DOSEN PENGAMPU :
Siti Aisiyah, M. Sc., Apt
KELOMPOK : H/ 5
TGL PRAKTIKUM : 22 September 2017
ANGGOTA : 1. CLAUDIA FERNANDITA (NIM: 21154614A)
2. JOVY SCOTIE P. M (NIM: 21154631A)
3. HOYI HAPSARI (NIM: 21154640A)
4. TANTRI AGUSTIA (NIM: 21154680A)
2. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat mengetahui prinsip dasar preformulasi dan formulasi sediaan tablet
2. Dapat memformulasikan serta melakukan evaluasi sifat fisik
3. DASAR TEORI
Tablet merupakan sediaan padat kompak yang dibuat dengan proses kempa
atau cetak mengandung satu jenis bahan obat dengan atau tanpa bahan
tambahan. Formulasi tablet merupakan langkah yang komplek, keberhasilan
formulasi tergantung dari tahap preformulasi yang meliputi bahan aktif, bahan
tambahan (exipients). Sediaan tablet lebih banyak digunakan sebab mudah
dalam cara pembuatan dan penggunaannya, dosis terjamin, dan relatif stabil
dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi,
dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada konsumen. Selain
itu, sediaan ini lebih ekonomis, dan memberikan dosis yang tepat baik dari segi
kimianya, bentuknya kompak, dan mudah transportasinya, memberikan
kestabilan pada unsur-unsurnya aktifnya.
Tablet juga merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasa
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet
dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur,
dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode
pembuatannya.
Vitamin adalah senyawa organik yang dibutuhkan tubuh untuk mengatur
fisiologi tubuh seseorang. Vitamin merupakan salah satu dari 5 kelompok gizi
yang sangat diperlukan tubuh. Di dalam tubuh vitamin berperan sebagai zat
pengatur keseimbangan proses dalam tubuh. Vitamin dibagi menjadi dua
kelompok yaitu vitamin yang dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut
dalam lemak. Vitamin B1 merupakan vitamin yang berasal dari kelompok yang
larut dalam air.
Thiamin juga dikenal sebagai vitamin B1. Thiamin juga mempunyai peran
sebagai bagian dari koenzim dalam dekarboksilasi oksidatif asam alfa-keto.
Thiamin merupakan gabungan dari molekul basa pirimidin dan tiazol yang
dirangkai jembatan metilen. Tiamin mempunyai sifat yang larut dalam alkohol
dan air, dapat rusak oleh panas, terutama dengan adanya alkali. Pada kondisi
kering, thiamin stabil pada suhu 100°C selama beberapa jam. Kelembaban akan
mempercepat kerusakannya. (Valls, Felicidad, dkk. 1999. Determination of
Thiamin in Cook Sausages. Spain: Universidad De Burgos).
Vitamin B1 merupakan salah satu sumber vitamin dan berkhasiat sebagai
antineuritikum yang mudah larut dalam air. Vitamin B1 sendiri stabil dalam air
serta tahan panas dengan titik lebur kurang lebih 248°C (Depkes RI, 1995 :
780). Vitamin B1 dapat dibuat dalam bentuk sediaan tablet dengan metode
granulasi dan kempa langsung (Buhler, 1998 : 498). Vitamin ini juga berfungsi
sebagai metabolisme karbohidrat dan juga menormalkan aktivitas saraf dan
dalam metabolisme karbohidrat menjadikan gula yang lebih sederhana dan
setelah itu dapat digunakan sebagai bahan bakar energi tubuh. Thiamin ini juga
diperlukan untuk membuat kerja jantung menjadi normal, membuat kerja otot
baik, dan juga seperti yang telah disebutkan, menormalkan fungsi saraf tubuh.
Vitamin B1 dapat dibuat dalam bentuk sediaan tablet dengan metode granulasi
dan kempa langsung. Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh
dalam jumlah yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan. Tablet hanya
memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik.
Metode kempa langsung digunakan karena vitamin B1 tidak tahan
pemanasan dan stabil juga dosis yang digunakan cukup kecil sehingga cocok
dilakukan metode kempa langsung. Metode kempa langsung yaitu pembuatan
tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa
melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang
paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya. Keuntungan metode kempa
langsung yaitu lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit. Prosesnya
pun lebih singkat. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan
tidak tahan lembab.
5. PERHITUNGAN
Vitamin B1 = 50 mg
PVP (2%) 2% x 150 mg = 3 mg
Amylum (10%) 10% x 150 mg = 15 mg
Mg Stearat (1%) 1% x 150 mg = 1,5 mg
Laktosa q.s = 80,5 mg
Bobot Tablet 150 mg = 150 mg
6. CARA KERJA
Preformulasikan bahan aktif yang dipilih meliputi aspek: nama senyawa, bobot
molekul, warna (deskriptif), titik lebur, higroskopisitas, serapan UV (lamda
maksimum dan absorbsivitas molar (A cm), pKa, log P, kelarutan, bentuk kristal,
polimorfi, kompatibilitas API-eksipien, dan stabilitas terhadap termal, oksigen, dan
cahaya.
Berdasarkan hasil data preformulasi, pilih eksipien yang sesuai dan rancanglah
sebuah formula
Tetapkan metode pembuatan, evaluasi sifat fisik dan kualifikasi yang dikehendaki.
2. Penghancur (Amylum)
Amylum
Nama lain Amylum, Pati
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%)
P
Pemerian Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil; putih;
tidak berbau; tidak berasa.
Bobot molekul 230.0
pH 5.5 – 6.5
Alasan Amylum memiliki daya desintegrant yang cepat dengan
konsentrasi yang biasa digunakan 3-15%.
2. Uji sudut diam Sudut diam suatu massa tablet yang lebih
dari 50°C memiliki kemampuan mengalir
yang buruk.
B.
No. Evaluasi Sifat Fisik Tablet Ketentuan di literatur
8. KESIMPULAN
A. Formulasi
a. Bahan aktif : Vitamin B1
b. Bahan pengikat : PVP
c. Bahan penghancur : Amylum
d. Bahan pelicin : Mg Stearat
e. Bahan pengisi : Laktosa
B. Metode pembuatan tablet: Granulasi Basah
C. Evaluasi sifat fisik granul: uji waktu alir, uji sudut diam, uji kandungan
lembab, uji kompresibilitas.
D. Evaluasi sifat fisik tablet: keseragaman ukuran, keseragaman bobot, uji
waktu hancur, keseragaman kandungan, kekerasan, uji keregasan
(kerapuhan).
E. Kualifikasi yang dikehendaki: tablet tidak bersalut dengan waktu hancur
lebih kurang dari 15 menit.
9. DAFTAR PUSTAKA
1. Banker, G. S., and Anderson N. R., Lachman L., Lieberman H. A., and
Kanig J. L. Eds. (1986). The Theory and Practice of Industrial Pharmacy 3rd
page 293-343. Philadelphia: Lea and Febiger.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia
Edisi Ketiga . Indonesia: Depkes RI.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
4. Lachman, C. L., Lieberman, H. A., and Kanig J. L. (1994). Teori dan
Praktek Farmasi Industri Edisi II Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi page 160-
161, 713-714. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
5. Lieberman M. A., et. Al. (1989). Pharmaceutical Dosage Forms: Tablet.
Second Edition, Revisied and Expanded, Volume I. New York : Marcel Dekker,
Inc.
6. Prof. Dr. Siregar, C. J. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta:
EGC.
7. Tim Departemen Teknologi dan Formulasi. (2017). Petunjuk Praktikum
Teknologi dan Formulasi Sediaan Padat. Surakarta: Universitas Setia Budi.