Anda di halaman 1dari 6

EFEKTIFITAS PENGAWASAN TERHADAP PERMASALAHAN UPAH

MINIMUM KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN DI


INDONESIA SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
PEKERJA
Silviana Tan
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran Gedung K. Gunung Pati, Semarang
E-mail : Silvianatan@students.unnes.ac.id

ABSTRAK

Upah dan tenaga kerja ibarat dua sisi mata uang yang saling berlawanan dan tidak pernah
seimbang. Pasal-pasal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan memuat ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang pengupahan, dan ketentuan-ketentuan ini dipertegas
kembali dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Imigrasi, serta persyaratan upah
minimum. Untuk mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, pengangguran
harus dikurangi dan lapangan kerja harus diciptakan. Kajian ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan mengenai alasan Unit Pelaksana Teknis Pengawasan
Ketenagakerjaan yang membidangi pengawasan dan pengawasan ketenagakerjaan tidak
mampu memantau secara efektif peraturan upah minimum bagi pekerja dan solusi yang
bisa diambil. Undang-undang upah minimum untuk karyawan. Desain penelitian ini
menganut standar hukum normatif.
Kata kunci: Tenaga Kerja, Upah Minimum, Pengawasan dan Pengangguran

ABSTRACT

Wages and labor are like two opposing sides of a coin that are never in balance. Articles
pertaining to labor contain provisions governing pay, and these provisions are
reaffirmed by the Minister of Manpower and Immigration's rules, as well as minimum
wage requirements. To boost and hasten economic growth, unemployment must be
decreased and jobs must be created. This study aims to provide answers to questions
about the reasons why the Technical Implementation Unit for Labor Inspection, which is
in charge of labor inspection and supervision, is unable to effectively monitor the
minimum wage laws for workers and the potential solutions. Minimum wage laws for
employees. This study design adheres to normative legal standards.
Keywords: Labor, Minimum Wage, Supervision and Unemployment

1. PENDAHULUAN
Permasalahan ketenagakerjaan seringkali menjadi perbincangan banyak
orang, baik itu pengusaha, pekerja maupun pemerintah. Pengangguran dan
ketenagakerjaan masih menjadi fokus perhatian semua negara, khususnya negara
berkembang. Dualisme ini bisa muncul jika pemerintah gagal memanfaatkan dan
meminimalkan dampak permasalahan ini. Namun jika pemerintah bisa
memanfaatkan tenaga kerja yang ada, maka permasalahan dualisme tidak akan
muncul dan bahkan bisa berdampak positif bagi pemerintahan dan percepatan
pembangunan. Begitu pula jika pemerintah tidak mampu memanfaatkan tenaga
kerja maka akan berdampak pada perekonomian. Akibat pemerintah tidak
menyediakan lapangan kerja akan berdampak pada masyarakat sehingga
menimbulkan pengangguran yang masif.
Hubungan kerja, pemutusan hubungan kerja (PHK), mogok kerja,
perselisihan gaji, jaminan sosial, pesangon, dan permasalahan lainnya semuanya
bermula dari perjanjian kerja. Seringkali dikatakan bahwa masih terdapat
permasalahan gaji pekerja dan karyawan dan belum terselesaikan.
Pekerja/karyawan di beberapa perusahaan masih belum menerima upah yang
sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan. Kenyataannya, beberapa
perusahaan terus gagal membayar gaji karyawannya sesuai dengan peraturan
pemerintah provinsi.
Terdapat landasan hukum bagi pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan,
termasuk pengaturan upah minimum, khususnya yang tertuang dalam Pasal 176
UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
20.03/Men/1984 terkait dengan pengawasan ketenagakerjaan. Upaya Unit
Penegakan Teknis (UPT) Pengawasan Ketenagakerjaan untuk memantau
kepatuhan terhadap undang-undang upah minimum nasional di Indonesia masih
tidak efektif. Selain itu, pemerintah harus menerapkan langkah-langkah untuk
memanfaatkan pekerja seefisien mungkin. Jumlah pengangguran pasti akan
meningkat jika pemerintah terus mengejar pertumbuhan; ini akan menjadi
bencana. terus membebani perekonomian. hambatan yang pada akhirnya
menimbulkan masalah.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif yaitu jenis penelitian
yang mengkaji permasalahan-permasalahan hukum berdasarkan dengan peraturan
perundang-undangan dan fakta hukum yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk memastikan pekerja dapat menjalani kehidupan yang layak,
pemerintah telah menetapkan undang-undang upah minimum yang juga
mempertimbangkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Senjata penting
untuk membela hak-hak pekerja di dunia usaha adalah undang-undang
ketenagakerjaan. Pekerja berkontribusi dan berpartisipasi dalam keberhasilan
pertumbuhan nasional. Agar pemerintah dapat mendelegasikan kewenangannya
kepada instansi pemerintah, maka pegawai harus mempunyai perlindungan
hukum agar dapat memperoleh upah minimum. Konsekuensinya, upah minimum
diatur dalam Pasal 176 UU Nomor 13 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 176.
Dalam hal ini, ada tanggung jawab pemerintah untuk merumuskan
kebijakan sistem pengupahan dalam melindungi pekerja, antara lain: (a) upah
minimum; (b) upah lembur; (c) upah tidak masuk kerja; (d) upah atas pekerjaan
yang dilakukan; (e) Upah atas pelaksanaan hak istirahat kerja; (f) Model
pembayaran upah; (g) Denda dan pemotongan upah; (h) Hal-hal yang dapat
mengakibatkan dimasukkan dalam upah; (i) Struktur dan besaran upah
proporsional; (j) Uang pesangon; (k) Upah yang digunakan untuk menghitung
pajak penghasilan.
PP Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Imigrasi Nomor 15 Tahun 2018 tentang Upah Minimum
memberikan landasan hukum bagi upah minimum. Pemerintah provinsi kini
mempunyai kewenangan untuk menetapkan gaji minimum melalui Keputusan
Gubernur menyusul disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Perlunya menggunakan teori dampak hukum dalam
penelitian ini dikarenakan UPT Pengawasan Ketenagakerjaan kurang melakukan
pengawasan terhadap persyaratan upah minimum bagi pegawai. Teori keabsahan
hukum, menurut Satjipto Rahardjo, berpendapat bahwa kriteria hukum untuk
keadilan yang memadai dipengaruhi oleh lima faktor utama: sosiologi, filsafat,
politik, teknologi, serta sumber daya hukum dan peraturan.
Faktor mengenai sumber daya peraturan yang terlibat juga mencakup
peraturan di bidang ketenagakerjaan dan pengupahan. Montesquieu berpendapat
bahwa perumusan hukum ini harus memenuhi berbagai syarat, seperti gaya
penuturannya harus ringkas dan jelas; ketentuannya harus dibatasi pada hal-hal
yang nyata dan praktis, menghindari metafora dan hipotetis; dan isi ketentuan
harus sesuai dengan ketentuan. situasi sebenarnya. Pengertian yang dipakai harus
absolut bukan relatif; aturan tersebut tidak boleh terlalu tinggi karena ditujukan
untuk orang-orang dengan tingkat kecerdasan yang relatif rata-rata; pokok
bahasannya tidak boleh disamakan dengan pengecualian, batasan atau modifikasi
kecuali benar-benar diperlukan; peraturan harus tidak mengandung argumentasi,
karena dapat menimbulkan pertentangan pendapat; peraturan harus dipikirkan
dengan matang dan dapat digunakan secara praktis, serta tidak boleh
menggoyahkan persoalan mendasar mengenai penalaran dan keadilan.
Menurut pengawasan UPT Pengawasan Ketenagakerjaan terhadap
undang-undang upah minimum bagi pekerja, terdapat campur tangan terhadap
undang-undang ketenagakerjaan dan pengupahan karena tidak adanya hukuman
yang jelas bagi perusahaan. Atau perusahaan gagal membayar upah minimum
kepada pekerjanya, sehingga menimbulkan masalah dan menyulitkan
pelaksanaannya dengan sukses.
Keahlian hukum berkaitan dengan jumlah dan kualitas sumber daya
manusia di jajaran organisasi penegak hukum. UPT Pengawasan Ketenagakerjaan
menghadapi kesulitan dalam melakukan pengawasan efektif terhadap undang-
undang upah minimum bagi pekerja karena kekurangan staf, sehingga
pengawasan tidak memadai dan tidak efektif.
Memantau keberadaan sarana dan prasarana yang sesuai untuk
menegakkan undang-undang upah minimum bagi pekerja merupakan bagian dari
penegakan sumber daya material, dan pengawas ketenagakerjaan tentunya
memerlukan sarana dan prasarana tersebut. Pada kenyataannya, sumber daya yang
tersedia dalam hal infrastruktur dan fasilitas untuk melaksanakan kewajiban
peraturan ini relatif sedikit.
Penetapan gaji minimum bagi pegawai juga melibatkan sumber daya
keuangan, yaitu anggaran yang harus diciptakan untuk membiayai aparat penegak
hukum, sarana dan prasarana. Anggaran juga diperlukan untuk pengawasan
ketenagakerjaan guna membiayai staf, sumber daya, dan infrastruktur. Anggaran
untuk staf dan infrastruktur sebenarnya relatif sedikit.
Pengetahuan hukum anggota masyarakat dan kebutuhan akan pelatihan
penegakan hukum yang sukses merupakan sumber daya pendukung. Efektivitas
penegakan hukum juga dapat dinilai oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena
tingkat literasi hukum yang tinggi di kalangan masyarakat diperlukan agar
penegakan hukum berhasil. Sensitivitas hukum menyoroti keyakinan masyarakat
tentang fungsi hukum yang seharusnya dijalankan dalam masyarakat.
Pada keempat tahapan di atas, pembentukan perbuatan hukum
menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang tinggi. Tingkat kesadaran hukum
yang tinggi mengarahkan warga negara untuk mematuhi ketentuan hukum yang
berlaku. Di sisi lain, rendahnya tingkat pemahaman hukum juga dapat membawa
dampak rendahnya tingkat kepatuhan terhadap hukum.
Faktor Masyarakat Permasalahan umum yang muncul dalam penegakan
hukum ialah rendahnya pemahaman hukum di kalangan masyarakat. Peristiwa ini
sering terjadi dan menimbulkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
masyarakat menjadi tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pengawasan
mengenai standar upah minimum pekerja. Oleh karena itu, UPT bertanggung
jawab atas semua hubungan kerja dan menegakkan peraturan provinsi tentang
ketenagakerjaan. Salah satu tupoksi UPT Pengawasan Ketenagakerjaan ialah
melakukan pengawasan terhadap segala hal yang menyangkut pemberian upah
minimum kepada pekerja.
Akan tetapi, sampai saat ini terdapat banyak pengusaha yang enggan
membayar upah sebagaimana telah ditentukan oleh pemerintah provinsi.
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan di bidang pengupahan untuk
memberikan perlindungan upah bagi pekerja, namun pada kenyataannya
permasalahan pengupahan tersebut selalu menimbulkan berbagai permasalahan
dikarenakan pengusaha sengaja untuk tidak menjalankan aturan yang terdapat
pada bidang tersebut.
Diberikannya perlindungan hukum bagi pekerja untuk menerima upah
minimum, pemerintah hendaknya mendelegasikan kewenangan di bidang
ketenagakerjaan kepada lembaga pemerintah pusat. UPT pengawasan
ketenagakerjaan merupakan langkah melakukan survei mendadak (sidak) terhadap
pekerja rumah tangga untuk mengawasi pengaturan peraturan upah minimum agar
lebih efektif memantau upah minimum pekerja. Penetapan upah minimum bagi
pekerja dan pemberian sanksi berat terhadap pelaku usaha yang menetapkan upah
pekerja merupakan tindakan yang tidak memenuhi standar upah minimum yang
ditetapkan oleh undang-undang pengupahan.
Selain itu, terdapat 5 macam cara untuk memberantas masalah
ketenagakerjaan dan pengangguran:
1. Meningkatan kemampuan dan produktivitas tenagakerja untuk memasuki
pasar tenaga kerja dapat dicapai melalui kebijakan
2. Peningkatan kualitas layanan dan pemberdayaan penempatan kerja, yaitu
membuat rekomendasi
3. Meningkatkan kualitas layanan penempatan dan pemberdayaan pekerjaan,
yaitu untuk membuat rekomendasi kebijakan
4. Untuk membangun hubungan harmonis dalam lingkungan ketenagakerjaan
5. Memperkuat perlindungan tenaga kerja, menciptakan rasa keadilan dunia
usaha dan membangun sistem pengawasan ketenagakerjaan
4. PENUTUP
Faktor yang menyebabkan ketidakmampuan UPT Pengawasan
Ketenagakerjaan dalam mengawasi peraturan upah minimum bagi pekerja ialah
keterbatasan personel. Rendahnya anggaran pembiayaan untuk pengawasan
masyarakat, sarana dan prasarana merupakan permasalahan tambahan. Oleh
karena itu, UPT Pengawasan Ketenagakerjaan dapat lebih efektif mengawasi
undang-undang upah minimum bagi pekerja dengan melakukan pemeriksaan
mendadak di rumah mereka dan menerapkan sanksi yang tegas. Gaji yang
diberikan perusahaan kepada karyawannya tidak memenuhi persyaratan upah
minimum yang ditetapkan dalam undang-undang yang mengatur penggajian.
Untuk mencegah pelaku usaha membayar gaji di bawah upah minimum, UPT
Pengawasan Ketenagakerjaan dan organisasi lain yang bergerak di bidang
ketenagakerjaan dan pengupahan diperkirakan akan menerapkan hukuman yang
berat..

Anda mungkin juga menyukai