Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FITOFARMASETIKA

(Preparasi dan Analisi esktrak Lidah Buaya)

Dosen Pengampu :
Ghani Nurfiana Fadma Sari, M.Farm., Apt

Anggota Kelompok 5:

1. Alfi Rizkiyatus Sa’diyah (22165013A)


2. Bangun Tri Pambudi (22165020A)
3. Feby Diara Fatmawati (22165024A)
4. Nabila Cahya Suci Arimurni (22165029A)
5. Ajeng Putri (22165034A)
6. Shania Citra Zainnabila (23175296A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2019
Preparasi dan Analisis Lidah Buaya

I. TUJUAN
Mampu melakukan preparasi simplisia tanpa pengeringan yaitu dengan proses
pembuatan memerlukan air dan proses khusus.

II. LANDASAN TEORI


Lidah buaya masuk pertama kali ke indonesia sekitar abad ke – 17 tanaman
tersebut dibawa oleh petani keturunan Cina. Tanaman lidah buaya dimanfaatkan
sebagai tanaman hias yang ditanam sembarangan dipekarangan rumah dan digunakan
sebagai kosmetik untuk pentubur rambut (Furnawanthi, 2002).
Terdapat beberapa jenis Aloe yang umum dibudidayakan, yaitu Aloe sorocortin
yang berasal dari Zanzibar, Aloe barbadensis Miller, dan Aloe vulgaris. Namun lidah
buaya yang saat ini dibudidayakan secara konvensional di Indonesia adalah Aloe
barbadensis Miller atau yang memiliki sinonim Aloe vera Linn (Suryowidodo,1998).
Berikut adalah taksonomi dari tanaman Lidah buaya menurut United States
Departement of Agliculture :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Aloaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.
Morfologi dari Lidah buaya (Aloe vera L ) terdiri dari bebrapa bagian, yaitu
daun, batang dan akar. Lidah buaya memiliki batang yang berserat atau berkayu. Pada
umumnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun yang rapat
dan sebagian terbenam dalam tanah (Atherton,1997). Daun lidah buaya berbentuk
tombak dengan helian yang memanjang, berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna
hijau keabuan, dan bagian permukaannya berlapis lilin. Daunnya mengandung air,
getah atau lendir. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya cembung (Atherton,1997).
Lidah buaya mengandung 75 bahan aktif yang sangat potensial meliputi vitamin,
mineral, enzim, gula, anthrakuinon, asam lemak, hormon, flavonoid, tanin dan saponin
(Shelton, 1991). Lidah buaya memiliki beberapa manfaat diataranya sebagai pelembam
dan anti-aging, sebagai antiinfalamasi, perlindungan terhadap radiasi, bertindak untuk
meningkatkan penetrasi dan penyerapan bahan bioaktif lainnya ke dalam jaringan
(Sampath, 2010).

Alkaloid dan Aktivitasnya


Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan
bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkar heterosiklik dengan
nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsur penyusun alkaloid adalah karbon, nitrogen,
hydrogen dan oksigen. Alkaloid yang struktur kimianya tidak mengandung oksigen
hanya ada beberapa, namun adapula alkaloid yang mengandung unsur lain selain yang
diatas. Pada temperature kamar alkaloid biasanya berbentuk padat atau Kristal atau
amorf. Alkaloid yang padat umunya berwarna putih atau tak berwarna, tetapi adapula
yang berwarna kuning, mis Berberina (Sumardjo,D., 2006).Alkaloid padat sukar larut
dalam air, sebaliknya larut dalam pelarut organic umum seperti kloroform, alcohol,
benzene, dan eter. Garam alkaloid mudah larut dalam air tetapi hanya sedikit larut
dalam alkohol. Kebanyakan alkaloid adalah amina tersier dan memiliki satu atau lebih
atom karbon asimetris. Alkaloid banyak digunakan sebagai obat, ada yang pahit dan
sangat toksik bagi tubuh (Sumardjo,D., 2006).
Alkaloid alam yang repenting adalah ergotamine dan ergonovin. Alkaloid yang
aktif adalah alkaloid yang berbentuk levo (L) sementara yang berbentuk dekstro (D)
tidak aktif. Ergotamine disebut alkaloid asam amino karena pada amida nitrogennya
terikat asam amino,dan lebih sukar diserap dibandingkan ergonovin. Ergonovin disebut
alkaloid amin karena pada hidrolisisnya menghasilkan asam lisergat dan amin (
Rahardjo,R., 2004).
Goodman & Gilman membagi alkaloid ergot atas tiga golongan :
1. Alkaloid asam amino, termasuk ergotamine dan ergotoksin.
2. Alkaloid amino terhidrogenasi: dehidroergotamin dan dehidroergotoksin.
Prototipenya adalah dihidroergotamin.
3. Alkaloid amin yang prototipenya adalah ergonovin
Alkaloid ergot mempunyai efek yang berbeda-beda. Efek utamanya adalah stimulasi
otot polos, terutama otot polos pembuluh darah dan uterus serta blockade terhadap saraf
adrenergic perifer.
Glikosida dan Aktivitasnya

Glikosida adalah senyawa yang terdapat dalam tubuhan dan bila dihidrolisis

akan terurai menjadi senyawa gula dan non-gula (senyawa organic lainnya). Dari sudut

kimia gliosida adalah merupakan senyawa yang terbentuk dari senyawa hidroksi dan

gula, dan bila gulanya adalah glukosa maka disebut sebagai “Glukosida” (Hadiati,

2004).

Efek dari glikosida adalah terutama diindikasikan untuk lemah jantung

kongestif dan depresi nodus AV. Tujuan dari pemberian glikosida untuk depresi nodus

AV adalah untuk mengontrol respons ventrikel untuk takikardia supraventrikel

proksimal, flutter atrial atau fibrillation atrial. Gikosida dapat digunakan bersamaan
dengan obat antimalaria kelas I untuk mengontrol takiaritmia atrial kronis karena obat

antimalaria kelas I dapat meningkatkan konduksi implus nodus AV (Rahardjo,R.,

2004).

Efek lain dari pada glikosida adalah pada saluran cerna dapat menyebabkan

mual/muntah dan hilangnya nafsu makan. Pada jantung antara lain ekstrasistol,

fibralation atrial, fibralation ventrikel,( gangguan pembentukan rangsangan dan) serta

terjadi blok AV dan SA.Pada saraf berupa sakit kepala, trigeminal neuralgia,

capai/lemah, disorientasi, afasia, delirium, konvulsi dan halusinasi. Pada indera

penglihatan berupa kromatopsia (buta warna sebagian/ seluruhnya), kabur, diplopia,

dan skotomata (ada daerah buta/ sebagian buta dalam visus). Kromotopsia yang sering

terjadi adalah warna hijau dan kuning (xantopsia) (Rahardjo,R., 2004).

Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti

kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi

dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi

atas empat kelompok yaitu : benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon

isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat fenol serta

mungkin terdapat dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam

bentuk kuinol (Harborne, 1987).

Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon dan keluarga tumbuhan

yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae

(Robinson, 1995). Antrakuinon juga disebut 9,10-dioxo-dihydro-anthracen dengan

rumus C14H8O2 (Harborne, 1987).

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat, dapat menimbulkan

busa jika dikocok dalam air, dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah.Berdasarkan bagian aglikonnya, dikenal dua jenis saponin,

yaitu saponin steroida dan saponin triterpenoida (Robinson, 1995).

Aktivitas Antifungi. Saponin mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi

melawan fungi. Aktivitas fungisida terhadap Trichoderma viride telah digunakan

sebagai metode untuk mengindtifikasikan saponin. Mekanisme kerja saponin sebagai

antifungi berhubungan dengan interaksi saponin dengan sterol membran. Aktivitas

Antivirus. Bebarapa saponin dan sapogenin menunjukan kemampuan menonaktifkan

virus. Sapogenin triterpenoid asam oleanolic menghambat penggandaan virus HIV-1

dengan menghambat avtivitas protase HIV-1. Antioksidan. Reaksi oksidasi

memberikan pengaruh biologi yang merugikan. Kelompok saponin yang dihasilkan

legum, terutama kelompok B soyasaponin, mengandung gugus antioksidan yang

melekat pada atom C23. Residu gula khas ini memmungkinkan saponin untuk

mengacaukan superoksida melalui pembentukan intermediate hidroperoksida, sehingga

mencegah kerusakan biomolekul oleh radikal bebas (Kirk, 1983).

Pengaruh Terhadap Fungsi Sistem Syaraf. Ekstrak ginseng menunjukkan

pengaruh neurotrophic dan neuoprotective. Ginseng mampu meningkatakan

kemampuan belajar dan fungsi kognitif pada tikus yang mengalami kerusakan otak dan

meningkatkan penampilan tikus normal. Pengaruh ini dilakukan melalui penstabilan

membran seperti pengambatan saluran Na+ dan Ca+ (Kirk, 1983).

Tanin

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun,

buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin

digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi

tannin.Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.


Tanin merupakan senyawa phenolic yang mengandung protein. Tanin terdiri atas

bermacam-macam kelompok oligomer dan polimer. Oleh karena itu ada beberapa

kesimpangsiuran tentang terminologi yang digunakan untuk mengidentifikasi ataupun

mengelompokkan senyawa tanin. Salah satu definisi yang paling baik yang diberikan

oleh Horvath (1981), tanin adalah suatu senyawa phenolic dengan berat molekul cukup

tinggi yang mengandung hidroksil dan kelompok lain yang cocok (seperti karboksil)

untuk membentuk komplek yang efektif dengan protein dan makro molekul yang lain

di bawah kondisi lingkungan tertentu yang dipelajari. Tanin merupakan bentuk

komplek dari protein, pati, selulosa dan mineral. Tanin mempunyai struktur dengan

formula empiris C76H52O46 (Robinson, 1995).

Flavonoida

Flavonoid adalah derivat benzo-gamma-piron yang mengandung gugus

hidroksil pada molekulnya dan merupakan pigmen kuning yang terdapat dalam

tumbuhan tinggi. Flavonoida banyak terdapat dalam famili Polygonaceae, Rutaceae,

Leguminosae (sub famili Papilionoideae), Umbiferae, dan Compositae. Flavonoid

terdapat pada semua bagian tumbuhan seperti buah, tepung sari, akar, batang dan daun.

Flavonoid terdapat dalam bentuk bebas maupun terikat sebagai glikosida. Glikosidanya

larut dalam air dan etanol tapi tidak larut dalam pelarut organik, sedangkan geninnya

(aglikon) tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut- pelarut organik misalnya eter,

etil asetat, aseton dan lainnya (Robinson, 1995).

Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat

baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi

struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti-inflamasi, mencegah keropos

tulang, dan sebagai antibiotik. Kuersetin (Quercetin) adalah salah satu zat aktif kelas

flavonoid yang secara biologis amat kuat. Bila vitamin C mempunyai aktivitas
antioksidan 1, maka kuersetin memiliki aktivitas antioksidan 4,7. Kuersetin termasuk

ke dalam kelompok flavonol. Kuersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari

beberapa jenis penyakit degenerative dengan cara mencegah terjadinya proses

peroksidasi lemak. Kuersetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi

dari Low Density Lipoprotein (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan

mengkhelat ion logam transisi.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Praktikum ektraksi  Praktikum identifikasi
1. Pisau 1. Beker
2. Blender 2. Pipet
3. Talenan kayu 3. Timbangan digital
4. Kertas saring 4. Waterbath
5. Kain flannel 5. Botol kaca
6. Loyang stainless 6. Oven
7. Timbangan digital 7. Sperangkat alat gelas
8. Waterbath 8. Tabung reaksi
9. Seperangkat alat gelas 9. Cawan
10. Spatel 10. Palet kayu
11. Gunting 11. Batang pengaduk/spatel
12. Penggaris 12. Label
13. Sendok
14. Blender
Bahan :
 Praktikum ekstraksi
1. Aqua destilata
2. Lidah buaya segar
3. Etanol 96%

 Praktikum Identifikasi 10. Eter


1. FeCl3 11. Kloroform
2. Serbuk magnesium 12. Ammonia pekat
3. HCL pekat 13. P. dragendrof
4. Amil alcohol 14. P. wagner
5. Pereaksi Lieberman- 15. P. hager
buchardad 16. P.silikowolframat
6. HCL 2N 17. Benzene
7. Aqua destilata 18. NaOH 8%
8. Pereaksi mayer 19. Aqua panas
9. Pereksi bauchardad 20. Extract lidah kental lidah
buaya
IV. CARA KERJA
 Preparasi lidah buaya

Membersihkan lidah buaya dengan air mengalir sampai bersih

Memotong lidah buaya menggunakan pisau lalu menguliti lidah buaya dan
diambil dagingnya menggunakan sendok

Mencuci daging lidah buaya sampai getahnya hilang lalu memotong


daging lidah buaya berbentuk kotak – kotak, dan menimbangnya

Menghaluskan daging lidah buaya menggunakan blender selama 10 menit


hingga halus

Menyaring lidah buaya yang sudah halus menggunakan kain falnel

Menguapkan filtrat diatas water bath sampai mengental setelah itu


disimpan didalam kulkas

Extract kental lidah buaya siap di gunakan


 Preparasi extraksi maserasi lidah buaya ( di lakukan kelompok 3)

Menyiapkan semua alat dan bahan

Lidaah buaya di cucui degan air menggalir sampai getah menghilang

Memisaahkan daging lidah buaya dari kulitnya, lalu di potong-potong


sekitar 1cm

Daging lidah buaya di timbang, dan di catat hasilnya(500gram)

Daging lidaah buaya di masukan kedalam botol maserasi

Kemudia dala botol maserasi di tambahkan pelarut etanol 96% dengan


perbandingan 1 : 5 bagian, botol di tutup dan di diamkan selama 24 jam

Seelah 24 jam lalu di saring dan di bilas dengan etanol 96% perbandingan
1:5 bagian. Lalu saring lagi dengan menggunakan kertas flannel dan kertas
saaring

Setelah di saring maeraat ekstrak lidah buaya di evap dengan alat


evaporator selama kurang lebih 2 jam sampai di dapat extract kental

Extrak kental di masukan ke dalam botol bermulut lebar, lalu di uapkan di


atas waterbath sampai kering, kemudian di hitung rendemen yang di dapat.
 Skrining fitokimia

1. Fenolik dan Tanin

Mengambil filtrat sebanyak 5 ml kemudian masukkan kedalam tabung


reaksi

Menambahkan beberapa tetes FeCl3. (+) Fenolik terbentuk warna hijau


sampai hitam, (+) Tanin terbentuk warna biru kehitaman atau hijau
kehitaman

Pada praktikum lidah buaya hasil negative (-) terjadi perubahan yang
kurang signifikan

2. Flavonoid

Mengambil filtrat sebanyak 5 ml kemudian masukkan kedalam tabung


reaksi

Menambahkan serbuk magnesium, HCL pekat, dan amil alkohol. (+) Flavon
terbentuk warna jingga sampai merah, (+) Flavonol terbentuk warna merah
sampai merah tua, (+) Flavanon terbentuk warna merah tua sampai magenta.

Pada praktikum mennjukan hasil (+), terjadi perubaha warna kuning

3. Alkaloid
Mencampur 500 mg serbuk simplisia dengan menambahkan 1 ml HCL 2N
dan 9 ml air lalu panaskan selama 2 menit lalu di dinginkan lalu disaring.

Memasukkan filtrat kedalam 2 tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan


perekasi Meyer 2 tetes dan tabung kedua ditambahkan perekasi Bouchardat
2 tetes. (+) Mayer terbentuk endapan putih atau kuning, (+) Bouchardat
terbentuk endapan coklat sampai hitam.

Hasil praktikum (+)P. Mayer, (+)P.Bouhardadt,(-) P.Dragendrof


4. Glikosida antrakuinon

Mencampur 200 mg sebuk simplisia dengan 1 ml asam sulfat encer lalu


didihkan sebentar kemudian di dinginkan.

Menambahkan 10 ml benzen kemudian dikocok dan diamkan lalu


pisahkan lapisan benzen dan disaring. (+) antrakuinon terbentuk filtrat
berwarna kuning.

Hasil praktikum menujukan (+) terjadi perubahan warna kuning

5. Saponin

Mencampur 0,5 gr serbuk simplisia dengan 10 ml air panas dinginkan


kemudian mengocok kuat – kuat selama 10 detik

Tambahkan 1 tetes HCL 2N (+) saponin jika buih tidak hilang setelah
penambahan HCL 2N

Hasil pngujian tannin (+), karena buih mantab tetap muncul


V. HASIL PERCOBAAN

No. Skrining Fitokimia Hasil


1. Uji Fenolik dan Tanin (-) fenolik
(+) tannin galat
2. Uji Flavonoid (+) berwarna kuning
3. Uji Alkaloid Pendahuluan kaca arloji:
(+) reagen mayer,
(+) reagen Bouchardat
Pengujian 4 golongan
Reagen Mayer (+)
Reagen Buchardat (+)
Reagen Dragendrof (-)
Reagen Asam siliko (-)
4. Glikosida Atrakuinon (+) berwarna kuning
5. Uji Saponin (+) terbentuk buih mantab

 Data Penelitian :
Berat awal gel lidah buaya : 1,056 kg
Pelarut maseraasi : Etanol 96%(di lakukan kelopok 5)
Pelarut sari mekanis(blender) : aqua destilata
Berat extrack kental lidah buaya :56,368 gram
Berat rendemen extrak lidah buaya :5,338%

VI. PEMBAHASAN

Praktikum teknologi fitofarmasetika ketiga adalah ekstraksi simplisia segar


lidah buaya, pada praktikum kali ini terdapat duaa metode kerja yang di gunakan, yaitu
pertama teknik penyaarian secara mekanis dengan bantuan blender, dan kedua teknik
maserasi di mana akan di lakukan oleh kelompok lima. Lidah buaya atau yang biasa di
sebut herba aloe, merupakan tanaman yang sebetulnya merupakan tanaman hias, namun
memiliki potensi sebagai tanaman obat yang dapat di kembangkan menjadi salah satu
sediaan farmasi untuk alteratife pengobatan. Menurut literature lidah buaya memiliki
kandungan senyawa kimia saponin, flavonoid, polyphenol, alkaloid, glikosida, dan
tannin.ektraksi lidah buaya pada kelompok kami menggunakan metode exraksi
mekanis dengan bantuan blender.
Tahap pertama, dilakuka preparasi sediaan. Simplisia segar di bersihkan,
kemudian di kuliti, dan daging lidah buaya yang berbentuk gel di kerok dengan sendok
da di potong kotak-kotak. Daging gel tersebut kemudian di cuci degan air mengalir
sampai getah menghilang dan di timbang sebanyak 1, 056 kg, lalu di lakuka
penghalusan dengan blender, daging lidah buaya di masukan blender dan ditambahkan
air secukupnya di blender selama 10 menit, kemudian di lakukan penyaaringa dengan
kain flannel, sehnga di dapatkan filtrate. Filtrate di uapkaan dalam waterbath sampai
terbentuk ektrak kental, lalu di simpaa ke daalam kulkas
Tahap kedua, adalaah melakukan perhitungn rendemen hasil. Ektrak kental
yang baaru di ambil dari kulkas kuddian di uapkan sebentar diatas waterbath, sampai
bobot konstan, kemdian ddi hitung nilai rendemennya.kelompok kami menggunaakan
bahan awal lidaah buaya dengan bobot 1,056 kg, di dapatkan ekstraak ketal dengan
bobot konstan 56,368 gram, sehingga rendemen yang di dapatkaan adalah 5,338%
Tahap ketiga, adaalah tahap identifikasi. Identifikasi terhadap etract lidah buaya
dengan cara skrining fitokimia yang meliputi uji fenolik ddan tannin; uji flavonoid; uji
alkaloid; uji gliosida antrakuinon; dan uji saponin. Pada sampel ini uji minyak atsiri da
steroid/terpenoid tidak di lakukan, hanya di lakukaan pada sampel sirih, begitu juga uji
karbohidra dan amilum tidak di lakukan, karena sampel tidak sesuai dengan penguiian
tersebut. Point pertama, di lakukan analisa fenolik dan tannin, dimana sampel lidah
buaya di preparasi dulu sebelum di lakukan uji fenolik tannin dan uji flavonoid. 1 gram
sampel lidah buaya di panaskan dalam 100ml aqua destilata ,di didhkan selama 15
menit, kemudia di saring dan di peroleh Filtrat A untuk uji Fenolik-Tanin, dan Uji
Flavanoid.
Point kedua, di lanjutkan dengan uji Fenolik-Tanin, di ambil 5mL Filtrat A di
masukan ke dalam tabung reaksi , di tambahkan FeCl3 sehingga di hasilkan warna hijau
kebiruan, dan lama-lama menjadi kehitaman .dilanjutkan dengan pengujian Flavanoid
dengan uji willstater, Filtrat A di ambil 5ml di masukan dalam tabung reaksi di
tambahakan serbuk magnesium,HCl pekat, dam amil alcohol, kemudian di kocok kuat2
dan di biarkan memisah, terjadi perubahan warna menjadi kuning jingga pada sampel
yang menunjukan adabya senyawa Flavanoid golongan Flavon( karena jingga-merah=
Flavon; merah-merah tua= Flavonol; Merah tua-Magenta=Flavonon).
Point ketiga, melakukan uji alkaloid, di mana di ambil sampel 500mg extrack,
kemudian di tambahkan dengan 1 ml HCl 2N, dan 9ml aqua destilata,dipanaskan dalam
Waterbath selama 2 menit, didinginkan dan di saring dengan kertas saring sehingga di
dapatkan Filtrat B. pindahkan masing-masing 3 tetes Filtrat B pada dua kaca arloji,
kemudian di tambhakan 2 tetes P.Mayer pada kaca arloji pertama, dan 2 tetes
P.Bouchardat pada kaca arloji kedua. Terjadi penggumpalan berwarna putih tulang
pada kaca arloji pertama, dan pada Kaca arloji kedua terjadi terjadi endapan coklat-
hitam. Pada uji pendahuluan menunjukan kemungkinan adanya kandugan alkaloid pada
sampel. Untuk itu di lakukan pemastian dengan 4 pengujian lanjutan, yang memiliki
syarat, minimal positive 2 pengujian untuk menunjukan adanya senyawa alkaloid.
Di lakukan preparasi sampel untuk 4 pengujian lanjutan. sisa Filtrat B di kocok
dengan ECC menggunakan pelarut 3ml ammonia pekat, 10ml campuran (3 eter : 1
kloroform), kemudian di ambil fase organiknya, di tambahkan NaSO4 anhidrate ,di saring
Filtrat B1, kemudian uapkan Filtrat B1 di Waterbath, sampai tinggal sedikit, kemudia
di larutkan dengan HCl 2N, sampel telah di preparasi.
Pertama di lakukan pengujian sampel(filtat B1) di tambahkan dengan asam
siliko wolframat, hasil negative karena tak membentuk garam yang sulit larut ( hasil
positife apabila sampel + as.Siliko Wolframat  membentuk garam sulit larut). Di
lanjutkan yang Kedua, di mana sampel (filtrate B1) di ambil secukupnya kemudian di
tambahkan dengan P.Bouchardat hasil positife karena menunjukan terjadinya endapan
coklat kehitaman di mna hal itu menunjukan adanya senyawa complex bebas.
Pengujian Ketiga adalah sampel di tambahkan dengan P.Mayer hasil positive karena
membentuk suatu senyawa adisi yang tidak larut air yang di tujukan dengan adanya
terjadinya penggumpalan senyawa putih.pengujian. Ke empat di lakukan, sampel di
ambil dan di tambahkan P.Hagner hasul negative karena tidaj terjadi perubahan yang
signifikan pada sampel yang di uji. Dengan data di atas hanya 2 golongan yang positive
yakni pengujian golongan 2 yang di tunjukan raksi olh P.Bouchardat, dan pengujian
golongan 3 yang di tunjukan oleh P.Mayer . jadi dapat di Tarik kesimpulan bahwa
pengujian alkaloid bernilai positive.
Point ke empat, di lanjutkan dengan identifikasi senyawa Glikosida
antrakuinon, di ambil extrack 200mg di campur dengan 5ml H2SO4 encer, didihkan
sebentar lalu dinginkan. Kemudian di tambahkan 10ml Benzen, di kocok, dan diamkan
sampai memisah. Memisahkan lapisan benzene, saring : apabila filtrate berwarna
kuning menunjukan adanya senyawa anrakuinon. Kemudian kocok lapisan benzene
dengan 1-2ml NaOH 8%, diamkan; lapisan air akan berwarna merah intensif, dan
lapisan benzene tidak berwarna menunjukan adanya senyawa Glukosida
antakuinon.pada hasil praktikum Filtrate menunjukan warna kuning yang menunjukan
hasil positive mengandung senyawa Glikosida antrakuinon.
Point kelima, pengujian senyawa saponin, sebanyak 500mg extrack di
tambahkan 10ml air panas, dinginkan dan kemudian di kocok kuat-kuat selama 10 detik;
terbentuk buih mantab selama lebih dari 15 menit, setinggi kurang lebih 1-2cm. di
pastikan dengan penambahan 1 tetes HCl 2N dan tidak adanya reaksi perubahan yang
menunjukan sampel mengandung senyawa Saponin.
Pengujian amilum tidak di lakukan pada sampel lidah buaya, oleh karena itu
pada praktikum tidak di lakukan uji amilum, dan uji karbohidrat.
VII. KESIMPULAN
kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai preparasi-identifikasi sampel lidah
buaya adalah
1. Preparasi sampel lidah buaya menggunakan sampel segar 1,056 kg, di dapatkan
extrak kental 56, 638 gram, dan Rendemen senilai 5,338%
2. Metode penyarian lidah buaya pada kelompok kami adalah dengan metode
mekanis dengan bantuan blender
3. Terdapat metode lain penyarian, yakni teknik penyarian re-maserasi yang di
lakukan oleh kelompok 5, dengan pelarut etanol 96%
4. Identifikasi extract Lidah buaya yang di lakukan di sesusaikan dengan sifat
fisikokimia lidah buaya, sehingga tidak di lakukan analis pada semua parameter.
Hanya di lakukan pengujian Fenolil-Tanin, Uji Flavanoid, Uji Alkaloid, Uji
Glukosida antrakuinon, Uji saponin.
5. Uji Fenolik-Tanin hasi positive terdapat senyawa fenol dan tannin
6. Uji Flavanoid menunjukan hasil positive terdapat senyawa Flavanoid
7. Uji Alkaloid menunjukan hasil postife pad 2 uji pendahuluan, dan 2 hasil
positive pada pengujian lajutan 4 golongan, dapat di katakana positive terdpat
senyawa alkaloid
8. Uji Glikosida antrakuinon menunjukan hasil positive
9. Uji saponin menunjukan hasil positive
10. Praktikum uji amilum ( uji karbohidrtae dan uji amilum), uji kadar air, minyak
atsiri, dan susut pengeringan tidak di lakukan, karena penyesuain sifat fisiko-
kimia sampel
VIII. DAFTAR PUSTKA

Atherton, P. 1997. The esensial Aloe vera : The Actions and the Evidence 2nd Ed.

Sampath kumar. 2010. Aloe vera : a potential herb and its medical importance. Journal
of Chemical and Pharmaceutical Reasearch.

Shelton M. 1991. Aloe vera, its Chemical and Therapeutic Properties. International
Journal Dermatologi 30 : 679 – 83.

Suryowidodo, C.W. 1998. Lidah Buaya (Aloe vera Linn) sebagai bahan baku industri.
Journal Agro-Based Industry. Vol 5 : 66 – 71.
Rostita, (2008). Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya. Bandung :
Penerbit Qanita PT Mizan Pustaka.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : Penerbit ITB.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia : Penuntun Modern Menganalisa Tumbuhan.


Edisi Kedua. Penerjemah : Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung :
Penerbit ITB

Furnawanthi, I., (2010). Khasiat dan Manfaa Lidah Buaya – Si Tanaman Ajaib. Jakarta :
Agromedia
Lampiran

TANIN FLAVANOID

SAPONIN GLIKOSIDA

ALKALOID ( (+) MAYER DAN (+)


BOUCHARDAT)

Anda mungkin juga menyukai