GOLONGAN Y
Kelompok : D
1. Sumy Refianti Herlina Polly 2443019097
2. Widia Triutami 2443019110
3. Alizah Azzahrah 2443019114
4. Antonia Beatriz De Padua 2443019115
5. Serianti Wiyatno 2443019123
Asisten :
Bu Beth
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu campuran, pengukuran konsentrasi dalam suatu sampel (analyte) dapat
dilihat dalam campuran sehingga dapat membuat pengerjaan ini menjadi lebih mudah atau
akurat. Tetapi yang sering menjadi kendala yaitu spektra derivatif tidak dapat mengurangi atau
menghindarkan adanya gangguan dari rasio serapan pengganggu yang lain (rasio signal-to-
noise).(D. A. Skoog, F. J. Holler and T. A. Nieman. 1988).
Konsep derivatif telah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950, dimana terlihat
memberikan banyak keuntungan. Aplikasi utama spektroskopi derivatif ultraviolet-cahaya
tapak adalah untuk kualitatif dan analisis sampel. Metode spektroskopi derivatif sangat cocok
untuk analisis pita absorbsi yang overlapping atau terlalu landai. (Owen, 1995).
Spektra derivatif biasanya digambarkan oleh diferensiasi digital atau dengan modulasi
panjang gelombang dari radiasi yang mengenai sel sampel. Interval modulasi panjang
gelombang menjadi sangat berkurang dibandingkan dengan lebar pita dari pita serapan apapun
dalam spektrum. Penggunaan spektroskopi derivatif adalah untuk menurunkan rasio
pengganggu (noise). Metode yang mungkin untuk mengevaluasi kuantitatif dari spektrum
derivatif adalah metode zero crossing, metode tangent, dan metode peak to peak. (D. A. Skoog,
F. J. Holler dan T. A. Nieman. 1988).
Metode tangent dapat digunakan dengan mudah dalam aplikasi karena lebih mudah,
lebih sederhana, dan lebih cepat menganalisis suatu penelitian yang bersifat ilmiah (Agawal,
B.K. 1991).
2.1 Sulfametoksazol
Sulfametoksazol merupakan antibiotik yang banyak digunakan dalam klinik, dan
termasuk golongan sulfonamide yang kebanyakan diberikan rnelalui oral karena
absorbsinya cepat di lambung dan usus halus serta didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh. Obat yang diabsorbsi akan berkaitan dengan protein dalam jumlah besar dan
sebagian akan disetilasi atau dimetabolisme menjadi tidak aktif, sehingga pemeriksaan
dengan menggunakan darah (whole blood) lebih baik daripadaplasma atau serum
(Katzung, 2005). Sulfametoksazol terutama diekskresi melalui metabolisme, pada
umumnya perubahan sirkadian dapat mempengaruhi kinetik dari metabolisme obat,
farmakokinetik dari sulfametoksazol dipengaruhi oleh fluktuatif fisiologi seseorang,
namun hal itu tidak diketahui apakah ada ketergantungan sementara dari farmakokinetik
sulfametoksazol (Shik and Jung,2001).
Pada penggunaannya, sulfametoksazol sering dikombinasikan dengan trimethoprim
membentuk kotrimoksazol untuk meningkatkan efektifitas klinik dan mengurangi
resistensi.
2.2 Trimetropim
Trimetoprim adalah suatu diamino-pirimidin yang bersifat basa lemah dengan pKa 7,3
dan sedikit larut dalam air. Spektrum antibakteri trimetoprim sama dengan
sulfametoksazol, meski[1]pun daya antibakterinya 20-100 kali lebih kuat dari[1]pada
sulfametoksazol. Mekaniseme kerja trimetoprim yaitu menghambat terjadinya reaksi
reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat panting untuk reaksi-
reaksi pemin[1]dahan satu atom C, seperti pembentukan basa purin (adenin, guanin, dan
timidin) dan beberapa asam amino (metionin, glisin). Sel-sel mamalia menggunakan folat
jadi yang terdapat dalam makanan dan tidak mensintesis senyawa terse[1]but. Trimetoprim
menghambat enzim dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini panting,
karena enzim tersebut juga terdapat pada sel mamalia. (Farmakologi dan Terapi, 2007)
Pustaka : AOAC
e. Dosis
Biasanya 2 g awalnya, diikuti 1 g dua kali sehari; maksimal 3 g setiap hari.
(Clark’s Analysis of Drugs and Poison, 4th Edition p.2082)
f. Kadar Sulfametoksazol
Sulfametoksazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
101,0% C10H11N3O3S, dihitung terhadap zat kering.
(Farmakope Indonesia VI, hal 1659)
3.2.2 Bahan
Etanol
Trimethoprim
Sulphamethoxazole
Skema Kerja
Timbang Sulfametoksazol 50mg dengan timbangan analitik
Masukkan kedalam labu takar hasil pengenceran larutan induk 0,25 ml 0,5 ml; 0,74 ml; 1
ml; dan 1,25 ml.
Tambahkan sampai ad tanda setiap labu takar dengan larutan metanol sampai 5 ml, Lalu
homogenkan
Skema Kerja
Timbang Trimetropim 50mg dengan timbangan analitik
Larutkan Trimetropim ke dalam labu ukur dan metanol ad 100 ml, homogenkan
Masukkan kedalam labu takar hasil pengenceran larutan induk 0,25 ml 0,5 ml; 0,60 ml; 0,8
ml; dan 1 ml.
Tambahkan sampai ad tanda setiap labu takar dengan larutan metanol sampai 5 ml, Lalu
homogenkan
Skema Kerja
Dua puluh tablet ditimbang secara akurat dan dihaluskan dalam mortar
Sejumlah bubuk yang setara dengan berat seperempat tablet dicampur
dengan 35ml etanol dalam labu 100ml yang dikalibrasi
8
6 Abs
4
Linear (Abs)
2
0
0 10 20 30
Axis Title
-6
-8 Abs
-10 Linear (Abs)
-12
y = -0,7554x - 0,0918
-14
R² = 0,9993
-16
Axis Title
a. Sulfametaksazol
• Sampel 1:
Δ Absorbansi : 6,9
y= 0,4505x +0,1943
x capping = 14,8850 ppm
• Sampel 2:
Δ Absorbansi : 7,1
y= 0,4505x +0,1943
x capping = 15,3289 ppm
• Sampel 3:
Δ Absorbansi : 7,05
y= 0,4505x +0,1943
x capping = 15,2179 ppm
b. Trimetropim
• Sampel 2:
Δ Absorbansi : -5,21
y = -0,7554x – 0,0918
x capping = 6,7754 ppm
• Sampel 3:
Δ Absorbansi : -5,25
y = -0,7554x – 0,0918
x capping = 6,8284 ppm
a. Sulfametoksazol
• Sampel 1
Konsentrasi sulfa = 14,8850 ppm
Pengenceran 250 kali
Konsentrasi sulfa sebelum diencerkan = 14,8850 ppm x 250 = 3721,25
ppm
Jadi, Konsentrasi sulfa dalam 100 ml= 3721,25 ppm
Berat sulfa dalam 100 ml dengan konsentrasi 3721,25 ppm
= 3721,25 µg/ml x 100 ml x 1/1000
= 372,125 mg
• Sampel 2
Konsentrasi sulfa = 15,3289 ppm
Pengenceran 250 kali
Konsentrasi sulfa sebelum diencerkan = 15,3289 ppm x 250 =
3832,225 ppm
Jadi, Konsentrasi sulfa dalam 100 ml= 3832,225 ppm
Berat sulfa dalam 100 ml dengan konsentrasi 3832,225 ppm
= 3832,225 µg/ml x 100 ml x 1/1000
= 383,2225 mg
• Sampel 3
Konsentrasi sulfa = 15,2179 ppm
Pengenceran 250 kali
Konsentrasi sulfa sebelum diencerkan = 15,2179 ppm x 250 =
3804,475 ppm
Jadi, Konsentrasi sulfa dalam 100 ml= 3804,475 ppm
Berat sulfa dalam 100 ml dengan konsentrasi 3804,475 ppm
= 3804,475 µg/ml x 100 ml x 1/1000
= 380,4475 mg
b. Trimetropim
Sampel Berat Kandungan Konsentrasi Faktor
Trimetropim Trimetropim/tablet Abs (237,5 nm) Sebenarnya (ppm) Pengenceran
1 173,9375 mg -5,34 6,9475 250 kali
2 169,385 mg -5,21 6,7754 250 kali
3 170,71 mg -5,25 6,8284 250 kali
Rata-rata 171,3 mg 6,8504
• Sampel 1
Konsentrasi trimetropim = 6,9575 ppm
Pengenceran 250 kali
Konsentrasi sulfa sebelum diencerkan = 6,9575 ppm x 250 = 1739,375
ppm
Jadi, Konsentrasi trimetropim dalam 100 ml= 1739,375 ppm
Berat trimetropim dalam 100 ml dengan konsentrasi 1739,375 ppm
= 1739,375 µg/ml x 100 ml x 1/1000
= 173,9375 mg
• Sampel 2
Konsentrasi trimetropim = 6,7754 ppm
Pengenceran 250 kali
Konsentrasi sulfa sebelum diencerkan = 6,7754 ppm x 250 = 1693,85
ppm
Jadi, Konsentrasi trimetropim dalam 100 ml= 1693,85 ppm
Berat trimetropim dalam 100 ml dengan konsentrasi 1693,85 ppm
= 1693,85µg/ml x 100 ml x 1/1000
= 169,385 mg
• Sampel 3
a. Sulfametoksazol
Kandungan Sulfametoksazol dietiket adalah 400 mg.
Rentang konsentrasi = 5-25 ppm
400 𝑚𝑔 4000 𝑝𝑝𝑚
Konsentrasi di etiket : × 1000 µ𝑔 = = 16 𝑝𝑝𝑚
100 𝑚𝑙 250 𝑘𝑎𝑙𝑖
(memenuhi rentang)
• Sampel 1 :
14,885
%Kadar = 16 × 100 = 93,03%
• Sampel 2 :
15,3289
%Kadar = 16 × 100 = 95,80%
• Sampel 3 :
15,2179
%Kadar = 16 × 100 = 95,11%
= 378,6 mg Terbukti
(memenuhi rentang)
• Sampel 1 :
6,9475
%Kadar = 7,2 × 100 = 96,49%
• Sampel 2 :
6,7754
%Kadar = × 100 = 94,10%
7,2
• Sampel 3 :
6,8284
%Kadar = 7,2 × 100 = 94,83%
= 171,3 mg Terbukti
Moffat, A.C., Osselton, M.D., and Widdop, B., 2011. Clark’s Analysis of Drugs and Poisons,
4edition. Pharmaceutical Press, UK. Hal. 2038