Anda di halaman 1dari 19

JURNAL PRAKTIKUM

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID


SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

Modul : Emulsi Parafin Fenolftalein


Kelompok : 01
Kelas : Farmasi A
Tanggal Praktikum : 11 Maret 2021
Dosen Pembimbing : apt. Oktavia Rahayu Adianingsih, S.Farm., M.Biomed.
Nama Mahasiswa : Annis Rahma Kusuma Wardani (185070500111025)
Muhammad Zainur Hapif (185070500111026)
Imrok’atul Mufidah (185070501111016)
Milhan Aulia Putri (185070507111009)
Faizal Amin (185070507111015)
Nabilah Azzarah (195070500111003)
Intan Khaerunnisa (195070500111005)
Dhelyna Deafta (195070500111007)

A. Deskripsi Sifat Fisika dan Kimia Zat Aktif


Paraffinum Liquidium
1. Deskripsi Zat Aktif :
Sinonim : delphinidin chloride, delphinidin, delphinidine, delphinidol, ephdine, delfinidol
chloride, unii-em6md4aehe, ccris 2518, em6md4aehe, 3,5,7- trihydroxy-2-3,4,5-
trihydroxyphenyl benzopyrylium chloride
Nama IUPAC : 2-(3,4,5-trihydroxyphenyl)chromenylium-3,5,7-triol;chloride.
BM : 338,69 g/mol
Rumus kimia : C15H11ClO7
Struktur kimia :

(Pubchem, 2014)
2. Pemerian :
Cairan minyak, tidak berwarna transparan, tidak berasa dan tidak berbau. (FI III, 1979)
3. Data Kelarutan :
Tidak larut dalam air, larut dalam benzene, kloroform eter, karbon disulfide, dan petroleum
eter.Dapat bercampur dengan Sebagian besar minyak (fixed oil). (FI III, 1979)

4. Data stabilitas :
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

Mudah mengalami oksidasi saat terkena panas dan cahaya. Oksidasi dimulai dengan
pembentukan peroksida, menunjukkan adanya 'periode induksi'. Di bawah kondisi
penyimpanan normal, periode induksi dapat memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Namun, jika peroksida terbentuk, oksidasi lebih lanjut bersifat autocatalytic dan hasil
sangat cepat. Oksidasi menghasilkan pembentukan aldehida dan asam organik, yang memberi
rasa dan bau. Stabilisator yang sesuai dapat ditambahkan untuk memperlambat oksidasi,
hydroxyanisole butylated, hydroxytoluene butylated, dan alpha tocopherol menjadi antioksidan
yang paling umum digunakan (Rowe, dkk., 2009).
5. Keasaman/ Kebasaan :
Memenuhi syarat yang tertera pada Paraffinum Solidum. (FI III, 1979)
6. Wadah dan Penyimpanan :
Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, kering dan sejuk. (FI III, 1979)
7. Kegunaan :
Digunakan sebagai Laxative (Pencahar)
8. Inkompatibilitas :
Ketidakcampuran dengan zat pengoksida lain yang kuat. (Pubchem, 2014).

Phenolpthalein
1. Deskripsi Zat Aktif :
Nama IUPAC : 3,3-bis(4-hydroxyphenyl)-2-benzofuran-1-one
Rumus kimia : C20H14O4
BM : 318,3 g/mol
Struktur kimia :

(Pubchem, 2014)
2. Pemerian :
Bubuk kristal halus, putih kekuningan, tidak berbau (FI VI, 2020).
3. Data Kelarutan :
Tidak larut dalam air, benzene, dan petroleum eter.Sukar larut dalam etil eter, kloroform, dan
toluene.Sangat larut dalam etanol, aseton, dan pirena (FI VI, 2020).
4. Data Stabilitas :
Stabil dalam wadah dan penyimpanan terlindung cahaya (FI VI, 2020)

5. Keasaman/Kebasaan :
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

Membentuk larutan tidak berwarna dalam suasana asam dan alkali lemah dan memberikan
warna merah dalam larutan alkali kuat (trayek pH 0,83 sampai 10,0) (FI III, 1979)
6. Wadah dan Penyimpanan :
Wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya (FI VI, 2020).
7. Kegunaan :
Zat Aktif Acid-Base (Laxative / Pencahar)
8. Inkompatibilitas :
Ketidakcampuran dengan zat pengoksida lain yang kuat (Pubchem,2014).

B. Uraian Farmakologi dan Indikasi Produk Jadi

Paraffin Liquidum adalah campuran cairan hidrokarbon yang diperoleh dari minyak bumi.
Setelah meminum obat tinja ini melunak disebabkan kurangnya reabsorpsi air dari tinja. Paraffin
Liquidum tidak dicerna didalam usus dan hanya sedikit diabsorpsi. Yang diabsorpsi ditemukan pada
limfa nodus mesenteric, hati dan limfa. Kebiasaan menggunakan Paraffin Liquid akan mengganggu
absorpsi zat larut lemak, misalnya absorpsi karoten menurun 50%, absorpsi vitamin A dan vitamin D
juga akan menurun. Absorpsi vitamin K menurun dengan akibat hipoprotrombinemia dan juga
dilaporkan terjadinya pneumonia lipid. Obat ini menyebabkan pruritus ani, menyulitkan penyembuhan
pasca bedah daerah anorektal dan menyebabkan pendarahan. Jadi untuk penggunaan kronik jelas obat
ini tidak aman. Paraffin Liquid tidak dicerna dalam saluran lambung-usus dan hanya bekerja sebagai
zat pelicin bagi isi usus dan tinja. Gunanya untuk melunakkan tinja, terutama setelah pembedahan
rectal atau pada penyakit wasir (Farmakologi dan Terapi ed.5 hal. 530).
Paraffin Liquidum termasuk salah satu jenis pencahar emolien. Indikasi dari paraffin liquida
adalah Kondisi konstipasi / susah buang air besar yang memerlukan perbaikan peristaltis usus, pelicin
jalannya tinja, penambahan volume tinja secara sistematis sehingga tinja mudah dikeluarkan (Tjay
ed.7, 2015)

● Dosis :

- Dewasa : 2 sendok takar sebanyak 1 kali/hari

- Anak-anak (6-12 tahun) : 1 sendok takar sebanyak 1 kali/hari

● Aturan pakai : Dikonsumsi menjelang tidur

C. Deskripsi Bentuk Sediaan/Produk Jadi


1. Definisi Bentuk Sediaan
Emulsi merupakan sistem dua fase, dimana salah satu komponen cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat berupa minyak dalam air
maupun air dalam minyak. Komponen minyak yang terdispersi dalam fase air merupakan jenis
emulsi minyak dalam air, sedangkan komponen air yang terdispersi dalam fase minyak
merupakan jenis emulsi air dalam minyak. Emulsi memiliki fase terdispersi yang umumnya
berukuran 0,1-100 μm. Untuk mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil menjadi
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah, sediaan emulsi
ditambahkan emulsifying agent (FI VI, hal. 47)
Semua emulsi membutuhkan antimikroba karena adanya fase air yang berpotensi
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Penambahan pengawet juga sangat penting,
khususnya dalam sediaan emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah
terjadi. Kontaminasi bakteri dapat menguraikan bahan pengemulsi nonionik dan anionik,
gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan GOM. Akan tetapi,
kontaminan berupa jamur dan ragi (FI VI, hal. 48)

2. Rute Pemberian, Indikasi, dan Kontraindikasi


Emulsi Phenolphthalein, Paraffin Liquidum, dan Gliserin diberikan secara peroral, dan
diindikasikan untuk konstipasi atau sembelit. Emulsi phenolphthalein-paraffin liquidum
bekerja sebagai pencahar, dengan cara melunakkan dan melumasi tinja, serta meningkatkan
motilitas usus, sehingga pergerakan tinja melalui usus menjadi lebih mudah dan pengeluaran
feses menjadi lebih cepat. Emulsi ini mengurangi rasa sakit ketika buang air besar pada kasus
terjadinya kondisi yang mempengaruhi anus, seperti wasir atau fisura anus. Kontraindikasi
sediaan antara lain hipersensitivitas phenolphthalein, anak di bawah 3 tahun, ibu hamil dan
menyusui, serta penderita mual, muntah, atau sakit perut persisten.

3. Aturan Pakai
Diminum menjelang tidur, bila perlu. Hindari penggunaan jangka panjang

4. Golongan Obat dan Penandaan pada Kemasan

Berdasarkan PIONAS 2021, emulsi Phenolphtalein-Paraffin Liquidum tergolong dalam


golongan obat bebas terbatas, sehingga, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 2380/A/SK/VI/83, perlu diberikan tanda khusus berupa lingkaran berwarna biru
dengan diameter minimal 1 cm.

5. Volume setiap kemasan


Setiap kemasan mengandung 100ml emulsi Phenolphtalein-Paraffin Liquidum

6. Bentuk dan Bahan Kemasan


Bentuk kemasan botol, dengan bahan kemasan kaca gelap.

7. Cara Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya matahari
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

D. Desain Formulasi
D.1. Spesifikasi Produk
Parameter Spesifikasi
Organoleptik Warna : Putih
Bau : Vanillin
Rasa : Vanillin
Berat jenis 0,838 at 250C g/mL
pH 5,4 - 6,2
Viskositas 110-230 mPas (110-230 cP) at 200C
Tipe Emulsi Oil in Water

D.2 Desain Formulasi


D.2.1 Rencana Komponen Formula
Material Rentang Konsentrasi yang Fungsi Bahan
Konsentrasi digunakan
Phenolphthalein 300 mg 300 mg Zat Aktif

Paraffinum liquidum 50 mL 50 mL Zat Aktif (Fase


Internal)

Gliserin 5-15 % 10 % Viscosity Enhancer

Gummi Arabicum 10 – 20 % 12,5 % Emulsifying agent

Saccharinum Natricum 0,075 - 0,6 0,5 % Pemanis

Acidi Benzoici Solutio : 0,01-0,1 % 0,06 % Pengawet &


Asam Benzoat 5 g Antimikrobial
Propilen glikol 75 mL
Air ad 100 mL

Vanillinum 0,01-0,02 0,02 % Perasa

Aqua destillata q.s ad 100 mL Pelarut (Fase


Eksternal)

Rasionalisasi Formula

Paraffin liquidum dan Phenolphthalein digunakan sebagai zat aktif yang memiliki efek sebagai
laksative yang berguna mengobati konstipasi yang bekerja dengan cara melunakkan dan melumasi
tinja, serta meningkatkan motilitas usus, sehingga pergerakan tinja melalui usus menjadi lebih
mudah dan pengeluaran feses menjadi lebih cepat.Paraffin digunakan sebagai fase minyak pada
sediaan cair.Gliserin digunakan sebagai viscosity enhancer.Gummi Arabicum digunakan sebagai
emulsifying agent karena gom arab dapat menstabilkan emulsi tipe oil in water.Saccaharinum
natricum digunakan sebagai pemanis untuk menutupi rasa pahit dari bahan obat yang
digunakan.Acidi Benzoici Solutio digunakan sebagai pengawet untuk menghindari partumbuhan
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

mikroba pada sediaan.Asam benzoate dijadikan solution karena asam benzoat tidak larut dalam
air sehingga ditambahkan propilen glikol terlebih dahulu untuk meningkatkan kelarutan dari asam
benzoat.Vanillinum dipilih sebagai pewarna,perasa, dan bau karena dapat menutupi aroma dari
zat aktif.Aqua destillata digunakan sebagai pelarut.

D.2.2 Preformulasi Eksipien

Nama Eksipien: Gummi Arabicum

Sinonim : Acaciae gummi; acacia gum; arabic gum; E414; gum acacia; gummi africanum; gum
arabic; gummi arabicum; gummi mimosae; talha gum.

Pemerian : Serbuk; putih atau putih kekuningan; tidak berbau.

Kelarutan : Larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian
tanaman, dalam jumlah sangat sedikit dan memberikan cairan seperti musilago, tidak berwarna
atau kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap lakmus biru; praktis
tidak larut dalam etanol dan eter.

Fungsi : Emulsifying agent; stabilizing agent; suspending agent; tablet binder; viscosity-
increasing agent

Konsentrasi : Emulsifying agent 10–20, Pastille base 10–30, Suspending agent 5–10, Tablet
binder 1–5.

Stabilitas : Larutan berair dapat mengalami degradasi bakteri atau enzimatik tetapi dapat
diawetkan dengan terlebih dahulu mendidihkan larutan untuk waktu yang singkat untuk
menonaktifkan setiap enzim yang ada; iradiasi microwave juga bisa digunakan. Larutan berair
juga dapat diawetkan dengan penambahan pengawet antimikroba seperti asam benzoat 0,1% b /
v, natrium benzoat 0,1% b / v, atau campuran 0,17% b / v methylparaben dan 0,03%
propilparaben. Akasia bubuk harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan
kering.

Inkompatibilitas : Akasia tidak cocok dengan sejumlah zat termasuk di dalamnya midopyrine,
apomorphine, cresol, ethanol (95%), garam besi, morfin, fenol, physostigmine, tanin, timol, dan
vanilin.

Nama Eksipien: Vanillinum


Sinonim : 4-Hydroxy-m-anisaldehyde, p-hydroxy-m-methoxybenzaldehyde, 3-methoxy-4-
hydroxybenzaldehyde, methylprotocatechuic aldehyde, Rhovanil, vanillic aldehyde, vanillinum
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum, putih hingga agak kuning , rasa dan bau khas

Kelarutan : sukar larut dalamair, larut dalam air panasa, mudah larut dalam etanol (95%), dalam
eter, dan daam larutan alkali hidroksida, larut dalam gliserol
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

Fungsi : perasa (Korigen)

Konsentrasi : vanilin digunakan dalam tablet, larutan (0,01-0,02% b/v), sirup, dan bubuk untuk
menutupi rasa tidak enak dan karakteristik bau dari formulasi tertentu, seperti tablet kafein dan
tablet poliazida. Vanillin juga telah diselidiki sebagai fotostabilizer dalam injeksi furosemide 1%
b/v, injeksi haloperidol 0,5% b/v, dan injeksi thiothixene 0,2% b/ v

Stabilitas : Vanillin teroksidasi perlahan-lahan di udara lembab dan dipengaruhi oleh cahaya.
Larutan alkali juga terurai dengan cepat untuk menghasilkan larutan berwarna coklat. Namun,
larutan yang stabil untuk beberapa bulan dapat diproduksi dengan menambahkan natrium
metabisulfit 0,2% b/v sebagai antioksidan. Bahan curah harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan aseton, membentuk senyawa berwarna cerah. Senyawa
yang praktis tidak larut dalam etanol dibentuk dengan gliserin

Nama Eksipien: Gliserin


Sinonim : Croderol; E422; glicerol; glycerine; glycerolum; Glycon G-100; Kemstrene; Optim;
Pricerine; 1,2,3-propanetriol; trihydroxypropane glycerol.

Pemerian : cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat,
higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa
hablur berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 derajat.

Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) ; praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak.

Khasiat : zat tambahan

Rumus Molekul : C3H8O3.

Berat Molekul : 92,09

Titik Beku : -1,60 C.

Khasiat : Pelarut.

Konsentrasi : <50%.

Berat Jenis : Tidak kurang dari 1,249. 1,2620 g/cm3 pada suhu 250 C.

OTT : Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida,
potasium klorat atau potasium permanganat. Adanya kontaminan besi bisa menggelapkan warna
dari campuran yang terdiri dari fenol, salisilat dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

borat, asam gliseroborat yang merupakan asam yang lebih kuat dari asam borat.

Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan pemanasan yang bisa
menghasilkan akrolein yang beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol 95 % dan propilena
glikol secara kimiawi stabil. Gliserin bisa mengkristal jika disimpan pada suhu rendah yang perlu
dihangatkan sampai suhu 200 C untuk mencairkannya.

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.

Dalam larutan oral, gliserin digunakan sebagai pelarut, pemanis, pengawet antimikroba, dan agen
peningkat viskositas. Campuran dari gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol
bersifat stabil secara kimiawi. Dalam larutan encer, reaksi berlangsung lebih lambat dan terjadi
pembentukan beberapa produk oksidasi.

Nama Eksipien: Saccharinum Natricum


Sinonim : 1,2-Benzisothiazolin-3-one 1,1-dioxide, sodium salt; Crystallose; E954; gendorf 450;
saccharinum natricum; sodium o-benzosulfimide; soluble gluside; soluble saccharin; sucaryl
sodium.
Rumus molekul : C7H4NNaO3S
Pemerian : Hablur, putih tidak berbau atau agak aromatik, sangat manis
Kegunaan : Pemanis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tempat penyimpanan kering.

Nama Eksipien: Asam Benzoat


Sinonim: acidum benzoicum, benzenecarboxylic acid, benzeneformic acid, carboxybenzene,
dracylic acid, E210, phenylcarboxylic acid, phenylformic acid

Pemerian: Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, dan tidak berbau

Kelarutan: larut dlam kurang lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol
(95%) P, dalam 8 bagian kloroform P, dan dalam 3 bagian eter P

Fungsi: Pengawet, antiseptikum, antijamur

Konsentrasi yang dibutuhkan: injeksi IM and IV (0.17 %), larutan oral (0.01–0.1), suspension
oral (0.1%), syrup oral ( 0.15%), topical (0.1–0.2%), vaginal preparations (0.1–0.2%)

Stabilitas: larutan asam benzoat dalam air dapat disterilkan dengan cara autoklaf atau dengan
penyaringan. Larutan asam benzoat berair 0,1% b/v telah dilaporkan stabil selama minimal 8
minggu bila disimpan dalam botol polivinil klorida pada suhu kamar

Inkompatibilitas: dapat mengalami reaksi khas asam organik, misalnya dengan alkali atau
logam berat. Aktivitas pengawet dapat dikurangi dengan interaksi dengan kaolin
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

Nama Eksipien: Propilen Glikol


Sinonim : 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl ethyleneglycol; methyl
glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum.
Pemerian : bening, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau, cair, dengan rasa manis, agak
tajam yang menyerupai gliserin.
Kelarutan: dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air; larut pada
1 dalam 6 bagian eter; tidak tercampur dengan minyak mineral ringan atau minyak tetap, tetapi
akan melarutkan sebagian minyak esensial.
Densitas : 1.038 g/cm3 at 20⁰C
Stabilitas : Propilen glikol stabil secara kimiawi jika dicampur dengan etanol (95%), gliserin,
atau air. Propilen glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan di tempat tertutup wadah,
terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
Kegunaan : pelarut dan pengawet

Nama Eksipien: Air

Sinonim : Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

Kegunaan : Pelarut dan Pembawa

Kelarutan : Dapat bercampur dengan sebagian besar pelarut polar.

Nama Eksipien: Aqua destillata

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

Kegunaan : Pelarut

Densitas : 1 g/cm3.

D.2.3 Formula dan Perhitungan


Material Jumlah Per Unit (5 mL) Jumlah Per Kemasan (100 mL)

Phenolphthalein 15 mg 300 mg

Paraffin liquidum 2,5 mL 50 mL

Gummi Arabicum 625 mg 12,5 g

Saccharinum Natricum 250 mg 0,5 g


JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

Acidi Benzoici Solutio 0,003 mL 0,06 mL

Vanillinum 1 mg 20 mg

Aqua destillata ad 5 mL ad 100 mL

Gliserin 500 mg 10 g

D.2.4 Penimbangan
Material Jumlah Per Kemasan (100 mL) Jumlah Per Batch (10 botol)
Phenolphthalein 300 mg 3000 mg

Paraffin liquidum 50 mL 500 mL

Gummi Arabicum 12,5 g 125 g

Saccharinum Natricum 0,5 g 5g

Acidi Benzoici Solutio : 0,06 mL 0,6 mL


Asam Benzoat 5 g
Propilen Glikol 75 mL
Air ad 100 mL

Vanillinum 20 mg 200 mg

Aqua destillata ad 100 mL ad 1000 mL

Gliserin 10 g 100 g

D.3 Persiapan Peralatan


D.3.1 Alat
Nama Alat Ukuran/volume Jumlah
Beaker glass 1000 mL 1
Gelas Ukur 1000 ml 1
Botol Wadah 100 mL 10
Overhead stirrer - 1
Timbangan Analitik - 1
Penangas Air - 1
pH meter - 1
Viscometer - 1
Picnometer - 1
Homogenizer - 1
Pipet Volume 2 mL 1
Pipet Volume 0,5 mL 1
D.3.2 Bahan
Nama Bahan Fungsi Jumlah
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

Phenolphthalein Zat Aktif 3000 mg

Paraffin liquidum Zat Aktif (Fase Internal) 500 mL

Gummi Arabicum Emulsifying agent 125 g

Saccharinum Natricum Pemanis 5g

Acidi Benzoici Solutio : Pengawet 0,6 mL


Asam benzoat
Propilen glikol
Water

Vanillinum Perasa 200 mg

Aqua destillata Pelarut ad 1000 mL

Gliserin Viscosity Enhancer 100 g

D.3.3 Kemasan
Kemasan Produk Jadi Deskripsi Bahan Jumlah
Botol Sirup Kaca gelap 10
Kardus Sirup Kertas Karton 10

Kemasan Primer
Ukuran sebenarnya: 5 x 20 cm

Kemasan Sekunder
Ukuran sebenarnya: 5 x 5 x 12 cm
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

D.4 Prosedur Pembuatan


D.4.1 Prosedur pembuatan
Prosedur Parameter Kritis Spesifikasi Metode IPC
1. Alat dan bahan disiapkan, alat Ketersediaan alat - -
dicuci bersih lalu dikeringkan. bahan.
2. Bahan yang dibutuhkan ditimbang  Alat timbang - -
sesuai kebutuhan dan diberi tanda  Alat ukur
menggunakan label.
 Phenolphthalein 3000 mg
 Paraffin Liquidum 500 mL
 Gummi Arabicum 125 g
 Saccharinum Natricum 5 g
 Acidi Benzoici Solutio :
 Asam Benzoat 5 g
 Propilen Glikol 75 mL
 Air ad 100 mL
 Vanillinum 200 mg
 Aqua Destillata ad 1000 mL
 Gliserin 5 g
3. Beaker glass 1000 mL dan botol  Alat ukur - -
kemasan dikalibrasi dengan gelas  Status kalibrasi
ukur dan diberi tanda batas
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

menggunakan label.
4. Bahan yang larut air dipisahkan Data kelarutan - -
dengan bahan yang larut minyak. bahan.
Pembuatan Larutan Asam Benzoat : -
5. Asam Benzoat 5 g dimasukkan ke  RPM  Kecepatan
dalam beaker glass dan dilarutkan sedang dan
dengan propilen glikol 75 mL konstan
6. Larutan asam benzoat dan propilen  Waktu  ad homogen
glikol yang sudah homogen dalam
beaker glass ditambahkan dengan
air ad 100 mL
Pembuatan Fase Luar : -
7. Bahan yang larut air, seperti gummi  RPM  Kecepatan
arabicum, saccharinum natricum, sedang dan
larutan asam benzoate, dan gliserin konstan
dimasukkan ke dalam beaker glass  Waktu  ad homogen
dan dilarutkan dengan aquades
Pembuatan Fase Dalam : -
8. Bahan yang tidak larut dalam air  RPM  Kecepatan
seperti phenolphthalein, dan sedang dan
vanillum dimasukkan dalam beaker konstan
glass dan dilarutkan dalam paraffin  Waktu  ad homogen
liquidum
9. Kedua fase yang sudah tercampur  Suhu  Kurang lebih -
homogen dipanaskan menggunakan 5 ˚C
penangas air dengan suhu yang  Waktu  ad suhu 5 ˚C
dikontrol secara ketat menggunakan
termometer
Pembuatan Emulsi :
10. Setelah kedua fase mencapai suhu  Suhu  Kurang lebih
yang sama, fase minyak 5 ˚C
ditambahkan ke dalam fase air  RPM  Kecepatan
sedikit demi sedikit tinggi
11. Saat pencampuran, kedua fase harus  Waktu  ad larutan
berada pada suhu yang sama dan keruh
diaduk dengan kecepatan konstan
12. Setelah terbentuk emulsi, produk  Warna larutan  Keruh
dimasukkan ke dalam botol
kemasan dan diberi etiket
Rasionalisasi Prosedur

Emulsi terdiri dari dua fase cair yang berbeda, sehingga dalam proses pembuatannya, bahan-
bahan yang digunakan harus dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut yang sesuai dengan kelarutan
bahan tersebut, untuk kemudian dicampur menjadi satu dengan bantuan emulgator. Sebelum
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

dilakukan pencampuran, kedua fase dipanaskan terlebih dahulu untuk mencapai energi kinetik.
Kemudian, saat proses pencampuran, suhu dari kedua fase harus sama agar proses pembentukan
emulsi terjadi secara optimal dan tidak terjadi pengendapan. Setelah kedua fase dicampur, larutan
harus diaduk terus menerus agar tidak terjadi pengendapan. Pengadukan tidak perlu dilakukan
terlalu kencang dan cepat, cukup diaduk dengan sedang namun konstan dan tidak terlalu lama. Saat
larutan berubah warna menjadi keruh, hentikan pengadukan karena hal tersebut menunjukkan
bahwa emulsi sudah terbentuk. Apabila diaduk terlalu lama, maka struktur polimer akan rusak dan
menyebabkan viskositas menurun secara signifikan sehingga menyebabkan emulsi tidak stabil.

D.5 Prosedur Evaluasi Produk Jadi


Parameter Spesifikasi Kriteria Penerimaan Prosedur Evaluasi
Uji Organoleptik Warna : Putih Organoleptis sediaan Warna, bau, dan rasa akan
Bau : Vanillin telah sesuai dengan dibandingkan dengan bahan yang
Rasa : Vanillin bahan yang digunakan.
digunakan.
Uji Viskositas Viskositas : Didapatkan data - Dilakukan dengan
110-230 mPas viskositas sediaan viskometer. Sediaan
(110-230 cP) at setelah disimpan dalam
0
20 C .(Rowe, dihitung menggunakan wadah, lalu spindle
dkk, 2009). rumus diturunkan ke dalam
sediaan.
- Kemudian alat
dioperasikan untuk
mengetahui
kekentalan suatu
sediaan.

Uji Homogenitas Susunan Didapatkan susunan - Pengambilan sampel


partikel yang partikel yang homogen dapat dilakukan
homogen. secara acak pada
sediaan yang lebih
dikocok (bagian atas,
tengah, bawah).
- Sampel diteteskan di
gelas objek dan
diratakan dengan
kaca/gelas objek lain
sehingga terbentuk
lapisan tipis. Susunan
yang dibentuk
diamati secara visual.

Uji Bobot jenis 0,838 at 250C Didapat nilai bobot - Disiapkan


JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

g/mL (USP jenis dari sediaan piknometer kosong


Pharmacopeia). emulsi yang dibuat yang sudah
dibersihkan (A), lalu
diisi dengan air dan
ditimbang (A1).
- Piknometer
dibersihkan kembali
kemudian diisi
dengan sediaan yang
telah dibuat hingga
penuh dan ditimbang
kembali (A2).
A 2− A
Bobot Jenis =
A 1− A

Volume Volume rata- Didapatkan volume - Dituang dari tiap


terpindahkan rata cairan rata- rata tiap wadah botol secara perlahan
yang diperoleh tidak kurang dari ke dalam gelas ukur.
dari 10 wadah 100% dan tidak Untuk menghindari
tidak kurang satupun volume wadah adanya gelombang
dari 100%, dan yang kurang dari 95% udara pada waktu
volume dari penuangan maka
masing-masing penuangan dilakukan
wadah dan 10 perlahan dan
wadah terletak ditunggu hingga ± 30
dalam rentang menit .
95%-110%. - Setelah itu dilakukan
pengukuran volume
tiap wadah. Volume
rata-rata tiap wadah
sebesar tidak kurang
dari 100%, dan tidak
satupun volume
wadah yang kurang
dari 95%.
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

Uji pH pH : Nilai pH yang - pH emulsi diukur


5,4-6,2 (FI diinginkan sesuai menggunakan
IV,1995). dengan nilai pH pHmeter pada suhu
optimal sediaan oral ruang.
dalam tubuh (5,4–6,2). - pH meter dibersihkan
dengan aquadest
terlebih dahulu, lalu
dimasukkan kedalam
sediaan emulsi.
- Apabila nilai pH
belum mencapai nilai
stabil, maka
ditambahkan asam /
basa pada sediaan
hingga mencapai
kestabilan.
Uji Stabilitas Sediaan Sediaan yang dituang - Diukur tinggi awal
dituang pada ke gelas ukur pada sediaan (ho)
gelas ukur evaluasi volume - Diukur tinggi endapan
kemudian terpindahkan yang terbentuk (hu)
ditunggu dilanjutkan untuk - Dihitung volume
kurang lebih 1 evaluasi stabilitas fisik sedimentasi (F)
ajm dan dilihat sediaan. Ditunggu hu
F=
apakah ada selama 1 jam dan ho
endapan atau diamati apakah
tidak, jika tidak terdapat endapan atau
maka sediaan tidak.
stabil dalam
penyimpanan
dan memenuhi
spesifikasi uji
stabilitas
Tipe Emulsi Oil in Water Uji kelarutan zat Uji Kelarutan Zat Warna
warna :
Fase luar emulsi 1. Digunakan zat warna
tercampur homogen yang larut air, seperti
dengan metilen blue metilen blue/biru brilliant
karena sediaan emulsi CFC
ini memiliki tipe o/w
2. Zat warna diteteskan pada
Uji pengenceran permukaan emulsi
Tercampur baik
dengan air karena 3. Apabila zat warna
sediaan emulsi ini berdifusi homogen pada
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

memiliki tipe o/w fase eksternal berupa air


maka tipe emulsi adalah
o/w. Jika zat warna
tampak sebagai tetesan
difase internal maka tipe
emulsi w/o

Uji Pengenceran

1. Dilakukan dengan
mengencerkan emulsi
dengan air

2. Jika emulsi tercampur


baik dengan air maka tipe
emulsi o/w ataupun
sebaliknya .
JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

E. Pembahasan Hasil Diskusi


JURNAL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIKUID DAN SEMISOLID
SEMESTER GENAP TA. 2020/2021
PSSF FKUB

REFERENSI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia edisi VI. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI. 2009. Farmakologi dan
Terapi edisi V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Rowe, R.C., P.J. Sheskey, & M.E. Quinn. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed.
London : The Pharmaceutical Press.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2015. Obat-0bat Penting, Edisi ketujuh, 48, 308, Penerbit PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai