Fase terdispersi
Medium pendispersi
Medium
pendispersi Fase Pengemulsi
(fase luar/ terdispersi (emulsifier/ EMULSI
fase (fase dalam) emulgator)
kontinyu)
Emulsi
Topikal
Parenteral Oral Topikal
Keuntungan Kekurangan
Multiple emulsion
Mikroemulsi
• Sustem emulsi yang stabil, isotropik dan transparan
• Ukuran partikel bervariasi
Nanoemulsi
• Sistem emulsi dengan ukuran droplet yang relatif lebih
kecil (<200 nm) dibandingkan dengan emulsi
konvensional (≥200 nm)
• Nanoemulsi juga bersifat tidak stabil secara
termodinamik, akan tetapi lebih stabil secara kinetika
• Berwarna transparan jika dilewatkan cahaya
3 Prinsip Formulasi Emulsi
Aspek-aspek Pertimbangan dalam Formulasi Sediaan Emulsi
Jenis dan
Viskositas konsentrasi
emulsifier
Tipe emulsi
• Pemilihan tipe emulsi (o/w, w/o, atau multiple) tergantung pada tujuan penggunaan
dan rute pemberian
• Emulsi O/W dapat digunakan sebagai pembawa obat yang bersifat lipofil untuk
meningkatkan bioavailabilitas dan efikasinya. Contoh: emulsi O/W Griseofulvin
absorpsinya melalui GIT meningkat dibandingkan bentuk suspensi, tablet, atau
kapsul
Rute pemberian
• Emulsi yang ditujukan untuk pemberian oral, pertimbangan utamanya adalah pH
dan kekuatan ionik cairan dalam lambung variabel tersebut dapat
mendestabilkan emulsi, yaitu pengaruhnya terhadap emulsifier
• Emulsi O/W untuk intravena (untuk obat lipofilik dengan kelarutan air yang buruk
seperti vitamin K—injeksi Phytonadion USP), vitamin A (Vitlipid N)
• Emulsi W/O untuk intramuskular atau subkutan dimana diperlukan pelepasan obat
yang diperlama
Jumlah fase internal
• Yang menentukan tipe emulsi yang dihasilkan adalah: volume fase internal dan
sifat kimia lapisan tipis yang terbentuk pada permukaan droplet.
• Komposisi kimia – surfaktan maupun polimer hidrofil – pada permukaan droplet
akan menentukan tipe emulsi yang terbentuk.
• Volume fase internal maksimum 74%. Dan ini pun tergantung pada ukuran
droplet yang dihasilkan saat proses pengadukan. Pada umumnya fase internal
50% dari fase eksternalnya. Semakin banyak fase internal maka kemungkinan
untuk terjadi koalisi (coalescence juga semakin tinggi).
Type of oil
Fixed oil cod liver oil, arachis oil
Mineral oil liquid paraffin
Volatile oil cinnamon oil, peppermint oil.
4 Eksipien yang Umum Digunakan
(1) Emulgator
(3) Pengawet
(4) Antioksidan
(6) Pewarna
(1) Emulgator (Emulsifying agent)
Emulsifier digunakan untuk membentuk emulsi (emulsifikasi) dan untuk
menstabilkan emulsi selama penyimpanan.
Surfaktan (surface active agent): Penggunaannya dalam bentuk sediaan emulsi
terbatas karena bersifat toksik (hemolitik), iritan terhadap kulit dan membran
mukosa pada saluran pencernaan. Secara umum surfaktan kation adalah yang
paling toksik dan iritan dibandingkan surfaktan non-ionik.
Jenis Emulsifier
(3) Partikel padat
(1) Surfaktan (2) Bahan Alami
halus
• - Anionik • Disebut juga koloid • Contoh: bentonite
- Kationik hidrofil
- Non ionik • Contoh: akasia
- Amfolitik
(1) SURFAKTAN
Surfaktan anionik Bermuatan negatif jika berada dalam larutan berair
• Contoh:
Sodium Oleat CH3(CH2)=CH(CH2)7COO-Na+
Sodium Lauril Sulfate CH3(CH2)11SO4-Na+
Golongan polisakarida
• Akasia, tragakan, agar, pektin, alginat
Golongan protein
• Gelatin, kasein
Semisintetik
• Berasal dari selulosa methylcellulose dan sodium
carboxymethylcellulose
(3) EMULSIFIER PARTIKEL PADAT HALUS
Contoh partikel padat halus:
Bentonite
magnesium aluminum silicate
colloidal silicone dioxide
aluminum hydroxide
magnesium hydroxide
carbon black
(2) Peningkat viskositas (Viscosity enhancer)
Viskositas dapat meningkatkan stabilitas fisik emulsi
dengan menurunkan laju sedimentasi (rate of
creaming)
Contoh viscosity enhancer adalah CMC, MC,
Polivinil pirolidon dan gula perhatikan
inkompatibilitas antara beberapa pengental dengan
elektrolit (dapar)
kerapatan
diameter medium kerapatan partikel
partikel terdispersi
konstanta
gravitasi
Laju creaming
viskositas medium
(3) Pengawet (Preservative)
Pengawet digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, yeast, mould, dan
fungi terutama untuk emulsi O/W Jumlah pengawet dalam fase air mencukupi
Harus mempertimbangkan pH
Contoh pengawet: asam/natrium benzoat, paraben
(4) Antioksidan
1) Mineral spirits
30% x RHLB 14 = 4,2
2) Cotton seed oil
50% x RHLB 6 = 3
3) Chlorinated paraffin
20% x RHLB 14 = 2,8
Total RHLB = 10
Berapa HLB minyak yang dibutuhkan?
Hitung jumlah emulgator yang diperlukan untuk membuat 250 g emulsi dari formula sebelumnya?
10,23
Tween 60 14,9 5,93 5,93
X 12,5 g = 7 g
+ 10,6
10,6
Berapa nilai HLB emulgator yang ditambahkan dalam formula tersebut?
6 Teknik Pembuatan Emulsi
Terbentuknya emulsi (tipe Untuk mengatakan bahwa suatu emulsi terbentuk atau tidak
emulsi yang dikehendaki dilihat dari ada tidaknya pembentukan droplet ukuran
dengan ukuran droplet yang droplet emulsi dipengaruhi oleh kekuatan/energi selama
sesuai) proses pengadukan
Tahapan proses
dalam pembuatan
emulsi
Menstabilkan dispersi
droplet yang sudah
terbentuk
Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya ukuran droplet
Emulsifier yang digunakan
Alat
Kecepatan penambahan
Volume setiap fase (perbandingan
volume fase air dan minyak)
Suhu saat proses pengadukan
Alat
Untuk menghasilkan emulsi (droplet fase internal) dibutuhkan energi yang
dihasilkan dari proses pengadukan, menggunakan berbagai macam alat:
Hand mixer Colloids mill
Stirrer Homogenizer
Propeller mixer Ultrasonicator
Static mixer
Suhu dan Laju Pendinginan
Jika surfaktan dimasukkan dalam salah satu fase
sebelum proses emulsifikasi (i.e pengadukan) saat
dicampurkan dengan fase lain molekul surfaktan akan
bermigrasi ke fase tersebut
Oleh karena itulah, suhu dan laju pendinginan saat
proses emulsifikasi penting karena faktor ini akan
memberikan kesempatan molekul surfaktan untuk
menempatkan diri di antara dua fase
Jika saat proses emulsifikasi suhu terlalu rendah atau
suhu turun terlalu cepat, surfaktan akan lebih
terkonsentrasi pada salah satu fase sehingga tidak
dapat bermigrasi ke fase lain tegangan antar muka
dua fase tidak teratasi
Urutan Penambahan
Urutan penambahan selama proses pengadukan dan kecepatan penambahan satu fase ke
fase yang lainnya juga akan mempengaruhi terbentuknya droplet emulsi, terutama untuk
emulsi yang perbandingan fase air dan minyaknya mendekati 1:1
Distribusi Ukuran Droplet
Untuk memastikan apakah droplet itu akan terdispersi homogen atau tidak
Metode
Pengemulsi
Surfaktan
alami
Berapa jumlah gum dan air yang dibutuhkan untuk membuat emulsi primer
jika volume sediaan adalah 100 ml dan terdiri dari 20% fixed oil?
Type of oil Oil Water Gum
Fixed oil cod liver oil, arachis oil 4 2 1
R/ Fixed oil 20 ml
Fase air 10 ml
Gum 5 gram
2)English atau wet gum method
Proporsi minyak:air:gum sama dengan metode continental atau dry
gum method yang membedakan adalah urutan pencampurannya
Jika
Gum
Minyak campuran
dilarutkan
ditambahkan terlalu kaku,
dalam air atau Lanjutkan
sedikit demi dapat Tambahkan
dibuat pengadukan
sedikit sambil ditambahkan dengan bahan
musilago hingga
terus air sebelum lain
menggunakan homogen
dilakukan semua
air sebanyak
pengadukan minyak
2x bobot gum
dicampur
Contoh Formula Emulsi Oral
Formula ini dibuat menggunakan metode dry gum method (4:2:1)
Campur surfaktan
Tambahkan fase
terdispersi ke dalam
medium pendispersi
Ketidakstabilan
kimia Ketidakstabilan
fisik
konstanta
gravitasi
laju creaming
viskositas medium
Cracking/Breaking & Phase Inversion Cari solusi untuk mengatasi
permasalahan yang ada
JENIS EVALUASI
Berdasarkan waktu Berdasarkan sifat Berdasarkan
pelaksanaan pengujian persyaratan
• In process control • Destruktif • Persyaratan
(IPC) • Non dekstruktif farmakope
• Evaluasi akhir • Persyaratan
(finished product) industri
Solid
Raw Production
Dosage
Material Process
Form
• Menambahkan zat warna (metilen blue atau sudan III) ke dalam emulsi. Kemudian
dilakukan pengecekkan menggunakan mikroskop
Dye Test • + metilen blue: tipe o/w jika area diluar globul berwarna biru
• + sudan III: tipe w/o jika globul berwarna merah
• Menggunakan sepasang elektroda yang terhubung dengan lampu dan sumber listrik
Conductivity dalam emulsi
Test • Tipe emulsi o/w: apabila lampu pada elektroda menyala
• Tipe emulsi w/o: apabila lampu pada elektroda mati
8) Uji Stabilitas Emulsi
• Prinsip: Stabilitas sediaan emulsi dilakukan dengan beberapa cara, antara lain (1) sentrifugasi,
(2) freeze and thaw
• Tujuan: Mengetahui kestabilan emulsi dalam kondisi penyimpanan