Anda di halaman 1dari 2

Sanrego (Lunasia amara Blanco)

Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus : Lunasia
Spesies : Lunasia amara Blanco

Sanr
ego (Lunasia amara) merupakan tanaman obat potensial yang berasal dari
Kawasan Timur Indonesia (KTI). Saat ini status tanaman tergolong langka.
Tanaman ini digunakan dalam pengobatan tradisional oleh masyarakat di
Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Bagian tanaman yang umum digunakan
adalah akar, batang, dan daun. Habitus sanrego berbentuk pohon dengan tinggi
tanaman dapat mencapai sekitar 5 m. Batang tegak, bercabang, dan daun agak
kasar terutama pada bagian bawah. Tepi daun bergerigi dengan ujung
meruncing. Kulit batang berwarna coklat. Bunga keluar dari tunas ketiak,
berwarna kuning muda.

Kandungan Bahan Aktif

Hasil penelitian Prof. Dr. Muchsin Darise di Universitas Hasanudin Makasar pada tahun
1994, menunjukkan bahwa beberapa senyawa kimia dalam tanaman sanrego, yaitu 1)
alkaloid yang berfungsi memperlancar urine, 2) senyawa sitosterol yang membentuk hormon
steroid, dan 3) senyawa glikosida. Lebih rinci, De Padua et al. (1978 dalam Handbook on
Phillipine Medicinal Plants,) menyatakan bahwa di dalam genus Lunasia, terdapat senyawa
alkaloid pirano – kuinolina yaitu lunakrina, lunakridina, dan lunasina. Belum diketahui secara
pasti, senyawa yang berkhasiat untuk afrodisiak pada sanrego, namun diduga senyawa
alkaloid yang terdapat dalam ekstrak daun tanaman berpotensi dikembangkan sebagai
afrodisiak. Daun sanrego dilaporkan mengandung alkaloid, lunakridina, lunasina dan
lunanina (6), ekstrak eternya mengandung β-sitosterol (5), ekstrak metanolnya dapat
menghambat pertumbuhan Escherchia coli dan Shigella bodyii, demikian pula ekstrak n-
butanol dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus (7), sedangkan ekstrak
metanol pada kadar 0,5%, 1%, 2,5%, 5% b/v, menghasilkan stimulasi SSP, dan kadar 10% -
20% b/v memberikan efek depresi SSP, vasodilatasi perifer dan analgetik perifer (8), serta
ekstrak etanol produk rajangannya pada konsentrasi 2 % b/v mem berikan efek efrodisiaka
yang sama dengan yohimbin pada mencit jantan (9).

Perbedaan intensitas perilaku seksual tersebut diperkirakan karena adanya perbedaan


kadar steroid (testosteron) dalam darah. Artinya pemberian sanrego dengan dosis yang
lebih tinggi berpengaruh positif pada peningkatan kadar steroid dalam darah yang
berimplikasi pada meningkatnya libido seksual. Dengan demikian dari ketiga macam
pemberian dosis sanrego ternyata dosis 10.000 mg memberikan pengaruh terbaik pada
peningkatan libido seksual pada rusa timor jantan. Sanrego diketahui mengandung
beberapa senyawa bioaktif, salah satu diantaranya adalah steroid. Steroid pada hewan
merupakan hormon yang dihasilkan oleh gonad, yang pada hewan jantan berupa
testosteron yang berperan penting dalam menstimulasi terjadinya perilaku seksual.
Anwar (2001) mengatakan bahwa sanrego termasuk dalam tumbuhan afrodisiaka yang
menunjukkan adanya aktivitas hormonal yaitu hormon androgenik. Untuk hewan jantan
androgenik mempunyai peranan penting dalam aktifitas atau tingkahlaku kawin.
Peningkatan hormon androgenik akan berpengaruh terhadap peningkatan libido
seksualnya. Steroid dalam tubuh bekerja atau berfungsi seperti testosteron yang
disekresikan oleh jaringan yang terdapat dalam organ gonad jantan yaitu testis. Hasil
analisa laboratorium Bio Farmaka IPB pada bubuk daun sanrego menunjukkan adanya
kandungan steroid yang cukup tinggi kadarnya (+++). Steroid tersebut melalui proses
pencernaan diserap dan masuk kedalam aliran darah kemudian bekerja merangsang
organ reproduksi yang terkait dengan perilaku seksual. Widyatmoko (2000) dan
Hotimah (2000) juga pernah melaporkan bahwa aktivitas androgenik dari daun sanrego
terhadap anak ayam jantan White Leghorn menunjukkan hasil yang positif yaitu
dengan pertambahan ukuran dan berat jengger, berat testis dan berat bursa fabrisius.
Pendapat tersebut didukung oleh Toelihere (1985) yang mengatakan bahwa hormon steroid
memegang peranan dalam aspek-aspek kelakuan reproduksi seperti tingkah laku birahi
atau kawin, bunting, melahirkan, pemeliharaan dan perkembangan organ-organ
reproduksi serta pengaturan siklus reproduksi.

6. De Paduia L, Logot G, and Pancho J. Hand Book On Philippines. Los Banos. 1978. hal. 43
7. Nurbita. Uji Daya Hambat Ekstrak Metanol Batang Kayu Sanrego (Lunasia amara
Blanco) Terhadap Bakteri Gram Postif (+) dan Gram Negatif (-). Skripsi Jurusan Farmasi
Fakultas. MIPA Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. 1994. hal. 29
8. Ibrahim A. Skrining Efek Farmakologi Ekstrak Metanol Kayu Sanrego (Lunasia amara
Blanco) Pada Mencit Albino (Mus musculus). Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. 1996. Hal. 28
9. Wahyuni S. Uji Efek Aprodisiaka Ekstrak Produk Sanrego (Lunasia amara Blanco) Pada
Mencit (Mus muscullus). Skripsi Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Makassar. 2007. Hal. 26-27

Anda mungkin juga menyukai