Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI


SEDIAAN STERIL

DOSEN PENGAMPU
Dewi Ekowati, M.Sc., Apt

Oleh
Anisa Putri Permatasari
(23175171A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
TAHUN 2020
LARUTAN MATA
(LARUTAN CUCI MATA ZnSO4)

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu menyusun komponen formula untuk sediaan larutan mata meliputi
sediaan tetes mata dan boorwater secara steril
II. DASAR TEORI
Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat
ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril
apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk
vegetatip walaupun bentuk nonvegetatip (spora). Sterilisasi adalah proses yang dirancang
untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak
yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.
Tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus
serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau
terluka. Obat mata digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal, dan
yang lain untuk merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah berlangsungnya
penetrasi bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat disekitar mata.Pada umumnya
bersifat isotonis dan isohidris.
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan
larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam toksisitas obat, nilai isotoositas,
kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet dan kemasan yang tepat. Larutan cuci
mata atau dikenal sebagai kolorium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, disaring
hingga jernih, dimasukkan dalam wadah tertutupdan disterilkan. Alat dan wadah yang
digunakan harus bersih dan steril.
Air mata normal memiliki pH kurang lebih 7,4 dan mempunyaikapasitas dapar
tertentu. Penggunaan obat mata merangsang pengeluaranair mata dan penetralan cepat
setiap perubahan pH tertentu. Secara ideallarutan obat mempunyai pH dan isotonisitas yang
sama dengan air mata.Hal ini tidak selalu dapat dilakukan, karena pada pH>7,4 banyak obat
yangtidak cukup larut dalam air. Selain itu banyak obat yang secara khemistidak stabil pada
pH mendekati 7,4. ketidakstabilan ini lebih nyata padasuhu tinggi yaitu pada saat sterilisasi
dengan pemanasan.

III. ALAT DAN BAHAN


 ALAT
o Beaker gelas
o Erlenmeyer 100 ml
o Gelas ukur 100 ml
o Bunsen
o Beaker Glass
o Kaki tiga dan kasa
o Timbangan digital.
o Kertas saring
o Alumunium foil
o Kertas perkamen
o Spatel

 BAHAN
o Zink Sulfat
o Asam Borat
o Aquadest

IV. PENIMBANGAN BAHAN


 Formula Tetes Mata Atropin Sulfat
R/ ZnSO4 0,1
Asam Borat 0,5
Aquadest ad 100 ml

 Penambahan NaCl

0,52 – (b 1c 1+b 2 c 2)
B=
b3
Keterangan :
B = jumlah penambaha NaCl
c1 = konsentrasi ZnSO₄
c2 = konsentrasi asam borat
c3 = konsentrasi NaCl
b1 = Ptb ZnSO₄
b2 = Ptb asam borat
b3 = konsentrasi NaCl
Ptb ZnSO4 0,086 C1 0,1 gram/100ml 0,3 gram/300ml
Ptb Asam Borat 0,288 C2 0,5 gram/100ml 1,5 gram/300ml
Ptb NaCl 0,576 C3 0,637 gram/100ml 1,911 gram/300ml

0,52 – ( 0,086 x 0,1+0,288 x 0,5)


B=
0,576
0,3674
B=
0,576
B = 0,637 gram/100ml
NaCl dalam 300 ml = 300/100 x 0,637 = 1,911 gram /300ml
 Penimbangan bahan +10 %
Bahan Perhitungan Jumlah (gram)
ZnSO4 0,3 x (110/100) 0,33
Asam Borat 1,5 x (110/100) 1,65
NaCl 1,911 x (110/100) 2,1021
Aquadest ad 330 ml ad 330 ml

V. CARA KERJA

Membuat aquadest steril, kemudian didinginkan

Sterilkan botol kaca dan tutup botol

Timbang semua bahan

Larutkan asam borat dengan aquadest steril panas dalam


Erlenmeyer

Setelah dingin tambahkan ZnZO4, kemudian larutkan

Kemudian tambahkan NaCl aduk sampai larut dan homogen

Tambahkan aquadest steril ad 330 ml.

Saring dengan kertas saring steril. Saringan pertama


disisihkan (± 0,5 ml ) lalu buang, saringan kedua ditampung
ke dalam botol yang sudah dikalibrasi dan steril.

Sterilkan obat dengan sterilisasi basah.

 Sterilisasi alat
Sterilisasi alat dilakukan dengan metode panas basah menggunakan autoclaf.
Metode ini dipilih karena alat yang akan digunakan tahan terhadap suhu yang tinggi
(tahan panas).

Alat-alat yang akan disterilisasi dicuci hingga bersih dan


dikeringkan.
Alat dibungkus menggunakan aluminium foil.

Alat yang telah dibungkus dimasukkan dan ditata ke dalam


keranjang autoklaf

Autoklaf ditutup dan disetting waktu dan temperaturnya


yaitu 121°C selama 20 menit.

Setelah 20 menit dibuka buangan gas sampai bunyi


yang ada didalam autoklaf tidak terdengar lagi dan
ditunggu sampai suhu mencapai 70°C.

Setelah mencapai 70°C dibuka kunci autoklaf dengan


menggesernya ke kanan. Lalu keranjang yang ada didalam
autoklaf dikeluarkan dari chamber.

Alat yang telah disetrilisasi dimasukkan ke dalam box


isolator steril. Lalu dimasukkan ke dalam lemari
penyimpanan steril untuk selanjutnya dapat digunakan.

 Sterilisasi larutan cuci mata ZnSO4


Metode sterilisasi sediaan larutan cuci mata ZnSO4 dilakukan dengan metode panas
basah menggunakan autoclaf. Pemilihan metode ini karena dilihat dari stabilitas
panas, sediaan obat tetes mata yang mengandung Atropin sulfat sebagai zat aktif
akan meleleh pada suhu 190°C dengan dekomposisi setelah pengeringan suhu 135°C
jadi sediaan ini tahan terhadap suhu tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi
dengan metode panas basah menggunakan autoclaf.

Evaluasi Sediaan
1. Uji organoleptis

Mengamati bentuk, warna, bau

2. Uji pH

Menguji pH larutan dengan alat pH meter

3. Pengamatan partikel asing

Sediaan diamati dibawah lampu dengan latar belakang putih


untuk melihat adanya partikel asing hitam dan menggunakan
latar belakang hitam untuk mekihat adanya partikel asing
berwarna putih
4. Uji kebocoran kemasan

Sediaan dimasukkan ke dalam larutan berwarna, dan diamati


apakah ada cairan berarna yang masuk ke dalam kemasan

VI. HASIL PERCOBAAN


a. Hasil Pengamatan Organoleptis
Pemeriksaan Tetes Mata Atropin Sulfat
Homgenitas Homogen
Warna Jernih
Konsistensi Cairan encer
Bau Tidak berbau

b. Uji pH
Pemeriksaan pH Larutan ZnSO4
pH 9,0

c. Partikel Asing
Partikel Tetes Mata Atropin Sulfat
Warna Putih Tidak Ada
Warna Gelap Tidak Ada

d. Hasil Uji Kebocoran Kemasan


Pemeriksaan Tetes Mata Atropin Sulfat
Uji Kebocoran Ada warna yang masuk dalam kemasan
VII. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan menguasai pembuatan larutan mata
yaitu cuci mata secara steril. Bahan yang digunakan sebagai larutan cuci mata adalah ZnSO 4
dan asam borat. Pelarut yang digunakan adalah Aquades. Pada pembuatan larutan mata
syaratnya harus isotonis agar di terima tanpa rasa nyeri maupun perih dimata, sehingga
tidak menyebabkan keluarnya air mata yang mengakibatkan zat aktif obat tersebut hilang
karena ikut keluar, maka perlu ditambah zat pengisotonis seperti Natrium Klorida karena
termasuk larutan garam yang mempunyai kelarutan tinggi yang bersifat isotonis.
ZnSO4 dan asam borat bersifat mudah larut dalam air. ZnSO4 berfungsi sebagai
adstringen sedang asam borat berkhasiat sebagai antibakteri dan fungistatik sehingga dapat
mengatasi mata bengkak,berair dan mata merah.
Syarat sediaan parenteral untuk mata adalah jernih, isohidris, steril, bebas partikel asing,
dan isotonis. NaCl ditambahkan pada larutan cuci mata untuk mengatur isotonisitas sediaan
supaya sama dengan mata sehingga tidak menimbulkan rasa sakit saat digunakan. Dalam
penimbangan bahan ditambah 10% untuk mengantisipasi kekurangan bahan karena proses
pembuatan.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau. Didapatkan hasil
larutan cuci mata ZnSO4 bersifat homogen, cairan encer, warna jernih dan tidak berbau. Dari
hasil ini menandakan kondisi tetes mata atropin sulfat baik.
Kejernihan larutan dapat dilihat dengan kertas hitam dan kertas putih, sebelumnya
larutan cuci mata dimasukkan ke dalam beaker glass yang dilewatkan pada kertas hitam
atau putih. Jika partikel lebih gelap, maka menggunakan kertas putih agar partikeldapat
terlihat. Jika partikel lebih terang, maka menggunakankertas hitam. Setelah wadah
dilewatkan pada kertas hitam dan putih, tidak ada partikel yang terlihat dengan
menggunakan kertas hitam sedangkan menggunakan kertas putih tidak ada partikel
asing didalamnya . Hasil larutan tetes mata yang dibuat ketika dilewatkan pada kertas putih
tidak terdapat partikel berwarna hitam, sedangkan ketika dilewatkan pada kertas hitam tidak
terdapat partikel berwarna putih. Hasil dari evaluasi pada praktikum ini dapat dinyatakan
bahwa larutan cuci mata ZnSO4 yang dibuat memenuhi syarat yaitu bebas dari pirogen.
Pada uji pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter, dan didapatkan hasil 9,0.
Dimana larutan cuci mata selain seharusnya diberi pendapar agar pH stabil dimana pH mata
normal adalah 7,4. Isohidris artinya pH sediaan sama dengan mata atau berada pada range
yang ditentukan dimana masih aman dan nyaman jika digunakan. Jangkauan pH isohidris
adalah 6,8 – 7,4. Sedaangkan pH yang kami dapat dari larutan yang kami buat adalah 9,0 ,
artinya tidak bisa diterima. Hal ini dapat terjadi karenaterdapat beberapa kemungkinan
human eror atau pada saat penimbangan yang tidak tepat, atau karena pada
saatmenggunakan alat tidak di setarakan ataudibersihkan sebelum digunakan.
Pada uji kebocoran, terdapat warna yang masuk dalam kemasan larutan cuci mata
ZnSO4. Hal ini menandakan bahwa terdapat kebocoran pada kemasan yang mengakibatkan
zat asing masuk. Disebutkan bahwa pada literatur, tidak boleh ada kebocoran pada tetes
mata. Pada praktikum kali ini terdapat kemungkinan bahwa pada kemasan tidak tertutup
rapat. Maka untuk uji kebocoran ini, larutan cuci mata ZnSO 4 sulfat tidak memenuhi
kriteria.

VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum ini telah memenuhi tujuan yaitu membuat dan merancang larutan cuci
mata ZnSO4. Pada uji pH yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur yaitu pH terlalu
tinggi 9,0 tidak masuk range pH yang aman untuk mata sehingga tidak memenuhi kriteria
evaluasi sediaan mata. Pada uji kebocoran yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yaitu
terjadinyakebocoran pada kemasan, sehingga tidak memenuhi kriteria evaluasi sediaan tetes
mata.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995.Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Ansel, H.C., 1989.Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, Ed ke 4. Penerbit UI. Jakarta.
Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai