Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS DAN STANDARISASI


OBAT BAHAN ALAM

IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT PARASETAMOL DAN


PAPAVERIN DALAM OBAT TRADISIONAL

DOSEN PENGAMPU :

Mamik Ponco Rahayu,M.Si., Apt

KELOMPOK 3 I

NAMA ANGGOTA:

Aulia Amrie Anshory (22164982A)


Zwizaldi Sabastian (22164989A)
Meylinda Widyasari (22164995A)
Septia Utami (22164997A)
Titra Mara Rusdiansyah (22164998A)
Isma Auliya Elqa (22164999A)

UNIVERSITAS SETIA BUDI

FAKULTAS FARMASI

SURAKARTA

2019
A. Tujuan
1. Untuk dapat mengidentifikasi adanya parasetamol (uji kualitatif) dalam obat
tradisional (jamu) dengan kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV
B. Dasar teori
Kecenderungan masyarakat Indonesia menggunakan obat tradisional (lebih
dikenal dengan jamu) sebagai alternatif dalam upaya pemeliharaan, peningkatan dan
penyembuhan penyakit semakin meningkat (Sari, 2006). Peningkatan ini disebabkan
adanya persepsi bahwa jamu lebih aman dari obat sintetik. Namun demikian persepsi
tersebut tidak selalu benar karena masih sering ditemukan adanya penambahan ilegal
bahan kimia obat (BKO) kedalam jamu, seperti parasetamol (BPOM, 2014).
Penggunaan jamu mengandung BKO dalam jangka panjang dapat menimbulkan
resiko efek samping yang serius. Oleh karena itu, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia telah melarang penambahan bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang
berkhasiat obat kedalam obat tradisional (Kemenkes, 2012).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku. Berdasarkan cara pembuatan
serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam
Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yakni, Jamu, Obat Herbal Terstandar , dan
Fitofarmaka (Zulfikar, 2014).
Analgesik merupakan senyawa yang berfungsi untuk menekan rasa nyeri.
Salah satu kelebihan dari analgesik yakni mampu menghilangkan rasa sakit pada
pasien tanpa menyebabkan pasien kehilangan kesadaran. Analgesik dibagi menjadi
dua yakni, analgesik kuat (tipe morfin) dan analgesik lemah. Analgesik lemah
mempunyai kerja farmakologik analgesik. Senyawa analgesik juga menunjukkan
kerja antipiretik, dan antireumatik (Ebel, 1992).
Parasetamol merupakan derivat aminofenol yang mempunyai aktivitas
analgesik dan antipiretik. Seperti salisilat, parasetamol berefek menghambat sintesa
prostaglandin di otak sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus amino benzen yang
menurunkan panas saat demam (Wilmana, 1995).
Papaverin berupa hablur putih atau serbuk hablur putih, tidak berbau rasa agak
pahit, melebur pada suhu lebih kurang 220° disertai peruraian, dan mempunyai
kelarutan sebagai berikut: larutan dalam air dan dalam kloroform : sukar larut dalam
etanol, praktis tidak larut dalam eter. Alkaloid Papaverin merupakan nilai
pharmaceutical yang tinggi karena dapat mengobati berbagai macam penyakit.
Papaverin merupakan senyawa bahan alam yang mempunyai aktifitas fisiologi yang
cukup luas. Papaverin bersifat sebagai antimicrobial, anti leukemik dan anti
neoplastic. (Depkes RI,1995).

Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahan kimia obat yang terdapat dalam
sediaan obat tradisonal adalah dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan
dilanjutkan dengan spektrofotometri ultraviolet untuk melihat spektrumnya. Di antara
berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis (disingkat KLT) adalah
yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi. Metode ini hanya
memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, menggunakan waktu yang
singkat untuk menyelesaikan analisis (15-60 menit), dan memerlukan jumlah cuplikan
yang sangat sedikit (kira-kira 0,1 g). Selain itu, hasil palsu yang disebabkan oleh
komponen sekunder tidak mungkin terjadi, kebutuhan ruangan minimum, dan
penanganannya sederhana (Stahl, 1985).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan satu dari banyak teknik
kromatografi yang sering digunakan untuk menganalisis bahan analgesik. Dasar
pemisahan pada KLT adalah perbedaan kecepetan migrasi diantar fasedian yang
berupa padatan (alumina, silika gel, atau selulosa) dan fase gerak yang merupakan
campuran solven (eluen) yang juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang
campur. KLT menggunakan parameter karakteristik faktor retardasi (Rf) untuk
menganalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Nilai Rf merupakan parameter
karakteristik suatu senyawa sehingga secara kualitatif senyawa dapat diidentifikasi
dari nilai Rf (Fatah, 1987).

Keuntungan lain dari kromatografi lapis tipis ini adalah, dalam


pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi
kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis,
peralatan yang digunakan lebih sederhana. Identifikasi pemisahan komponen dapat
dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar
ultraviolet (Stahl, 1985).

C. Alat dan Bahan


ALAT BAHAN
1. Erlenmeyer 1. Jamu
2. Pipet 2. Aquadestilata
3. Gelas ukur 3. Na Bikarbonat 8%
4. Beakerglass 4. Asam Sulfat 3N
5. Corong 5. Eter
6. Batang pengaduk 6. Etanol
7. Lempeng KLT 7. Paracetamol
8. Kapas 8. Kloroform
9. Kertas saring 9. Toluen
10. Pipa kapiler 10. Larutan Feriklorida
11. 11. Larutan Papaverin

D. CARA KERJA
a. Identifikasi parasetamol dalam obat tradisonal
1) Larutan Uji

Masukkan satu dosis cuplikan yang telah diserbuk halus ke dalam Erlenmeyer.

Tambahkan 50 mL dan beberapa tetes larutan natrium bikarbonat 8% hingga Ph 7.

Kocok selama kurang lebih 30 menit dan saring ke dalam corong pisah.

Asamkan filtrate dengan asam sulfat 3 N hingga pH 1, kemudian ekstraksi dengan 20


mL eter.

Uapkan kumpulan ekstrak eter di atas waterbath hingga kering, kemudian larutkan
dengan 5 mL etanol (A)

Dengan cara yang sama, ekstraksi cuplikan yang telah ditambah 50 mg paracetamol
(B).
2) Larutan Baku

Buat larutan parasetamol 0,1% b/v dalam etanol (C).

3) Identifikasi menggunakan KLT

Menyiapkan fase diam yaitu lempeng silica gel GF254.

Membuat fase gerak 1 kloroform - dietilamin (90 : 10) dan fase gerak 2 toluen - etil
asetat – asam asetat (60 : 39 :1) di chamber dengan total volume 8 mL. lalu dilakukan
penjenuhan dengan kertas saring.

Totolkan larutan A, B, dan C secara terpisah dan lakukan kromatografi lapis tipis
dengan volume penotolan masing-masing 15 µL.

Lalu lakukan elusi. Setelah di elusi diamarti pada UV 254 nm akan tampak bercak
biru. Lalu diberikan penampak bercak dengan pereaksi larutan feriklorida 2% akan
Nampak bercak warna biru.

Hitung nilai Rf masing-masing bercak dengan 2 fase gerak yang berbeda.

b. Identifikasi papaverin dalam obat tradisonal


1) Larutan Uji

Masukkan satu dosis cuplikan yang telah diserbuk halus ke dalam Erlenmeyer.

Tambahkan 20 mL yang telah diasamkan dengan asam klorida 3 N sampai pH 1,5.

Kocok selama kurang lebih 30 menit dan saring.

Tampung filtrat ke dalam corong pisah, basakan dengan ammonia hingga pH 0.


Kemudian ekstraksi 3 x dengan 20 mL campuran kloroform-etanol (3:1).

Saring kumpulan ekstrak melalui natrium sulfat anhidrat dan uapkan di waterbath
sampai kering. Larutkan sisa penguapan kumpulan ekstrak dengan 5 ml campuran
kloroform-etanol (3:1) (A).

Dengan cara yang sama, ekstraksi cuplikan yang telah ditambah 50 mg papaverin
(B).
2) Larutan Baku

Buat larutan papaverin 1% b/v dalam etanol (C).

3) Identifikasi menggunakan KLT

Menyiapkan fase diam yaitu lempeng silica gel GF254.

Membuat fase gerak toluene-aseton (80 : 20) di chamber dengan total volume 8 mL.
lalu dilakukan penjenuhan dengan kertas saring.

Totolkan larutan A, B, dan C secara terpisah dan lakukan kromatografi lapis tipis
dengan volume penotolan masing-masing 15 µL.

Lalu lakukan elusi. Setelah di elusi diamarti pada UV 254 nm. Lalu diberikan
penampak bercak dengan pereaksi Dragendorf akan Nampak bercak berwarna jingga.

Hitung nilai Rf masing-masing bercak dengan 2 fase gerak yang berbeda.

E. HASIL
Ringkasan Uraian Kegiatan
Hari/Tanggal Kegiatan
Identifikasi bahan kimia obat parasetamol
Kamis, 4 April 2019 dan papaverin dalam obat tradisional

I. Profil KLT
Sampel : Paracetamol filtrat A
Fase Gerak : toluen-etil asetat-asam asetat (60:39:1)
Fase Diam : Silika Gel GF254
Pereaksi pendeteksi : Feriklorida 2%
A B C A B C
B B B B
b
Pengamatan dengan b UV
sinar b disemprot
Pengamatan setelah b
254 nm pereaksi feriklorida 2%

Warna Noda
Kode Pereaksi
Sampel Rf UV 254 UV 366
Bercak Visual Feriklorida
nm nm
2%
0,8
Filtrat A A = 0,13 - Ungu - Ungu
6
0,8
Filtrat B B = 0,13 - Ungu - Ungu
6
Baku PCT
0.8
0,1% (b/v) C = 1,3 - Ungu - Ungu
6
dalam etanol

II. Profil KLT


Sampel : Paracetamol filtrat B
Fase Gerak : Kloroform:dietilamin (90:10)
Fase Diam : Silika Gel GF254
Pereaksi pendeteksi : Feriklorida 2%
A B C A B C

Pengamatan dengan sinar UV Pengamatan setelah disemprot


254 nm pereaksi feriklorida 2%

Warna Noda
Kode Pereaksi
Sampel Rf UV 254 UV 366
Bercak Visual Feriklorida
nm nm
2%
1,1
Filtrat A A = 0,183 - Ungu - Ungu
6
1,1
Filtrat B B = 0,183 - Ungu - Ungu
6
Baku PCT
1,1
0,1% (b/v) C = 0,183 - Ungu - Ungu
6
dalam etanol

III. Profil KLT


Sampel : Papaverin filtrat A dan B
Fase Gerak : toluen-aseton (80:20)
Fase Diam : Silika Gel GF254
Pereaksi pendeteksi : Dragendorff
A B C A B C

Pengamatan dengan sinar UV Pengamatan setelah disemprot


254 nm pereaksi dragendorf

Warna Noda
Kode Pereaksi
Sampel Rf UV 254 UV 366
Bercak Visual Feriklorida
nm nm
2%
1,3
Filtrat A A = 0,22 - Ungu - Jingga
6
1,3
Filtrat B B = 0,22 - Ungu - Jingga
6
Baku
Papaverin 1,2
C = 0,2 - Ungu - Jingga
0,1% (b/v) 6
dalam etanol
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi bahan kimia obat yaitu
paracetamol dan papaverin yang mungkin terkandung dalam sediaan obat tradisional
(jamu). Sediaan obat tradisional tidak boleh mengandung senyawa kimia lain untuk
meningkatkan khasiatnya.
Langkah awal dalam identifikasi ini yaitu mempersiapkan sampel yang akan
digunakan. Metode yang digunakan adalah analisa kualitatif menggunakan metode
kromatografi lapis tipis, pemilihan metode KLT dikarenakan metode ini paling sering
dan mudah digunakan. Sebelum diidentifikasi sampel yang berupa serbuk dibuat
menjadi bentuk ekstrak. Untuk identifikasi paracetamol sampel dilarutkan dalam
aquadest, kemudian diasamkan dengan asam sulfat 3 N hingga pH 1. Sedangkan
untuk identifikasi papaverin sampel dilarutkan dengan aquadest kemudian dibasakan
dengan ammonia sampai pH 9. Hal ini dilakukan agar mudah terjadi pemisahaan
ketika ekstraksi dengan menggunakan cairan penyari. Kemudian larutan disaring
menggunakan kapas dan kertas saring, hal ini bertujuan untuk mengecilkan
kemungkinan serbuk dari sampel jamu ikut tersaring dan ikut dalam proses ekstraksi
yang pastinya akan mengganggu proses ekstraksi itu sendiri.
Untuk identifikasi paracetamol, setelah diperoleh filtrate filtrate A (sampel
murni) dan filtrate B (sampel ditambah dengan paracetamol), sampel diuji
menggunakan KLT. Fase diam yang digunakan yaitu silika gel GF254, sedangkan
untuk fase gerak digunakan 2 fase gerak. Fase gerak yang pertama yaitu toluene :
etilasetat : asam asetat (60 : 39 : 1), fase gerak yang kedua yaitu kloroform :
dietilamin (90 : 10). Pada lempeng KLT dilakukan 3 penotolan. Totolan yang
pertama yaitu filtrate A (sampel), totolan yang kedua yaitu filtrate B (pembanding),
dan totolan yang ketiga yaitu larutan baku paracetamol. Fungsi pembanding dan
larutan baku yaitu untuk membandingkan nilai Rf dan warna noda yang diperoleh.
Setelah dielusi, lempeng KLT diamati menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan
panjang gelombang 254 nm. Pada fase gerak 1 warma noda yang diperoleh yaitu
ungu, nilai Rf filtrate A, filtrate B, dan larutan baku sama yaitu 0,13. Kemudian
setelah ditambahkan dengan pereaksi Feriklorida warna yang diperoleh yaitu ungu.
Pada fase gerak 2 warna noda ynag diperoleh yaitu ungu, nilai Rf filtrate A, filtrate B,
dan larutan baku sama yaitu 0,183. Kemudian setelah ditambahkan dengan pereaksi
Feriklorida warna yang diperoleh juga ungu. Berdasarkan literatur bahwa senyawa
yang mengandung paracetamol jika di elusi maka bercak yang akan nampak pada UV
254 nm adalah warna biru gelap-ungu, sedangkan bercak yang sudah diberikan
pereaksi Feriklorida akan berwarna biru-ungu. Dari data praktikum yang diperoleh
tersebut dapat dikatakan bahwa sampel obat tradisional (jamu) positif mengandung
paracetamol.
Untuk identifikasi papaverin, setelah diperoleh filtrate filtrate A (sampel
murni) dan filtrate B (sampel ditambah dengan papaverin), sampel diuji
menggunakan KLT. Fase diam yang digunakan yaitu silika gel GF254, sedangkan
untuk fase gerak digunakan yaitu toluol : aseton (80 :20). Pada lempeng KLT
dilakukan 3 penotolan. Totolan yang pertama yaitu filtrate A (sampel), totolan yang
kedua yaitu filtrate B (pembanding), dan totolan yang ketiga yaitu larutan baku
papaverin. Fungsi pembanding dan larutan baku yaitu untuk membandingkan nilai Rf
dan warna noda yang diperoleh. Setelah dielusi, lempeng KLT diamati menggunakan
spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 254 nm. Untuk ketiga sampel
warma noda yang diperoleh pada UV 254 nm. Setelah diamati pada UV 254 nm
ketiganya menghasilkan warna yang sama yaitu ungu, nilai Rf filtrate A yaitu 0.317,
filtrate B 0,216, dan larutan baku 0,2. Kemudian setelah ditambahkan dengan pereaksi
Dragendorff warna yang diperoleh yaitu jingga. Berdasarkan literatur bahwa senyawa
yang mengandung papaverin jika dielusi maka akan nampak bercak pada UV 254 nm
yaitu berwarna biru-ungu, sedangkan jika setelah diberi pereaksi Dragendorf maka
bercak akan berubah warna menjadi jingga. Dari data praktikum yang diperoleh
tersebut dapat dikatakan bahwa sampel obat tradisional (jamu) positif mengandung
papaverin.

G. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah diperoleh dapat disimpulkan yaitu :
1. Sampel jamu positif mengandung paracetamol
2. Sampel jamu positif mengandung papaverin
3. Sampel jamu tidak memenuhi syarat BPOM yaitu tidak boleh mengandung bahan
kimia obat.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, 2014, Hasil Pengawasan Obat
Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, Jakarta, BPOM RI
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Ebel, S., 1992, Obat Sintetik, Penerjemah : Mathilda dan Samhoedi, Yogyakarta :
Gajah Mada University Press
Fatah, M.A, 1987, Analisis Farmasi Dahulu dan Sekarang, Yogyakarta : Penerbit
UGM
Kementerian Kesehatan RI, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 006 / 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, Jakarta,
Kementerian Kesehatan RI
Sari, L.O., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasiaan, Vol. III, No. 1, PP. 01-07, Depok
: Departemen Farmasi FMIPA UI
Satiadarma, K., 1997, Validasi Prosedur Analisis, Prosending : Temu Ilmiah Nasional
Bidang Farmasi, Bandung : Penerbit ITB
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Bandung,
Penerbit ITB
Wilmana, P.F., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4 , Jakarta : Bagian Farmakologi
FKUI
Zulfikar, Novita Andarini dan Vici Saka Dirgantara, 2014, Identifikasi Kualitatif
Bahan Analgesik Pada Jamu Menggunakan Prototype Tes Strip, Universitas
Jember (UNEJ), Jember
LAMPIRAN

Sampel Papaverin pH filtrat A Papaverin + HCl

pH Filtrat B Papaverin pH Filtrat A Paracetamol


pH Filtrat B Paracetamol Filtrat A dan B Papaverin

pH Filtrat A Papaverin setelah penambahan pH Filtrat B Papaverin setelah penambahan


Amonia Amonia
Ekstraksi 1 filtrat A Papaverin Ekstraksi 1 Filtrat B Papaverin

Ekstraksi 2 filtrat A Papaverin Estraksi 2 Filtrat B Papaverin


Ekstraksi 3 filtrat A Papaverin Estraksi 3 Filtrat B Papaverin

pH Filtrat A Paracetamol setelah pH Filtrat B Paracetamol setelah


penambahan H2SO4 penambahan H2SO4
Ekstraksi 1 Fitrat A Paracetamol (diambil Ekstraksi 1 Fitrat B Paracetamol (diambil
bagian atas atau eter) bagian atas atau eter)

Ekstraksi 2 Fitrat A Paracetamol (diambil Ekstraksi 2 Fitrat B Paracetamol (diambil


bagian atas atau eter) bagian atas atau eter)
Hasil KLT Paracetamol (positif ditandai warna ungu)

KLT Paracetamol sebelum dielusi KLT Paracetamol setelah dielusi

KLT Papaverin sesudah diberi pereaksi


KLT UV 254 nm Papaverin Dragendorf

Anda mungkin juga menyukai