Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN SOLIDA

GRANULASI BASAH – TABLET CTM 4 mg

Kelas :B
Kelompok : A2
Anggota Kelompok :
1. Nimaz Rizqi Firdausy Haq (051711133002)
2. Aprilia Nur’aini Rizma Putri (051711133021)
3. Muhammad Ninjar (051711133091)
4. Ibanah Izzah Aulia (051711133157)
5. Devi Nur Zafirah (051711133165)
6. Shafira Muti Ardiana (051711133193)
7. Farisa Firosyida (051711133209)

FARMASETIKA SEDIAAN SOLIDA PRAKTIMUM 2019/2020


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
A. Studi Praformulasi Bahan Aktif
1. Tinjauan Bahan Aktif
 Nama bahan obat : Klorfeniramin Maleat
 Nama kimia : 2-[p-kloro-α-[2-(dimetilamino)etil]benzil]
 Struktur kimia :

 Berat Molekul : 380,87 gram/mol


 pH : antara 4 & 5
 kemurnian : Klorfeniramin Maleat mengandung tidak kurang dari 98,0
% dan tidak lebih dari 100,5 % C16H19.ClN2H4O4 dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan
 efek terapetik :
a. Sedating Antihistamin
Antihistamin berbeda-bedadalam lama kerja serta dalam derajt efek sedatif
dan antimuskarinik. Semua antihistamin bermanfaat besar pada terapi
alergi nasal, rhinitis alergika, dan mungkin juga pada rhinitis vasomotor.
Antihistamin mengurangi sekresi nasal dan bersin, tetapi kurng efektif
pada kongesi hidung. Antihstamin oral juga dapat mencegah urtikaria,
gatal, gigitan dan sengatan serangga, sertaaleri obat. Efek sedasi ini
kadang-kadang jua dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena alergi.
b. Antimuskarinik
Antimuskarinik (sebelumnya disebut antikolinergik ; mengurangi motilitas
usus). Kelompok obat ini digunakan untuk penatalaksanaan Irritable
Bowel Syndrome dan penyakit di vertikular. Namun, efektivitasnya belum
diketahui pasti dan responnya bervariasi. Indikasi lain untuk obat
antimuskarinik meliputi aritmia,asma, dan penyakit saluran pernafasanm,
motion sickness, parkinsonisme inkontinensi urin, midriasis dan
siklopegia, premedikasi dan sebagai antidot keracunan organofosfor.
 Dosis pemakaian
a. Oral Dewasa : 4 mg setiap 4-6 jam, maksimal 24 mg/hari
b. Oral anak-anak : 1-2 tahun ; 1 mg, dua kali sehari
2-5 tahun ; 1 mg 4-6 jam, maks 6mg/hari
6-12 tahun; 2 mg 4-6 jam, maks 12 mg/ hari

2. Organoleptis CTM
 Pemerian : serbuk hablur putih
 Bau : tidak berbau
 Rasa : pahit
(Farmakope Indonesia III halaman 153)

3. Spektra Infrared

Gugus Fungsi Bilangan Gelombang Bilangan Gelombangan


Standard Sampel
C-Cl 800-600 cm-1 839-653 cm-1
C-H Alkena 1000-675 cm-1 1007-653 cm-1
C-N 1360-1180 cm-1 1368-1180 cm-1
C-H Alkana 1470-1340 cm-1 1462-1368 cm-1
C=C Aromatik 1600-1500 cm-1 1618-1569 cm-1
C=C Alkena 1680-1610 cm-1 1618 cm-1
C-H Aromatik 3000-2800 cm-1 2966-2854 -1

4. Deferential thermal analysis

Dari termogram diatas, dapat dilihat bahwa bahan aktif CTM menunjukkan ada
satu peak yang terjadi pada titik 135.9˚C terjadi melting yang bersifat endoterm.
Kalor yang dibutuhkan CTM untuk melebur 73.6 J/g. Berdasarkan literatur titik
leleh CTM adalah 130˚C-135˚C. Dapat disimpulkan bahwa CTM (bahan aktif)
yang diuji adalah murni, karena peak yang berbentuk tajam dan sesuai dengan
literatur yang ada.
5. Sifat alir
6. Kompaktibilitas

Grafik Kompaktibilitas CTM


0.2
Tensile Strength

0.15

0.1

0.05

Tekanan (kN)

B. Target Product Profile


a. Bentuk sediaan : Tablet
 Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau anpa bahan
pengisi ( Farmakope Indonesia IV)
 Keuntungan sediaan tablet :
1. Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dengan kecepatan produksi yang
sangat tinggi , sehingga harganya dapat relatif lebih murah.
2. Tablet memiliki ketetapan dosis dalam tiap tablet antar tiap unit pemakaian.
3. Lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba.
4. Dapat dibuat produk untuk berbagai profil pelepasan.
5. Bukan merpakan produk steril.
6. Mudah dalam pengemasan (blister/strip) dan transportasi.
7. Tablet mudah diidentifikasi dengan pemberian tanda/logo pada punch atau
dengan printing pada tablet.
8. Dapat tersedia dalam berbagai tipe.
9. Dibaning kapsul, tablet lebih sulit dipalsukan.
10. Dapat dibawa dengan mudah oleh pasien.
11. Dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga
medis.
 Kerugian sediaan tablet
1. Bahan aktif dengan dosis besar dan tifak kompresibel sulit dibuat tablet.
2. Terdapat kendala dalam memformulasikan zat aktif yang sulit terbasahi,
tidak larut, serta disolusi yang kurang baik.
3. Mula kerja obat ( onset of action) sediaan tablet lebih lambat dibandung
dengan sediaan parenteral, larutan oral, dan kapsul.
4. Jumlah zat aktif dlam bentuk cairan, yang dapat dijerat ke daam tablet sangat
kecil.
5. Kesulitan menelan pada pasien anak-anak, pasien sakit parah, dan lansia.
6. Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan tablet.

b. Tipe Formulasi/ Pelepasan : Lepas Cepat (immediate release)


Bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaska obat segera setelah digunakan
(per-oral).
c. Dimensi
Diameter : 9 mm
d. Bobot : 250 mg/Tablet
e. Kekuatan : CTM 4 mg
f. Penentuan kadaluarsa :
Pertama, menentukan orde reaksi yang sesuai untuk tablet yang akan diuji. Setelah
itu melalui metode grafik atau subtitusi dapat ditentukan nilai ketetapan laju reaksi
(k). Kemudian hitung t90( shelflife) dengan rumus :

2,303 𝐶𝑜 𝑘
k= 𝑥 log 𝐶𝑡 atau log 𝐶𝑡 = log 𝐶𝑜 −
𝑡 2,303
𝐶𝑜 2,303
t90 = log 0,9 𝐶𝑜 = 𝑘
0,105
t90 = 𝑘

setelah itu, menghitung t1⁄2 pada beberapa suhu yang telah ditentukan. Pada
umumnya, jika waktu kadaluarsa produk minimal 12 buan, maka dilakukan
pengujian tiap 3 bulan sekali di tahun pertama, lalu ditahun berikutnya diakukan
tiap 6 bulan, serta tiap tahun setelahnya sesuai dengan kondisi penyimpanan yang
dipersyaratkan.

C. Metode Pembuatan Tablet Terpilih


1. Permasalahan Formulasi
 Adanya gugus amin pada CTM menyebabkan inkompatibel dengan laktosa karena
akan mengakibatka terjadinya reaksi Maillard yakni reaksi yang menyebabkan
efek karsinogen dan memberikan warna kehitaman pada obat yang dapat
mempengaruhi organoleptis dari bahan tersebut (acceptable). CTM juga
inkompatibel dengan Kalsium klorida, Kanamisin sulfat, Noradrenalin asam tartat,
Sodium fenobarbital, dan meglumin adipiodon.
2. Solusi Formulasi
 Jika CTM dicampurkan dengan laktosa maka akan terjadi reaksi Maillard. Reaksi
Maillard hanya dapat terjadi pada kondisi tertentu, yaitu pada suhu yag tinggi dan
atau dalam penyimpanan dalam waktu yang lama ( Lakshmi, 2014 dan Winarno,
2002), sehingga kedua hal ini harus dihindari agar tidak terjadi reaksi tersebut.
3. Permasalahan Manufaktur
 Sifat alir dan kompaktibilitas : bahan aktif CTM memiliki kompaktibilitas yang
baik namun sifat alirnya buruk, sehingga dapat mempengaruhi aliran serbuk
campur pada mesin.
 Homogenitas : dosis bahan aktif CTM yang dibuat adalah 4mg sehingga
menimbulkan permaslahan dalam homogenitas kandungan.
4. Solusi manufaktur
Sifat alir : untk memperbaiki masalah sifat alir ada bahan aktif CTM dapat dilakukan
dengan metode granulasi basah. Pada granulasi basah digunakan pengikkat atau
larutan pengikat agar dapat terbentuk granul dengan ukuran partikel lebih besar,
sehingga dapat memperbaiki sifat alir.
Homogenitas : bahan aktif CTM dapat dilarutkan dengan pelarut yang dapat
memperbaiki homogenitas kandungannya, dalam formulasi ini dilarutkan dalam air
yan kemudian dicampurkan dengan bahan pengikat.

D. Rancangan Formula

Jumlah
Jumlah %
Jumlah tiap Total untuk
No Nama Bahan Fungsi yang
tablet (mg) pembuatan
dibuat
(dalam g)

1. CTM Bahan aktif 1,6% 4 4,8

2. Avicel pH 101 Pengisi 30,2% 75,5 90,6

3. Laktosa Pengisi 60,2% 150,5 160,6

4. PVP K30 Pengikat 4% 10 12

5. Primogel Disintegran 2% 5 6

6. Mg Stearat Lubrikan 2% 5 6
E. Flowchart Manufactur

IPC : Dikepal tidak


hancur

IPC : bila terlalu halus


dibasahi kembali
IPC : MC 2-4%
Bila terlalu kering
disemprot etanol 70%
F. Evaluasi Granul
a. Sifat Alir
Alat : Corong
Hasil Pengamatan Kecepatan Alir
Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan
NO W t Kec. Alir W t Kec. Alir
(g) (detik) (g/detik) (g) (detik) (g/detik)
1 100,04 13,10 7,6 100,20 10,08 9,94
2 100,04 12,69 7,8 100,20 10,23 9,79
3 100,04 12,73 7,9 100,20 10,07 9,95
Rata- rata 7,77 Rata-rata 9,89

Hasil Pengamatan Sudut Istirahat :


Sebelum Penambahan Lubrikan Setelah Penambahan Lubrikan
NO h r α h r α
(cm) (cm) (º) (cm) (cm) (º)
1 4 7 29,74 3,5 6,5 28,3
2 4 7 29,74 3,5 6,5 28,3
3 3,5 7 26,56 3,5 6,5 28,3
Rata-rata 28,68 Rata-rata 28,3

b. % Moisture Content
Alat : Moisture Balance
Hasil Pengamatan :
Replikasi MC (%)
1 1,78
2 1,38
3 1,56
Rata-rata 1,57
Persyaratan : > 2%
c. Distribusi Ukuran

Prosedur :

1. Menimbang 100 gram granul dan setiap ayakan

2. Susun ayakan sesuai urutan no. Mesh terkecil ke terbesar

3. Letakkan granul pada ayakan paling atas

4. Nyalakan mesin pada 10 rpm

5. Ayak selama 10 menit, kemudian timbang

Hasil Pengamatan
Pengayak Bobot
Bobot
Pengayak +
Diamater Lubang Bobot Granul
No. Mesh granul
(µm) (g) (g)
(g)
25 710 356 370 13,99
35 500 348 362 13,99
45 355 322 333 10,99
100 150 299 328 28.99
140 106 295 312 16,99
pan 268 287 18,99
Jumlah

Tabel Distribusi Ukuran

Ukuran Granul Bobot Granul


(µm) g % %Kumulatif<
>710 14 13,46 100
500 - 710 14 13,46 86,54
355 - 500 11 10,58 73,08
150 - 355 29 27,88 62,5
106 - 150 17 16,35 34,62
<106 19 18,27 18,27
Kurva Histogram Frekuensi Ukuran Granul
Jumlah 104 100
35

30

25
Bobot Granul (g)

20

15

10

0
>710 500-710 355-500 150-355 106-150 <106
Ukuran Granul (μm)

Kurva Frekuensi Kumulatif <


120

100

80
% Kumulatif <

60

40

20

0
<106 106-150 150-355 355-500 500-710 >710
Ukuran Granul (μm)

perhitungan %Fines :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 < 100 𝑚𝑒𝑠ℎ
× 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (100 𝑔𝑟𝑎𝑚)
19 𝑔
= × 100%
100,04 𝑔
= 19 %

Keberterimaan : < 20%

Kesimpulan : % Fines memenuhi syarat


G. In Process Control
1. Bobot Sampling

Alat : Timbangan Analitik

Bobot Tablet yang direncanakan : 250mg

Hasil Pengamatan : 258,4 mg

Kesimpulan : Bobot tablet memenuhi persyaratan

2. Kekerasan Tablet

Alat : Hardness Tester

Hasil Pengamatan

Kekerasan Tablet : 5,11 kp

Persyaratan : 4 – 8 kp (Lachman dkk.2008)

Kesimpulan : Kekerasan Tablet memenuhi persyaratan

H. EVALUASI PRODUK AKHIR


1. KESERAGAMAN BOBOT TABLET
Alat : Timbangan analitik Ohauss PA213
Prosedur :
a. mengambil 20 tablet sebagai sampel
b. menimbang bobot tiap tablet
c. menghitung rata-rata bobot tablet

Kriteria penerimaan: 20 tablet

- Tidak >2 tablet yang mempunyai penyimpangan lebih besar dari kolom A (151
mg- 300mg 7,5%.

- Tidak ada satu pun tablet yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari
kolom B

Bobot tablet yang diinginkan = 250 mg


Kolom A  231,25mg - 268,75mg
Kolom B  212,50mg – 287,50mg
Rentang bobot:

No. Bobot Tablet (mg) No. Bobot Tablet (mg)


1. 256,00 11. 258,00
2. 254,00 12. 260,00
3. 258,00 13. 256,00
4. 258,00 14. 254,00
5. 256,00 15. 257,00
6. 251,00 16. 258,00
7. 254,00 17. 256,00
8. 256,00 18. 255,00
9. 256,00 19. 259,00
10. 260,00 20. 259,00

Bobot rata-rata tablet : 256,55 mg


Kesimpulan : Bobot Tablet memenuhi persyaratan keseragaman
bobot.

2. KEKERASAN TABLET
Alat : Hardness Tester ERWEKA
Prosedur :
a. Setting satuan pengukuran dalam kgF dengan diameter 9 mm.
b. Uji kekerasan 10 Tablet menggunakan Erweka Hardness Tester.
Kriteria penerimaan:
- Dikatakan baik jika ( 4-8 kp)
- Kurang dari 4kp dapat diterima apabila disintegran dan disolusinya masih sesuai
( konversi 1 Newton = 0,1 kgF)
Hasil pengamatan :
No. Kekerasan (kgF) No. Kekerasan (kgF)

1. 4,9 6. 4,3
2. 4,9 7. 5,6
3. 5,1 8. 4,3
4. 5,4 9. 4,9
5. 4,1 10. 5,1

Rata-rata : (4,86 kgF)


Kesimpulan : Kekerasan tablet memenuhi persyaratan uji kekerasan tablet.

3. KERAPUHAN TABLET
Alat : CS-2 Tablet Friability Tester
Prosedur :
a. Menyiapkan 26 tablet yang akan diuji, membersihkan menggunakan kuas
b. Menimbang 26 tablet bersamaan
c. Masukkan (1) Kedalam mesin Friability Tester
d. Menjalankan Friability Tester selama 100x (25 rpm selama 4 menit)
e. Mengambil tablet dan membersihkan tablet dari debu yang menempel
f. Menimbang 10 tablet tersebu, apabila ada tablet yang pecah, retak dan cuil tidak
diikutkan dalam penimbangan.

Kriteria penerimaan : <1%, bila lebih dari 1% maka uji dilakukan 2 kali dan rata-rata
uji tidak lebih dari 1%
Hasil pengamatan:
Bobot awal Bobot setelah uji % Kerapuhan
6,608 g 6,529 g 1,2%
6,689 g 6,678 g 0.16 %
6,728 g 6,667 g 0,91%
Rata-rata % kerapuhan : 0,75%
Kesimpulan : memenuhi persyaratan uji kerapuhan tablet.

4. WAKTU HANCUR TABLET


Alat : ERWEKA D63150-Tipe ZT501
Prosedur :
a. Siapkan Aquadest dengan suhu 37  2 oC sebanyak 1000 mL, pasang pada alat
Disintegrating Tester
b. Masukan 1 tablet kedalam masing-masing lubang keranjang dan masukkan pula
cakram disintegrasi.
c. Pasang keranjang ke mesin Disintegrating Tester
d. Nyalakan alat, amati dan catat waktu tiap tablet hancur

Kriteria penerimaan :
- waktu hancur tidak lebih dari 15 menit (FI III)
- Jika lebih dari 15 menit, maka diulangi pengujian deangan 12 tablet lainya: tidak
kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

Hasil pengamatan : tablet hancur dalam 3 menit 42 detik


Kesimpulan : tablet memenuhi persyaratan uji waktu hancur.
I. KEMASAN PRIMER – SEKUNDER
a. Bahan :
 Kemasan primer : botol plastik
 Kemasan sekunder : Kertas Art paper 500 SGM
 Brosur : Kertas HVS
b. Desain
 Kemasan Sekunder

 Etiket
 Brosur

J. HASIL KOMPARASI
a. Komparasi Formula
BAHAN FUNGSI FORMULA
A1 A2
% Jumlah % Jumlah
(g) (g)
CTM Bahan aktif 1,6 4,8 1,6 4,8
Avicel pH Pengisi 31,12 93,36 30,48 91,44
101
Laktosa Pengisi 62,28 186,84 60,92 182,76
HPMC 2910 Pengikat 2 6 4 12
3Cps
Primogel Disintegran 1 3 1 3
(SSG)
Mg Stearat Lubrikan 2 6 2 6
Tartrazin pewarna 0,01 0,05
b. Komparasi Evaluasi Granul
Hasil Evaluasi A-1 A-2
Pengujian
% Moisture Content 2,18 % 1,57 %
% Fines 38 % 19 %
Kecepatan Alir
 Sebelum + Lubrikan 6,44 g/s 7,79 g/s
 Setelah + Lubrikan 6,27 g/s 9,29 g/s

c. Komparasi Evaluasi Tablet


Hasil Evaluasi Pengujian A-1 A-2
Keseragaman Bobot 245,8 mg 256,55 mg
Kekerasan 5,43 kgF 4,86 kgF
Kerapuhan 0,97 % 0,76 %
Waktu hancur 1 menit 25 detik 3 menit 42 detik

K. PEMBAHASAN
Pembahasan pembuatan tablet CTM dengan metode granulasi basah untuk
kelompok A1 dan A2 menggunakan formula dan metode pencampuran yang sama,
perbedaan yang diberikan yaitu % konsentrasi pada bahan pengisi yaitu laktosa dan
avicel pH 101, pengikat yaitu HPMC 2910 3Cps, dan pewarna yaitu Tartrazin. Pada
formula A1 digunakan avicel pH 101 31,12%, laktosa 62,28%, HPMC 2910 3Cps 2%,
dan tartrazin 0,01gr. Sedangkan pada formula A2 digunakan avicel pH 101 30,48%,
laktosa 60,92%, HPMC 2910 3Cps 4%, dan tartrazin 0,05gr. Perbedaan tersebut
memberikan keragaman pada hasil granul maupun tablet pada masing-masing formula.
Pada saat proses pembentukan tablet, dilakukan IPC (In Proses Control) terhadap tablet
yang terbentuk meliputi bobot sampling dan kekerasan tablet. MC (Moisture Content)
pada formula A1 sebesar 2,18% sedangkan pada formula A2 sebesar 1,57% yang artinya
granul cukup kering dan stabil untuk dibentuk tablet karena kelembapannya telah sesuai.
Pada evaluasi sifat alir dan sudut istirahat granul sebelum penambahan fase eksternal
maupun setelah penambahan fase eksternal, baik formula A1 maupun A2 dapat mengalir.
Pada evaluasi distribusi ukuran jumlah %fines pada formula A1 hasilnya 2 kali lipat
dibanding formula A2, yaitu A1 sebesar 38% dan A2 sebesar 19%. Hal ini dikarenakan
pada formula A1, jumlah pengikat berupa HPMC 2910 3Cps hanya 2%.
Dari hasil evaluasi tablet antara formula A1 dan A2 tidak terlihat perbedaan yang
cukup signifikan dari masing-masing formula. Setelah dikompresi, tablet yang diperoleh
dievaluasi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Pada
keseragaman bobot, masing-masing formula memenuhi persyaratan walaupun nilainya
berbeda-beda. Perbedaan nilai keseragaman bobot tersebut dipengaruhi oleh kecepatan
alir masing-masing formula. Pada uji kekerasan, formula A1 dan A2 sama-sama
memenuhi persyaratan. Pada uji waktu hancur, formula A2 memiliki waktu hancur lebih
lama daripada A1. Kekerasan tablet mempengaruhi kerapuhan tablet, semakin keras
tablet maka tablet semakin rapuh. Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa
perbedaan pada hasil granul maupun tablet masing-masing formula setiap kelompok
diperoleh karena banyak faktor diantaranya : formula, keterampilan praktikan, faktor alat,
serta lingkungan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil meskipun bahan
yang digunakan adalah sama.

L. Kesimpulan
Dari kedua formula yang dilakukan kelompok A, yang dibedakan dari konsentrasi
jumlah pengisi dan pengikat menghasilkan granul dan tablet dengan spesifikasi yang
berbeda-beda. Tetapi dapat disimpulkan bahwa kedua formula tersebut memenuhi
persyaratan dan layak untuk dikembangkan.

M. Saran
Untuk pelaksanaan pembuatan tablet dengan metode granulasi basah selanjutnya
perlu diperhatikan yakni pada proses penimbangan dan pencampuran bahan-bahan agar
dilakukan lebih teliti dan hati-hati agar seluruh komponen penyusun tablet dapat
tercampur secara homogen. Serta perlu diperhatikan juga pada proses pencetakan
maupun evaluasi tablet untuk selalu mengondisikan agar alat yang digunakan telah
disesuaikan dengan spesifikasi yang diinginkan dan tidak berubah-ubah. Pada kegiatan
praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan juga dipersiapkan terlabih
dahulu, agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar.
N. Literatur

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Buku Panduan Farmasetika Sediaan Solida Praktikum. 2018. Surabaya: Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga

Carstensen, J. T., 1977, Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms, John Wiley &
Sons, New York.

USP XXXII . 2009. USP 32: United States Pharmacopeia. Rocville: United States
Pharmacopeial Convention.

USP XXXVI . 2013. USP 36: United States Pharmacopeia. Rocville: United States
Pharmacopeial Convention.

Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., 2008, Teori dan Praktek Industri Farmasi
Edisi III, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai