Anda di halaman 1dari 22

Pembuatan Tablet

Granulasi Terpisah

I. Preformulasi
1. Parasetamol/Acetaminophen

Bobot molekul

: 151,16

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.

Kelarutan

Sangat sedikit larut dalam air dingin,

Lebih mudah larut dalam air panas.

Larut dalam metanol, etanol, dimetilformamid, etilen diklorid, aseton, etil


asetat, sedikit larut dalam eter.

Praktis tidak larut dalam petroleum eter, pentana, benzen.

Titik leleh : 169170,5 C.


pH

: 5,3.

pKa

: 9,5 (25C).

Penggunaan terapi : Analgesik, antipiretik.


Absorpsi oral

: Hampir sempurna; kemungkinan berkurang jika asetaminofen

dimakan setelah makan dengan karbohidrat tinggi.


Biotransformasi

: Sekitar 90 95 % dimetabolisme di dalam hati terutama

dengan cara konjugasi dengan asam glukuronat, asam sulfida dan sistein.
Waktu paruh

: 14 jam

Eliminasi

: Melalui ginjal sebagai metabolit, 3% dari dosis kemungkinan

diekskresi dalam bentuk utuh.


Dosis :

Untuk anakanak = 1,5 gram/m luas permukaan tubuh per hari untuk dosis
terbagi.

Untuk dewasa = 325500 mg setiap 3 jam, 325650 mg setiap 4 jam atau


650 mg1 g setiap 6 jam.

Mekanisme kerja :

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Analgesik yaitu menginhibisi sintesis prostsglandin di sistem saraf pusat.

Antipiretik yaitu bekerja sentral di pusat pengatur panas hipotalamus untuk


memproduksi vasodilator perifer dengan meningkatkan aliran darah di kulit,
melalui keringat dan penghilangan panas.

Efek samping

: Agranulositosis, anemia, dermatitis, alergi, hepatitis, kolik

ginjal, gagal ginjal, trombositopenia.


Penyimpanan

: Di bawah 40C (15C dan 30C), disimpan di tempat yang

tertutup rapat.
Stabilitas

: Relatif stabil terhadap oksidasi, dengan kelembaban diatas 90 %

menjadi higroskopis.

2. Deksametason
CH2OH
CO
OH

CH3
OH

CH3

CH3

Pemerian : serbuk hablur, putih sampai praktis putih; tidak berbau; stabil di udara.
Melebur pada suhu lebih kurang 250 disertai peruraian.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol,
dalam dioksan dan dalam methanol; sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut
dalam eter.
(Farmakope IV hal 286)
2. Amylum
(C6H10O5)n , dengan n = 300-1000
Pemerian

: tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul-granul

kecil berbentuk sferik atau oval dengan ukuran dan bentuk yang berbeda
untuk setiap varietas tanaman.

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Kegunaan : glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan kapsul;
pengikat tablet.
Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air dingin. Amilum

mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada 37C.


Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal: sebagai bahan tambahan
untuk sediaan oral padat dengan kegunaannya sebagai pengikat, pengisi,
dan penghancur. Pada formulasi tablet, pasta amilum segar dengan
konsentrasi 50-25% b/b digunakan pada granulasi tablet sebagai pengikat.
Sebagai penghancur, digunakan amilum dengan konsentrasi 3-15% b/b.
pH

: 5,5 6,5

Densitas

: 1,478 g/cm3

Suhu gelatinasi : 73 C untuk pati jagung.


Aliran

: 10,8-11,7 g/det

Kelembaban

: 11% untuk pati jagung.

Distribusi ukuran partikel : 2-32 cm untuk pati jagung.


Suhu pengembangan: 65 untuk pati jagung.
Stabilitas : Pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika dilindungi dari kelembaban
yang tinggi. Jika digunakan sebagai penghancur pada tablet dibawah
kondisi normal pati biasanya inert. Larutan pati panas atau pasta secara
fisik tidak stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme sehingga
menghasilkan turunan pati dan modifikasinya yang berbentuk unik,
Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.483-487
3. Lactose
C12H22O11 (anhidrat)

BM = 342,30

C12H22O11.H2O (monohidrat)

BM = 360,31

Pemerian

: serbuk atau hablur berwarna putih, tidak berbau, berasa agak manis :

-lactose hampir 15% semanis sukrosa, sedangkan -lactose lebih manis


daripada bentuk -nya.
Kegunaan : pengisi tablet dan kapsul.

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Kelarutan

Pada suhu 25C praktis tidak larut dalam kloroform, etanol dan eter.

Larut dalam 4,63 bagian air (40C)

Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal : sebagai pengisi pada


tablet dan kapsul.
Higroskopisitas : laktosa monohidrat stabil dalam air dan tidak terpengaruh oleh
kelembaban pada suhu kamar. Tetapi bentuk amorf, tergantung pada
pengeringannya, dapat dipengaruhi oleh kelembaban dan bisa mengalami
konversi menjadi monohidrat.
Titik leleh : 201-202C untuk -lactose monohidrat
223C untuk -lactose anhidrat
252,2C untuk -lactose anhidrat
: 1,540 untuk -lactose monohidrat

Densitas

1,589 untuk -lactose anhidrat


Kelembaban : laktosa anhidrat secara normal mengandung air 1% b/b. Laktosa
monohidrat mengandung air hampir 5% b/b.
Stabilitas

: pada penyimpanan, laktosa dapat berubah warna menjadi coklat.

Inkompatibilitas : reaksi kondensasi antara laktosa dengan gugus amin primer


dapat menghasilkan produk berwarna coklat. Reaksi ini terjadi lebih cepat
dengan bentuk amorf dibandingkan laktosa kristal.
Penyimpanan : disimpan pada wadah sejuk dan kering, tertutup.
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.252-257.
4. Octadecanoic acid Mg salt (Magnesium stearat)
C36H70MgO4
Pemerian

BM = 591,27
: hablur sangat halus, putih, berbau khas dan berasa.

Kegunaan : lubrikan untuk tablet dan kapsul.


Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal : digunakan untuk
kosmetik, makanan, dan formulasi obat. Biasanya digunakan sebagai

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

lubrikan pada pembuatan kapsul dan tablet dengan jumlah antara 0,25
5,0 %.
Kelarutan :

praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan air.

Sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat.

Densitas : 1,03 1,08 g/cm3.


Sifat aliran : sulit mengalir, bubuk kohesif.
Polimorfisme : trihidrat, bentuk asikular dan dihidrat, bentuk lamellar
Titik leleh : 88,5 C.
Stabilitas

: stabil.

Inkompatibilitas : dengan asam kuat,alkali, dan garam besi.


Penyimpanan

: disimpan pada wadah sejuk, kering, tertutup.

Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.280-282


5. Talc
Pemerian

: serbuk sangat halus, putih sampai putih abu-abu, tidak berbau.

Langsung melekat pada kulit, lembut disentuh.


Kegunaan : anticaking agent, glidan, pengisi tablet dan kapsul, lubrikan tablet dan
kapsul.
Aplikasi dalam Teknologi atau Formulasi Farmaseutikal : digunakan pada sediaan
oral padat sebagai lubrikan dan pengisi. Pemakaian :

Glidan dan lubrikan tablet : 1-10%

Pengisi tablet dan kapsul : 5-30%

Kelarutan : praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, larutan organik, dan
air.
pH

: 6,5 10 untuk larutan dispersi 20% b/v

Kekerasan : 1 - 1,5

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Higroskopisitas : talc tidak mengabsorpsi sejumlah air pada suhu 25C dan
kelembaban relatif naik hingga 90%.
Distribusi ukuran partikel : bervariasi
Indeks refraksi : nD = 1,54 1,59
Gravitasi spesifik : 2,7 - 2,8
Stabilitas : stabil, dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160C selama tidak
lebih dari 1 jam.
Inkompatibilitas : dengan senyawa amonium kuarterner.
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994, hal.519.

II. Formula dan Kesimpulan Metode


a Formula yang akan dibuat :
Tablet Parasetamol 300 mg dan Dexametason 0,5 mg
Bobot tablet 500 mg; dibuat 200 tablet
R/

Parasetamol

300 mg

Amylum

75

Laktosa

89,5 mg

Pasta Kanji 10 %

15

mg
mg

Deksameason

0,5 mg

Aerosil

5 mg

Mg-stearat

5 mg

Talk

10 mg

Fasa Dalam
Komposisi
Parasetamol
Amylum
Laktosa
Amylum Pro pasta
10%

1 Table

t
300
75
89,5
15

1 Batch (gr)
60
15
17,9
?

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Fasa Luar
Komposisi
Dexametason
Aerosil
Mg Stearat
Talk

1 Table

t
0,5
5
5
10

1 Batch (gr)
0,1
1
1
2

b. Metoda / teknik pembuatan :


Metoda Granulasi Terpisah
c. Alasan pemilihan metode :

Paracetamol dan Deksametason mempunyai sifat aliran yang buruk,.


sehingga kami menggunakan metode granulasi dalam pembuatan
tablet ini. Dengan maksud untuk meningkatkan aliran dari
parasetamol dan deksametason, dan homogenitas zat dalam granul

lebih terjamin.
Parasetamol dan deksametason mempunyai sifat yang berbeda
terhadap panas. Parasetamol merupakan zat yang relatif stabil
terhadap panas, sedangkan deksametason merupakan zat yang tidak
stabil terhadap panas. Dilihat dari masing masing sifat zat aktif yang
berbeda tersebut maka kami menggunakan metode granulasi
terpisah.

III. Perhitungan
Formula yang akan dibuat :
Tiap tablet mengandung Parasetamol 500 mg.
Dan Deksametason 0,5 mg
Bobot tablet yang akan dibuat : 520 mg.
Jumlah tablet parasetamol yang akan dibuat : 200 tablet.
Untuk tiap tablet :
Fasa dalam : Parasetamol

: 300 mg

Amylum

: 75 mg

Laktosa

: 89,5 mg

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Amylum pro pasta

: 15 mg
F.D : 479,5 mg

Untuk 200 tablet


Fasa dalam : Parasetamol 300 x 200

: 60 gr

Amylum

75 x 200

: 15 gr

Laktosa

89,5 x 200

: 17,9 gr

Pasta Kanji

: 5 gr

97,9 gr
Untuk tiap tablet :
Fasa luar :

Deksametason

: 0,5 mg

Aerosil

: 5 mg

Mg - stearat

: 5 mg

Talk

: 10 mg

Amylum Kering

: 20 mg
40,5 mg

Untuk 200 tablet :


Fasa luar :

Deksametason 0,5 x 200

: 0,1gr

Aerosil

5 x 200

: 1gr

Mg stearat

5 x 200

: 1gr

Talk

10 x 200

: 2 gr

Amylum Kering 20 x 200

: 4 gr
8,1 gr

Dalam praktikum diperoleh berat granul 88,97 gram dengan kadar air 1,8 %

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

massa cetak = (88.97 + 8,1) gram = 97,07 gram


jumlah tablet yang akan di buat

(100 18) / 100


x88,97 x 200 188,1 tablet = 188 tablet
92,9

bobot / tablet

88.97 8,1
516 mg/tablet
188

IV. Penimbangan
Parasetamol
Amylum
Laktosa
Amylum (pasta)

60 gram
15
gram
17,9 gram
5 gram

Deksameason

0,1 gram

Aerosil

1 gram

Mg-stearat

1 gram

Talk

2 gram

Amylum kering

4 gram

V. Prosedur
1.

Bahan baku di saring

2.

Bahan bahan di timbang

3.

Buat mucilago amylum


FCD dilarutkan dalam 50 mL aquadest, amylum disuspensikan dalam
larutan tsb, ditambahkan aquadest hingga 72 mL dan dipanaskan diatas
kompor listrik sambil di aduk hingga terbentuk mucilago

4.

Campurkan paracetamol, ampotab internal, laktosa

5.

Campuran ditambahkan larutan pengikat

6.

Kemudian diaduk hingga diperoleh massa yg dapat dikepal

7.

Lakukan granulasi basah menggunakan ayakan mesh no 14

8.

Kemudian dikeringkan dalam lemari pengering selama 18 jam

9.

Lakukan ranulasi kering terhadap granul yang telah dikeringkan dengan


cara di ayak menggunakan ayakan mesh no 16

10.

Lakukan

evaluasi

kompresibilitas )

granul

waktu

alir,

sudut

istirahat,

indeks

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

11.

Tambahkan talk, aerosol, mg stearat, dan deksametason , diaduk hingga


homogen

12.

Lakukan pencetakan

13.

EVALUASI DAN HASIL EVALUASI


A. Granul
1.

Penetapan Kadar Air

Sebanyak 2 g granul ditimbang, kemudian disimpan dalam piring dan


ratakan, lalu masukkan ke dalam alat moisture balance. Diamkan
beberapa waktu hingga skala menunjukkan angka yang tetap. Kadar air
granul dapat dibaca pada skala tetap.
2.

Penetapan Bobot Jenis Sejati

Penetapan ditentukan dalam piknometer 10 mL dengan menambahkan


cairan pendispersi yang tidak melarutkan granul atau serbuk.
3.

Penetapan Bobot Jenis Nyata, Bobot Jenis Mampat,

Kadar Pemampatan, dan Porositas


Sebanyak 100 g (B) granul atau serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur
250 mL, catat volumenya (V0). Selanjutnya dilakukan pengetukan
dengan alat. Volume pada ketukan ke 10, 50, dan 500 diukur, lalu
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
BJ nyata =

B
V0

g/mL

B
BJ mampat = V

mampat

Kadar Pemampatan =
Porositas=

g/ml

V0 Vmampat

(1 BJ mampat )
BJsejati

V0

100 0 0

100 0 0

4. Kecepatan aliran
1. timbang beker glass kosong (Wo)
2.set skala pada posisi 0

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

3. masukkan granul ke corong


4. alat dihidupkan
5. catat waktu alir (t)
6. timbang beker glass berisi granul (Wt)
7. hitung aliran granul :

Wt Wo
t

B. Tablet
1. Penampilan
Tablet diamati secara visual, apakah terjadi ketidakhomogenan zat warna
atau tidak, bentuk tablet, permukaan cacat atau tidak dan bebas dari noda
atau bintik-bintik. Bau tablet tidak boleh berubah.
2. Keseragaman Ukuran
Diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diameter tebalnya
menggunakan jangka sorong.
3. Keragaman Bobot
Diambil 20 tablet secara acak lalu timbang masing-masing tablet. Hitung
bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata.
4. Uji Disolusi (FI IV)
Masukkan sejumlah volume Media disolusi seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan Media
disolusi hingga suhu 37+0.5, dan angkat termometer. Masukkan satu
tablet ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan
yang diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang
tertera dalam masing-masing monografi. Dalam interval waktu yang
ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada
daerah pertengahan antara permukaan Media disolusi dan bagian atas
dari keranjang berputar atau daun dari alat dayung, tidak kurang 1cm
dari dinding wadah. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi.
5. Kekerasan Tablet
Dilakukan menggunakan hardness tester terhadap 20 tablet yang diambil
secara acak. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet
dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. Satuan

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

kekerasan adalah kg/cm2. Dihitung kekerasan rata-rata dan standar


deviasinya.
6. Friabilitas
Dilakukan dengan menggunakan alat friabilator terhadap 20 tablet yang
diambil secara acak. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet
terhadap bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas dipengaruhi oleh
sudut tablet yang kasar, kurang daya ikat serbuk, terlelu banyak serbuk
halus, pemakaian bahan yang tidak tepat, massa cetak terlalu kering.
1.diambil 20 tablet secara acak
2.tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo)
3.tablet dimasukkan dalam alat
4.alat dinyalakan selama 4 menit
5.tablet dibersihkan dan ditimbang (Wt)
Tablet yang baik memiliki friabilitas kurang dari 1 %.
f

Wo Wt
100%
Wo

7. Friksibilitas
Dilakukan dengan menggunakan alat friabilator terhadap 20 tablet yang
diambil secara acak. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet
terhadap gesekan antar tablet selama waktu tertentu.
1.diambil 20 tablet secara acak
2.tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo)
3.tablet dimasukkan dalam alat
4.alat dinyalakan selama 4 menit
5.tablet dibersihkan dan ditimbang (Wt)
f

Wo Wt
100%
Wo

8. Uji Waktu Hancur Tablet Tidak Bersalut (FI IV)


Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan
1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 +
2 sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam
masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera
pada monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet
harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya : tidak kurang 16


dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
HASIL EVALUASI
A. Granul
No. Jenis Evaluasi
1.
Kadar air

Hasil evaluasi
Kadar air : 1,8%

2.

Berat beker kosong (Wo) : 96,8 gram

Laju alir granul

Waktu alir (t) : 3,95 detik


Berat total (Wt) : 148,28 gram
Laju Alir :

148,28 96,8
g/detik
3,95

: 13,02 g/detik
3.

Laju alir massa siap cetak

Berat beker kosong (Wo) : 96,8 gram


Waktu alir (t) : 3,51 detik
Berat total (Wt) : 150 gram
Laju Alir :

4.

BJ

150 96,8
g/detik
3,51

: 15,15 g/detik
Bobot (B) : 30 gram
Vol awal : 61 ml
Vol mampat : 54 ml
BJ mampat :

30
0,55 g/ml
54

Kadar pemampatan :
61 54
100% 11,5%
61

5.

Sudut istirahat

Tinggi puncak (h) : 2,5 cm


Diameter taburan (d) : 10 cm
Jari Jari (r) : 5 cm

6.

BJ sejati

Sudut istirahat () : 27
Diketahui:
Berat pikno

= 21,94 g

Berat pikno+paraffin

= 46,22 g

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Berat pikno+paraffin+zat

= 46,29 g

Berat Zat

= 0,11 g

Perhitungan BJ nyata:
Berat paraffin = 46,22-21,94 = 24,28 g
BJ paraffin

24,28
= 0,9712 gr/mL
25

Massa paraffin yang tergantikan oleh


serbuk:
46,29 24,28 0,11 = 21,9 g (=massa
serbuk)
Volume =

21,9
massa
= 0,95 = 23,05 mL
BJ
46,22 g

BJ nyata = 23,05mL = 2,005 g/mL

B. Tablet / Hasil Jadi


No.
1.

Jenis Evaluasi
Keragaman Bobot (mg)

Hasil evaluasi

Rata rata : 380 mg


Standar Deviasi : 0,02 mg
0,43
0,41
0,45
0,41
0,41

0,42
0,42
0,46
0,42
0,43

0,42
0,46
0,40
0,42
0,42

0,41
0,42
0,43
0,44
0,45

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

2.

Keragaman Ukuran
diameter
1,21
0,00 cm

Tebal
0,37
0,04 cm

Diameter (cm)
1,21
0,34
1,21
0,35
1,21
0,37
1,21
0,33
1,21
0,41
1,21
0,41
1,21
0,41
1,21
0,34
1,21
0,41
1,21
0,35

Tebal (cm)
0,34
0,34
0,35
0,34
0,37
0,41
0,33
0,34
0,41
0,33
0,41
0,45
0,41
0,35
0,34
0,41
0,41
0,35
0,35
0,41

Keterangan
Rata-rata (cm)
Standar Deviasi

3.

Kekerasan (kg / cm2)


6

4.

Friabilitas

Bobot tablet awal (Wo) : gram


Bobot tablet akhir (Wt) : gram

5.

Waktu Hancur

Wo Wt
100%
Wo

8,83 6,58
100%
8,83

= 25,48 %
Waktu tablet ke - 1 hancur : 29.49 menit
Waktu tablet ke - 6 hancur : 38.36 menit
Selisih waktu : 8,87 menit

Massa yang belum dicetak : 16,10 gram


Massa rata : 1 tablet = 0,5 gram

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Harusnya : 200 tablet


Yang dibuat : 149 + 32,2 = 181,2
Rendemen :
Sampel :

181,2
100% 90,6%
200

waktu hancur = 6 tablet


Friabilitas = 20 tablet
Kekerasan = 20 tablet

Deviasi :

VII.

200 181,2
100% 9,4%
200

PEMBAHASAN

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan tablet dengan


menggunakan dua zat aktif yaitu Parasetamol dan Deksametason. Parasetamol
dan Deksametason merupakan dua zat yang mempunyai kepekaan terhadap
panas dan lembab yang sangat berbeda. Parasetamol merupakan zat aktif yang
memiliki titik leleh yang tinggi sehingga relatif stabil terhadap pemanasan,
sedangkan Deksametason merupakan zat yang tidak stabil terhadap pemanasan.
Karena kedua zat tersebut memiliki kepekaaan yang sangat berbeda terhadap
pemanasan, tetapi kedua zat aktif tersebut harus di buat dalam satu tablet, maka
metode yang digunakan untuk membuat tablet tersebut adalah metode granulasi
terpisah.
Pada metode granulasi terpisah ini ada dua tahapan yang harus di lakukan
yaitu pembuatan granulasi basah untuk zat parasetamol yang selanjutnya setelah
menjadi granul akan di campurkan dengan deksametason dan fase luarnya.
Maksud dari pembuatan granulasi basah untuk zat parasetamol adalah untuk
memperbesar partikel parasetamol yang nantinya akan bisa memperbaiki
alirannya, dan karena parasetamol ini tahan terhadap pemanasan maka
digunakanlah metode granulasi basah. Sedangkan deksametason merupakan zat
yang tidak tahan terhadap pemanasan sehingga tidak dicampur pada saat
pembuatan granulasi basah parasetamol, oleh sebab itu deksametason
dicampurkan dengan granul parasetamol yang sudah di keringkan bersama
sama dengan fase luar.
Pada saat awal pengerjaan, parasetamol yang akan di buat granul dengan
metode granulasi basah di campur terlebih dahulu dengan fase dalam yaitu
amylum kering, laktosa, dan pasta kanji. Penambahan amylum kering disini
bertujuan sebagai penghancur dalam, yaitu zat yang akan membantu
memudahkan hancurnya tablet pada saat di dalam tubuh. Laktosa di tambahkan
sebagai pengisi, bertujuan untuk membuat bobot sesuai dengan yang diharapkan,
sedangkan pasta kanji di tambahkan sebagai pengikat, yang bertujuan untuk
mengikat zat zat yang akan di buat granul, pasta kanji ini di tambahkan sampai
terbentuk massa yang dapat di kepal.
Setelah terbentuk massa yang dapat di kepal, kemudian di ayak
menggunakan ayakan mesh 14 dan kemudian di keringkan selama kurang lebih
18 jam. Setelah mendapat granul kering, kemudian kami menghitung kadar air
yang terdapat di dalam granul, dan ternyata granul tersebut memiliki kadar air

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

1,8%, sehingga granul yang kami buat dapat di cetak, karena kadar airnya sudah
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kadar air granul harus berkisar
antara 1 2 % hal ini di sebabkan karena jika kadar air di dalam granul kurang
dari 1% maka pada saat pencetakan, tablet yang di hasilkan akan sangat rapuh.
Kemudian dilakukan uji granul yang lain yaitu uji kecepatan aliran granul.
Ternyata dari hasil pengujian granul tersebut, granul yang kami hasilkan
memiliki laju alir 13,02 g/detik, kecepatan alir tersebut adalah kecepatan alir
sebelum ditambahkan fase luar, dan ketika sudah ditambahkan fase luar
kecepatan alir siap cetak menjadi 15,15 g/detik, hal ini disebabkan oleh pengaruh
dari penambahan talk yang merupakan glidan yang berfungsi untuk
meningkatkan aliran granul. Kecepatan aliran granul kami sangat baik, karena
kecepatan aliran granul yang baik adalah > 4 g/detik, kecepatan alir ini akan
berpengaruh pada saat pencetakan tablet, jika kecepatan alir < 4 g/detik, maka
akan berpengaruh pada bobot dan tebal tablet, yang nantinya akan tidak seragam,
dan akan mempengaruhi dosis juga. Sudut istirahat yang terbentuk pada saat
pengujian granul adalah 27, sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
sudut istirahat yang baik adalah 25 45 oC, data ini menunjukan granul yang
kami buat memiliki aliran yang bagus, menyebar dan timbunannya rendah.
Setelah selesai pengujian granul kemudian Deksametason di masukan ke
dalam campuran tersebut. Deksametason di masukkan pada saat akan di cetak
karena bobot dari Deksametason sangat kecil, sehingga jika Deksametason ikut
dibawa pada saat pengujian maka ditakutkan zat tersebut akan ada yang hilang
pada saat pengujian.
Setelah Deksametason dimasukkan dalam campuran dan dihomogenkan
kemudin dilakukan pencetakan tablet. Setelah tablet jadi kemudian kami
melakukan pengujian pengujian terhadap tablet tersebut.
Pengujian pertama yang kami lakukan adalah pengujian kekerasan tablet.
Tablet yang kami buat memiliki kekerasan 6kg/cm2. Kemudian kami melakukan
uji keseragaman bobot. Tablet yang kami cetak mempunyai bobot yang beragam
dan jauh dari bobot yang seharusnya, hal ini di sebabkan granul yang terlalu
besar yang menyebabkan pada saat pencetakan, tablet tersebut memiliki banyak
rongga yang membuat bobot tablet menjadi lebih kecil dari bobot yang
seharusnya. Jadi tablet yang kami buat tidak mencapai keseragaman bobot
karena > 2 tablet mempunyai peyimpangan bobot 5%.

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Pada uji keseragaman ukuran yang meliputi diameter dan tebal dari tablet,
tablet yang kami buat sudah sesuai dengan standar karena diameter tablet tidak
lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari empat per tiga tebal tablet. Data yang
digunakan untuk pengujian Keseragaman ukuran ini adalah simpangan baku dari
rata-rata diameter dan tebal tablet. Keseragaman ukuran yang baik adalah yang
memiliki simpangan baku mendekati nol. Simpangan baku diameter tablet kami
adalah 0,00 dan simpangan baku tebal tablet adalah 0,04 jadi dapat dinyatakan
bahwa keseragaman ukuran tablet kami merata/baik. Keseragaman ukuran ini
juga mempengaruhi pada penampilan tablet.
Pada uji friabilitas, tablet yang kami buat mempunyai friabilitas 25,48%
yang berarti frabilitas tablet kami sangat buruk karena friabilitas tablet yang baik
adalah < 1 %, buruknya friabilitas dari tablet disebabkan karena granul yang
terlalu besar yang menyebabkan banyaknya rongga pada tablet yang akhirnya
menyebabkan tablet menjadi sangat rapuh. Friabilitas harus < 1% karena uji
friabilitas ini digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Kemudian pada waktu uji hancur, tablet yang kami buat hancur pada waktu
29,49 menit, yang berarti tablet tersebut sangat sukar hancur, hal ini mungkin di
sebabkan pasta kanji yang di gunakan sebagai pengikat, merupakan pengikat
yang sangat kuat, sehingga tablet menjadi sangat sukar hancur. Hal ini
merupakan sesuatu yang sangat tidak baik, karena waktu hancur tablet yang baik
adalah kurang dari 15 menit. Jika waktu hancur tablet lebih dari 15 menit seperti
tablet yang kami buat, maka tablet tersebut tidak akan dapat di absorpsi dan tidak
akan memberikan efek apa apa.
Rendemen dari pembuatan tablet metode granulasi terpisah ini adalah
90,6%. Hilangnya zat mungkin terjadi pada saat pengayakan granul, ICP dan
pada saat pencetakan tablet.

VIII.

KESIMPULAN

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

1. Pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi terpisah ditujukan


untuk pembuatan tablet dengan dua zat aktif yang sangat berlawanan sifatnya
terhadap panas dan lembab.
2. Jumlah tablet yang di hasilkan adalah 181,2 tablet
3. Redeman dari hasil pembuatan tablet adalah 90,6%
4. Deviasi tablet 9,4%

1. DAFTAR PUSTAKA

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

1. Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta.Wade, Ainley and Paul J


Weller.
2. Handbook

of

Pharmaceutical

excipients.

EdII.1994.London;

The

Pharmaceutical PressDepartment of Pharmaceutical Sciences.


3. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. 1982. London :
The Pharmaceutical Press.
4. Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989.
Jakarta : UI-Press.Anief, Moh.

Daftar Distribusi Kerja

Pembuatan Tablet
Granulasi Terpisah

Praktikum

Dani Mulawarman : pencetakan tablet, pengayakan granul yang sudah


kering,

Vinaliza : pembuatan campuran menjadi massa yang dapat di kepal,


uji waktu hancur tablet

Andy Djemahu : pencetakan tablet, uji keseragaman ukuran (diameter


dan tebal tablet)

Melinda : pembuatan pasta kanji, pengayakan massa yang sudah


dapat di kepal menjadi granul

Yunita : penimbangan, uji kekerasan tablet, uji keseragaman bobot,


uji friabilitas

Pembuatan Batcsheet

Dani Mulawarman : preformulasi

Vinaliza : pembuatan kemasan dan brosur

Andi Djemahu : prosedur, evaluasi dan hasil evaluasi

Melinda : Hasil evaluasi dan perhitungan

Yunita : Pembahasan, kesimpulan, daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai