Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ROHASI ISLAM

KONSEP KETUHANAN

SEMESTER GANJIL

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1A FARMASI 2022
Milhan Aulia Putri 185070507111009
Intaha Irsani 225070500111001
Laily Amaliya 225070500111004
Zukhruf Alem Efendi 225070500111005

PROGRAM STUDI
SARJANA FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TA 2022/2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
BAB 1 3
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
BAB 2 6
PEMBAHASAN 6
2.1 Konsepsi Ketuhanan Kepercayaan dan Agama Lain 6
2.1.1 Konsep Ketuhanan Kepercayaan Romawi 6
2.1.2 Konsep Ketuhanan Kepercayaan Samawi 7
2.1.3 Konsep Ketuhanan Orang Arab Jahiliyah 8
2.2 Ulasan Tentang Konsepsi Kepercayaan Lain 8
2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam 9
BAB 3 12
PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
tugas rohani Islam yang berjudul ‘ Konsep Ketuhanan’ dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 5 September 2022


Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan alam semesta yang ada sekarang ini tidak ada dengan begitu saja tanpa ada
yang menciptakan. Semua umat manusia mempercayai adanya Tuhan sebagai pencipta yang
sekaligus mengatur alam semesta ini, karena ini merupakan sebuah fitrah yang dimiliki setiap
manusia. Jika kita menengok sejarah, banyak sekali konsep ketuhanan menurut kepercayaan
manusia, diantaranya seperti orang-orang Romawi, Yunani, Yahudi atau Samawi, dan orang-
orang Arab.
Konsep ketuhanan yang dipercaya orang Romawi misalnya, memiliki kesamaan dengan
konsep ketuhanan orang Yunani dan Hindu yang meyakini adanya dewa-dewa. Mereka
menganut paham politeisme, yaitu berkeyakinan bahwa Tuhan berjumlah banyak, dimana
setiap urusan manusia memiliki Tuhannya masing-masing, seperti Tuhan atau Dewa
Kecantikan, Dewa Peperangan, Dewa Pengetahuan, dan sebagainya. Mereka juga meyakini
bahwa diantara dewa-dewa tersebut, terdapat salah satu dewa tertinggi. Masyarakat Mesir
misalnya, mereka meyakini adanya Dewa Iziz, Dewi Oziris, dan yang tertinggi adalah Ra’ atau
Dewa Matahari (Syihab, 1996).
Keyakinan tentang adanya Maha Penguasa ini juga dimiliki oleh masyarakat Arab
sebelum Nabi Muhammad SAW diutus. Meski mereka memiliki keyakinan bahwa pencipta langit
dan bumi adalah Allah, namun mereka memiliki anggapan yang keliru mengenai Allah,
diantaranya ialah mereka menganggap bahwa Allah memiliki anak. Selain itu, mereka juga
menyekutukan Allah dengan hal lain, misalnya mereka menyembah berhala-berhala dan
menganggapnya sebagai perantara mereka dengan Allah.
Konsep-konsep ketuhanan tersebut penting untuk diketahui dan dipelajari. Hal ini
dikarenakan dalam mempelajari dan mengetahui suatu kebenaran, diperlukan pengetahuan
mengenai kebathilan. Manusia tidak akan tau cahaya jika tidak ada kegelapan, manusia juga
tidak akan mengetahui bagaimana nikmatnya sehat jika belum merasakan sakit, begitu pula
dalam hal ilmu pengetahuan, manusia tidak akan tahu kebenarannya jika tidak mengetahui
kesalahan.
Agama Islam, melalui kitab suci Al-Qur’an datang dengan membawa ajaran tauhid untuk
meluruskan dan membenarkan keyakinan manusia sebelumnya yang salah. Sebagaimana tujuan
diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dimana Al-Qur’an mengarahkan kita
kepada tujuan hidup yang benar dan mampu membebaskan diri dari kegelapan menuju terang
benderang (Saifullah, 2005).
Makalah ini kami susun untuk menjelaskan sedikit mengenai konsep ketuhanan dasar
agar pembaca dapat memahami dengan baik konsep ketuhanan yang ada di Al -Qur’an. Selain
itu, kami juga akan membahas sedikit mengenai konsep ketuhanan dari beberapa kepercayaan
agar pembaca dapat mengetahui dengan jelas perbedaan antara konsep ketuhanan yang salah
dan konsep ketuhanan yang sesuai dengan Al-Qur’an.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep ketuhanan dari berbagai kepercayaan seperti pada bangsa Romawi,
Yahudi, dan Arab Jahiliyah?
2. Bagaimana analisis atau ulasan terhadap konsep ketuhanan dalam kepercayaan selain Islam
jika dilihat dari sisi pengetahuan dan kerasionalan?
3. Bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam?

1.3 Tujuan
1. Untuk memberi pengetahuan dan wawasan mengenai konsep ketuhanan dari berbagai
kepercayaan.
2. Untuk memberi ulasan terhadap konsep ketuhanan dalam berbagai kepercayaan selain
Islam.
3. Untuk memberi pengetahuan dan penjelasan yang lebih mendalam mengenai konsep
ketuhanan dalam Islam.
BAB 2
PEMBAHASAN

Agama atau kepercayaan merupakan suatu system kepercayaan yang dianut oleh
manusia. Ini merupakan salah satu sifat alamiah manusia dan pastinya akan selalu ada bahkan
sejak zaman islam belum ada. Terdapat banyak sekali konsep agama atau kepercayaan yang
dipercaya dan dianut oleh manusia sesuai masanya, dan kali ini kita akan mengulas sedikit
tentang beberapa kepercayaan yang dianut dan dipercaya oleh para masyarakat pada
zamannya.

2.1 Konsepsi Ketuhanan Kepercayaan dan Agama Lain

2.1.1 Konsep Ketuhanan Kepercayaan Romawi


Konsep agama romawi kurang lebih sama seperti Yunani yaitu berhubungan dengan
dewa-dewa. Mereka menjadikan setiap tuhan sebagai manifestasi kehidupan dan wujud yang
memiliki kekuatan diluar alam pikiran normal. Oleh karena itu mereka memiliki konsep bahwa
tuhan tidak hanya satu akan tetapi ada berbagai macam dan terdapat pembagian tugas untuk
masing-masing tuhan atau dewa, seperti ada dewa untuk kesehatan, pengetahuan, cinta, bahkan
sampai dewa yang mengurus persoalan anak yang datang kesekolah.
Mereka juga memiliki kepercayaan bahwa adanya satu raja atau satu sosok yang
menjadi pemimpin dari para tuhan tadi, yaitu tuhan Yupiter atau zeus dalam kepercayaan
Yunani. Yupiter sendiri digambarkan dengan sifat yang sangat mirip dengan sifat manusia. Hal
ini dapat terjadi karena konsep tuhan mereka tergantung oleh pemikiran mereka sendiri.
Dikisahkan bahwa Yupiter pernah marah kepada atlatios(dewa pengobatan) karena mengobati
seseorang. Pernah marah juga pada Prometheus yaitu dewa pengetahuan dan kerajinan karena
mengajari manusia membuat api dan pengetahuan karena hal itu dapat membuat manusia
dapat melawan mereka. Akibat hal tersebut akhirnya prometheus dihukum dengan cara diikat
digunung terpencil dan dibiarkan agar hatinya dimakan oleh burung-burung yang ganas saat
siang dan saat malam hatinya akan kembali utuh, dan siangnya akan kembali dimakan oleh
burung burung ganas lagi. Itu merupakan siksaan yang diberikan oleh yupiter kepada
Prometheus.
Yupiter juga digambarkan sebagai dewa yang suka main perempuan sedangkan istrinya
atau dewa uro sangat pencemburu. Dan masih banyak lagi konsep-konsep aneh dan tidak
masuk akal yang dimiliki kepercayaan romawi.
2.1.2 Konsep Ketuhanan Kepercayaan Samawi
Konsep agama samawi berawal dari tauhid, akan tetapi kemudian bergabung dengan
filsafat dan berbagai macam pemikiran orang. Dan salah satu bagian dari kepercayaan tersebut
adalah konsep agama yahudi. Dan kali ini kita alan membahas konsep agama yahudi. Agama
yahudi pertama kali menyongsong konsep tauhid karena dasar dari agama tersebut adalah
dakwah nabi Ibrahim, nabi Ya’kub,dan nabi Musa. Hal ini dinyatakan dalam surah al-baqarah
ayat 130-133.
Pada masa nabi Musa mulai ada penyimpangan-penyimpangan, hal ini yang dinamakan
samiri (dijelaskan dalam taha ayat 88). Dan mereka juga pernah dengan terang-terangan
meminta nabi Musa untuk membuat patung yang dapat disembah (dijelaskan dalam al-a’araf
ayat 138). Dan dalam keyakinan mereka, mereka mempercayai bahwa allah memiliki anak yang
Bernama uzzay. Mereka juga mensifati Allah dengan sifat pelit (dalam al maidah ayat 64) dan
miskin (dalam ali Imran 181). Dan mereka mempercayai bahwa tuhan hanya akan menghisab
amal perbuatan bangsa mereka dan tidak kepada bangsa atau agama lain. Hal ini menyebabkan
mereka sangat berbuat baik dan jujur kepada sesamanya dan melakukan kecurangan atau
kelicikan kepada yang bukan bangsanya.
Menurut kitab mereka sendiri, Allah digambarkan sebagai tuhan yang jahil karena tidak
mengetahui keberadaan Adam. Juga digambarkan bahwa Allah itu berjalan, bahkan ada juga
kepercayaan yang mengatakan alasan Adam diusir adalah karena Allah khawatir saat Adam
memakan pohon kehidupan maka Adam akan menjadi kekal. Dan juga dikatakan bahwa Allah
itu sedih dan menyesal telah menciptakan manusia. Dijelaskan dalam kitab genesis mereka
bahwa Allah takut akan keberadaan manusia yang berkelompok sehingga Allah mencerai-
beraikan mereka dengan membuat berbagai macam Bahasa.
Dalam kitab Samuel II dijelaskan bahwa allah menyesal telah berbuat buruk karena
menghukum bani Israel dan mencegah malaikat membinasakan mereka. Mereka juga
menggambarkan bahwa tuhan perlu membaca, belajar, dan bermain-main dijelaskan dalam
kitab Talmut. Dalam kitab tersebut dijelaskan suatu konsep bahwa 1 hari terdapat 12 jam dan
pada 3 jam pertama Allah duduk dan membaca syariat, dan pada 3 jam berikutnya ia
memerintah, 3 jam berikutnya Allah memberi makan alam, dan 3 jam terakhir Allah duduk dan
bermain dengan ikan paus yang merupakan raja dari para ikan. Ada juga konsep yang lebih
mengerikan lagi yaitu digambarkan bawa allah duduk dan mempelajari kitab talmut Bersama
dengan malaikat dan azmudiyyah yaitu raja para setan. Ada juga kisah yang menceritakan Allah
tidak lagi mau menari bersama dengan hawa karena hawa mengikat rambutnya. Juga
digambarkan allah melakukan kesalahan dan ingin menebus dosa tersebut dengan melakukan
kurban. Karena banyaknya konsep yang aneh dan melenceng yang ada, akhirnya kita dapat
memahami mengapa Allah sangat murka kepada kaum yahudi.
2.1.3 Konsep Ketuhanan Orang Arab Jahiliyah
Kepercayaan orang arab Jahiliyyah yaitu mereka mempercayai adanya tuhan yang maha
esa tetapi juga mempercayai bahwa adanya keberadaan tuhan tuhan yang lain. Karena Awal
mula agama orang arab merupakan agama tauhid yang dibawakan oleh nabi Ibrahim. Awal
perubahan yang terjadi kira-kira 400 tahun sebelum nabi diutus. Nama yang mengubah adalah
Amr bi Amir bin luay. Mengapa ajaran ini dapat menyebar? Itu karena posisi yang dimiliki Amr
bin luay cukup tinngi saat itu dan merupakan pemimpin bani khuazaah.Dia juga sering memberi
makan dan memberi pakaian pada orang-orang yang membuatnya semakin dipercaya oleh
masyarakat. Amr juga dikatakan bawa dialah yang mengajak orang-orang untuk menyembah al-
Latta. Dan juga akhirnya ajaran terebut berkembang dan menyebar dengan luas.
Tidak hanya menyembah latta tetapi juga pada batu atau berhal-berhala yang lain.
Bahkan lama kelamaan mereka juga menyembah tanah yang dilumuri oleh susu. Dalam al
aqidah fillah berhala berhala yang utama bagi meraka ialah Manat, Uzza, Latta, Hubay, dan
Naqilah. Dan akhirnya pada saat itu hamper semua orang menyembah berhala-berhala tersebut,
kecuali 4 orang yaitu waraqah bin Naufal yang beragama Nasrani, kemudian ada Ubaidullah
ibnu jaiz yang awalnya beragama islam saat rasul ada akan tetapi kemudian murtad saat hijrah
ke habasyah, Usman bin al-khuwairi yang beragama nasrani, dan yang terakhir adalah Zaid bin
amr yang beragama islam.

2.2 Ulasan Tentang Konsepsi Kepercayaan Lain


2.2.1 Sisi pengetahuan
Sumber ketuhanan yang mereka dapatkan didapatkan melalui sumber yang tidak benar.
Misalnya pada konsep religious serta keakidahan romawi meraka dapatkan melalu tafsiran para
manusia yang ada pada saat itu, terutama manusia dengan kedudukan besar sepert para konsul,
kaisar serta pempimpin agama yang ada pada saat itu. Karena itulah meraka tafsirkan sifat-sifat
tuhan yang sesuai dengan keadaan akhlak yang ada pada zaman tersebut. Pun juga mereka
tidak mampu menjelaskan sumber sumber objektif pada klaim ketuhanan tersebut yang pada
umumnya didasarkan pada omangan orang lain dan tradisi serta budaya keluhuran nenek
mereka yang tentunya saja akan dipenuhi dengan kesalahan penafisran dan diubah-ubah sesuai
kebutuhan yang mereka perlukan.

2.2.2 Sisi rasional


Penafsiran sifat ketuhanan dan segala kemahaesaaan tuhan dalam agama romawi,
Nasrani serta arab jahiliyyah merupakan penafsiran yang dipenuhi ketidakrasionalan. Konsep
agam romawi yang menyakini bahwa tuhan terdiri dari beberapa dewa ataupun deities yang
memiliki sifat sifat buruk dan tercela adalah yang tidak rasional. Bagaimanakah dunia ini akan
tercipta dalam penum harmoni serta keteraturan bila para tuhan tersebut saling membenci,
menipu serta mengkhianati satu sama lainnya. Bagaimanakah dunia ini bisa terjega secara
teratur bila tuhan-tuhan tersebu tak lain hanyalah sekerumpulan orang-orang tercela yang
sekedar takdir diberikan kemampuan luar biasa. Konsep ketuhana dalam yahudi serta arab
jahiliyyah juga jauh lebih tersesat daripada konsep agama romawi karena mereka
mengabungkan kebeneran dan kedustaan, mereka meyakini bahwa Allah swt masih memiliki
sifat sifat yang tercela seperti senang bertari,bernyanyi bermain-main, tidak memiliki
kemampuan serta didak memiliki kemahatahuan hingga bahkan meyakini bahwa tuhan
memiliki istri serta anak.

2.3 Konsep Ketuhanan dalam Islam


Dalam konsep Islam, Tuhan dinamakan Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang
Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan
Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal
dan Maha Kuasa (tauhid). Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep
ketuhanan yang berdasar Al-Quran dan hadis secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga
banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat
spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Dalam Al-Quran konsep ketuhanan pada umumnya menekankan pada tiga hal berikut yakni:
A. Allah Maha Esa
Keesaan Allah atau Tauḥīd adalah mempercayai serta mengimani dengan sepenuh hati
bahwa Allah itu Esa dan satu (wāḥid). Al-Qur'an menegaskan keberadaan kebenaran-Nya yang
tunggal dan mutlak yang melebihi alam semesta sebagai Zat yang tidak tampak dan satu yang
tidak diciptakan oleh siapapun.
Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim. Menyamakan Tuhan dengan ciptaan-
ciptaan-Nya adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni oleh Allah swt seperti yang
disebutkan dalam Al-Quran Umat Muslim percaya bahwa keseluruhan ajaran Islam bersandar
pada prinsip Tauhid yaitu percaya "Allah itu Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya." Bahkan tauhid
merupakan kosep teoretis yang harus dilaksanakan karena merupakan syarat mutlak setiap
Muslim.
B. Sifat Allah
Al-Qur'an merujuk sifat Tuhan ada pada asma'ul husna sesuai pada QS. Al-A'raf 7:180,
Al-Isra' 17:110, Ta Ha 20:8, Al-Hasyr 59:24. Sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk
mengimani segala sifat-sifat Allah swt, baik segala sifat kemahakuasaan-Nya, sifat wajib yang
dimiliki-Nya dan sifat mustahil yang tak akan mungkin dimiliki-Nya. Salah satu sifat wajib yang
dimiliki-Nya adalahh Allah Maha Tahu. Al-Quran menjelaskan Allah Maha Tahu atas segala
sesuatu yang terjadi di alam semesta, termasuk hal pribadi dan perasaan, dan menjelaskan
bahwa tidak ada sesuatu yang dapat sembunyi dari-Nya:
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran
dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu
kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di
bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu,
melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (Yunus 10:61)

C. Pembagian Tauhid
Pembagian tauhid pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah,
dan asma’ wa shifat. Pembagian ini terkumpul dalam firman Allah dalam Al Qur’an:
َ ُ‫طبِ أر ِل ِعبَادَتِ ِه َهلأ ت َ أعل َ ُم لَه‬
‫سمِ يّا‬ َ ‫ص‬ ِ ‫ت َو أاْل َ أر‬
‫ض َو َما بَ أينَ ُه َما فَا أعب ُ أدهُ َوا أ‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬
َّ ‫َربُّ ال‬
“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara
keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah
kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam: 65).

1. ِ ‫ت َو أاْل َ أر‬
Dalam firman-Nya (‫ض‬ ِ ‫اوا‬ َّ ‫( ) َربُّ ال‬Rabb (yang menguasai) langit dan bumi)
َ ‫س َم‬
merupakan penetapan tauhid rububiyah.
2. َ ‫ص‬
Dalam firman-Nya (‫ط ِب أر ِل ِعبَادَتِ ِه‬ ‫( )فَا أعبُ أدهُ َوا أ‬maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam
beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan tauhid uluhiyah.
3. َ ُ‫( ) َهلأ ت َ أعل َ ُم لَه‬Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama
Dan dalam firman-Nya (‫سمِ يّا‬
dengan Dia?) merupakan penetapan tauhid asma’ wa shifat.

Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:


1. Tauhid rububiyah.
Maknanya adalah mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan
pengurusan. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah:
َ‫اركَ هللاُ َربُّ أالعَالَمِ ين‬
َ َ ‫أَالَلَهُ أالخ أَل ُق َواأْل َ أم ُر تَب‬
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (Al- A’raf: 54).

2. Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah.


Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatanya kepada Allah dan disebut tauhid
ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba). Adapun maksudnya ialah
pengesaan Allah dalam ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak
diibadahi. Allah Ta’ala berfirman:
‫ذَلِكَ بِأ َ َّن هللاَ ه َُو أال َح ُّق َوأ َ َّن َماي َ أدعُونَ مِ ن دُونِ ِه أالبَاطِ ُل‬
”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang
mereka seru selain Allah adalah batil” (Luqman: 30).
3. Tauhid asma’ wa shifat.
Maksudnya adalah pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-nama dan sifat-
sifat yang menjadi milik-Nya. Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan penafian.
Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia
tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan
sesuatu yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dalam menetapkan sifat
bagi Allah tidak boleh melakukan ta’thil, tahrif, tamtsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan
Allah dalam firman-Nya:
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ َ‫أس َكمِ ثأ ِل ِه ش أَي ٌء َوه َُو السَّمِ ي ُع الب‬
َ ‫لَي‬
”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (Asy-Syuura: 11) (Lihat Al-Qaulul Mufiiid I/7-10).
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ketika kita memahami konsep ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an, banyak hal yang harus
kita kaji dan pahami mengenai konsep ketuhanan di masa pra Islam. Hal tersebut bertujuan
untuk mengetahui perbedaan antara konsep ketuhanan dalam Islam dengan konsep ketuhanan
lainnya. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, konsep ketuhanan orang Romawi yang juga
mewakili konsep ketuhanan orang Yunani dan agama Hindu sangatlah menyimpang dari konsep
ketuhanan dalam Islam, dimana mereka meyakini bahwa tuhan berjumlah banyak. Selain itu,
terdapat juga penyimpangan pada konsep ketuhanan orang Samawi atau Yahudi dalam cara
mereka mensifati Allah SWT, serta penyimpangan pada konsep ketuhanan orang Arab sebelum
diutusnya Nabi Muhammad SAW, dimana mereka menyekutukan Allah SWT.
Jika diulas, sebenarnya konsep-konsep ketuhanan tersebut tidak dapat diterima dari sisi
pengetahuan maupun dari sisi rasionalitas. Dimana jika dilihat dari sisi pengetahuan, konsep
ketuhanan selain Islam diambil dari sumber yang tidak bisa dipercaya karena mereka hanya
menggunakan pemikiran mereka semata, bukan dari sumber terpercaya, sedangkan Islam
memiliki konsep ketuhanan yang bersumber langsung dari wahyu Allah SWT. Selain itu, dari sisi
rasionalitas, konsep ketuhanan selain Islam sangatlah tidak masuk akal karena menggambarkan
Tuhan yang mirip dengan makhluk.
Berbeda sekali dengan konsep ketuhanan dalam Islam yang sudah ditata sedemikian
rupa sehingga memiliki dasar-dasar dan nilai-nilai yang masuk akal serta sudah dijelaskan dan
dibagi dalam 3 jenis tauhid, yaitu tauhid rububiyyah, tauhid asma wa sifat, dan tauhid
uluhiyyah.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah, ada baiknya jika isi dan pembahasan dapat dijelaskan dengan
sebaik-baiknya dan diambil dari sumber yang valid atau terpercaya. Selain itu, dalam
mengambil materi, lebih disarankan untuk mengambilnya dari beberapa sumber valid untuk
memperluas wawasan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa, Allah Annemarie Schimmel,The Tao
of Islam: A Sourcebook on Gender Relationships in Islamic, SUNY Press, p.206
Mohamad Saifullah. Fiqih Islam Lengkap,; Pedoman Hukum Ibadah Umat Islam dengan
Berbagai Permasalahannya.(Surabaya: Terbit Terang, 2005). 25
M. Quraisy Syihab. Wawasan Al-Quran: Tafsir Tematik Atas Perbagai Persoalan Umat.
(Bandung: Mizan, 1996). 18

Anda mungkin juga menyukai