunaan oleh majikan.
Perlindungan pekerja di negara berkembang memiliki peran kunci dalam menciptakan
lingkungan kerja yang adil, aman, dan beretika. Perlindungan ini dirancang untuk melindungi

1
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun2003tentang
Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, Bogor: Ghalia Indonesia,
hak dan kesejahteraan pekerja, mencegah eksploitasi, serta menciptakan kondisi kerja yang
manusiawi.2

Beberapa elemen penting dalam perlindungan pekerja di negara berkembang termasuk


penetapan upah minimum yang layak, pengaturan jam kerja maksimum, jeda istirahat yang
wajar, dan pembayaran lembur. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mencegah pekerjaan
berlebihan yang dapat merugikan kesehatan fisik dan mental pekerja. Selain itu, hukum
ketenagakerjaan di negara berkembang harus mengatur standar keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja, termasuk pengawasan terhadap kondisi kerja yang berbahaya dan
pelatihan untuk bekerja dengan aman. Perlindungan terhadap hak untuk membentuk serikat
pekerja dan berunding secara kolektif juga menjadi hak dasar pekerja yang harus dijamin oleh
hukum ketenagakerjaan. Pemogokan atau unjuk rasa adalah hak yang harus diatur dalam
hukum ketenagakerjaan, namun juga harus memastikan bahwa tindakan semacam itu dilakukan
secara damai. Melarang diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, usia, atau cacat
adalah elemen penting dalam hukum ketenagakerjaan yang memastikan pekerja dihargai dan
diperlakukan secara adil.
Hak cuti yang layak, seperti cuti tahunan yang dibayar, cuti sakit, dan cuti hamil, juga
harus diberikan kepada pekerja untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan kerja dan
kehidupan pribadi. Perlindungan bagi pekerja migran yang bekerja di negara-negara
berkembang juga menjadi hal yang penting, termasuk hak untuk upah yang adil, kondisi kerja
yang manusiawi, dan perlindungan dari eksploitasi. Terakhir, hukum ketenagakerjaan di negara
berkembang juga harus memasukkan ketentuan pendidikan dan pelatihan pekerja untuk
meningkatkan keterampilan mereka dan meningkatkan mobilitas sosial. Penerapan dan
penegakan hukum ini sangat penting, dan kerjasama antara pemerintah, majikan, serikat
pekerja, dan masyarakat sipil diperlukan untuk memastikan perlindungan tenaga kerja yang
efektif di negara-negara berkembang.

Namun, penting untuk diingat bahwa hukum ketenagakerjaan di negara-negara berkembang


dapat bervariasi dalam tingkat implementasinya, dan banyak negara mungkin perlu
memperkuat kerangka hukum mereka untuk memberikan perlindungan yang lebih baik kepada

2
Sadi Muhammad Is, S.H.I., M.H. , Dr. Sobandi, S.H., M.H., Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Prenada
Media, Jakarta,2020
pekerja. Perubahan ekonomi dan sosial yang terus berlanjut juga dapat memengaruhi
bagaimana hukum ketenagakerjaan berkembang di negara-negara tersebut. Oleh karena itu,
tinjauan terhadap hukum ketenagakerjaan di negara-negara berkembang adalah suatu langkah
yang penting dalam memahami tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pekerja di seluruh
dunia. Perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan bagian integral
dari hukum ketenagakerjaan di negara-negara berkembang. Standar keselamatan kerja, inspeksi
kerja, dan pelatihan pekerja tentang cara bekerja dengan aman adalah hal-hal yang harus diatur.
Hal ini tidak hanya membantu melindungi pekerja dari cedera atau penyakit akibat pekerjaan,
tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.3

Banyak negara berkembang menjadi tuan rumah bagi pekerja migran yang datang dari negara
lain. Hukum ketenagakerjaan di negara-negara ini perlu mengatasi isu-isu seperti eksploitasi,
upah yang tidak adil, dan hak asasi manusia pekerja migran. Ini termasuk hak untuk upah yang
adil, kondisi kerja yang manusiawi, dan perlindungan dari eksploitasi.4

Penutup

Kesimpulannya, hukum ketenagakerjaan di negara-negara berkembang mengalami variasi


yang signifikan, namun terdapat tren dan masalah umum yang sering ditemui. Perlindungan
hak pekerja adalah aspek kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang adil dan manusiawi.
Beberapa elemen penting dalam perlindungan pekerja meliputi upah minimum yang layak,
pengaturan jam kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, hak untuk membentuk serikat pekerja,
pemogokan dan unjuk rasa yang damai, serta larangan diskriminasi.

Pentingnya implementasi dan penegakan hukum ini tidak boleh diabaikan. Negara-negara
berkembang perlu bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti majikan,
serikat pekerja, dan masyarakat sipil, untuk memastikan perlindungan hak pekerja yang efektif.
Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga harus dapat beradaptasi dengan perubahan ekonomi
dan sosial yang terus berlangsung.

3
Prinst, Darwin, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Buku Pegangan Pekerja Untuk Mempertahankan hak-haknya),
Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.
4
Abdul Hakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003
Tinjauan terhadap hukum ketenagakerjaan di negara-negara berkembang memberikan
wawasan yang penting dalam memahami tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pekerja di
seluruh dunia, serta memberikan landasan untuk perbaikan dan reformasi yang lebih lanjut
demi kesejahteraan pekerja.

Negara-negara berkembang menampilkan keragaman besar dalam hal konteks sosial, ekonomi,
dan budaya. Variasi ini mempengaruhi cara hukum ketenagakerjaan dirumuskan dan
diimplementasikan. Faktor-faktor seperti tradisi budaya, struktur ekonomi, dan tingkat
perkembangan sosial berperan dalam membentuk hukum ketenagakerjaan. Sebagai contoh,
negara-negara dengan ekonomi agraris mungkin menghadapi tantangan yang berbeda dengan
negara-negara yang mengandalkan industri manufaktur atau jasa.5

5
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan Di Indonesia,
Jakarta: UI-Press, Cetakan Ketiga
DAFTAR PUSTAKA

Sadi Muhammad Is, S.H.I., M.H. , Dr. Sobandi, S.H., M.H., Hukum Ketenagakerjaan
Di Indonesia, Prenada Media, Jakarta,2020

Prinst, Darwin, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Buku Pegangan Pekerja Untuk


Mempertahankan hak-haknya), Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994

Abdul Hakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Berdasarkan Undang-


Undang Nomor 13 Tahun 2003, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003

Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan


Di Indonesia, Jakarta: UI-Press, Cetakan Ketiga
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13
Tahun2003tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait Lainnya, Bogor: Ghalia Indonesia
BUKTI CEK TURNITIN :

Anda mungkin juga menyukai