Anda di halaman 1dari 23

FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM SERTA

KEIMANAN DAN KETAKWAAN

AGAMA ISLAM

MAKALAH
DISUSUN OLEH

KELOMPOK III
SI.I-2
FITRAWATI 57201 17 059
SUHADA 57201 17 052

HALAMAN JUDUL
JURUSAN SISTEM INFORMASI
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
STMIK ADHI GUNA
PALU
2017
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penyusun panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah

SWT., karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat

menyelesaikan Makalah dengan judul “FILSAFAT KETUHANAN DALAM

ISLAM SERTA KEIMANAN DAN KETAKWAAN” ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari Dosen pengajar Mata

Kuliah Agama Islam sebagai salah satu bahan penilaian. Makalah ini berisikan

materi filsafat Ketuhanan dalam Islam serta keimanan dan ketakwaan agar

sekiranya dapat bermanfaat bagi seluruh para pembaca.

Penyusun menyadari bahwa di dalam membuat Makalah ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai

bahan koreksi untuk dijadikan bahan pembelajaran selanjutnya, atas perhatiannya

diucapkan terima kasih.

Palu, Oktober 2017

Penyusun

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

2.1. Filsafat Ketuhanan Dalam Islam..................................................... 3

2.1.1. Siapakah Tuhan itu ? .............................................................. 4

2.1.2. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan ............................. 7

2.2. Keimanan Dan Ketakwaan.............................................................. 12

2.2.1. Hubungan Takwa dengan Allah SWT ..................................... 15

2.2.2. Hubungan Takwa Dengan Sesama Manusia ............................ 16

2.2.3. Keterkaitan Antara Keimanan Dan Ketakwaan ....................... 17

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19

3.1. Simpulan .......................................................................................... 19

3.2. Saran ................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi

tentang eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran

filsafat. Contoh yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi

Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang

nampak di alam dalam membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat (baca:

wujud Tuhan).

Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-

Nya ini kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia

keimanan Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh

doktrin-doktrin suci Islam dan kemudian secara spektakuler melahirkan

filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga

mempengaruhi warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam penafsiran

Islam.

Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan

filsafat. Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun

membahas tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan

dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari

keberadaan Tuhan. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang

dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam.

1
Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian

terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor tertentu.

Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul

yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di

alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1. Apa itu Filsafat Ketuhanan Dalam Islam ?

2. Apa yang dimaksud Keimanan dan Ketakwaan ?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui Filsafat Ketuhanan Dalam Islam.

2. Untuk mengetahui apa itu Keimanan dan Ketakwaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Filsafat Ketuhanan Dalam Islam

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata

Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta

terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan

bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan

berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap

positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti

mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha

menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. (Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat

Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, Hlm. 45)

Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah

mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM),

yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut.

Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian filsafat dari segi

kebahasan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan.

Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan

pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.

Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini

harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan,

pengharapan, ikhlas, kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang

3
harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan

aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.

Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan

spiritual sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya pada ranah emosi tetapi

didukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya dua hal tersebut insya Allah

menuju dan berada pada agama yang fitrah. Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam

bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan Islam untuk menentukan Tuhan, dimana Ia

sebagai dasar kepercayaan umat Muslim.

2.1.1. Siapakah Tuhan itu ?

Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai

untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan

manusia, misalnya dalam QS : 45 (Al-Jatsiiyah) : 23, yaitu:

Artinya : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa


nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya
berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk
sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran ?”

Dalam QS : 28 (Al-Qashash) : 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun

untuk dirinya sendiri :

4
Artinya : dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak
mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman
untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang
Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan
Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-
orang pendusta".

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah

bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan

pribadi) maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan

dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal

(mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’:

aalihatun). Derifasi makna dari kata ilah tersebut mengandung makna bahwa

‘bertuhan nol’ atau atheisme adalah tidak mungkin. Untuk dapat mengerti

dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran

sebagai berikut:

Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh

manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-

Nya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di

dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat

memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu

yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-Ilah ialah yang dipuja dengan

penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya,

takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada

dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri,

5
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat

mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M. Imaduddin, 1989 : 56)

Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan

manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-

tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang

dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya

ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan

(utopia) mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illa Allah”. Susunan

kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”,

kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti

bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan

terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu

Allah SWT.

Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf

Musa menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul “Al Ilahiyyat Baina

Ibnu Sina wa Ibnu Rusyd” yang telah di edit oleh DR. Ahmad Daudy, MA

dalam buku Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam. Beliau mengatakan

: Dalam ajaran Islam, Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu ; tidak ada

sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu yang kekal

tanpa pemeliharaan-Nya. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang paling

kecil dan paling halus sekali pun. Ia yang menciptakan alam ini, dari tidak

6
ada kepada ada, tanpa perantara dari siapa pun. Ia memiliki berbagai sifat

yang maha indah dan agung.

2.1.2. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

1. Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah

konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman

lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun

pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori

evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari

kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi

sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,

kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock

dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut

teori evolusionisme adalah sebagai berikut:

a. Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui

adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula

sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap

benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh

positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada

pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana

(Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India).

7
b. Animisme

Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif

sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap

sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang apabila

kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia

tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus

menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran

dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

c. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak

memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi

sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian

disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai

dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap

cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi

angin dan lain sebagainya.

d. Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan, terutama terhadap kaum

cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan

seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama.

Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih

definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang

disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah)

8
bangsa lain. Kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa disebut

dengan Henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).

e. Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk Henoteisme melangkah menjadi

Monoteisme. Dalam Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk

seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk Monoteisme

ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu:

deisme, panteisme, dan teisme.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana

dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh

Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam

masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang

berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang

Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang agung dan

sifat-sifat yang khas terhadap tuhan mereka, yang tidak mereka berikan

kepada wujud yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur

golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana

agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan

memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka

menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi,

tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil

berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang

9
dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan

didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat

primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran

wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993 : 26-27).

2. Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam,

atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul beberapa periode

setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Yakni pada saat terjadinya

peristiwa tahkim antara kelompok Ali bin Abi Thalib dengan kelompok

Mu’awiyyah. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal,

tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab

timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi

dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual

sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat

Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual

dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan

tradisional. Aliran-aliran tersebut yaitu :

a. Mu’tazilah

Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan

pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan

keimanan dalam Islam. Dalam menganalisis ketuhanan, mereka

memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk

mempertahankan kedudukan keimanan. Mu’tazilah lahir sebagai

10
pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan

dari Khawarij.

b. Qodariah

Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam

berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki

apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan

manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

c. Jabariah

Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam

berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan

dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah

d. Asy’ariyah dan Maturidiyah

Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran

Qadariah dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan

pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu.

Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan

dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih

aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana

yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam.

Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang

ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-

Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik

tertentu.

11
2.2. Keimanan Dan Ketakwaan

Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan yang

secara etimologi berarti yakin atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang

artinya “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.

Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-

Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang

yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja

untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah kepadanya.

Dalam hadits dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan,lisan

mengucapkan dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari (tashdiiqun bil qolbi

waiqroru bil lisan wa’amalu bil arkan) dan iman dalam Islam termaktub dalam

rukun iman sedang aplikasinya didalam rukun islam.

Iman itu mengikat orang islam, ia terikat dengan segala aturan hukum yang

ada dalam islam sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh karenanya,

orang Islam itu harus Iman, sehingga ia meyakini ajaran Islam dan secara totalitas

mengamalkannya dalam seluruh kehidupannya.

Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama

karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang

diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata

lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.

Dalam surah Al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang beriman adalah orang

yang amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti

amat sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran. Jika kita

12
ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang

segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat

tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut. Meskipun demikian keimanan saja

tidak cukup ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai

dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna jika hanya

diyakini dalam hati tapi juga harus diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan dan

dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok

dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang

mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh. Seseorang dikatakan beriman

bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk

mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.

Berbicara masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan seseorang

dari tanda-tandanya seperti :

1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah SWT hatinya bergetar, dan

berusaha agar Allah SWT tidak lepas dari ingatannya.

2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan

3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya

4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah

5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan

6. Memelihara amanah dan menepati janji

Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :

1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda

13
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

3. Iman memberikan ketentramann jiwa

4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik

5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Demikianlah manfaat iman dalam kehidupan manusia, bukan hanya sekedar

kepercayaan yang berada dalam hati manusia, tetapi dapat menjadi kekuatan yang

mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup Islami. Apabila suatu

masyarakat terdiri dan orang-orang yang beriman, akan terbentuk masyarakat yang

aman, tentram, damai, dan sejahtera.

Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut, menjaga,

memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan memelihara keimanan yang

diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten

(istiqomah).

Hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib,

“Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur

(petunjuk) dari Allah SWT karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau

meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut

akan siksa-Nya."

Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi

hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah Radhiallaahu

anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau mengatakan, “Apakah kamu pernah

melewati jalanan yang berduri?” Si penanya menjawab, ”Ya”. Beliau balik

bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Orang itu menjawab, “Jika aku melihat

14
duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku tahan

langkah”. Maka berkata Abu Hurairah, ”Seperti itulah takwa.”

Karakteristik orang yang bertakwa secara umum dapat dikelompokkan ke

dalam 6 kategori / indikator ketaqwaan:

1. Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, iman

kepada hari kiamat, serta qada dan qadar dengan kata lain instrumen

ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman.

2. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-

orang miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain

mencintai umat manusia.

3. Mendirikan shalat, puasa dan zakat

4. Menepati janji

5. Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan

6. Menahan amarah dan memaafkaan orang lain.

2.2.1. Hubungan Takwa dengan Allah SWT

Seseorang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang yang

menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-

Nya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan

menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindari dari kejahatan dan

kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah.

Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi

larangannya.

15
Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan

melaksanakan tugas (ibadah) secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan

memelihara hubungan dengan Allah SWT dilakukan juga dengan menjauhi

perbuatan yang dilarang Allah SWT.

2.2.2. Hubungan Takwa Dengan Sesama Manusia

Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi sesama manusia yang

bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya ditengah-tengah masyarakat.

Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk mendorong orang lain,

melindungi yang lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Hubungan Takwa dengan Diri sendiri :

1. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya,

baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar

terhadap perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan

ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terhadap upaya untuk

mengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Tawakkal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan

usaha kepada Allah. Tawakkal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya

usaha maksimal tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah

SWT yang menentukan.

3. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah

atau sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima

kasih terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan

maupun perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah mengucapkan

16
hamdalah sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan

nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.

4. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai

konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani

berkaitan dengan nilai – nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari

hubungan seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan

pengendalian dari sifat – sifat buruk yang datang dari dorongan hawa

nafsunya.

2.2.3. Keterkaitan Antara Keimanan Dan Ketakwaan

Keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dipisahkan dan pada hakikatnya

keduanya saling memerlukan. Artinya keimanan diperlukan manusia agar

dapat meraih ketakwaan. Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik,

akan diterima oleh Allah tanpa didasari oleh Iman.

Semua bentuk ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji

merupakan bagian dan kesempurnaan iman seseorang. Amal saleh tersebut

merupakan konsekuensi dari keimanan seseorang harus menterjemahkan

keyakinannya menjadi kongkret dan menjadi satu sikap budaya untuk

mengembangkan amal saleh.

Dalam Al-Qur’an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara

“orang yang beriman” dengan “orang yang beramal saleh”. Iman dan amal

saleh atau iman dan takwa sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman

seseorang kalau tanpa amal saleh yang menyertainya. Yang secara kongkrit

17
membuktikan bahwa ada iman dalam hatinya. Iman adalah pondasi dasar

seseorang hamba yang menghendaki bangunan kesempurnaan taqwa dirinya.

Keterkaitan antara iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh

Rasulullah dalam sabdanya: “Al imanu’uryanun walibasuhu at-

taqwa” (iman itu telanjang dan pakaiannya adalah taqwa). Maksud hadits ini

adalah iman harus diikuti dengan melakukan amal saleh (taqwa). Iman tanpa

disertai amal saleh maka imannya masih telanjang tanpa pakaian.

Oleh karenanya, seseorang baru dinyatakan beriman dan taqwa apabila

telah punya keyakinan yang mantap dalam hati, kemudian mengucapkan

kalimat tauhid dan kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah

dan meninggalkan segala larangan-Nya.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep

Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap

penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Kata

iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan, yang secara

ethimologi berarti yakin atau percaya. Sedangkan takwa berasal dari bahasa Arab,

yaitu waqa-yuwaqi-wiqayah, secara ethimologi artinya hati-hati, waspada,

mawasdiri, memelihara, dan melindungi. Pengertian Takwa secara terminologi

dijelaskan dalam Al-hadits, yang artinya menjalankan semua perintah Allah dan

menjauhi segala larangan-Nya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la illaha illa

Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “tidak ada

Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal ini

berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan

terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.

3.2. Saran

Sebagai pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami

untuk lebih memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al Karim

Agung Sukses, Konsep Ketuhanan Dalam Islam, [Online], diakses pada tanggal 8
Oktober 2017 di http://agungsukses.wordpress.com

Ahmadi, Abu, dkk.1991. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Bumi


Aksara

Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta : Departemen Agama RI

Dr. M. Yusuf Musa, 1984, Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam (editor : DR.
Ahmad Daudy, MA) Jakarta : Bulan Bintang.

Prof. Dr. H. M Rasjidi, 1978, Filsafat Agama, Cetakan keempat, Jakarta : Bulan
Bintang

20

Anda mungkin juga menyukai