AGAMA ISLAM
"KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM"
- Rina
- St. Nurfaikah
- Ramadhan
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatdan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "KETUHANAN
MENURUT ISLAM". Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Agama. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang
agama.
Kami juga tak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh
pihak-pihak yang telah mengambil bagian dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini
dapat selesai tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, Olehnya itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun mengenai
kelanjutan makalah ini, guna untuk memperbaiki kekeliruan kami dalam pembuatan struktur
makalah ini
Penyusun
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................I
BAB 1 PENDAHULUAN....................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan Masalah....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................6
KESIMPULAN................................................................................................................................................... 18
SARAN..........................................................................................................................................................18
DAFTARPUSTAKA.......................................................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang
eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh
yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat
bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam
membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat (baca: wujud Tuhan).Tradisi argumentasi
filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini kemudian secara berangsur-
angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan Islam. Tapi tradisi ini,
mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin suci Islam dan kemudian
secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina,dan secara riil,
tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan)dalam penafsiran
Islam. Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat.
Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas
tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam,
begitupula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak
mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan
faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat
bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor
tertentu. Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul
yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam,
tetapi Diameliputi semua tempat dan segala realitas wujud.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang
yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al- Quran
konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu)
dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain
dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah
(2) : 165. Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep
tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-
ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do‘a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib,
ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun
sebelum turunya Al- Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-
Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan
masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha
besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul
pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini
muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat
tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad
sama dengan konsep ketuhanan yang merekaya kini tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-
Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61. Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain
Allah, sebagai tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana
mencintai Allah.
6
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berartiorang
itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan kepada
Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep
ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran
dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga
pengatur alam semesta. Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah
sebagaimana dinyatakan dalam surat Al- Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain
sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika
Allah yang harus terba yang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah
disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah
hasanah.
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos
yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau
hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah
hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya,
memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya
iamenambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha
menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
(Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, Hlm. 45)
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami
perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai
orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan diatas
dapat diketahui bahwa pengertian filsafat dari segi kebahasan atau semantik adalah cinta
terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan.
7
Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan
pengetahuan atau kebijak sanaan sebagai sasaran utamanya. Keimanan dalam Islam
merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara intensif.
Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan, pengharapan, ikhlas, kehawatiran, tidak dalam
ridho-Nya, tawakkal nilai yang harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang
tidak terpisah dengan aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam. Muslim yang baik
memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual (QS.Ali Imran: 190-191)
sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya pada ranah emosi tetapi didukung kecerdasan
pikir atau ulul albab. Terpadunya dua hal tersebut insya Allah menujud kan dan berada pada
agama yang fitrah. (QS.Ar-Rum: 30).
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan
dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja,
dicintai,diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan,
dantermasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Al-Ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diridi hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, memintaperlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di
saat mengingatnya dan terpautcinta kepadanya (M. Imaduddin, 1989 : 56). Atas dasar
definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti,
manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-tuhan. Berdasarkan logika Al-
Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-
orang komunis pada hakikatnya ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau
angan- angan (utopia) mereka.
8
a. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat
· melainkan, Allah.
Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri darisegala macam
Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satuTuhan, yaitu Allah
SWT. Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf Musa
menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul “Al Ilahiyyat Baina Ibnu Sina wa Ibnu
Rusyd” yang telahdi edit oleh DR. Ahmad Daudy, MA dalam buku. Segi-segi Pemikiran
Falsafi dalam Islam.
Beliau mengatakan : Dalam ajaran Islam, Allah SWT adalah pencipta segala
sesuatu ;tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu yang
kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang paling kecil dan
paling halus sekali pun. Ia yang menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada, tanpa
perantara darisiapa pun. Ia memiliki berbagai sifat yang maha indah dan agung.
1. PEMIKIRAN BARAT
9
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik
yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah
agama, dikenalteori evolusionisme, yaitu teori yang
10
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,
kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith,Lubbock dan Javens. Proses
perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teorievolusi onisme adalah sebagai
berikut:
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang
berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda
disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan
syakti (India).
b. Animisme
Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun
bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup,
mempunyai rasa senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar
manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan
kebutuhan roh. Saji- sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk
memenuhi kebutuhan roh.
c. Politeisme
11
d. Henoteisme
e. Monoteisme
12
2. Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul beberapa periode setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW. Yakni pada saat terjadinya peristiwa tahkim antara kelompok Ali bin Abi
Thalib dengan kelompok Mu‘awiyyah. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal,
tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut
adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan
pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian
umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual
sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Aliran-aliran tersebut
yaitu :
a. Mu‘tazilah
b. Qodariah
c. Jabariah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran Qadariah
13
dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan
umatIslam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran
mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak
menyebabkan iakeluar dari Islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan
sekarang ini,umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah
Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.
1. Dalil OntologisTuhan ada dalam pikiran manusia. Karena mereka berfikir, tak ada manusia
yang sempurna, yang sempurna hanyalah Tuhan. Atas dasar itu , Bapak menasehati ―Jika
kamu membenci seseorang, cintai dia alakadarnya.
2. Dalil Kosmologis/ Kausalitas/ Sebab-Akibat Tuhan ada karena ada bukti
penciptaanNya.
3. Dalil Moral Manusia tidak mungkin memberikan kode moral sebaik- baiknya, seadli adlinya,
susuai fitrah manusia, dan bersifat absolut untuk manusia lainnya kecuali datangnya dari
Allah. contoh : anak tidak boleh menikahi ibunya. Sebab, sebelum Al Quran turun, istri
seorang pria itu akan diwariskan kepada anak laki lakinya.
4. Dalil Al- QuranAl Ankabut(29) : 61 Dan jika engkau bertanya kepada mereka ‖Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi dan menundukan matahari dan bulan?‖ Pasti mereka
akanmenjawab ―Allah‖. Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran) Al
Kahfi(18): 84 Sungguh, Kami telah memberi kedudukan kepadanya di
14
bumi, danKami telah Memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu.Ath
Thur(52) : 35 Atau apakah mereka tercipta tanpa asal usul ataukah mereka
yagnmenceptakan (diri mereka sendiri)?Al Hijr (15): 21 Dan tidak ada sesuatu pun,
melainkan pada sisi Kami-lahkhazanahnya; Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran tertentu.
15
7.Dalil antropologi Keistimewaan manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah terletak
pada akal, ilmu pengetahuan dan ruhnya. Bukti antropologi ini dibuktikan dalam Al-Qur‘an
surat at-thariq;5-7 dan ar-rum;20 berikut ini: Manusia itu sebagai makhluk berkemauan,
karena Allah menghendakinya. Inilah realisasi dari makna la- haula walaa quwwata illa
billah, atau, manusia itu mempunyai daya dan kekuatan untuk mengambil manfaat dan
menolak bahaya. Namun daya dan kekuatannya itu bukan dari diri dan dengan dirinya
sendiri, melainkan dengan dan dari Allah (YusufQardlawi, 1995;63)
8. Dalil PsikologiDibandingkan makhluk lain , manusia memiliki dua keistimewaan.
Pertama, bentuktubuh yang indah, sempurna dan praktis untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kedua, jiwayang memiliki perasaan dan kepandaian, untuk menyelesaikan
persoalan yang dihadapkankepadanya dengan berpikir dan memelihara ketahanan mental
(sabar). QS.Ar-Rum;21
16
BAB IIl
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Sebagai pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifatmembangun.
Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebihmemperbaiki atau
memperdalam kajian ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://kita-mahasiswa.blogspot.com/2016/05/tugas-makalah-konsep-ketuhanan-
18